Anda di halaman 1dari 13

[tutup]

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara
dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan
warga negara berpartisipasibaik secara langsung atau melalui perwakilandalam perumusan,
pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya yang memungkinkan adanya praktikkebebasan politik secara bebas dan setara.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani (dmokrata) "kekuasaan rakyat",[1] yang
terbentuk dari (dmos) "rakyat" dan (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan" pada
abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena; kata ini
merupakan antonim dari (aristocratie) "kekuasaan elit". Secara teoretis, kedua
definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas lagi. [2] Sistem politik
Athena Klasik, misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas
dan tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik. Di semua pemerintahan
demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern, kewarganegaraan demokratis tetap ditempati
kaum elit sampai semua penduduk dewasa di sebagian besar negara demokrasi modern benarbenar bebas setelah perjuangan gerakan hak suara pada abad ke-19 dan 20. Kata demokrasi
(democracy) sendiri sudah ada sejak abad ke-16 dan berasal dari bahasa Perancis
Pertengahan dan Latin Pertengahan lama.
Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya
dipegang satu orang, seperti monarki, atau sekelompok kecil, seperti oligarki. Apapun itu,
perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani ini[3] sekarang tampak ambigu karena
beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk elemen-elemen demokrasi, oligarki, dan
monarki. Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda
dengankediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk
mengendalikan para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.[4]
Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya menjelaskan cara
seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang pertama adalah demokrasi
langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung dan aktif dalam pengambilan
keputusan pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih
merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak
langsung melalui perwakilan; ini disebutdemokrasi perwakilan. Konsep demokrasi perwakilan
muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada Abad Pertengahan Eropa,Era
Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan Perancis.[5]
Daftar isi
[sembunyikan]

1Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli

2Sejarah
o

2.1Zaman kuno

2.2Abad Pertengahan

2.3Era modern

3Negara

4Bentuk-bentuk demokrasi
o

4.1Demokrasi langsung

4.2Demokrasi perwakilan

5Prinsip-prinsip demokrasi

6Asas pokok demokrasi

7Referensi

Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli[sunting | sunting sumber]


Bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercayasehingga isinya tidak
bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel inidengan menambahkan referensi yang layak.
Materi yang tidak memiliki sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu
olehPengurus.
Tag ini diberikan tanggal Oktober 2013

Abraham Lincoln
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat.
Charles Costello
Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan kekuasaankekuasaan pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk melindungi
hak-hak perorangan warga negara.
John L. Esposito
Demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh
karenanya, semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun
mengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja
lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas antara unsur
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Hans Kelsen
Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang
melaksanakan kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Di mana
rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan
diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan Negara.
Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
C.F. Strong
Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota
dewan dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan
yang menjamin pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakantindakannya pada mayoritas tersebut.

Hannry B. Mayo
Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan
atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana di mana
terjadi kebebasan politik.
Merriem
Demokrasi dapat didefinisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat; khususnya,
oleh mayoritas; pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat
dan dilakukan oleh mereka baik langsung atau tidak langsung melalui sebuah
sistem perwakilan yang biasanya dilakukan dengan cara mengadakan pemilu
bebas yang diadakan secara periodik; rakyat umum khususnya untuk
mengangkat sumber otoritas politik; tiadanya distingsi kelas atau privelese
berdasarkan keturunan atau kesewenang-wenangan.
Samuel Huntington
Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam
sebuah sistem dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala
dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan
hampir seluruh penduduk dewasa dapat memberikan suara.

