Efek Timbal Pada Batubara Terhadap Saraf
Efek Timbal Pada Batubara Terhadap Saraf
PENDAHULUAN
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organic, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsurunsur utamanya teridiri dari karbon, hydrogen, dan oksigen. Batu bara juga adalah
batuan organic yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang
dapat ditemui dalam berbagai bentuk (1).
Potensi batubara di Indonesia cukup besar dan tersebar mulai dari pulau
Sumatera, Kalimantan Jawa,Sulawesi serta Irian. Dalam rangka diversifikasi
sumber energi minyak bumi, pemerintah mencanangkan batubara sebagai salah
satu alternatif. Kendala pemanfaatan batubara adalah terbentuknya limbah
berbentuk abu yang dapat merusak tungku pembakaran (terbentuknya slag) serta
jumlah produk limbah yang dihasilkan (1).
Saat ini penggunaan batubara di kalangan industri semakin meningkat,
karena selain harga yang relatif murah juga harga bahan bakar minyak untuk
industri cenderung naik. Penggunaan batubara sebagai sumber energi pengganti
BBM, disatu sisi sangat
lain
menimbulkan
samping pembakaran
batubara. Dari sejumlah pemakaian batubara akan dihasilkan abu batubara sekitar
2 10 % (tergantung jenisbatubaranya, low calory atau hight calory) (1).
Abu batubara adalah bagian dari sisa pembakaran batubara yang berbentuk
partikel halus amorf dan abu tersebut merupakan bahan anorganik yang terbentuk
1
dari perubahan bahan mineral (mineral matter) karena proses pembakaran. Dari
proses pembakaran batubara pada unit penmbangkit uap (boiler) akan terbentuk
dua jenis abu yaitu abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Komposisi
abu batubara yang dihasilkan terdiri dari 10 - 20 % abu dasar, sedang sisanya
sekitar 80 - 90 % berupa abu terbang. Abu terbang ditangkap dengan electric
precipitator sebelum dibuang ke udara melalui cerobong (1).
Menurut ACI Committee 226, dijelaskan bahwa abu terbang (fly ash)
mempunyai butiran yang cukup halus, yaitu lolos ayakan No. 325 (45 mili
mikron) 5 27 % dengan spesific gravity antara 2,15 2,6 dan berwarna abu-abu
kehitaman. Abu batubara mengandung silika dan alumina sekitar 80 % dengan
sebagian silika berbentuk amorf. Sifat-sifat fisik abu batubara antara lain
densitasnya 2,23 gr/cm3, kadar air sekitar 4 % dan komposisi mineral yang
dominan adalah -kuarsa dan mullite. Selain itu abu batubara mengandung SiO2
= 58,75 %, Al2O3 = 25,82 %, Fe2O3 = 5,30 % CaO = 4,66 %, alkali = 1,36 %,
MgO = 3,30 % dan bahan lainnya = 0,81 % (Misbachul Munir,2008). Beberapa
logam berat yang terkandung dalam abu batubara seperti tembaga (Cu), timbal
(Pb), seng (Zn), kadmium (Cd), chrom (Cr) (1).
Timbal sebagai salah satu komponen dalam abu batubara mempunyai efek
toksik yang luas pada manusia dengan menganggu fungsi ginjal, saluran
pencernaan bahkan sistem saraf contohnya seperti menimbulkan kerusakan otak
dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar dan delirium. Berikut
akan dijelaskan efek timbal dalam abu batubara terhadap neurologis (2).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur
merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan
tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan
gunung berapi dan proses geokimia. Pb merupakan logam lunak yang
berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5
C dan titik didih 1.740 C pada tekanan atmosfer. Timbal mempunyai nomor
atom terbesar dari semua unsur yang stabil, yaitu 82. Namun logam ini sangat
beracun. Seperti halnya merkuri yang juga merupakan logam berat. Timbal
adalah logam yang yang dapat merusak sistem saraf jika terakumulasi dalam
jaringan halus dan tulang untuk waktu yang lama. Kadar normal timbal pada
orang dewasa adalah antara 0,4-0,5 ug/ml darah lengkap sedangkan untuk
anak-anak 0,25 ug/ml dara (2).
