Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI

& GELOMBANG MIKRO

PERCOBAAN 6 : REDAMAN YANG DAPAT DIATUR PADA GELOMBANG


MIKRO
Disusun Oleh :
Nama : Indah Rizki Mawardani
NIM

: 3.33.13.0.14

Absen : 11

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2016

PERCOBAAN VI
REDAMAN YANG DAPAT DIATUR PADA GELOMBANG MIKRO
I.

TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang redaman pada gelombang mikro
2. Mahasiswa mensimulasikan tentang redaman pada gelombang mikro dengan alat
yang disediakan.

II.

TEORI SINGKAT
Dalam sebuah sistem komunikasi radio ada banyak hal yang memungkinkan
terjadinya redaman pada kekuatan sinyal. Beberapa diantaranya adalah kabel saluran
kabel, konektor, anti-petir, udara (free space), maupun berbagai halangan lain seperti
gedung, pohon, bukit. Semua ini akan menyebabkan turunnya kemampuan jika
pemasangan tidak dengan baik.
Ada tiga tipe perambatan yang dikenal pada saluran transmisi maupun bumbuung
gelombang, yaitu tipe TEM (Tranverse Electric Magnetic), TE (Tranverse Electric),
dan TM (Transverse Magnetic), biasanya tipe TEM yang terjadi pada saluran
transmisi, sedangkan tipe TE dan TM umumnya terjadi pada bumbung gelombang
(waveguide).
Rugi-rugi induksi atau radiasi ini terjadi akibat adanya medan-medan elektromagnetik
yang ada di sekitar kawat penghantar. Rugi-rugi induksi terjadi ketika medan
elektromagnetik disekeliling penghantar terkena langsung dengan suatu penghantar
tersebut, akibatnya daya hilang pada penghantar tersebut. Rugi-rugi radiasi
merupakan rugi-rugi yang disebabkan hilangnya sebagian garis-garis gaya magnet
karena memancar keluar dari saluran transmisi. Redaman muncul akibat adanya rugirugi pada saluran transmisi yang dinyatakan dalam satuan decibel per satuan ataupun
neper per satuan panjang.

Gambar 6.1. Gambar Rangkaian Percobaan Pertama

Gambar 6.2. Gambar Rangkaian Percobaan Kedua


III.

IV.

ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Gunn Osilator 9V DC 9 GHz
2. PIN-diode Modulator
3. Generator 1 KHz di atur 2 Vp-p
4. Crystal Detektor
5. Atenuator yang dapat diatur (0 s/d 20 dB)
6. Osciloscope
7. Multimeter
LANGKAH KERJA
1. Membuat rangkaian seperti blok diagram yang pertama
2. Mengatur frekuensi gun osilator 9 GHz, dan tegangan 9V DC
3. Mengatur pembangkit gelombang frekuensi generator 1 KHz dengan tegangan 2
Vpp
4. Mengamati dan mencatat hasilnya
5. Membuat rangkaian seperti blok diagram yang kedua
6. Mengamati gelombang yang ditampilkan pada oscilloscope dan mencatat hasilnya
dengan mengubah besarnya redaman pada attenuator dari 0dB sampai dengan

V.

20dB.
7. Mengamati dan mencatat hasilnya
PERTANYAAN
1. Apa sebabnya terjadi redaman pada wave guide?
2. Apa panjang wave guide mempengaruhi redaman?

VI.

HASIL PERCOBAAN

No
.

Attenuator

Tegangan (V)

Gambar Sinyal

1.

Tanpa Attenuator

408 m

2.

0 dB

608 m

3.

1 dB

256 m

4.

5 dB

184 m

5.

10 dB

100 m

6.

15 dB

52 m

7.

20 dB

24 m

VII.

ANALISA DATA
Berdasarkan hasil percobaan di atas dapat dianalisa sebagai berikut. Setelah
melakukan percobaan redaman tetap pada percobaan sebelumnya, percobaan kali ini
merupakan percobaan redaman yang diatur. Pada percobaan ini redaman dapat diatur
dengan mengubah-ubah besar redaman pada attenuator. Seperti percobaan
sebelumnya, pada percobaan ini juga dilakukan 2 pengukuran, yaitu pengukuran
langsung tanpa attenuator dan pengukuran menggunakan attenuator. Berikut adalah
gambar rangkaian pertama yaitu pengukuran langsung tanpa attenuator:

Berikut adalah gambar rangkaian kedua yaitu pengukuran menggunakan attenuator :

Frekuensi pada Gun Osilator ini diatur 9 GHz, kemudian untuk membangkitkan
gelombang mikro, gun osilator dihubungkan pada sumber tegangan 8-10VDC. Namun
pada percobaan ini tegangan diatur 9VDC. Untuk frekuensi generator diatur 1 KHz
dengan tegangan 2 Vp-p. Untuk pengukuran langsung, pin diode modulator langsung
dihubungkan dengan crystal detector yang dihubungkan dengan osiloskop untuk
mengetahui bentuk sinyal yang dihasilkan. Sedangkan saat pengukuran menggunakan
attenuator, pin diode modulator dan crystal detektor dipisahkan oleh attenuator untuk
mengetahui respon gelombang mikro saat adanya attenuator atau redaman.
Percobaan pertama yaitu pengukuran gelombang mikro menggunakan rangkaian
tanpa attenuator atau tanpa peredam. Percobaan ini menghasilkan gelombang kotak
dengan tegangan sebesar 408 mV dengan frekuensi 1 KHz.
Kemudian percobaan kedua yaitu pengukuran dengan attenuator. Pada percobaan ini
besarnya redaman diubah-ubah dari 0dB hingga 20dB. Saat attenuator diatur 0dB,
gelombang kotak yang dihasilkan pada oscilloscope memiliki tegangan sebesar 608
mV. Kemudian attenuator diatur menjadi 1dB, dan tegangan yang dihasilkan menurun
menjadi 256 mV. Dilanjutkan dengan pengukuran dengan redaman 5dB,
menghasilkan tegangan sebesar 184 mV. Kemudian pengukuran dengan redaman
10dB menghasilkan tegangan 100 mV, pengukuran dengan redaman 15dB
menghasilkan tegangan 52 mV dan terakhir pengukuran dengan redaman 20dB
menghasilkan tegangan 24 mV. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui
bahwa semakin besar redaman yang diberikan, maka tegangan yang dihasilkan akan
semakin kecil karena gelombang yang diredam semakin banyak.

VIII.

KESIMPULAN
Dari hasil analisa di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam sebuah komunikasi radio dimungkinkan adanya redaman pada kekuatan
sinyal .
2. Besarnya redaman dapat diatur untuk mengetahui perbedaan hasilnya.
3. Semakin besar redaman yang diberikan maka sinyal yang dihasilkan akan
semakin kecil tegangannya.

IX.

JAWABAN PERTANYAAN
1. Penyebab terjadinya redaman pada waveguide biasanya adalah pada konektor
yang digunakan. Jenis kabel konektor yang digunakan akan mempengaruhi
gelombang yang dikirimkan. Setiap masing-masing jenis konektor memiliki daya
tahan tersendiri terhadap redaman.
2. Koefisien redaman memiliki kemungkinan dipengaruhi spectrum panjang
gelombang yang diperoleh dari hasil pengukuran pada panjang gelombang yang
berbeda.

Anda mungkin juga menyukai