PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR
1-1
memberikan
oleh
berbagai
terhadap
terwujudnya
kota
yang
ramah
lingkungan
dan
berkelanjutan.
Perkembangan dan pertumbuhan sebuah kota pada dasarnya berjalan sangat dinamis dan
dipengaruhi
kontribusi
aspek
kehidupan.
Secara
umum
perkembangan
kota
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor fisik meliputi lokasi dan kondisi geografis
serta faktor non fisik yaitu perkembangan penduduk dan aktivitas perkotaan terutama
1.2.1 MAKSUD
kegiatan perekonomian.
Maksud pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk me-review Rencana Tata Bangunan dan
Semenjak lahirnya Kota Cilegon pada tahun 1999 hingga saat ini, pertumbuhan Kota
Lingkungan (RTBL) Kawasan Jalur Protokol Kota Cilegon yang telah disusun dan disahkan
Cilegon semakin pesat. Kota Cilegon merupakan sebuah kota dengan pola linear, dimana
dalam
sebagian besar aktivitas masyarakatnya terjadi di sepanjang jalan utama yang biasa
Keputusan
Walikota
Cilegon
Nomor
Tahun
2002,
disesuaikan
dengan
disebut dengan jalur protokol. Jalur Protokol Kota Cilegon adalah Jalan Raya Serang Merak
dengan fungsi jalan arteri primer, merupakan jalan utama sebagai penghubung antar
kawasan di Kota Cilegon. Sebagai jalur penghubung antar kawasan, Jalan Raya Serang
1.2.2 TUJUAN
Merak digunakan oleh masyarakat setempat maupun through traffic lalu lintas antar Kota
Berdasarkan maksud tersebut, tujuan yang hendak dicapai dari review RTBL Jalur Protokol
Jakarta Merak dengan volume arus kendaraan yang sangat tinggi dan relatif cepat.
penyelenggaraan
perencanaan agar terwujud tata bangunan dan lingkungan yang ramah lingkungan dan
positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kota Cilegon. Namun dalam perspektif tata
berkelanjutan.
ruang,
pertumbuhan
aktivitas
perekonomian
yang
cenderung
sporadis
dan
penataan
bangunan
dan
lingkungan
yang
memenuhi
kreteria
tidak
1.2.3 SASARAN
merupakan salah satu kawasan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berpotensi
untuk menjadi kawasan yang representatif, berjati diri sehingga dapat memberikan nilai
Adapun sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah terumuskannya Dokumen
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Jalur Protokol Kota Cilegon yang sesuai dengan
pedoman penyusunan RTBL yang terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Jalur Protokol Kota Cilegon,
sebelumnya telah disusun dan disahkan dalam Keputusan Walikota Cilegon Nomor 9 Tahun
2002 tentang Pengaturan Secara Khusus Pembangunan Fisik Kawasan Sepanjang Jalur
Landasan hukum yang dijadikan acuan Review Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Jalur Protokol Kota Cilegon, antara lain:
1-2
Undang - Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman
Undang - Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup
Undang - Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Undang - Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang - Undang Republik Indonesia No. 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman
Kota Cilegon Kabupaten Serang sampai dengan persimpangan ADB Tugu Siliwangi
LAPORAN AKHIR
1-3
Lingkup kegiatan Review Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Jalur Protokol Kota
Manfaat dari Review Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Jalur Protokol Kota Cilegon
Persiapan
b. Bagi masyarakat, RTBL Jalur Protokol Kota Cilegon memiliki peran sebagai acuan bagi
kegiatan pemanfaatan lahan, kegiatan investasi, dan pengembangan properti
Pelaporan
Adapun lingkup materi Review Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Jalur Protokol Kota
Cilegon meliputi:
Program bangunan
Rencana umum
A. STRUKTUR RUANG
Panduan rancangan
Struktur ruang wilayah Kota Cilegon dibagi dalam 5 (lima) Bagian Wilayah Kota (BWK) yang
masing-masing dilayani oleh satu sub pusat pelayanan kota serta sesuai dengan
Rencana investasi
dan BWK V. BWK I merupakan pusat pelayanan kota dengan fungsi pengembangan untuk
perumahan, industri, pelabuhan dan pergudangan, pusat pemerintahan dan bangunan
umum, perdagangan dan jasa, RTH dan kawasan lindung, skala pelayanan kota dan
regional. BWK V merupakan sub pusat pelayanan kota sebagai fungsi pengembangan
perdagangan dan jasa, sub terminal, perumahan, pusat pemerintahan dan bagian umum,
industri non polutan, kawasan TPL B3, kawasan lindung, RTH, kawasan peruntukan lainnya
dan kawasan TPA merupakan skala pelayanan lokal.
1.5 KELUARAN
Hasil keluaran atau output yang diharapkan dari Review Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) Jalur Protokol Kota Cilegon adalah:
a. Dokumen RTBL Jalur Protokol Kota Cilegon
b. Rancangan Peraturan Walikota Cilegon tentang RTBL Jalur Protokol Kota Cilegon
c. Album Peta
1.6 MANFAAT
LAPORAN AKHIR
1-4
Lokal primer yang merupakan jalan penghubung ke orde IV atau ibukota kecamatan
B. POLA RUANG
Gambar 1.2 Struktur Ruang Kota Cilegon
615000
!(
616000
Kel. Kotabumi
617000
618000
!(
Rencana pola ruang pada dasarnya merupakan penetapan lokasi serta besaran ruang
619000
Kel. Masigit
!(
60'0"S
Kec. Jombang
Kel. Sukmajaya
REVIEW
BWK
V
RENCANA TATA
BANGUNAN
DAN
!
