Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL PADA IBU DARI


PASIEN PENDERITA SKIZOFRENIA YANG BEROBAT KE POLIKLINIK
JIWA DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Oleh
HERI DONI P. HUTASOIT
209210180

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2012

HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal penelitian dengan judul :
GAMBARAN GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL PADA IBU DARI
PASIEN PENDERITA SKIZOFRENIA YANG BEROBAT KE
POLIKLINIK JIWA DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

Yang dipersiapkan oleh :


HERI DONI P. HUTASOIT
209210180

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan kelahan
Penelitian.

Medan, Oktober 2012


Disetujui ,

(Dr. Mawar Gloria, SP.Kj)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan
rahmatnya maka penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI)
yang berjudul : Gambaran Gangguan Mental Emosional Pada Ibu dari
pasien penderita Skizofrenia yang berobat ke Poliklinik Jiwa RSU Dr.
Pirngadi Medan.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi dalam makna maupun tata bahasa dan tata cara penulisan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang membangun guna proses penyempurnaannya. Besar harapan penulis,
proposal penelitian ini dapat diterima dan dapat dilanjutkan ke tahap penelitian
sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu kedokteran, menjadi
masukan yang berarti

khususnya dalam upaya preventiv terhadap timbulnya

gangguan jiwa emosional.


Pada kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dr.Mawar Gloria Tarigan, SP.KJ, dimana Beliau telah meluangkan waktu
dan kesempatan untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan
dalam pembuatan proposal ini, dan kepada semua pihak yang telah turut
membantu dalam pembuatan proposal ini, penulis ucapkan terimakasih yang
sebanyak-banyaknya, semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2012


Penulis

Heri Doni P. Hutasoit

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor
yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada manusia.
Adapun masalah kesehatan yang dipandang amat penting ialah menyangkut
penyakit. Berbagai masalah kesehatan yang bukan

penyakit hanya akan

mempunyai arti apabila ada hubungannya dengan penyakit, Jika tidak demikian
maka penanggulangannya tidak perlu diprioritaskan.
Salah satu masalah kesehatan didunia saat ini adalah Skizofrenia.
Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yang kronik sering mereda,
namun timbul hilang dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya.
Penyesuaian promorbid, gejala dan perjalanan penyakit amat berariasi,
sesungguhnya skizofrenia merupakan suatu kelompok dari gangguan yang
heterogen. Walaupun isidensinya hanya 1 per 1000 penduduk di Amerika Serikat
dan dimana saja di dunia ini, skizofrenia dapat banyak ditampilkan pada UGD
karena hebatnya gejala, ketidakmampuan pasien untuk merawat dirinya sendiri,
tiada daya tilik diri, dan keruntuhan sosial yang lambat laun terjadi, serta
menjauhnya pasien dari lingkungannya. Penampilan di UGD atau praktek dokter
yang sering termasuk halusinasi yang amat mengganggu ( yang sering cukup
keras dan mengalihkan perhatian pasien, menghina atau mengancam), perilaku
bizar(aneh), inkoherensia, agitasi, dan perawatan diri terbengkalai (Harold I.
Kaplan, MD,1998).
Skizofrenia
mempengaruhi

didefenisikan

persepsi,

cara

sebagai

berfikir,

Penyakit

bahasa,

neurologis

emosi,

dan

yang

perilaku

sosialnya/Neurogical disease that affects a persons perception, thinking,


language, emotional and social behaviour. (Iyus Yosep, 2007)