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah demokrasi

Zaman kuno[sunting | sunting sumber]


Lihat pula: Demokrasi Athena

Cleisthenes, "bapak demokrasi Athena"

Kata "demokrasi" pertama muncul pada mazhab politik dan filsafat Yunani kuno di
negara-kota Athena.[6][7] Dipimpin oleh Cleisthenes, warga Athena mendirikan negara
yang umum dianggap sebagai negara demokrasi pertama pada tahun 508-507 SM.
Cleisthenes disebut sebagai "bapak demokrasi Athena."[8]
Demokrasi Athena berbentuk demokrasi langsung dan memiliki dua ciri
utama: pemilihan acak warga biasa untuk mengisi jabatan administratif dan yudisial
di pemerintahan,[9] dan majelis legislatif yang terdiri dari semua warga Athena.
[10]
Semua warga negara yang memenuhi ketentuan boleh berbicara dan memberi
suara di majelis, sehingga tercipta hukum di negara-kota tersebut. Akan tetapi,
kewarganegaraan Athena tidak mencakupwanita, budak, orang asing
( metoikoi), non-pemilik tanah, dan pria di bawah usia 20 tahun.[butuh rujukan]
Dari sekitar 200.000 sampai 400.000 penduduk Athena, 30.000 sampai 60.000 di
antaranya merupakan warga negara.[butuh rujukan] Pengecualian sebagian besar
penduduk dari kewarganegaraan sangat berkaitan dengan pemahaman tentang
kewarganegaraan pada masa itu. Nyaris sepanjang zaman kuno, manfaat
kewarganegaraan selalu terikat dengan kewajiban ikut serta dalam perang.[butuh rujukan]
Demokrasi Athena tidak hanya bersifat langsung dalam artian keputusan dibuat oleh
majelis, tetapi juga sangat langsung dalam artian rakyat, melalui majelis, boule, dan
pengadilan, mengendalikan seluruh proses politik dan sebagian besar warga negara
terus terlibat dalam urusan publik.[11] Meski hak-hak individu tidak dijamin oleh
konstitusi Athena dalam arti modern (bangsa Yunani kuno tidak punya kata untuk
menyebut "hak"[12]), penduduk Athena menikmati kebebasan tidak dengan
menentang pemerintah, tetapi dengan tinggal di sebuah kota yang tidak dikuasai
kekuatan lain dan menahan diri untuk tidak tunduk pada perintah orang lain. [13]
Pemungutan suara kisaran pertama dilakukan di Sparta pada 700
SM. Apella merupakan majelis rakyat yang diadakan sekali sebulan. Di Apella,
penduduk Sparta memilih pemimpin dan melakukan pemungutan suara dengan cara
pemungutan suara kisaran dan berteriak. Setiap warga negara pria berusia 30 tahun
boleh ikut serta. Aristoteles menyebut hal ini "kekanak-kanakan", berbeda dengan
pemakaian kotak suara batu layaknya warga Athena. Tetapi Sparta memakai cara ini
karena kesederhanaannya dan mencegah pemungutan bias, pembelian suara, atau
kecurangan yang mendominasi pemilihan-pemilihan demokratis pertama.[14][15]
Meski Republik Romawi berkontribusi banyak terhadap berbagai aspek demokrasi,
hanya sebagian kecil orang Romawi yang memiliki hak suara dalam pemilihan wakil
rakyat. Suara kaum berkuasa ditambah-tambahi melalui sistem gerrymandering,
sehingga kebanyakan pejabat tinggi, termasuk anggota Senat, berasal dari keluargakeluarga kaya dan ningrat.[16] However, many notable exceptions did occur.[butuh
rujukan]
Republik Romawi juga merupakan pemerintahan pertama di dunia Barat yang
negara-bangsanya berbentuk Republik, meski demokrasinya tidak menonjol. Bangsa
Romawi menciptakan konsep klasik dan karya-karya dari zaman Yunani kuno terus
dilindungi.[17] Selain itu, model pemerintahan Romawi menginspirasi para pemikir
politik pada abad-abad selanjutnya,[18] dan negara-negara demokrasi perwakilan
modern cenderung meniru model Romawi, bukan Yunani, karena Romawi adalah
negara yang kekuasaan agungnya dipegang rakyat dan perwakilan terpilih yang

telah memilih atau mencalonkan seorang pemimpin.[19] Demokrasi perwakilan adalah


bentuk demokrasi yang rakyatnya memilih perwakilan yang kemudian memberi
suara terhadap sejumlah inisiatif kebijakan, berbeda dengan demokrasi langsung
yang rakyatnya memberi suara terhadap inisiatif kebijakan secara langsung. [20]