LINGKUNGAN (RTBL) JALUR PROTOKOL
Kel. Ciwaduk
Skala 1:30,000
60'30"S
!(
Kel. Bendungan
9333000
60'0"S
Lokasi Peta
LEGENDA
!(
!(
(
Batas Kota !
!(
0.5
Kel. Bagendung
Kel. Sukmajaya
LEGENDA
Batas Kota
Batas Kelurahan
Sungai
Jalan Arteri Primer
Jalan Arteri Sekunder
61'30"S
P
!
!
!(
!
!(Batas Kelurahan
Sungai
1064'0"E
P!
!
!(
1064'30"E
1065'0"E
BWK V
BWK V
yang tercakup
dalam kawasan budidaya perkotaan yang akan dikembangkan di Kota
!(
Kel. Kedaleman
BWK V
Kec. Cibeber
Sumber Peta :
1. Peta RBI Skala 1 : 25.000
lembar 1109-544, 1109-633, 1110-222, 1110-311
Bakosurtanal, 1999
2. Peta TM3 Kota Cilegon Tahun 2003
3. Peta Batas Administrasi Provinsi Banten
Skala 1 : 100.000, Bappeda Provinsi Banten, 2009
4. Hasil Rencana, Bappeda Kota Cilegon, 2009
BWK I
BWK I
pemanfaatan ruang dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Jenis pemanfaatan ruang
Sub Terminal
Struktur Ruang
P! Pusat Pelayanan Kota kawasan budidaya di wilayah Kota Cilegon pada dasarnya bertujuan untuk
Pengembangan
! Sub Pusat Pelayanan Kota
meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan ruang, sumber daya alam dan
Sungai
!( Pusat Lingkungan
Jalan Arteri Primer
sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia untuk menyerasikan
! Sub Terminal
Jalan Arteri Sekunder
Struktur Ruang
Pusat Pelayanan Kota
Batas Kelurahan
Jalan Tol
LAPORAN AKHIR
1063'30"E
! ! !
Jalan Tol
Kel. Cibeber
1063'0"E
BWK
V Ruang
Struktur
Batas Kecamatan
! !
Km
1062'30"E
Kel. Kalitimbang
61'30"S
mbang
61'0"S
Kawasan Pariwisata
Kawasan Peruntukan Lainnya (Pusat Sekunder Cilegon Timur)
Kawasan Terminal Terpadu
Kawasan Pertambangan Batuan
Kawasan Ruang Terbuka Non-Hijau
Ruang Evakuasi Bencana
Sektor Informal
62'0"S
60'30"S
0.25
Batas Kecamatan
61'0"S
9332000
Kec. Cibeber
Km
Kel. Karangasem
0.5
! !
Kel. Kedaleman
Kel. Cibeber
REVIEW
RENCANA TATA BANGUNAN
DAN
Kel. Ciwedus
Kec. Cilegon
(JALUR
LINGKUNGAN (RTBL) !
PROTOKOL
Skala 1:30,000
0.25
!(
0.5
1
untuk
dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
Km
Batas Kecamatan
61'30"S
Kel. Tamanbaru
0.25
62'0"S
Kel. Citangkil
Batas Kota
61'0"S
Skala 1:30,000
LEGENDA
620000
62'30"S
9335000
Sedangkan kawasan budidaya merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
Lokasi Peta
!(
Kec. Citangkil
9334000
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
9336000
P!
619000
Kel. Panggungrawi
Kel. Panggungrawi
!(
!(
BWK I
Kel. Ramanuju
Kel. Gedongdalem
REVIEW
RENCANA TATA BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN (RTBL) JALUR PROTOKOL
Kel. Kebondalem
Kec. Purwakarta
fungsi utamanya pola ruang wilayah terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.
60'0"S
Kel. Gedongdalem
18000
untuk mewadahi
PEMERINTAH
KOTA CILEGON
Dinas Tata Kota Kota Cilegon
620000
1-5
616000
617000
618000
619000
pelayanan skala kota yang produktif dan berwawasan lingkungan. Sesuai dengan tujuan
620000
Kel. Kotabumi
Kec. Purwakarta
60'0"S
Kel. Gedongdalem
Terlaksananya penataan wajah kota pada wilayah pusat bisnis dan pusat pemerintahan
yang estetis, hijau, dan mempertegas citra kawasan
9336000
Kel. Panggungrawi
Tersedianya jaringan prasarana dan sarana yang memadai untuk terwujudnya kawasan
Lokasi Peta
0.25
Kel. Masigit
Kec. Citangkil
Kel. Sukmajaya
Kec. Jombang
REVIEW
RENCANA TATA BANGUNAN
BWK DAN
V
LINGKUNGAN (RTBL) JALUR PROTOKOL
! ! !
1
industri
Km yang produktif dan handal
Tersedianya
ruang terbuka hijau dan ruang publik yang sesuai dengan kebutuhan
Batas Wilayah Kajian
PolaRuang Budidaya
Batas Kecamatan
Kel. Citangkil
0.5
Batas Kota
61'0"S
9335000
el. Gedongdalem
LEGENDA
620000
lingkungan
Kawasan Perumahan
Kawasan Perindustrian
Batas Kelurahan
Sungai
Kawasan Perdagangan
Tersedianya
peraturan zonasi untuk kawasan industri, perdagangan dan jasa, bangunan
dan Jasa
Kawasan Pemerintahan
dan Bangunan
umum
danUmum
pemerintahan, dan permukiman
Kawasan Peruntukan
Lainnya
Kel. Ketileng
9333000
Km
61'0"S
! !