Jauh sebelum penderita didiagnosis Skizofrenia, keluarga dari seseorang


penderita skizofrenia tersebut mungkin mulai merasa adanya gangguan mental
emosional berupa Depresi. Prodromal, atau tanda-tanda awal skizofrenia dapat
muncul beberapa tahun sebelum diagnosis dibuat. Anggota keluarga mungkin
mulai melihat perubahan relatif perilaku mereka. Perubahan perilaku dapat
menyebabkan gangguan alam perasaan atau emosi yang disertai komponen
psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa, kecemasan, kekwatiran,atau
rasa bersalah dan tidak bahagia, serta Komponen somatik ; anoreksia, konstipasi
kulit lembab(rasa dingin) bagi anggota keluarga dari seseorang dengan
skizofrenia. (Iyus Yosep,2007)
Salah satu cara untuk mengetahui adanya gangguan mental Emosional
pada seseorang yang memberikan data yang cukup baik dengan cara relatif murah,
mudah dan efektf adalah dengan mengunakan Sellf Reporting Questionnaire
(SRQ). Self Reorting Questionnaire adalah Kuesionernyang di kembangkan oleh
WHO untuk penyaringan gangguan psikiatri dan keperluan peneliti yang telah
dilakukan diberbagai negara. SRQ banyak digunakan di negara-negara yang
sedang berkembang dan tingkat pendidikannya masih rendah. Self Reporting
Questionnaire terdiri dari 20 pertanyaan, apabila minimal menjawab 6 jawaban
Ya, maka responden dinilai memiliki gangguan mental emosional. Sehingga
dapat didentifikasi gejala-gejala gangguan mental baik itu gejala depresi, ansietas,
gejala kognitif, gejala somatik maupun penurunan energi. (WHO. User guides to
the self reporting questionnaire. Geneva : WHO division of mental health ; 1994).
Berdasarkan uraian diatas, pada penelitian ini yang dijadikan sebagai
subjek penelitian adalah ibu dari pasien skizofrenia tersebut. Oleh karena ibu yang
paling dekat, terlibat, dan paling berpengaruhdalam pengasuhan pasien mulai dari
kehamilan, menyusui,mengasuh dan mebesarkan pasien.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah penelitian


sebagai berikut :
a. Gambaran gangguan mental emosional pada ibu dari pasien skizofrenia
berdasarkan faktor :
1. Gejala depresi
2. Gejala anxietas
3. Gejala kognitif
4. Gejala somatoform
5. Gejala penurunan energi
b. Berapa proporsi gangguan mental emosional pada ibu dari pasien
skizofrenia.
c. Apa saja gangguan mental emosional yang paling banyak dialami ibu dari
pasien skizofrenia.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah : Untk mengetahui proporsi
gangguan mental emosional pada ibu dari pasien skizofrenia dengan
1.3.2

mengunakan kuesioner SRQ


Tujuan Khusus
Yang mejadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk Mengetahui angka kejadian gangguan mental emosional pada
ibu dari pasien skizofrenia.
2. Untuk mengetahui proporsi gejala-gejala gangguan mental emosional
yang paling banyak dialami ibu dari pasien skizofrenia.
3. Untuk mengetahui distribusi gangguan mental emosional pada ibu
pasien skizofrenia berdasarkan faktor Depresi, anxitas, kognitif,
somatik,penurunan energi.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1. Dapat diperoleh gambaran mengenai proporsi gangguan mental emosional
pada ibu pasien skizifrenia.
2. Bagi keluarga khususnya ibu dari pasien skizofrenia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan solusi
dalam menghadapi gangguan mental emosional.
3. Bagi tenaga kesehatan atau Medis

Dengan diperolehnya proporsi gangguan mental emosional pada pasien


skizofrenia dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan tau
Medis untuk mengantisipasi dan melakukan penanganan atau pengobatan
pada ibu pasien skizofrenia yang mengalami gangguan mental emosional
agar tidak semakin berat dan bisa meningkatkan kualitas hidup ibu pasien
skizofrenia.
4. Bagi peneliti
Dapat mengetahui gambaran gangguan mental emosional sebagai
pengaruh dari pasien skizofrenia terhadap kesehatan dan diharapkan dapat
menjadi

masukan

yang

berharga

untuk

mengembangkan

ilmu

pengetahuan.
5. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat menjadi sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya dengan mengacu pada faktor-faktor yang belum diteliti oleh
peneliti.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gangguan mental emosional
2.1.1. Defenisi
Gangguan mental emosional merupakan perubahan pada fungsi perasaan,
affek yang berpengaruh terhadap kondisi fisik orang tersebut.(Kartini kartono,
1996)

Gangguan mental ditandai dengan perubahan dalam berpikir, perilaku atau


suasana hati terkait dengan tekanan yang bermakna dan gangguan fungsi selama
jangka waktu tertentu. (A report on mental illnes in Canada, 2002)
Menurut kartini kartono (1996) perasaan dibagi dalam beberapa kategori,
yaitu :
a. Perasaan Indriawi
Perasaan indrawi dihayati melalui alat indra, antara lain perasaan citra
rasa/kecap, pembau, pendengar, vital atau perasaan hidup.
b. Perasaan psikis
Dibagi atas 6 :
1. Perasaan intelektual : dihayati, bila kita mampu memahami dan
meyakini satu kebenaran dengan bantuan akal budi. Sehingga kita bisa
merasakan senang-puas

sebab bisa memecahkan masalahnya.