Abad Pertengahan[sunting | sunting sumber]


Selama Abad Pertengahan, muncul berbagai sistem yang memiliki pemilihan umum
atau pertemuan meski hanya melibatkan sebagian kecil penduduk. Sistem-sistem
tersebut meliputi:
pemilihan Gopala oleh kasta atas di Bengal, Anak Benua India,
Persemakmuran Polandia-Lituania (10% dari populasi total),
Althing di Islandia,
Lgting di Kepulauan Faeroe,
beberapa negara-kota Italia abad pertengahan seperti Venesia,
sistem tuatha di Irlandia abad pertengahan awal, Veche di Republik
Novgorod dan Pskov di Rusia abad pertengahan,
Things di Skandinavia,
The States di Tirol dan Swiss,
kota pedagang otonomi Sakai di Jepang abad ke-16, dan
masyarakat Igbo di Volta-Nigeria.
Banyak wilayah di Eropa abad pertengahan dipimpin oleh pendeta atau tuan tanah.
Kouroukan Fouga membelah Kekaisaran Mali menjadi klan-klan (keluarga) berkuasa
yang diwakili di majelis umum bernama Gbara. Sayangnya, piagam tersebut
membuat Mali lebih mirip monarki konstitusional alih-alih republik demokratis.
Negara yang sistemnya lebih mendekati ddemokrasi modern adalah republikrepublik Cossack di Ukraina pada abad ke-1617: Cossack
Hetmanate dan Zaporizhian Sich. Jabatan tertinggi di sana, Hetman, dipilih oleh
perwakilan distrik-distrik negara tersebut.

Magna Carta, 1215, Inggris

Parlemen Inggris sudah membatasi kekuasaan raja melalui Magna Carta, yang
secara rinci melindungi hak-hak khusus subjek-subjek Raja, baik yang sudah bebas
atau masih terkekang, dan mendukung apa yang kelak menjadi habeas
corpus Inggris, yaitu perlindungan kebebasan individu dari penahanan tak berdasar
dengan hak membela diri. Parlemen pertama yang dipilih rakyat adalah Parlemen de
Montfort di Inggris pada tahun 1265.
Sayangnya, hanya sekelompok kecil rakyat yang memiliki hak suara; Parlemen dipilih
oleh sekian persen penduduk Inggris (kurang dari 3% pada tahun 1780 [21]) dan
kekuasaan menyusun parlemen berada di tangan monarki (biasanya saat ia
membutuhkan dana).
Kekuasaan Parlemen bertambah secara bertahap pada abad-abad berikutnya.
SetelahRevolusi Agung 1688, Undang-Undang Hak Asasi Inggris tahun 1689 yang
mengatur hak-hak tertentu dan menambah pengaruh Parlemen diberlakukan.
[21]
Penyebarannya perlahan ditingkatkan dan kekuasaan parlemen terus bertambah
sampai monark hanya bersifat pelengkap.[22] Seiring meningkatnya penyebaran
pengaruh, sistem pemerintahan di seluruh Inggris diseragamkan dengan
penghapusan borough usang (borough yang jumlah pemilihnya sangat sedikit)
melalui Undang-Undang Reformasi 1832.
Di Amerika Utara, pemerintahan perwakilan terbentuk di Jamestown, Virginia,
dengan dipilihnya Majelis Burgesses (pendahulu Majelis Umum Virginia) pada tahun
1619. Kaum Puritan Inggris yang bermigrasi sejak 1620 mendirikan koloni-koloni di
New England yang pemerintahan daerahnya bersifat demokratis dan mendorong
perkembangan demokrasi di Amerika Serikat.[23] Walaupun majelis-majelis daerah
memiliki sedikit kekuasaan turunan, otoritas mutlaknya dipegang oleh Raja dan
Parlemen Inggris.

