Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organic, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsurunsur utamanya teridiri dari karbon, hydrogen, dan oksigen. Batu bara juga adalah
batuan organic yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang
dapat ditemui dalam berbagai bentuk (1).
Potensi batubara di Indonesia cukup besar dan tersebar mulai dari pulau
Sumatera, Kalimantan Jawa,Sulawesi serta Irian. Dalam rangka diversifikasi
sumber energi minyak bumi, pemerintah mencanangkan batubara sebagai salah
satu alternatif. Kendala pemanfaatan batubara adalah terbentuknya limbah
berbentuk abu yang dapat merusak tungku pembakaran (terbentuknya slag) serta
jumlah produk limbah yang dihasilkan (1).
Saat ini penggunaan batubara di kalangan industri semakin meningkat,
karena selain harga yang relatif murah juga harga bahan bakar minyak untuk
industri cenderung naik. Penggunaan batubara sebagai sumber energi pengganti
BBM, disatu sisi sangat

menguntungkan namun disisi

masalah, yaitu abu batubara yang merupakan hasil

lain

menimbulkan

samping pembakaran

batubara. Dari sejumlah pemakaian batubara akan dihasilkan abu batubara sekitar
2 10 % (tergantung jenisbatubaranya, low calory atau hight calory) (1).
Abu batubara adalah bagian dari sisa pembakaran batubara yang berbentuk
partikel halus amorf dan abu tersebut merupakan bahan anorganik yang terbentuk
1

dari perubahan bahan mineral (mineral matter) karena proses pembakaran. Dari
proses pembakaran batubara pada unit penmbangkit uap (boiler) akan terbentuk
dua jenis abu yaitu abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Komposisi
abu batubara yang dihasilkan terdiri dari 10 - 20 % abu dasar, sedang sisanya
sekitar 80 - 90 % berupa abu terbang. Abu terbang ditangkap dengan electric
precipitator sebelum dibuang ke udara melalui cerobong (1).
Menurut ACI Committee 226, dijelaskan bahwa abu terbang (fly ash)
mempunyai butiran yang cukup halus, yaitu lolos ayakan No. 325 (45 mili
mikron) 5 27 % dengan spesific gravity antara 2,15 2,6 dan berwarna abu-abu
kehitaman. Abu batubara mengandung silika dan alumina sekitar 80 % dengan
sebagian silika berbentuk amorf. Sifat-sifat fisik abu batubara antara lain
densitasnya 2,23 gr/cm3, kadar air sekitar 4 % dan komposisi mineral yang
dominan adalah -kuarsa dan mullite. Selain itu abu batubara mengandung SiO2
= 58,75 %, Al2O3 = 25,82 %, Fe2O3 = 5,30 % CaO = 4,66 %, alkali = 1,36 %,
MgO = 3,30 % dan bahan lainnya = 0,81 % (Misbachul Munir,2008). Beberapa
logam berat yang terkandung dalam abu batubara seperti tembaga (Cu), timbal
(Pb), seng (Zn), kadmium (Cd), chrom (Cr) (1).
Timbal sebagai salah satu komponen dalam abu batubara mempunyai efek
toksik yang luas pada manusia dengan menganggu fungsi ginjal, saluran
pencernaan bahkan sistem saraf contohnya seperti menimbulkan kerusakan otak
dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar dan delirium. Berikut
akan dijelaskan efek timbal dalam abu batubara terhadap neurologis (2).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur
merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan
tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan
gunung berapi dan proses geokimia. Pb merupakan logam lunak yang
berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5
C dan titik didih 1.740 C pada tekanan atmosfer. Timbal mempunyai nomor
atom terbesar dari semua unsur yang stabil, yaitu 82. Namun logam ini sangat
beracun. Seperti halnya merkuri yang juga merupakan logam berat. Timbal
adalah logam yang yang dapat merusak sistem saraf jika terakumulasi dalam
jaringan halus dan tulang untuk waktu yang lama. Kadar normal timbal pada
orang dewasa adalah antara 0,4-0,5 ug/ml darah lengkap sedangkan untuk
anak-anak 0,25 ug/ml dara (2).