Sebaliknya merasa susah dan tidak puas karena tidak bisa memahami
serta tidak mampu memecahkan kesulitannya. Tolok ukur pada
perasaan intelektual ialah : intelegensi.
2. Perasaan moral atau etis/susila : Perasaan yang dihayati bila kita
mengenal benar atau salah, baik atau jahat. Tolok ukur yang dipakai
pada perasaan moral ialah : hati nurani.
3. Perasaan estetis atau keindahan : Perasaan ketika kita melihat atau
mendengar suatu yang indah ataupu yang buruk jelek. Tolok ukur yang
dipakai pada perasaan estetis ialah selera.
4. Perasaan sosial : perasaan terbuka terhadap orang lain, yaitu perasaan
ikut menghayati suka dan duka orang lain. Misalnya berupa cinta,
kebencian, simpati, antipati dll. Termasuk dalam kategori ini ialah
egoisme, nasinalisme dll.
5. Perasaan individual : Perasaan apabila kita menyadari nilai atau
berharganya diri sendiri, atau tidak berharganya diri sendiri. Perasaan
individual ini dibagi menjadi dua antara lain Rasa diri yang positif
misalkan besar hati, perccaya diri dll. Sedangkan rasa diri yang negatif
misalkan malu, rendah diri dll.
6. Perasaaan Religius : Perasaan yang berkaitan dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa. Antara lain berupa : takjub, percaya, yakin, keimanan dll.
Perasaan religius ini digolongkan dalam peristiwa psikis yang paling

tinggi, agung dan luhur dan sering menjadi dasar bagi perbuatanperbuatan mulia.
Affek adalah : kondisi ketegangan abnormal dalam kehidupan perasaan.
Merupakan emosi atau perasaan yang hebat kuat dan berlangsung pendek, disertai
macam-macam ledakan gejala fisik, sering disertai kehilanga rem-rem batin da
pertimbangan akal.
Emosi dan perasan itu memberikan pengaruh yang besar sekali kepada
setiap perbuatan dan kemauan. Sebab emosi ini memberikan sumbangan positif
kepada rasa kebahagiaan, atau justru kebalikannaya memberikan sumbangan
negatif dan kesenduan di hati. Lagi pula perasaan-perasaan itu erat terjalin dengan
segenap unsur kepribadian, dan memberikan warna tertentu pada suasana hati.
(kartini kartono,1986)

2.1.2. Epidemiologi
Pada tahun 2004, world Health Organization (WHO) memperoleh data
prevalensi gangguan mental pada penduduk dunia adalah sebesar 4,3% , dan
diprediksi pada tahun 2030 menjadi 6,2%. (WHO 2004) Sedangkan pada NegaraNegara berkembang prevalensinya lebih tinggi. Prevalensi di Negara Brazil
(22,7%), Chili (26,7%), Pakistan (28,8%).(PATEL, POVERTY AND COMMON
MENTAL DISORDER 2003).
Sedangkan menurut RISKESDAS prevalensi nasional gangguan mental
emosional pada Penduduk Umur 15 Tahun adalah 11,6% (berdasarkan Self
Reported Questionnarie). Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Gangguan
Mental Emosional Pada Penduduk Umur 15 Tahun diatas prevalensi nasional,
yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Papua Barat.
Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gangguan Mental
Emosional tertinggi adalah Luwu Timur (33,7%), Manggarai (32,4%), Aceh
Selatan (32,1%), Purwakarta (32,0%), Belitung Timur (31,0%), Banjarnegara

(30,5%), Boalemo (29,9%), Cirebon (29,9%) dan Kota Malang (29,6%).


Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gangguan Mental Emosional
terendah adalah Yahukimo (1,6%), Pulang Pisau (1,7%), Karimun (1,9%),
Jayapura (1,9%), Sidoarjo (1,9%), Tabalong (2,1%), Maluku Tengah (2,4%), Kota
Baru (2,4%), Kudus (2,4%), dan Muaro Jambi (2,4%).
2.1.3. Jenis-jenis Gangguan mental emosional
Gangguan mental emosional dibagi menjadi 5 :
1. Depresi
Depresi adalah : gangguan alam perasaan yang disertai komponen
psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa, dan tidak bahagia, serta
komponen somatik : anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin),
tekanan darah dan denyut nadi menurun.(Iyus Yosep, 2007)
2. Anxietas
Dalam kelompok gangguan ini, anxietas dicetuskan hanya, atau
secara predominan oleh adanya situasi atau objek yang jelas tertentu (dari
luar individu itu sendiri), yang sebenarnya secara umum tidak berbahaya.
Sebagai akibatnya adalah bahwa situasi atau objek demikian secara khusus
dihindari atau dihadapi dengan perasaan terancam.(PPDGJ III)
Ansietas merupakan gangguan mental yang memiliki 2 komponen :
Kesadaran akan sensasi fisiologis seperti palpitasi dan berkeringat serta
kesadaran bahwa ia gugup dan ketakutan. Ansitas juga mempengaruhi
pikiran, persepsi dan pembelajaran menimbulkan kebingungan dan distorsi
persepsi dan distorsi ini dapat menggangu proses pembelajaran dengan
menurunkan konsentrasi, mengurangi daya ingat dan mengganggu
kemampuan menghubungkan satu hal dengan yang lain yaitu membuat
asosiasi.(Benjamin D. Sadock, 2010)
3. Gejala Kognitif
Gangguan kognitif spesifik adalah gangguan atensi dan gannguan
pengolahan informasi. Gangguan kognitif yang paling berat dan paling
sering didapatkan pada gangguan mental emosional :
a. Gangguan Verbal fluency yaitu kemampuan untuk menghasilkan
pembicaraan yang spontan.
b. Gangguan serial learning yaitu urutan peristiwa.

c. Gangguan dalam vigilance yaitu kewaspadaan.


d. Gangguan eksekutif yaitu masalah dengan atensi, konsentrasi,
prioritas daan perilaku pada hubungan sosial.( Benhard R Sinaga,
2007)
4. Gejala Somatik
5. Gejala penurunan energi

2.2. Skizofrenia
2.2.1. Defenisi
Istilah skizofrenia berasal dari bahasa jerman, yaitu Schizo = perpecahan
dan Phrenos = mind. Pada skizofrenia terjadi suatu perpecahan pikiran, perilaku
dan perasaan.
Skizofrenia

merupakan

salah

saru

penyakit

yang

paling

menghancurkan kehidupan penderitanya karena mempengaruhi tiap aspek dari


kehidupannya. seseorang yang menderita skizofrenia akan mengalami gangguan
dalam pembicaraan yang terstruktur, proses atau isi pikir dan gerakan serta akan
tergantung pada orang lain selama hidupnya.(Piotrowski, 2004).
2.2.2. Etiologi skizofrenia
1. Model diatesis stres
Menurut teori ini skizofrenia dapat timbul karena adanya integrasi antara
faktor biologis, faktor psikososial dan lingkungan. Seseorang yang rentan
(diatesis) jika dikenal stresor akan lebih mudah untuk menjadi skizofrenia. Faktor
genetik mempunyai peranan dalam terjadinya suatu skizofrenia.
Faktor pencetus dan kekambuhan dari skizofrenia dipengaruhi oleh
emosional turbulent families, stress full live events, diskriminasi dan kemiskinan.
2. Faktor Neurologis

Perkembangan saraf awal selama masa kehamilan ditentukan oleh asupan


gizi selama hamil (waniita hamil yang kurang gizi mempunyai risiko anaknya
berkembang menjadi skizofrenia selama masa kehamilan. Pada masa kanak
disfungsi situasi sosial seperti trauma masa kecil, kekerasan, hostilitas dan
hubungan interpersonal yang kurang hangat diterima anak sehingga anak lebih
rentan mengalami skizofrenia di kemudian hari.
Penelitian saat ini melihat adanya perbedaan struktur dan fungsi dari
daerah otak pada penderita skizofrenia. Dengan Positron Emmision tomography
(PET) dapat terlihat kurangnya aktifitas di daerah lobus frontal dmna lobus frontal
itu sendiri berfungsi sebagai memori kerja, penurunan dari aktifitas metabolik
frontal dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang lama dan gejala negatif
yang lebih berat.(Benhard R Sinaga, 2007)
Ada 5 hipotesis perkembangan neuron pada penderita skizofrenia yaitu :
1.

Abnormalitas perkembangan otak janin selama fase awal dari seleksi

awal dan migrasi.