Era modern[sunting | sunting sumber]


Abad ke-18 dan 19[sunting | sunting sumber]
Bangsa pertama dalam sejarah modern yang mengadopsi konstitusi demokrasi
adalah Republik Korsika pada tahun 1755. Konstitusi Korsika didasarkan pada prinsipprinsip Pencerahan dan sudah mengizinkan hak suara wanita, hak yang baru
diberikan di negara demokrasi lain pada abad ke-20. Pada tahun 1789, Perancis
pasca-Revolusi mengadopsi Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga
Negara dan Konvensi Nasional dipilih oleh semua warga negara pria pada tahun
1792.[24]

Penetapan hak suara pria universal di Perancis tahun 1848 adalah peristiwa penting dalam
sejarah demokrasi.

Hak suara pria universal ditetapkan di Perancis pada bulan Maret 1848
setelah Revolusi Perancis 1848.[25] Tahun 1848, serangkaian revolusi pecah di
Eropa setelah para pemimpin negara dihadapkan dengan tuntutan konstitusi liberal
dan pemerintahan yang lebih demokratis dari rakyatnya.[26]
Walaupun tidak disebut demokrasi oleh para bapak pendiri Amerika Serikat, mereka
memiliki keinginan yang sama untuk menguji prinsip kebebasan dan kesetaraan
alami di negara ini.[27] Konstitusi Amerika Serikat yang diadopsi tahun 1788
menetapkan pemerintahan terpilih dan menjamin hak-hak dan kebebasan sipil.
Pada zaman kolonial sebelum 1776, dan beberapa saat setelahnya, hanya pemilik
properti pria dewasa berkulit putih yang boleh memberi suara, budak Afrika, sebagia
besar penduduk berkulit hitam bebas dan wanita tidak boleh memilih. Di garis depan
Amerika Serikat, demokrasi menjadi gaya hidup dengan munculnya kesetaraan
sosial, ekonomi, dan politik.[28] Akan tetapi, perbudakan adalah institusi sosial dan
ekonomi, terutama di 11 negara bagian di Amerika Serikat Selatan. Sejumlah
organisasi didirikan untuk mendukung perpindahan warga kulit hitam dari Amerika
Serikat ke tempat yang menjamin kebebasan dan kesetaraan yang lebih besar.
Pada Sensus Amerika Serikat 1860, populasi budak di Amerika Serikat bertambah
menjadi empat juta jiwa,[29] dan pada Rekonstruksipasca-Perang Saudara (akhir
1860-an), budak-budak yang baru bebas menjadi warga negara dengan hak suara
(pria saja).
Penyertaan penuh warga negara belum sempurna dilakukan sampai Gerakan HakHak Sipil Afrika-Amerika (19551968) disahkan oleh Kongres Amerika Serikat
melalui Undang-Undang Hak Suara 1965.[30][31]
Abad ke-20 dan 21[sunting | sunting sumber]

Jumlah negara pada 18002003 yang memiliki skor 8 atau lebih pada skalaPolity IV, cara yang
sering dipakai untuk mengukur demokrasi.