B. Sumber Pencemaran Timbal


Sumber pencemaran timbal di lingkungan berasal dari alam dan
kegiatan manusia yaitu emisi kendaraan dan industri. Emisi timbal yang
masuk dalam bentuk gas terutama berkaitan sekali berasal dari buangan
kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan hasil samping pembakaran
yang terjadi dalam mesin kendaraan yang berasal dari senyawa Tetra Etil
Lead dan Tetra Metil Lead yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar
kendaraan bermotor yang berfungsi sebagai anti knock. Musnahnya timbal

dalam peristiwa pembakaran pada mesin menyebabkan jumlah timbal yang


dibuang ke udara melalui asap kendaraan menjadi sangat tinggi. Tingginya
tingkat timbal di udara akan mempengaruhi jumlah timbal dalam darah (3).
Timbal juga terdapat dalam abu batu bara. Abu batu bara adalah
bagian dari sisa pembakaran batubara yang berbentuk partikel halus amorf
dan abu tersebut merupakan bahan anorganik yang terbentuk dari perubahan
bahan mineral karena proses pembakaran (1).

Penggunaan bahan bakar bertimbal melepaskan 95% timbal yang


mencemari udara dinegara berkembang (3).
C. Pencemaran Timbal di Udara
Baku mutu udara nasional untuk timbal, berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran
udara adalah sebesar 2 g/m3 untuk 24 jam pengukuran. Sedangkan standar yang
ditetapkan oleh WHO untuk konsentrasi timbal di udara adalah 0,5 g/m 3.
Sebagai bahan pencemar udara, keberadaan timbal diudara dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut (4) :
a. Suhu Udara

Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi bahan pencemar diudara.


Suhu udara tinggi menyebabkan udara renggang, sehingga konsentrasi bahan
pencemar menjadi rendah dan sebaliknya, pada suhu dingin keadaan udara
makin padat sehingga konsentrasi bahan pencemar diudara makin tinggi.
b. Kelembaban
Kelembaban udara dapat mempengaruhi bahan pencemar diudara.
Pada kelembaban tinggi, kadar uap air dapat bereaksi dengan bahan pencemar
diudara menjadi senyawa yang berbahaya atau menjadi bahan pencemar
sekunder.
c. Angin
Angin merupakan udara yang bergerak, akibat pergerakan angin akan
terjadi proses penyebaran bahan pencemar. Arah dan kecepatan angin sangat
mempengaruhi konsentrasi bahan pencemar disuatu tempat. Untuk partikel
timbal dapat disebarkan angin hingga mencapai jarak 100 1000 km dari
sumbernya.
d. Curah Hujan
Hujan dapat melarutkan bahan pencemar diudara, sehingga bahan
pencemar tersebut jatuh ke bumi. Dengan demikian bahan pencemar yang
berbentuk partikel dapat berkurang konsentrasinya pada saat hujan.
e. Sinar matahari
Sinar matahari dapat membuat bahan pencemar diudara saling bereaksi
satu sama lain melalui reaksi fotokimia menjadi bahan pencemar sekunder.
Konsentrasi bahan pencemar udara terutama bahan pencemar sekunder dapat
berbeda disatu tempat dengan tempat yang lain, tergantung pada banyaknya
sinar matahari yang diterima tempat tersebut.
D. Absorbsi, Metabolisme, dan Ekskresi Pb