2. Terjadinya proses degenerasi abnormal yang mungkin berhubungan
dengan genetik dalam perkembangan otak janin .
3. Symtom dari skizofrenia umumnya tidak terjadi selama otak dapat
memperbaiki sinap-sinap yang mengalami gangguan.
4. Infeksi virus, kurang gizi, ataupun proses auto imun selama masa
kehamilan. Keadaan ini mempengaruhi pertumbuhan dari neuron janin
selama dalam kandungan dan dapat menjadi perantara terjadinya
apoptosis atau nekrosis neuron dikemudian hari.
5. Perubahan struktur dan abnormalitas dari neuron yang masih berfungsi
mengakibatkan terjadinya inervasi dan sinyal dari neuron yang salah
target dan menjadi kacau. Hal ini menimbulkan simtom-simtom dari
skizofrenia(Benhart Rudianto sinaga, 2007).
2.2.3. Kriteria diagnostik
Kriteria diagnostik skizofrenia menurut DSM IV-TR :

a. Terdapat 2 atau lebih gejala dibawah ini selama 1 bulan atau kurang dari
sebulan jika pengobatan berhasil.
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara disorganisasi
4. Perilaku disorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Simptom negatif contohnya afek datar, alogia atau avolition(tidak ada
kemauan.
Dapat hanya 1 gejala bila dijumpai waham bizarre (aneh) atau halusinasi
b.
c.
d.
e.
f.

dengar berupa mengkomentari perilaku pasien.


Disfungsi sosial atau pekerjaan
Durasi gangguan terus menerus secara menetap selama 6 bulan
Disingkirkan gangguan skizoefektif dan gangguan mood
Diingkirkan gangguan penggunaan zat atau kondisi medis umum
Jika terdapat gangguan perkembangan pervasif, diagnosis tambahan
skizofrenia dibuat bila waham dan halusinasi menonjol.

2.2.4. Dampak terhadap keluarga


Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang akan membebani
masyarakat terutama keluarga sepanjang hidup penderita dikarekteristikkan
dengan disorganisasi pikiran, perasaan dan perilaku.(Lencenweger,Gottesman,
1994)
Anggota keluarga dari penderita Skizofrenia mengalami banyak gangguan
mental emosional setiap hari. Pasien skizofrenia menjadi prioritas. Anggota
keluarga selalu khawatir akan kekambuhan dan dan berusaha menjaga orang yang
mereka sayangi agar teta sehat. Sayangnya, keluarga juga harus khawatir tentang
keuangan mereka karena mereka membiayai rumah sakit atau biaya pengobatan
yang tinggi. Keluarga dari pasien skizofrenia selalu waspada untuk setiap
perubahan perilaku pasien. Selain merasa malu dan tida terima dengan keadaan
tersebut keluarga dari pasien skizofrenia mengabaikan kebutuhan mereka sendiri
dan menjadi cemas dan depresi dan bisa juga menyebabkan penyakit fisik.
Kebanyakan orang akan menjaga jarak dan mengabaikan orang dengan
skizofrenia. Akibatnya perawat terutama si ibu pasien skizofrenia dapat
diasingkan dan dibuat merasa dan sendirian. Uantuk menghindari kewalahan