epidermal. Senyawa alkil timbal yang tidak dapat larut dengan air akan
diserap sampai ke kulit. Timbal tetrametil akan berubah menjadi metabolit
triakil yang responnya sangat tinggi terhadap toksisitas lemak. Senyawa
timbal alkil pada akhirnya akan diubah menjadi timbal inorganik dan
kemudian diekskresikan dalam urin (6,7)
E. Pengaruh Timbal Terhadap Kesehatan Manusia
Timbal tidak dibutuhkan dalam proses fisiologis manusia. Timbal
masuk ke tubuh manusia melalui proses pernapasan, diserap dan diedarkan
melalui darah dan terakumulasi dalam hati, pankreas dan tulang. Dalam
beberapa kondisi rata-rata timbal diambil 300ug dari makanan padat, 20 ug
cairan dan 10-100 ug dari udara. Bila timbal terakumulasi dalam tubuh
manusia, dapat merauni atau merusak fungsi mental, perilaku, anemia dan
bila tingkat keracunan yang lebih berat dapat menyebabkan muntah-muntah
serta kerusakan yang serius pada sistem saraf dan menungkinkan gangguan
dalam sistem otak. Timbal dapat merusak dengan berbagai cara seperti
pengurangan sel-sel darah merah, penurunan sintesa hemoglobin dan
penghambatan sistesa heme yang menimbulkan anemia. Timbal dapat juga
mempengaruhi sistem saraf intelegensia, dan pertumbuhan anak-anak. Hal
ini karena timbal dalam tulang dapat mengganti kalsium yang dapat
menyebabkan kelumpuhan (8).
Timbal (Pb)
dalam Darah
(g/dl)
< 10
Dampak
Meningkatkan kadar enzim
ALAD (Amino Levulinic Acid
Dehidrase) dalam sel darah
Populasi
Dewasa, Anak-Anak
merah
20 25
20 30
25 35
30 40
40
40
40
40 50
50 60
60 70
60 70
> 80
Meningkatkan
kadar
Protoporphyrin dalam sel
darah merah
Meningkatkan
kadar
Protoporphyrin dalam sel
darah merah
Meningkatkan
Kadar
Protoporphyrin dalam sel
darah merah
Meningkatkan eksresi ALA
(Amino Levulinic Acid)
Meningkatkan ALA (Amino
Levulinic Acid) dalam urin
Meningkatkan
Coproporphyrine dalam urin
Anemia
Gangguan sistem saraf tepi
Gangguan fungsi otak
Gangguan fungsi otak
Gangguan neurologi (susunan
saraf) berupa encephalopathy
dan keracunan timah hitam
Gangguan neurologi (susunan
saraf) berupa encephalopathy
dan keracunan timah hitam
Anak-Anak
Dewasa Perempuan
Dewasa Laki-Laki
Umum
Dewasa, Anak-Anak
Dewasa
Dewasa, Anak-Anak
Dewasa
Anak-Anak
Dewasa
Anak-Anak
Dewasa
10
11
12
timbal sebanyak tiga kali batas normal (intake normal sekitar 0,3 mg/hari)
maka akan terjadi penurunan kecerdasan intelektual dibawah 80 (10).
Keracunan timbal kronik menimbulkan gejala seperti depresi, sakit
kepala, sulit berkonsentrasi, gelisah, daya ingat menurun, sulit tidur,
halusinasi dan kelemahan otot. Susunan saraf pusat merupakan organ sasaran
utama timbal (15).
dirasakan
diantaranya
sering
mual
dan
muntah-muntah.
13
berbagai
penyakit/gangguan
seperti
gangguan
14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organic, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Abu
batubara adalah bagian dari sisa pembakaran batubara yang berbentuk partikel
halus amorf dan abu tersebut merupakan bahan anorganik yang terbentuk dari
perubahan bahan mineral (mineral matter) karena proses pembakaran. Beberapa
15
logam berat yang terkandung dalam abu batubara seperti tembaga (Cu), timbal
(Pb), seng (Zn), kadmium (Cd), chrom (Cr). Timbal sebagai salah satu komponen
dalam abu batubara mempunyai efek toksik yang luas pada manusia dengan
menganggu fungsi ginjal, saluran pencernaan bahkan sistem saraf contohnya
seperti menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan
otak besar dan delirium. Setelah tingkat pajanan tinggi, dengan kadar timbal darah
diatas 80 g/100 ml, dapat terjadi enselopati. Terjadi kerusakan pada arteriol dan
kapiler yang mengakibatkan edema otak, meningkatnya tekanan cairan
serebrospinal, degenerasi neuron dan perkembangbiakan sel glia.
DAFTAR PUSTAKA
16
Buku
terhadap
kesehatan
(Online),
Kesehatan,
(Online),
(http://journal.unair.ac.id/filerpdf/KESLING-2-2-03.pdf,
Oktober 2014)
13. Lestari,
P.2011.
Polusi
Timbal
Bikin
diakses
Bodoh,
30
(Online),
Terhadap
Penanggulangannya,
(Online),
17