Timbal diabsorbsi melalui cara penghirupan dan masuk melalui jalur


organ pernapasan sekitar 85 %, saluran pencernaan 14 % dan kulit 1%. Kirakira 40 % timbal berasal dari asap. Timbal oksida yang dihirup diabsorbsi
sampai ke saluran pernafasan. Penyerapan partikulat debu timbal bergantung
pada ukuran partikel dan kelarutannya. Kurang lebih 5-10% dari senyawa
timbal yang masuk diserap oleh saluran gastrointestinal. Di dalam aliran
darah, sebagian besar timbal diserap dalam bentuk ikatan dengan eritrosit,
plasma darah berfungsi dalam mendistribusikan timbal dalam darah ke bagian
saraf, ginjal, hati, kulit dan otot skeletal/rangka. Jaringan yang terpapar timbal
dengan dosis tinggi akan menunjukkan gejala akut, apabila timbal melewati
plasenta, tingkat kematian janin akan sangat bergantung pada tingkat kondisi
ibunya (2).
Timbal yang diabsorbsi melalui saluran pencernaan didistribusikan ke
dalam jaringan lain melalui darah. Dalam tubuh manusia timbal terdeteksi
dalam (2):
1) Darah, timbal terikat dalam sel darah merah (eritrosit). Sekitar 95% timbal
yang berada pada peredaran darah terikat oleh eritrosit. Waktu paruh
timbal dalam darah sekitar 25-30 hari.
2) Jaringan lunak (hati dan ginjal) mempunyai waktu paruh sekitar beberapa
bulan. Terdapat keseimbangan antara kadar timbal dalam darah dan dalam
jaringan lunak. Pada jaringan ini sejumlah timbal didistribusikan dan
sejumlah lainnya didepositkan.
3) Tulang dan jaringan keras seperti gigi, tulang rawan dan sebagainya.
Hampir sekitar 90-95% timbal dalam tubuh terdapat dalam tulang,

terutama pada tulang panjang. Waktu paruhnya mencapai 30 40 tahun.


Timbal dalam tulang terdiri atas dua bagian yaitu timbal yang terikat
dalam matriks tulang, disebut old lead dan yang lain disebut sebagai new
lead yang mudah berubah jika dibandingkan dengan old lead. Tulang
berfungsi sebagai tempat pengumpulan timbal karena sifat ion timbal
hampir sama dengan Ca. Jika kadar timbal dalam darah turun, tulang akan
mengembalikan timbal dalam peredaran darah. Timbal yang diserap akan
diendapkan dalam tulang bergabung dengan matrik tulang yang mirip
dengan Kalsium. Timbal yang terdapat di dalam tulang hanya akan
bergerak lambat dan secara umum akan meningkat jumlahnya bersamaan
dengan waktu terpapar. Penyimpanan timbal dalam tulang menyebabkan
kenaikan katabolisme tulang yang memungkinkan dapat meningkatkan
konsentrasi timbal dalam sirkulasi darah. Berbagai penyakit yang
ditimbulkan oleh adanya proses pergantian tulang berkaitan dengan
tingginya kadar timbal dalam daran seperti hipertiroidisme dan
osteoporosis.
Secara intraseluler, timbal terikat pada kelompok sulfihidril dan ikut
berperan dalam sejumlah enzim seluler seperti dalam sintesis heme.
Pengikatan seperti itu juga terdapat pada keberadaan timbal dalam rambut dan
kuku. Timbal juga terikat pada membran mitokondria dan bergabung dengan
protein dan berperan dalam sintesis asam nukleat (5).
Proses terjadinya ekskresi timbal itu lambat untuk sampai ginjal.
Ekskresi timba diantaranya melalui cara ekskresi feses dan pengelupasan kulit
7