dengan tanggung jawab dari merawat seseorang dengan skizofrenia, pengasuh


mendesak untuk bergabung dengan kelompok pendukung. Sebuah kelompok
pendukung menyediakan forum untuk anggota keluarga untuk berbagai perasaan
meraka tentang memiliki anggota keluarga penderita skizofrenia. Selain itu,
pengasuh didorong untuk mendapatkan waktu pribadi jauh dari keluarga mereka.
Latihan, kunjungan rutin keluar dari rumah dan bahkan bepergian pada akhir
pekan dapat memberikan hiburan yang baik dari stes karena berurusan dengan
seseorang dengan penyaki mental. Ironisnya, merawat seseorang dengan keluarga
penderita skizofrenia dapat meningkatkan kemungkinan seorang pengasuh akan
mengembangkan gejala mental emosional . depresi, kecemasan, penyalahgunaan
alkohol dan obat adalah biasa untuk orang merawat keluarga pasien skizofrenia.
2.3.1. Self Reporting Questionnaire (SRQ)
Salah satu cara untuk mengetahui adanya gangguan mental Emosional
pada seseorang yang memberikan data yang cukup baik dengan cara relatif murah,
mudah dan efektf adalah dengan mengunakan Sellf Reporting Questionnaire
(SRQ). Self Reorting Questionnaire adalah Kuesionernyang di kembangkan oleh
WHO untuk penyaringan gangguan psikiatri dan keperluan peneliti yang telah
dilakukan diberbagai negara.
2.3.1. skoring
Self Reporting Questionnaire (SRQ) terdiri dari 20 pertanyaan yang harus di
jawab dengan ya atau tidak. Ini bisa diisi sendiri atau dilakukan dengan
wawancara kepada responden. Berbagai pertanyaan tambahan telah dilakukan
dengan SRQ 20, untuk menyaring gangguan psikotik dan penyalahgunaan zat.
Masing- masing dari 20 butir di beri skor 0 atau 1. Skor 1 menyatakan bahwa
gejala- gejala itu ada dalam sebulan terakhir, skor 0 menyatakan gejala tersebut
tidak ada. Skor maksimum adalah 20 pada Self Reporting Questionnaire(SRQ)
mengandung butir pertanyaan mengenai gejala yang lebih mengalah kepada
neurosis. Gejala depresi terdapat pada butir nomor 6, 9,10, 14,15,16,17. Gejala
ansietas terdapat pada butir nomor 3,4,5. Gejala somatic pada butir nomor
1,2,7,19. Gejala kognitif pada butir nomor 8, 12, 13 dan gejala penurunan energy
pada butir nomor 8,11,12,13,18,20.

2.3.4. Validitas
Uji validasi terhadap SRQ yaitu pada tahun 1995 yang dilakukan oleh hartono.
Beliau melakukan uji validasi terhadap penggunaan SRQ dengan cut off point /
nilai batas pisah 6 yang kemudian digunakan pada RISKESDAS 2007.
Pengguanaan SRQ pada Riskesdas 2007 bertujuan untuk mendapatkan gambaran
status kesehatan mental/ gangguan mental emosional yang ada dimasyarakat.
Pertanyaan SRQ di berikan kepada anggota rumah tangga (ART0 yang berusia
15 tahun. Ke 20 pertanyaan tersebuat mempunyai jawaban ya atau tidak
dengan cut off point 5/6 artinya jika responden menjawab 6 jawaban ya dari
pertanyaan yang diajukan meka responden tersebut diindikasikan mengalami
gangguan mental emosional. SRQ memiliki keterbatasan karena n anda gangguan
jiwa yang spesifik.
Daftar pertanyaan SRQ yang ditanyakan ke responden yaitu :

1. Apakah anda sering menderita sakit kepala ?


2. Apakah anda tidak nafsu makan ?
3. Apakah anda sulit tidur ?
4. Apakah anda mudah takut ?
5. Apakah anda merasa tegang, cemas dan kuatir ?
6. Apakah tangan anda gemetar ?
7. Apakah pencernaan anda terganggu / buruk ?
8. Apakah anda sulit untuk berpikir jernih ?
9. Apakah anda merasa tidak bahagia ?
10. Apakah anda menangis lebih sering ?
11. Apakah anda merasa sulit untuk menikmati kegiatan sehari hari ?
12. Apakah anda sulit mengambil keputusan ?
13. Apakah pekerjaan anda sehari- hari terganggu ?
14. Apakah anda tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam
hidup ?
15. Apakah anda kehilangan minat pada berbagai hal ?
16. Apakah anda merasa tidak berharga ?
17. Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup ?
18. Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu ?
19. Apakah anda mengalami rasa tidak enak di perut ?
20. Apakah anda murah lelah ?
Dikutip dari : world health organization. User guids to the self reporting
questionnaire (SRQ). Geneva division of mental health : 1994.

DAFTAR PUSTAKA
1. Harold I. Kaplan,Benjamin J. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta :
Widya Medika, 1998.
2. Iyus Yosep. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama, 2007.
3. World Health Organization. User guides to the self reporting
questionnaire. Geneva : WHO division of mental health ; 1994)
4. Canadian Mental Health Association. A report on mental illnes in
Canada.2002
5. Kartini Kartono. Patologi Sosial 3 Gangguan-gangguan Kejiwaan.
Jakarta : Rajawali, 1986.
6. Benjamin D. Sadock, Virginia A. Sadock. Buku ajar psikiatri klinis.
Jakarta : EGC, 2010.
7. Benhard Rudyanto Sinaga. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta :
Balai penerbit FK UI, 2007.

Anda mungkin juga menyukai