Batas Kelurahan
Sungai
Jalan Arteri Primer
Jalan Arteri Sekunder
Kel.
LAPORAN
AKHIR
Jalan Tol
Jalan Kereta Api
berikut:
Tersedianya jaringan infrastruktur yang handal untuk terwujudnya pengembangan
Banten
kawasan
campuran (kawasan permukiman, perdagangan dan jasa)
Kawasan Perumahan
Kawasan Pemerintahan
dan Bangunan Umum
Kawasan
Peruntukan
1064'30"E
Lainnya
perdagangan dan jasa yang memenuhi ketentuan intensitas pemanfaatan ruang dan
prasarana minimum
1065'0"E
Kawasan Perindustrian
Hutan Kota
Kawasan Perdagangan
dan Jasa
ditetapkan sebagai salah satu sub BWK yang diprioritaskan penanganannya. Adapun
Jalan Tol
Taman Kota
Tempat Pemakaman
Umum
Kawasan Pemerintahan
Kedaleman
dan Bangunan Umum
1064'0"E
Lainnya
Kec. Cibeber
Kawasan Peruntukan
Kawasan Perumahan
Batas Kecamatan
Kawasan Perdagangan
dan Jasa
Sungai
1063'30"E
PolaRuang Budidaya
Batas Kota
1063'0"E
Kel. Kedaleman
Kec. Cibeber
Kawasan Perindustrian
Batas Kelurahan
61'30"S
LEGENDA
1062'30"E
Taman Kota
Tempat Pemakaman
(mixed-use)
yang didukung oleh infrastruktur yang memadai dengan tetap memperhatikan
Umum
Provinsi
Banten
Tempat Pemakaman
Umum
Lapangan Olah Raga
Mewujudkan penataan kawasan pusat bisnis, pusat pemerintahan, aktivitas industri, dan
62'0"S
BWK V
61'0"S
Jalan Tol
Provinsi
Batas Kecamatan
! !
Hijau
penataan
lingkungan perumahan, perdagangan dan jasa, dan penggunaan campuran
Hutan Kota
PolaRuang Budidaya
Batas Kota
"S
9332000
60'30"S
0.5
Kel. Bagendung
61'30"S
. Cibeber
0.25
Kel. Cibeber
LEGENDA
Kel. Karangasem
Kel. Sukmajaya
0.5
Km
Kel. Ciwedus
PETA
Kec. Cilegon
POLA
RUANG (RTRW)
0.25
62'0"S
60'30"S
Skala 1:30,000
REVIEW
Kel. Bendungan
RENCANA TATA BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN (RTBL) JALUR PROTOKOL
Skala 1:30,000
61'30"S
62'30"S
9334000
60'0"S
Kel. Tamanbaru
Tujuan Kawasan
Penataan
BWK V adalah mewujudkan produktivitas kawasan cepat tumbuh melalui
/ Ruang Terbuka
Kel. Panggungrawi
Skala 1:30,000
60'30"S
BWK I
619000
REVIEW
RENCANA TATA BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN (RTBL) JALUR PROTOKOL
Kel. Kebondalem
Kel. Ramanuju
00
ang
1-6
Berdasarkan peraturan walikota ini diketahui bahwa garis sempadan di Kota Cilegon antara
lain: garis sempadan jalan dan jalur kereta api; garis sempadan bangunan dan pagar;
B. RENCANA ZONASI
garis sempadan sungai dan saluran; garis sempadan pantai, waduk dan kolam retensi; dan
garis sempadan jaringan listrik tegangan tinggi dan pipa gas.
Dalam kebijakan RDTR Kota Cilegon, rencana pola ruang sebagai distribusi peruntukan
untuk setiap zona memilliki fungsi sebagai zoning map bagi peraturan zonasi, alokasi
ruang bagi kegiatan ekonomi, sosial/umum, serta kegiatan konservasi, acuan bagi proses
pengkajian dalam penerbitan izin pemanfaatan ruang, dasar penyusunan perencanaan
teknis tata ruang dan rencana tata bangunan/lingkungan (RTBL). Zoning map di sekitar
615000
616000
617000
618000
619000
620000
PEMERINTAH K
Dinas Tata Kota
Kel. Kotabumi
Kec. Purwakarta
REVIEW
RENCANA TATA BANG
LINGKUNGAN (RTBL) JAL
Kel. Kebondalem
PETA ZONING
Kel. Panggungrawi
9336000
Lokasi Peta
BWK I
fungsi sungai maupun konstruksi sungai. Penentuan sempadan sungai yang ada di Kota
Skala 1:30,000
60'30"S
Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai baik pengamanan
60'0"S
Kel. Gedongdalem
Kel. Ramanuju
Cilegon perlu memperhatikan karakteristik sungai di Kota Cilegon dengan lebar kurang
0.25
0.5
Kel. Masigit
LEGENDA
dari 10 meter dan sifatnya yang intermitten (kering di saat kemarau). Perlindungan
9335000
Batas Kota
Batas Kecamatan
Kel. Citangkil
Kec. Citangkil
yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar
61'0"S
terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia
Kawas
Kec. Jombang
Kel. Sukmajaya
Batas Kelurahan
Sungai
Kawas
BWK V
fungsi dan kelestarian lingkungan, sungai dapat diperkuat, diperlebar, ditinggikan, dan
620000
Kel. Ketileng
620000
Kel. Kebondalem
% dari luas wilayah Kota Cilegon sebagai RTH. Adapun potensi ruang terbuka hijau di
BWK I
Kel. Kebondalem
jalur protokol yaitu di belakang Kantor Pemerintahan Kota Cilegon dan RTH
Kec. Purwakarta sekitar
Kel. Ramanuju
Kel. Panggungrawi
Kel. Masigit
Kec. Citangkil
0.25
Kel.0Bagendung
0.5
1062'30"E
Kec. Jombang
Kel.