epidermal. Senyawa alkil timbal yang tidak dapat larut dengan air akan
diserap sampai ke kulit. Timbal tetrametil akan berubah menjadi metabolit
triakil yang responnya sangat tinggi terhadap toksisitas lemak. Senyawa
timbal alkil pada akhirnya akan diubah menjadi timbal inorganik dan
kemudian diekskresikan dalam urin (6,7)
E. Pengaruh Timbal Terhadap Kesehatan Manusia
Timbal tidak dibutuhkan dalam proses fisiologis manusia. Timbal
masuk ke tubuh manusia melalui proses pernapasan, diserap dan diedarkan
melalui darah dan terakumulasi dalam hati, pankreas dan tulang. Dalam
beberapa kondisi rata-rata timbal diambil 300ug dari makanan padat, 20 ug
cairan dan 10-100 ug dari udara. Bila timbal terakumulasi dalam tubuh
manusia, dapat merauni atau merusak fungsi mental, perilaku, anemia dan
bila tingkat keracunan yang lebih berat dapat menyebabkan muntah-muntah
serta kerusakan yang serius pada sistem saraf dan menungkinkan gangguan
dalam sistem otak. Timbal dapat merusak dengan berbagai cara seperti
pengurangan sel-sel darah merah, penurunan sintesa hemoglobin dan
penghambatan sistesa heme yang menimbulkan anemia. Timbal dapat juga
mempengaruhi sistem saraf intelegensia, dan pertumbuhan anak-anak. Hal
ini karena timbal dalam tulang dapat mengganti kalsium yang dapat
menyebabkan kelumpuhan (8).
Timbal (Pb)
dalam Darah
(g/dl)
< 10

Dampak
Meningkatkan kadar enzim
ALAD (Amino Levulinic Acid
Dehidrase) dalam sel darah

Populasi
Dewasa, Anak-Anak

merah
20 25
20 30
25 35
30 40
40
40
40
40 50
50 60
60 70
60 70
> 80

Meningkatkan
kadar
Protoporphyrin dalam sel
darah merah
Meningkatkan
kadar
Protoporphyrin dalam sel
darah merah
Meningkatkan
Kadar
Protoporphyrin dalam sel
darah merah
Meningkatkan eksresi ALA
(Amino Levulinic Acid)
Meningkatkan ALA (Amino
Levulinic Acid) dalam urin
Meningkatkan
Coproporphyrine dalam urin
Anemia
Gangguan sistem saraf tepi
Gangguan fungsi otak
Gangguan fungsi otak
Gangguan neurologi (susunan
saraf) berupa encephalopathy
dan keracunan timah hitam
Gangguan neurologi (susunan
saraf) berupa encephalopathy
dan keracunan timah hitam

Anak-Anak
Dewasa Perempuan
Dewasa Laki-Laki
Umum
Dewasa, Anak-Anak
Dewasa
Dewasa, Anak-Anak
Dewasa
Anak-Anak
Dewasa
Anak-Anak
Dewasa

F. Patofisiologi Konsentrasi Timbal dalam Darah dengan Sistem Saraf


Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan fisiologis
yang diakibatkan oleh proses patologis. Gangguan dalam proses seluler
normal mengakibatkan terjadinya perubahan adaptif atau lethal. Perbedaan
antara sel yang sanggup beradaptasi dan sel yang cedera adalah pada dapat
atau tidaknya sel itu mengikuti dan mengatasi atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang berubah atau merusak itu. Sel cedera menunjukan

perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi fungsi-fungsi tubuh dan


bermanifestasi sebagai penyakit (9).
Diantara semua sistem pada organ tubuh, sistem saraf merupakan
sistem yang paling sensitif dan merupakan organ sasaran terhadap daya
racun yang dibawa oleh timbal (7). Setelah tingkat pajanan tinggi, dengan
kadar timbal darah diatas 80 g/100 ml, dapat terjadi enselopati. Terjadi
kerusakan pada arteriol dan kapiler yang mengakibatkan edema otak,
meningkatnya tekanan cairan serebrospinal, degenerasi neuron dan
perkembangbiakan sel glia. Secara klinis keadaan ini disertai dengan
munculnya ataksia, stupor, koma dan kejang-kejang. Pada anak-anak,
sindroma klinis ini dapat terjadi pada kadar Pb darah sebesar 70 g/100 ml.
Pada kadar yang lebih rendah 4050 g/100 ml anak-anak dapat
hiperaktivitas, berkurangnya rentang perhatian dan skor IQ sedikit menurun
(10). Gangguan terhadap fungsi saraf orang dewasa berdasarkan uji
psikologi diamati pada kadar 50 g/100 ml. Sedangkan gangguan sistem
saraf tepi diamati pada kadar timbal darah 30 g/100 ml (11).
Ensefalopati merupakan nama umum dari gangguan fungsi otak,
yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain infeksi, toksin, kelainan
metabolik dan iskemik. Encephalopati timbal dapat terjadi akut maupun
kronis. Pada akut terjadi pembengkakan otak kadang disertai pendarahan
kecil diotak. Sedangkan pada kasus kronis terjadi kerusakan jaringan otak
yang luas disertai adanya kavitas, penebalan dinding vena yang tak teratur
sehingga dapat berkembang menjadi cerebral injury (10).