Transisi abad ke-20 ke demokrasi liberal muncul dalam serangkaian "gelombang


demokrasi" yang diakibatkan oleh perang, revolusi, dekolonisasi, religious and
economic circumstances. Perang Dunia I dan pembubaranKesultanan
Utsmaniyah dan Austria-Hongaria berakhir dengan terbentuknya beberapa negarabangsa baru di Eropa, kebanyakan di antaranya tidak terlalu demokratis.
Pada tahun 1920-an, demokrasi tumbuh subur tetapi terhambat Depresi Besar.
Amerika Latin dan Asia langsung berubah ke sistem kekuasaan mutlak atau
kediktatoran.Fasisme dan kediktatoran terbentuk di Jerman Nazi, Italia,Spanyol,
dan Portugal, serta rezim-rezim non-demokratis diBaltik, Balkan, Brasil, Kuba, Cina,
dan Jepang.[32]
Perang Dunia II mulai memutarbalikkan tren ini di Eropa Barat. Demokratisasi Jerman
dudukan Amerika Serikat, Britania, dan Perancis (diragukan[33]), Austria, Italia,
dan Jepang dudukan menjadi model teori perubahan rezim selanjutnya.
Akan tetapi, sebagian besar Eropa Timur, termasuk Jerman dudukan Soviet masuk
dalam blok-Soviet yang non-demokratis. Perang Dunia diikuti oleh dekolonisasi dan
banyak negara merdeka baru memiliki konstitusi demokratis. India tampil sebagai
negara demokrasi terbesar di dunia sampai sekarang.[34]
Pada tahun 1960, banyak negara yang menggunakan sistem demokrasi, meski
sebagian besar penduduk dunia tinggal di negara yang melaksanakan pemilihan
umum terkontrol dan bentuk-bentuk pembohongan lainnya (terutama di negara
komunis dan bekas koloninya).
Gelombang demokratisasi yang muncul setelah itu membawa keuntungan demokrasi
liberal sejati yang besar bagi banyak negara.Spanyol, Portugal (1974), dan sejumlah
kediktatoran militer di Amerika Selatan kembali dikuasai rakyat sipil pada akhir
1970-an dan awal 1980-an (Argentina tahun 1983, Bolivia, Uruguay tahun
1984, Brasil tahun 1985, dan Chili awal 1990-an). Peristiwa ini diikuti oleh banyak
bangsa di Asia Timur dan Selatan pada pertengahan sampai akhir 1980-an.
Malaise ekonomi tahun 1980-an, disertai ketidakpuasan atas penindasan Soviet,
menjadi faktor runtuhnya Uni Soviet yang menjadi tanda berakhirnya Perang
Dingin dan demokratisasi dan liberalisasi bekas negara-negara blok Timur.
Kebanyakan negara demokrasi baru yang sukses secara geografis dan budaya
terletak dekat dengan Eropa Barat. Mereka sekarang menjadi anggota atau calon
anggota Uni Eropa. Sejumlah peneliti menganggap Rusia saat ini bukanlah
demokrasi sejati dan lebih mirip kediktatoran.[35]

Indeks Demokrasi yang disusun The Economist pada Desember 2011. Warna hijau mewakili
negara-negara yang lebih demokratis. Warna merah gelap mewakili negara-negara otoriter.

Tren liberal ini menyebar ke beberapa negara di Afrika pada tahun 1990-an,
termasuk Afrika Selatan. Contoh terbaru liberalisasi adalahRevolusi Indonesia
1998, Revolusi Bulldozer di Yugoslavia, Revolusi Mawar di Georgia, Revolusi
Oranye di Ukraina, Revolusi Cedar diLebanon, Revolusi Tulip di Kyrgyzstan,
dan Revolusi Yasmin di Tunisia.
Menurut Freedom House, pada tahun 2007 terdapat 123 negara demokrasi elektoral
(naik dari 40 pada tahun 1972).[36] Menurut World Forum on Democracy, jumlah
negara demokrasi elektoral mencapai 120 dari 192 negara di dunia dan mencakup
58,2 penduduk dunia. Pada saat yang sama, negara-negara demokrasi liberal (yang
dianggap Freedom House sebagai negara yang bebas dan menghormati hukum dan
HAM) berjumlah 85 dan mencakup 38 persen penduduk dunia. [37]
Pada tahun 2010, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan 15 September
sebagai Hari Demokrasi Internasional.[38]

Negara[sunting | sunting sumber]


Negara-negara berikut dikategorikan sebagai demokrasi penuh oleh Democracy
Index pada tahun 2011:[39]