Sukmajaya
LEGENDA
Batas Kota
61'0"S
9334000
Kec. Jombang
Kel. Sukmajaya
! !
0.5
Kec. Cibeber
Provin
Bante
Batas Kecamatan
!
! !
1064'0"E
Batas Kelurahan
Sungai
1064'30"E
1065'0"E
Kawasan Budidaya
Batas Kecamatan
Batas Kelurahan
Sungai
Kel. Kedaleman
Kawasan Lindung
Batas Kota
1063'30"E
Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
Kel. Ketileng
BWK V
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN JALUR PROTOKOL KOTA CILEGON
1'30"S
Kel. Bendungan
333000
. Tamanbaru
Kel. Tamanbaru
Kel. Ciwaduk
LAPORAN AKHIR
0.25
Km
Kel. Kalitimbang
BWK V
Kec. Citangkil
Km
1063'0"E
Kel. Citangkil
Skala 1:30,000
0
LEGENDA
61'30"S
Kel. Masigit
Zona perdagangan
dan jasa yang
adaKel.diCitangkil
wilayah
Skala 1:30,000
Kel. Kedaleman
Kec. Cibeber
2'0"S
Kel. Ramanuju
60'30"S
9335000
BWK I
Zona Perumahan - Sub Zona Perumahan Kepadatan Sedang (R-3)
Zona Perdagangan dan Jasa Deret (K-3)
Lokasi Peta
9332000
Kel. Karangasem
PETA
ZONING MAP
Kel. Cibeber
Kel. Panggungrawi
REVIEW
Lokasi Peta
RENCANA TATA
BANGUNAN DAN
Kel.
Ciwedus
Kec.
Cilegon
LINGKUNGAN (RTBL) JALUR PROTOKOL
REVIEW
RENCANA TATA BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN (RTBL) JALUR PROTOKOL
60'30"S
Kec. Purwakarta
619000
9333000
otabumi
618000
60'0"S
616000
Zona Ruang
Terbuka Hijau617000
(RTH)
60'0"S
Kel. Ciwaduk
Kel. Gedongdalem
615000
62'0"S
619000
Kel. Tamanbaru
61'30"S
618000
62'30"S
617000
61'0"S
616000
9334000
615000
1-7
Sumber Peta :
1. Peta RBI Skala 1 : 25.000
lembar 1109-544, 1109-633, 1110-222, 1110
Bakosurtanal, 1999
2. Peta TM3 Kota Cilegon Tahun 2003
3. Peta Batas Administrasi Provinsi Banten
Skala 1 : 100.000, Bappeda Provinsi Banten
4.Sinkronisasi dan Evaluasi Rencana Detail Ta
Penentuan garis sempadan jalan persimpangan tidak sebidang mengikuti aturan garis
sempadan
jalan
persimpangan
sebidang,
kemudian
ditambah
dengan
perbedaan
kereta
api,
besaran
sempadan
dapat
disesuaikan
dengan
tetap
BANGUNAN TIDAK
BANGUNAN
BERTINGKAT
BERTINGKAT
3 Meter
5 Meter
- Lengkung Dalam
6 Meter
9 Meter
- Lengkung Luar
3 Meter
5 Meter
Lintasan lurus
Berkelok/melengkung:
Garis sempadan bangunan ditetapkan untuk ruang bebas bangunan terhadap batas
disesuaikan dengan kelas dan fungsi jalan yang ditetapkan oleh instansi terkait dan dapat
persilnya mencakup sempadan muka, samping kanan, samping kiri, dan belakang
bangunan. Garis sempadan muka bangunan ditentukan berdasarkan lebar ruang milik
jalan dan peruntukan lokasi. Dalam hal bagian muka bangunan tidak menghadap jalan,
Garis sempadan jalan persimpangan sebidang di mana elevasi jalan dan persil sama adalah
mengikuti ketentuan garis sempadan jalan. Garis sempadan pada jalan persimpangan
sebidang ditarik mengikuti garis atau bentuk jalan di hadapannya.
maka garis sempadan diukur dari batas lahan. Garis sempadan belakang bangunan
ditetapkan (setengah) dari besarnya garis sempadan muka bangunan. Garis sempadan
samping kiri dan samping kanan diukur dari batas lahan sebesar (setengah) dari garis
sempadan belakang dan ditetapkan sebagai aturan anjuran.
LAPORAN AKHIR
1-8
Pada kondisi di mana sempadan belakang tidak dapat dipenuhi, maka dapat diterapkan
sempadan samping dengan besar ukuran dan sifat yang sama. Dalam hal bangunan
NO
b. Rusun/apartemen
berbatasan dengan objek sempadan lainnya, maka ukuran garis sempadan bangunan
mempertimbangkan ukuran sempadan obyek tersebut dengan mengacu pada jarak
3.
teraman.