10

Gejala klinis encephalopati akut tergantung pada umur, kondisi


penderita secara umum, jumlah timbal yang diabsorbsi, lamanya paparan,
alkoholik kronis dan lain sebagainya. Beberapa gejala dan tandanya adalah
perubahan sikap mental, melemahnya daya ingat dan sukar berkonsentrasi,
hiperiritabiliti, gelisah, depresi, sakit kepala, vertigo dan tremor. Jika terus
berlanjut apalagi terjadi muntah-muntah yang hebat, apatis, stupor dan koma
harus dicurigai indikasi terjadinya edema cerebral. Kadar timbal dalam darah
yang menyebabkan kelainan ini tidak bisa dipastikan, walaupun biasanya
tidak terjadi pada kadar timbal dalam darah dibawah 100 g/100 ml (11).
Kerusakan pada sistem saraf perifer atau tepi akibat keracunan timbal
terutama terjadi pada motoriknya dan terjadi pada orang dewasa. Kerusakan
terjadi pada motor neuron sedangkan neuron sensorik sedikit mengalami
gangguan. Kerusakan biasanya mengenai otot ekstensor dan unilateral
sehingga bisa menimbulkan Wrist Drop pada otot lengan, otot mata dan
tungkai. Biasanya yang terpengaruh adalah bagian otot yang sering
digerakkan. Beberapa gejala dan tandanya adalah rasa sakit dan lemah pada
otot dan persendian, otot mudah lelah dan tremor. jIka penyakit ini terus
berkembang akan terjadi parese tanpa rasa sakit. Kerusakan saraf ini
dijumpai pada pekerja dengan timbal darah 80 - 120 g/100 ml (12).
Sifat racun timbal memang lebih berpengaruh pada anak daripada
terhadap orang dewasa. Semakin muda usia, apalagi semasih di dalam
kandungan, semakin rentan. Usus mereka menyerap serbuk timbal lebih
banyak daripada orang dewasa. Dari semua bagian tubuh mereka yang

11

tengah berkembang, sistem saraflah yang paling menonjol dan mudah


terancam, meski hanya sedikit masukan zat berbahaya tersebut. Timbal yang
terserap oleh anak-anak, meski jumlahnya kecil, dapat menyebabkan
gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian
berakibat pada fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik (13).
Sistem saraf dan pencernaan anak masih dalam tahap perkembangan,
sehingga lebih rentan terhadap timbal yang terserap. Anak dapat menyerap
hingga 50% timbal yang masuk ke dalam tubuh, sedangkan orang dewasa
hanya menyerap 10-15% (10).
Jika mengabsorbsi lebih dari 0,5 mg/hari akan terjadi akumulasi
sehingga keracunan. Efek toksik timbal terutama pada otak dan saraf dengan
kadar diotak dan hati bisa mencapai 5-10 kali dari dalam darah. Jumlah
timbal minimal didalam darah orang dewasa berkisar antara 60100 g/100
ml darah dapat menyebabkan keracunan. Pada keracunan akut biasanya
terjadi karena masuknya senyawa timbal yang larut dalam asam atau
menghirup uap timbal tersebut. Gejala-gejala yang timbul berupa mual,
muntah, sakit perut hebat, kelainan fungsi otak, anemia berat, kerusakan
ginjal bahkan kematian dapat terjadi dalam 1-2 hari (14).
Kelainan fungsi otak terjadi karena timbal ini secara kompetitif
menggantikan mineral-mineral utama seperti seng, tembaga dan besi dalam
mengatur fungsi sistem saraf pusat. Kandungan timbal dalam darah
berkorelasi dengan tingkat kecerdasan anak, semakin tinggi kadar timbal
dalam darah, semakin rendah poin IQ, apabila dalam darah ditemukan kadar