Norwegia,Islandia, Denmark, Swedia, Selandia Baru, Australia, Swiss, Kanada,


Finlandia, Belanda, Luksemburg, Irlandia, Austria, Jerman, Malta, Republik Ceko,
Uruguay, Britania Raya, Amerika Serikat, Kosta Rika, Jepang, Korea Selatan,
Belgia, Mauritius, Spanyol
Democracy Index memasukkan 53 negara di kategori berikutnya, demokrasi tidak
sempurna: Argentina, Benin, Botswana, Brasil,Bulgaria, Tanjung
Verde, Chili, Kolombia, Kroasia, Siprus, Republik Dominika, El
Salvador, Estonia, Perancis, Ghana, Yunani, Guyana,Hongaria, Indonesia, India, Israel
, Italia, Jamaika, Latvia, Lesotho, Lituania, Makedonia, Malaysia, Mali, Meksiko, Moldo
va, Mongolia,Montenegro, Namibia, Panama, Papua
Nugini, Paraguay, Peru, Filipina, Polandia, Portugal, Rumania, Serbia, Slowakia, Slove

nia, Afrika Selatan, Sri Lanka, Suriname, Taiwan, Thailand, Timor-Leste, Trinidad dan
Tobago, Zambia[39]

Bentuk-bentuk demokrasi[sunting | sunting sumber]


Secara umum terdapat dua bentuk demokrasi yaitu demokrasi langsung dan
demokrasi perwakilan.

Demokrasi langsung[sunting | sunting sumber]


Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi di mana setiap rakyat
memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan. Dalam
sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan
sehingga mereka memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik yang terjadi.
Sistem demokrasi langsung digunakan pada masa awal terbentuknya demokrasi di
Athena di mana ketika terdapat suatu permasalahan yang harus diselesaikan,
seluruh rakyat berkumpul untuk membahasnya. Di era modern sistem ini menjadi
tidak praktis karena umumnya populasi suatu negara cukup besar dan
mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum merupakan hal yang sulit. Selain
itu, sistem ini menuntut partisipasi yang tinggi dari rakyat sedangkan rakyat modern
cenderung tidak memiliki waktu untuk mempelajari semua permasalahan politik
negara.

Demokrasi perwakilan[sunting | sunting sumber]


Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalui pemilihan
umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka.

Prinsip-prinsip demokrasi[sunting | sunting sumber]

Rakyat dapat secara bebas menyampaikan aspirasinya dalam kebijakan politik dan sosial.

Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah


terakomodasi dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.[40] Prinsip-prinsip
demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan
"soko guru demokrasi".[41]Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah:[41]
Kedaulatan rakyat;
Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
Kekuasaan mayoritas;

Hak-hak minoritas;
Jaminan hak asasi manusia;
Pemilihan yang bebas, adil dan jujur;
Persamaan di depan hukum;
Proses hukum yang wajar;
Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

Asas pokok demokrasi[sunting | sunting sumber]


Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah
pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan
yang sama dalam hubungan sosial.[42] Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat
dua asas pokok demokrasi, yaitu:[42]
Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil
rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas,
dan rahasia serta jujur dan adil; dan
Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah
untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.
Ciri-ciri pemerintahan demokratis Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi
suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciriciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik,
baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat
(warga negara).
Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum
Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat.
Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih)
pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.

Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan


sebagainya).

Referensi[sunting | sunting sumber]