Ruang sempadan belakang bangunan dapat dimanfaatkan untuk pendirian bangunan
4
b. 1.000 m 2.500 m
c. > 2.500 m
dengan ketentuan tidak melebihi (seperempat) dari lebar persil bagian belakang dan
tidak melebihi batas koefisien dasar bangunan (KDB) yang ditetapkan.
PERUNTUKKAN LOKASI
10
Pada kondisi lebar muka persil tanah lebih dari 3 (tiga) kali panjang tanahnya, maka
ketentuan sempadan belakang dapat dialihkan ke bagian kiri atau kanan bangunan
a. Industri kecil
b. Industri menengah
10
15
dampak besar terhadap lingkungan sekitar, maka perlu penetapan besaran khusus untuk
sempadan samping kiri, kanan, dan belakang disesuaikan dengan bahan dasar konstruksi
bangunan dan aktivitas di sekelilingnya dan atau pertimbangan pendapat ahli.
Garis sempadan muka bangunan dihitung dari batas ruang milik jalan (RUMIJA) atau batas
persil tanah ditambah koefisien jarak minimal sesuai dengan peruntukkan lokasinya ke
2.
PERUNTUKKAN LOKASI
2.
3.
JARAK MINIMAL
(M)
2) 1000 m 6.000m
3) > 6.000 m
Komersial
PERUNTUKKAN LOKASI
10
2) 1000 m
1) < 500 m
2) 500 m 3000 m
4.
Hunian
a. Rumah tinggal luas kavling
1) < 150 m
2) 150 m 500 m
3) > 500 m
LAPORAN AKHIR
3) > 3000 m
10
10
b. 1.000 m 5.000 m
c. > 5.000 m
10
1-9
Garis sempadan pagar berlaku pada lahan-lahan yang memiliki perbedaan ketinggian
antara permukaan jalan dan persil tidak sebidang minimal sebesar 1,5 meter. Garis
kesehatan, dan kelestarian lingkungan. Dalam hal belum adanya pengaturan garis
a. Apabila permukaan persil lebih tinggi dari permukaan jalan, maka garis sempadan pagar
berada pada permukaan bidang miring sebesar 0,5 meter yang ditarik dari batas RUMIJA
dengan persil
b. Apabila permukaan persil lebih rendah dari permukaan jalan, maka garis sempadan
pagar berada pada batas RUMIJA dengan persil
kegiatan
pengawasan,
penertiban
serta
mekanisme
perizinan.
Ruang
sempadan
sebagaimana dimaksud dalam peraturan walikota ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut:
a. Bangunan penunjang
b. Papan
peringatan,
rambu,
dan
papan
reklame
(dengan
tetap
memperhatikan
Garis sempadan pipa gas ditetapkan dari dinding luar pipa yang terdekat dengan dinding
c. Parkir
luar bangunan ke arah kiri dan kanan. Garis sempadan ini, ditetapkan untuk instalasi jalur
dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan, keamanan, dan kelestarian. Dalam hal
JENIS PIPA GAS
DIAMETER
PIPA (INCH)
penguasaan lahan, tanah-tanah yang sudah dalam penguasaan apabila akan dijadikan
TEKANAN
4 S/D 16 BAR
TEKANAN
>16 S/D 50 BAR
TEKANAN
>50 S/D 10
Pipa Transmisi
15
Pipa Induk
15
Peralatan
20
20
yang berlaku. Pada batas garis sempadan yang telah ditetapkan, tidak diperbolehkan:
a. Mendirikan bangunan baik permanen maupun non-permanen
b. Melakukan kegiatan penggalian, penimbunan barang/sampah/bahan mudah terbakar,
pendukung pipa
transmisi gas
Pipa penyalur
2-6
10
12
3,5
3,5
14 16
18 24
4,5
4,5
28 - 30
36
42-48
penetapan
ketentuan
bangunan
gedung
bertingkat
tinggi
adalah
untuk
mewujudkan bangunan gedung vertikal yang sesuai dengan fungsi, persyaratan tata
LAPORAN AKHIR
1-10
A. KETENTUAN ADMINISTRASI
B. KETENTUAN TEKNIS
Dalam melakukan pembangunan bangunan gedung bertingkat tinggi, penyelenggara
bangunan gedung bertingkat tinggi harus memenuhi ketentuan administratif meliputi:
a. Surat keterangan rencana kota (SKRK), yang merupakan landasan teknis dalam
a. Konsep
pengembangan
bangunan
bertingkat
tinggi
adalah
gedung yang menunjukan dengan jelas batasan secara vertikal dan horizontal dari
c. Izin lingkungan dan dokumen lingkungan yang disesuaikan dengan dampak dan
intensitas kegiatan
green-development
1) Izin tidak keberatan dari masyarakat sekitar yang disetujui oleh unsur kelurahan dan
kecamatan setempat
2) Rekomendasi dari landasan udara setempat mengenai kawasan keselamatan
operasional penerbangan (KKOP)
kebakaran
4) Rekomendasi peil banjir dan sistem drainase
LAPORAN AKHIR
peruntukan
diselenggarakan
melalui
kajian
keterkaitan
fungsional
antara
rencana
1-11
peruntukan dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) dengan rencana pengembangan
lahan yang akan dilaksanakan, potensi dampak yang ditimbulkan terhadap fungsi dominan
kawasan, daya dukung terhadap lingkungan eksisting, daya dukung fisik lahan, kelayakan
lokasi, dan tidak mengganggu lalu lintas darat dan udara.
Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk bangunan gedung bertingkat tinggi adalah
sebagai berikut:
c. Dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling berhadapan, maka jarak
dinding terluar minimal setengah kali jarak bebas yang ditetapkan
Dalam hal denah bangunan gedung berbentuk U, L, atau T atau panjang melebihi 50
meter, maka harus dilakukan pemisahan struktur atau delatasi untuk mencegah terjadinya
kerusakan akibat gempa atau penurunan tanah.
Sirkulasi kendaraan harus memberikan pencapaian yang mudah, jelas, dan terintegrasi
rambu-rambu,
papan
informasi
sirkulasi,
elemen
pengarah
sirkulasi
guna
mendukung sistem sirkulasi yang jelas dan efisien serta memperhatikan unsur estetika.
Setiap bangunan bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan area parkir dengan rasio
Bangunan gedung bertingkat tinggi harus memenuhi ketentuan garis sempadan bangunan
sekurang-kurangnya 1 (satu) lot parkir kendaraan untuk setiap 5 (lima) unit bangunan.
dan jarak bebas antar bangunan gedung dengan ketentuan sebagai berikut:
Penyediaan parkir tidak boleh mengurangi lahan penghijauan yang telah ditetapkan.
Perletakan prasarana parkir tidak mengganggu kelancaran lalu lintas atau mengganggu
a. Tidak melanggar arahan garis sempadan yang ditetapkan sesuai ketentuan berlaku
lingkungan sekitarnya.
b. Pengaturan garis sempadan bangunan bertingkat tinggi meliputi garis sempadan muka
bangunan, belakang bangunan, samping kiri, dan samping kanan bangunan ditetapkan
orientasi
c. Jarak bebas bangunan gedung bertingkat tinggi terhadap bangunan lainnya sekurangkurangnya 4 meter dari lantai dasar dan pada setiap penambahan lantai ditambah 0,5
dengan
tidak
mengganggu
karakter
lingkungan
yang
ingin
ruang publik. Untuk penataan bangunan dan lingkungan yang baik, perlu diatur
pembatasan ukuran, bahan, motif, dan lokasi dari signage.
meter dari jarak bebas lantai di bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 12,5
meter
lingkungan,
Jarak bebas antar dua bangunan gedung bertingkat tinggi dalam satu tapak diatur sebagai
berikut:
arsitektur bangunan.
Pencahayaan
yang dihasilkan
harus
memenuhi keserasian dengan pencahayaan dari dalam bangunan dan pencahayaan dari
jalan umum. Pencahayaan yang dihasilkan menghindari penerangan ruang luar yang
berlebihan,
a. Dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling berhadapan, maka jarak
fungsi dan
silau,
mengganggu
visual,
dan
memperhatikan
aspek
operasi
dan
pemeliharaan.
antara dinding atau bidang tersebut minimal dua kali jarak bebas yang ditetapkan
b. Dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan dinding tembok tertutup dan
yang lain merupakan bidang terbuka dan/atau berlubang, maka jarak antara dinding
tersebut minimal satu kali jarak bebas yang ditetapkan
LAPORAN AKHIR
b. Perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria yang diakui
bersejarah)
e. Mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi
f. Dampak dari pelaksanaan pembangunan bangunan gedung bertingkat tinggi yang
mengakibatkan
kerugian
terhadap
lingkungan
sekitar
menjadi
tanggungjawab
sistem proteksi pasif dan sistem proteksi aktif sesuai dengan ketentuan berlaku.
Setiap bangunan bertingkat tinggi harus dilengkapi dengan proteksi terhadap petir, dalam
upaya untuk mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan oleh petir
terhadap bangunan gedung yang diproteksi, termasuk di dalamnya manusia serta
g. Hal yang mengakibatkan konflik dengan masyarakat, dan atau pemerintah daerah
Perencanaan dan pelaksanaan bangunan gedung bertingkat tinggi beserta seluruh
komponen bangunan gedung yang ada wajib memenuhi standar dan ketentuan
Setiap
keamanan bangunan gedung yang memenuhi standar sesuai ketentuan berlaku sehingga
bangunan bertingkat tinggi harus memenuhi persyaratan sistem pencahayaan alami dan
Bangunan bertingkat tinggi harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami yang
Struktur bangunan direncanakan dan dilaksanakan agar kuat, kokoh, dan stabil dalam
memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta
memenuhi
persyaratan
kelayanan
(serviceability)
selama
umur
layanan
yang
penyelenggaraan
bangunan
bertingkat
tinggi
perlu
menyediakan
ventilasi
Dan
juga
setiap
penyelenggaraan
bangunan
gedung
bertingkat
wajib
Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber
air minum, kualitas air bersih, sistem distribusi, dan penampungannya. Perencanaan
sistem distribusi air minum dalam bangunan gedung harus memenuhi debit air dan
tekanan minimal yang disyaratkan. Penampungan air minum dalam bangunan gedung
diupayakan sedemikian rupa agar menjamin kualitas air. Penampungan air minum harus
memenuhi persyaratan kelaikan fungsi bangunan gedung. Tidak menggunakan air bawah
tanah untuk pemenuhan kebutuhan air bersih.
Limbah cair domestik sebelum dibuang ke saluran terbuka harus diproses sesuai dengan
pedoman dan standar teknis yang berlaku. Tidak diperkenankan membuang air limbah
yang masuk kategori bahan beracun dan berbahaya (B3).