12

timbal sebanyak tiga kali batas normal (intake normal sekitar 0,3 mg/hari)
maka akan terjadi penurunan kecerdasan intelektual dibawah 80 (10).
Keracunan timbal kronik menimbulkan gejala seperti depresi, sakit
kepala, sulit berkonsentrasi, gelisah, daya ingat menurun, sulit tidur,
halusinasi dan kelemahan otot. Susunan saraf pusat merupakan organ sasaran
utama timbal (15).

G. Gejala dan Tanda Klinis Akibat Terpapar Timbal


1. Terpapar Secara Akut
Setelah terpapar secara akut atau sub akut oleh timbal melalui
udara yang dihirup menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal seperti
kram perut, kolik, dan biasanya diawali dengan sembelit. Sakit perut
sering

dirasakan

diantaranya

sering

mual

dan

muntah-muntah.

Sedangkan manifestasi secara neurologi dari terpapar timbal adalah


encephalopathy seperti sakit kepala, bingung atau pikiran kacau, sering
pingsan, dan koma. Pada beberapa kasus akibat terpapar timbal, oliguria
dan gagal ginjak yang akut dapat berkembang dengan cepat (2).
2. Terpapar Secara Kronis
Pada kasus terpapar timbal akibat kerja, intoksikasi timbal secara
kronis berjalan lambat. Kelelahan, kelesuan, irritabilitas dan gangguan
gastrointestinal merupakan tanda awal dan intoksikasi timbal secara
kronis (2).
Terpapar secara terus menerus pada sistem saraf pusat
menunjukkan gejala seperti insomnia, bingung atau pikiran kacau,

13

konsentrasi berkurang, dan gangguan ingatan. Berbagai penelitian secara


epidemiologi telah menunjukkan bahwa tingkat paparan dengan dosis
rendah sudah menimbulkan efek yang merugikan pada perkembangan
dan fungsi sistem saraf pusat. Efek tersebut diantaranya dapat
menimbulkan

berbagai

penyakit/gangguan

seperti

gangguan

pikiran/kebingungan, ketidak mampuan untuk mengikuti perintah yang


sederhana, dan pada IQ menghasilkan angka/skor yang rendah. Hasil
penelitian lain juga menunjukkan bahwa untuk kadar timbal dalam darah
antara 50-70 ug/dl berkaitan dengan penurunan 5 poin dalam tes IQ pada
anak-anak yang asimtomatik dengan faktor-faktor pengacau yang
terkontrol. Needlemen dan Gatsoeis melakukan meta analisis untuk data
dari 12 studi epidemioogi cross sectional dengan kontrol untuk factorfaktor yang potensial mempengaruhi hubungan antara IQ dengan timbal
darah. Hasilnya mendukung pernyataan bahwa kadar timbal darah
sebesar 10-15 ug/dl akan menimbulkan gangguan terhadap IQ anak.
Studi-studi selanjutnya yang dilakukan untuk mengikuti perkembangan
dari anak-anak yang mengikuti terpapar timbal dengan kadar rendah akan
bersifat menetap. Needlemen dkk melaporkan bahwa dari hasil studi
kohort pada 132 remaja SMA diukur kadar timbal pada giginya. Tes
secara fisik yang telah dilakukan menunjukkan adanya pigmentasi warna
biru abu-abu uang terjadi pada gusi yang menandakan bahwa kadar
timbal pada gigi > 20 ppm. Sementara itu tes secara neurologis
menampakkan keadaan lemah dari otot-otot ekstensor distal. Terpapar

14

timbal akil dapat menimbulkan gejala-gejala intoksikasi anatara lain


anoreksia, insomnia, kelelahan, sakit kepala, depresi, dan iritabilitas
sebagai gejala awal. Proses selanjutnya adalah kondisi bingung atau
kacau, gangguan ingatan dan excitability (2).