^ in Henry George Liddell, Robert Scott, "A Greek-English Lexicon", at Perseus
^ Wilson, N. G. (2006). Encyclopedia of ancient Greece. New York: Routledge. p. 511. ISBN 0415-97334-1.
^ Barker, Ernest (1906). The Political Thought of Plato and Aristotle. Chapter VII, Section 2: G.
P. Putnam's Sons.
^ Jarvie, 2006, pp. 2189
^ "Democracy". Encyclopdia Britannica.
^ John Dunn, Democracy: the unfinished journey 508 BC 1993 AD, Oxford University Press,
1994, ISBN 0-19-827934-5
^ Kurt A. Raaflaub, Josiah Ober, Robert W. Wallace, Origin of Democracy in Ancient Greece,
University of California Press, 2007,ISBN 0-520-24562-8, Google Books link
^ R. Po-chia Hsia, Lynn Hunt, Thomas R. Martin, Barbara H. Rosenwein, and Bonnie G.
Smith, The Making of the West, Peoples and Cultures, A Concise History, Volume I: To
1740 (Boston and New York: Bedford/St. Martin's, 2007), 44.
^ Aristotle Book 6
^ Leonid E. Grinin, The Early State, Its Alternatives and Analogues 'Uchitel' Publishing House,
2004
^ Raafaub, 2007, p. 5
^ Ober, 1996, p. 107
^ Clarke, 2001, pp. 194201
^ Full historical description of the Spartan government
^ Terrence A. Boring, Literacy in Ancient Sparta, Leiden Netherlands (1979). ISBN 90-0405971-7
^ "Ancient Rome from the earliest times down to 476 A.D". Annourbis.com. Diakses
tanggal 2010-08-22.
^ Watson, 2005, p. 285
^ Livy, 2002, p. 34
^ Watson, 2005, p. 271
^ Budge, Ian (2001). "Direct democracy". Di Clarke, Paul A.B. & Foweraker, Joe. Encyclopedia
of Political Thought. Taylor & Francis. ISBN 978-0-415-19396-2.
^ a b "Exhibitions & Learning online &*124; Citizenship &*124; Struggle for democracy". The
National Archives. Diakses tanggal2010-08-22.

^ "Exhibitions & Learning online &*124; Citizenship &*124; Rise of Parliament". The National
Archives. Diakses tanggal 2010-08-22.
^ Tocqueville, Alexis de (2003). Democracy in America. USA: Barnes & Noble. pp. 11, 1819. ISBN 0-7607-5230-3.
^ "The French Revolution II". Mars.wnec.edu. Diakses tanggal2010-08-22.
^ French National Assembly. "1848 " Dsormais le bulletin de vote doit remplacer le fusil "".
Diakses tanggal 2009-09-26.
^ "Movement toward greater democracy in Europe". Indiana University Northwest.
^ Jacqueline Newmyer, "Present from the start: John Adams and America", Oxonian Review of
Books, 2005, vol 4 issue 2
^ Ray Allen Billington, America's Frontier Heritage (1974) 117158.ISBN 0-8263-0310-2
^ "Introduction Social Aspects of the Civil War". Itd.nps.gov. Diakses tanggal 2010-08-22.
^ Transcript of Voting Rights Act (1965) U.S. National Archives.
^ The Constitution: The 24th Amendment Time.
^ Age of Dictators: Totalitarianism in the inter-war period
^ "Did the United States Create Democracy in Germany?: The Independent Review: The
Independent Institute". Independent.org. Diakses tanggal 2010-08-22.
^ "World &*124; South Asia &*124; Country profiles &*124; Country profile: India". BBC News.
2010-06-07. Diakses tanggal 2010-08-22.
^ "Dr. Sergey Zagraevsky. About democracy and dictatorship in Russia". Zagraevsky.com.
Diakses tanggal 2010-08-22.
^ "Tables and Charts". Freedomhouse.org. 2004-05-10. Diarsipkan dari versi asli tanggal
2007-07-15. Diakses tanggal2010-08-22.
^ List of Electoral Democracies fordemocracy.net

^ "General Assembly declares 15 September International Day of Democracy;


Also elects 18 Members to Economic and Social Council". Un.org. Diakses
tanggal 2010-08-22.
^ a b "Democracy index 2011: Democracy under stress" Economist Intelligence
Unit
^ Aa Nurdiaman, "Pendidikan Kewarganegaraan: Kecakapan Berbangsa dan
Bernegara", PT Grafindo Media Pratama, 979914857X, 9789799148575.
^ a b Aim Abdulkarim, "Pendidikan Kewarganegaraan: Membangun Warga Negara
yang Demokratis", PT Grafindo Media Pratama, 9797584127, 9789797584122.
^ a b "Pendidikan Kewarganegaraan", Yudhistira Ghalia Indonesia, 9797468135,
9789797468132.

Anda mungkin juga menyukai