Sistem
penyaluran
air
hujan
harus
direncanakan
dan
dipasang
dengan
1-13
mempertimbangkan
dan
serta keselamatan penghuni bangunan gedung. Jumlah, kapasitas, dan spesifikasi lift
ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota. Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan
sebagai sarana hubungan vertikal dalam bangunan bertingkat tinggi harus mampu
melakukan pelayanan yang optimal untuk sirkulasi vertikal pada bangunan, sesuai jumlah
pengguna bangunan gedung. Salah satu lift yang tersedia harus memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal belum tersedia jaringan drainase kota
lift kebakaran. Lift kebakaran dapat berupa lift khusus kebakaran atau lift penumpang
ataupun sebab lain yang dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan
biasa atau lift barang yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan
dengan
cara
ketinggian
lain
yang
permukaan
dibenarkan
air
oleh
tanah,
instansi
permeabilitas
yang
tanah,
berwenang.
Sistem
pematusan/penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan
penyumbatan pada saluran.
Setiap bangunan bertingkat tinggi harus menyediakan sarana evakuasi bagi semua orang
termasuk penyandang cacat dan lansia yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi
pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi yang dapat menjamin penghuni
bangunan gedung untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara aman
penghuni dan volume kotoran dan sampah. Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan
dalam bentuk penempatan pewadahan dan atau pengolahannya yang tidak mengganggu
kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya. Melakukan pemilahan sampah
mencakup sampah organik dan sampah non-organik.
Untuk
kenyamanan
termal
dalam
ruang
di
dalam
bangunan
gedung
harus
orientasi
bangunan,
penggunaan
bentuk
masa
yang
menimbulkan
shading
(bayangan), ventilasi alami dan penggunaan bahan bangunan. Untuk mendapatkan tingkat
temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat
pengkondisian udara yang mempertimbangkan prinsip penghematan energi dan ramah
lingkungan dan kemudahan pemeliharaan.
Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan
bangunan bertingkat tinggi harus mengikuti standar tata cara perencanaan kenyamanan
terhadap getaran pada bangunan gedung. Dan untuk mendapatkan tingkat kenyamanan
terhadap kebisingan pada bangunan bertingkat tinggi harus mempertimbangkan jenis
kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber bising lainnya baik yang berada pada
bangunan gedung maupun di luar bangunan gedung.
Setiap bangunan bertingkat tinggi harus menyediakan sarana hubungan vertikal antar
lantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung tersebut berupa
tersedianya tangga dan lift. Penggunaan lift diwajibkan pada bangunan gedung bertingkat
Pulomerak, Grogol, Purwakarta, Cilegon, Jombang, dan Cibeber) yang terdiri atas 43
dengan jumlah lantai lebih dari 5 (lima) lantai. Jumlah, ukuran, dan konstruksi sarana
kelurahan.
hubungan vertikal harus berdasarkan fungsi luas bangunan, dan jumlah pengguna ruang,
LAPORAN AKHIR
1-14
mempunyai sifat meresapkan air cukup baik. Tanah yang berasal dari aluvium (endapan
sungai, pantai, dan rawa) dijumpai di wilayah utara Kota Cilegon. Jenis tanah ini dicirikan
dengan warna abu-abu muda kecokelatan, bersifat agak lepas, ukuran butir dari lempung
hingga pasir, tekstur halus-kasar. Sesuai dengan tekstur tanah dan sebarannya, dengan
B. FISIK GEOGRAFIS
C. SOSIAL KEPENDUDUKAN
Kota Cilegon berada pada ketinggian antara 0-553 meter di atas permukaan laut (dpl).
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kota Cilegon tersebut terutama dipengaruhi oleh
peristiwa migrasi penduduk yang masuk sebagai pencari kerja maupun tenaga kerja yang
Berdasarkan karakteristik morfologi daratan dan kemiringan lahan, secara garis besar
Cilegon, khususnya pada sektor industri, perdagangan dan jasa. Sebagaimana masalah
karakteristik fisik Kota Cilegon dapat dibedakan ke dalam tiga bagian, yaitu bentuk
dapat
ditafsirkan
sebagai
keterisolasian
dan
perbedaan
perlakuan
dalam
upaya
air bersih dan sanitasi, pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta rasa aman dari tindak
Terdapatnya daerah aliran langka, potensi mata air langka dengan daerah penyebaran di
kekerasan. Selain itu, pada umumnya masyarakat miskin perkotaan bekerja sebagai buruh
bagian utara dan tengah wilayah kota; (2) Akuifer produktif rendah, air melalui celahan
dan sektor informal yang tinggal di pemukiman yang tidak sehat dan rentan terhadap
dan ruang antar butir, potensi mata air sedang; (3) Akuifer produktif dengan penyebaran
penggusuran.
luas, alirannya melalui ruang antar butir. Pada akuifer ini tidak terdapat mata air; dan (4)
Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas, alirannya melalui ruang antar butir.
masih mewarnai kehidupan keseharian masyarakat, dimana hal ini masih memberikan
peran dalam filterisasi budaya-budaya baru yang tidak berkenan dengan nilai-nilai agama
Berdasarkan pada evaluasi peta geologi yang ada (E. Rusmana,dkk,1991), struktur geologi
D.PEREKONOMIAN
struktur yang berarah barat daya-timur laut terdapat di bagian timur Kota Cilegon yang
memotong batuan Tufa Banten.