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organic, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Abu
batubara adalah bagian dari sisa pembakaran batubara yang berbentuk partikel
halus amorf dan abu tersebut merupakan bahan anorganik yang terbentuk dari
perubahan bahan mineral (mineral matter) karena proses pembakaran. Beberapa

15

logam berat yang terkandung dalam abu batubara seperti tembaga (Cu), timbal
(Pb), seng (Zn), kadmium (Cd), chrom (Cr). Timbal sebagai salah satu komponen
dalam abu batubara mempunyai efek toksik yang luas pada manusia dengan
menganggu fungsi ginjal, saluran pencernaan bahkan sistem saraf contohnya
seperti menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan
otak besar dan delirium. Setelah tingkat pajanan tinggi, dengan kadar timbal darah
diatas 80 g/100 ml, dapat terjadi enselopati. Terjadi kerusakan pada arteriol dan
kapiler yang mengakibatkan edema otak, meningkatnya tekanan cairan
serebrospinal, degenerasi neuron dan perkembangbiakan sel glia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gurharyanto, Gani M, Ulum A. Minimisasi Limbah Batubara:


Pengurangan Kandungan Batubara dengan Metode Magnetik, Prosiding
pemaparan hasil Litbang ilmu pengetahuan teknik, LIPI Bandung.
2. Riyadina W. Pengaruh pencemaran Pb (timbal) terhadap kesehatan. Media
Litbangkas.1997; Vol VII.
3. KPPB, 2005. Dampak Pemakaian Bensin Bertimbal dan Kesehatan,
(Online), (http://www.kpbb.org/pdf, diakses 30 Oktober 2014).
4. Depkes, 2005. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan, (Online), (http://www.depkes.go.ig/downloads.udara , diakses
30 Oktober 2014)
5. Health effect of outdoor air pollution. American Journal of Respirology
and critical care medicine. 1996; vol.93.

16

6. Richard Lewis, MD, NPH, (1990). Metals, Occupational Medicine, A


Lange Medical Book, Prentice-Hall International Inc. USA, page: 306310.
7. Palar, H. Pencemaran dan toksikologi logam berat. Penerbit PT Rineka
Cipta. Jakarta. 2008
8. Khidri, 2008. Kadar timbale dalam darah anak-anak di kota Makassar,
(Online), (http://www.pdpersi.co.id, diakses 30 Oktober 2014).
9. Tambayong, J. Patofisiologi untuk keperawatan. Penerbit

Buku

Kedokteran EGC. Jakarta. 2002


10. Widowati, dkk. Efek toksik logam pencegahan dan penanggulangan
pencemaran. Penerbit CV Andi Offset. Yogyakarta.2008
11. Tugaswati, AT. (2008). Emisi gas buang kendaraan bermotor dan
dampaknya

terhadap

kesehatan

(Online),

(http://www.kpbb.org/makalah.kesehatan.pdf, diakses 30 Oktober 2014).


12. Sudarmadji,dkk. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya
Terhadap

Kesehatan,

(Online),

(http://journal.unair.ac.id/filerpdf/KESLING-2-2-03.pdf,
Oktober 2014)
13. Lestari,
P.2011.

Polusi

Timbal

Bikin

diakses

Bodoh,

30

(Online),

(http://www.pjnhk.go.id, diakses 30 Oktober 2014)


14. Darmono. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
2001.
15. Santi, D.N. 2001. Pencemaran Timbal oleh Udara dan Pengaruhnya

Terhadap

Penanggulangannya,

(Online),

(http://www.library.usu.ac.id/download, diakses 30 Oktober 2014).

17

Anda mungkin juga menyukai