Sebagai suatu wilayah perkotaan, struktur perekonomian Kota Cilegon berdasarkan PDRB
A.D.H. konstan (2000) dicirikan dengan dominasi peran sektor-sektor sekunder (sektor
Keadaan tanah di Kota Cilegon merupakan hasil pelapukan batuan vulkanik yang berasal
industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, serta sektor bangunan).
dari Gunung Gede. Jenis tanah ini dijumpai di dataran dan lereng pegunungan, berwarna
khusus, struktur perekonomian Kota Cilegon sangat bergantung pada Sektor Industri
cokelat muda, cokelat tua dengan tekstur halus-kasar, termasuk jenis tanah ini adalah
Pengolahan dimana nilai produksi pada sektor ini terutama banyak disumbangkan oleh
lempung, lempung pasiran dan pasir. Jenis tanah pasir atau yang bersifat pasiran
LAPORAN AKHIR
Secara
1-15
ekonomi lainnya yaitu sektor tersier (sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
Pengelolaan limbah padat berupa sampah di Kota Cilegon dilaksanakan oleh petugas
angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, serta sektor jasa) sebagai ciri khas lainnya
kebersihan
dari perekonomian perkotaan. Sedangkan sektor primer (sektor pertanian dan sektor
Pembuangan Sementara (TPS), baik sampah yang berasal dari permukiman, perdagangan
ataupun industri, untuk diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di wilayah Bagendung.
yang
bertugas
mengumpulkan
sampah-sampah
dari
setiap
Tempat
open dumping.
E. PRASARANA PERKOTAAN
Sebagai penunjang kegiatan
transportasi sangat besar. Kedudukan geografis Kota Cilegon yang berbatasan langsung
dengan laut (Selat Sunda) serta posisi Kota Cilegon terletak dalam jalur lintasan
pergerakan lalu lintas regional Jawa-Sumatera. Secara teoritis kondisi jaringan jalan yang
ada di Kota Cilegon terdiri dari system jaringan jalan primer dan sekunder tetapi pada
kenyataan di lapangan perbedaan antara kedua sistem tersebut tidak jelas karena kedua
sistem tersebut menyatu. Di satu sisi merupakan jalur lintasan primer di sisi lain juga
merupakan jalur lintasan sekunder.
Sumber air bersih penduduk umumnya yaitu air tanah dangkal yang dimanfaatkan dengan
menggunakan pompa dan air dari PDAM. Layanan penyediaan air bersih di Kota Cilegon
yang dikelola oleh PDAM Cilegon Mandiri dan Perusahaan Krakatau Tirta Industri (KTI), saat
ini baru menjangkau kawasan-kawasan disekitar pusat kota. Sumber air baku yang
disalurkan melalui sistem pipa transmisi ke wilayah Kota Cilegon sebagian besar berasal
dari sumber mata air di kawasan Rawa Danau.
Hingga saat ini Kota Cilegon belum mempunyai saluran pembuangan air bersih secara
terpusat (off-site system). Sarana yang ada berupa system setempat (on-site system),
seperti MCK, jamban keluarga, dan MCK umum. Dengan demikian masyarakat membuang
air limbahnya ke tangki septik, cubluk, sungai, saluran drainase, dan ke permukaan tanah.
yaitu mulai dari Tugu perbatasan Kota Cilegon Kabupaten Serang sampai dengan
persimpangan ADB-Tugu Siliwangi. Jalur Protokol ini merupakan salah satu kawasan yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berpotensi menjadi kawasan yang representatif,
berjati diri sehingga dapat memberikan nilai dan arti tersendiri bagi Kota Cilegon.
Strip development sepanjang jalur protokol berlangsung pesat, antara lain disebabkan
tingginya tekanan ruang usaha dan sarana fisik kota lainnya di sepanjang lokasi yang
bernilai ekonomi tinggi. Preseden menunjukkan bahwa daerah penghubung yang memiliki
aksebilitas tinggi akan mengalami perubahan fisik dan morfologi bangunan-bangunan di
sepanjang jalan tersebut. Peningkatan intensitas bangunan dari gedung berlantai rendah
menjadi gedung berlantai tinggi tidak dapat dihindari oleh karena meningkatnya nilai
lahan.
Sebagai pusat kota (pusat pelayanan sarana kota, pusat kegiatan bisnis/CBD, pusat
pemerintahan) dihadapkan pada isu menurunnya kualitas wajah jalur protokol sebagai
wajah kota, meningkatnya kemacetan, dan kurang tersedianya ruang publik.
Sarana MCK pribadi yang dimiliki penduduk pada umumnya dilengkapi dengan tangki
Meningkatnya daya tarik kawasan sebagai pusat pertumbuhan baru (fast growth area) dan
meningkatnya kegiatan yang masuk kategori penggunaan lahan campuran (mixed use)
Sistem drainase di Kota Cilegon umumnya masih berupa drainase alami mengikuti alur
morfologi wilayahnya. Saluran drainase tertutup dengan konstruksi beton umumnya
dan kegiatan aneka industri sekitar Jalan Bojonegara sehingga menimbulkan alih fungsi
bangunan dan kemacetan.
terdapat di wilayah pusat kota berpola linier mengikuti jaringan jalan, sedangkan di
wilayah pinggiran kota, saluran drainase umumnya merupakan saluran terbuka. Aliran air
melalui saluran drainase Kota Cilegon mengalir menuju dua saluran primer, yakni Kali
Kedung Ingas dan Kali Seruni/Cibeber.
LAPORAN AKHIR
1-16