Oleh
HERI DONI P. HUTASOIT
209210180
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2012
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal penelitian dengan judul :
GAMBARAN GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL PADA IBU DARI
PASIEN PENDERITA SKIZOFRENIA YANG BEROBAT KE
POLIKLINIK JIWA DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan kelahan
Penelitian.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan
rahmatnya maka penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI)
yang berjudul : Gambaran Gangguan Mental Emosional Pada Ibu dari
pasien penderita Skizofrenia yang berobat ke Poliklinik Jiwa RSU Dr.
Pirngadi Medan.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi dalam makna maupun tata bahasa dan tata cara penulisan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang membangun guna proses penyempurnaannya. Besar harapan penulis,
proposal penelitian ini dapat diterima dan dapat dilanjutkan ke tahap penelitian
sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu kedokteran, menjadi
masukan yang berarti
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor
yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada manusia.
Adapun masalah kesehatan yang dipandang amat penting ialah menyangkut
penyakit. Berbagai masalah kesehatan yang bukan
mempunyai arti apabila ada hubungannya dengan penyakit, Jika tidak demikian
maka penanggulangannya tidak perlu diprioritaskan.
Salah satu masalah kesehatan didunia saat ini adalah Skizofrenia.
Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yang kronik sering mereda,
namun timbul hilang dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya.
Penyesuaian promorbid, gejala dan perjalanan penyakit amat berariasi,
sesungguhnya skizofrenia merupakan suatu kelompok dari gangguan yang
heterogen. Walaupun isidensinya hanya 1 per 1000 penduduk di Amerika Serikat
dan dimana saja di dunia ini, skizofrenia dapat banyak ditampilkan pada UGD
karena hebatnya gejala, ketidakmampuan pasien untuk merawat dirinya sendiri,
tiada daya tilik diri, dan keruntuhan sosial yang lambat laun terjadi, serta
menjauhnya pasien dari lingkungannya. Penampilan di UGD atau praktek dokter
yang sering termasuk halusinasi yang amat mengganggu ( yang sering cukup
keras dan mengalihkan perhatian pasien, menghina atau mengancam), perilaku
bizar(aneh), inkoherensia, agitasi, dan perawatan diri terbengkalai (Harold I.
Kaplan, MD,1998).
Skizofrenia
mempengaruhi
didefenisikan
persepsi,
cara
sebagai
berfikir,
Penyakit
bahasa,
neurologis
emosi,
dan
yang
perilaku
masukan
yang
berharga
untuk
mengembangkan
ilmu
pengetahuan.
5. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat menjadi sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya dengan mengacu pada faktor-faktor yang belum diteliti oleh
peneliti.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gangguan mental emosional
2.1.1. Defenisi
Gangguan mental emosional merupakan perubahan pada fungsi perasaan,
affek yang berpengaruh terhadap kondisi fisik orang tersebut.(Kartini kartono,
1996)
Sebaliknya merasa susah dan tidak puas karena tidak bisa memahami
serta tidak mampu memecahkan kesulitannya. Tolok ukur pada
perasaan intelektual ialah : intelegensi.
2. Perasaan moral atau etis/susila : Perasaan yang dihayati bila kita
mengenal benar atau salah, baik atau jahat. Tolok ukur yang dipakai
pada perasaan moral ialah : hati nurani.
3. Perasaan estetis atau keindahan : Perasaan ketika kita melihat atau
mendengar suatu yang indah ataupu yang buruk jelek. Tolok ukur yang
dipakai pada perasaan estetis ialah selera.
4. Perasaan sosial : perasaan terbuka terhadap orang lain, yaitu perasaan
ikut menghayati suka dan duka orang lain. Misalnya berupa cinta,
kebencian, simpati, antipati dll. Termasuk dalam kategori ini ialah
egoisme, nasinalisme dll.
5. Perasaan individual : Perasaan apabila kita menyadari nilai atau
berharganya diri sendiri, atau tidak berharganya diri sendiri. Perasaan
individual ini dibagi menjadi dua antara lain Rasa diri yang positif
misalkan besar hati, perccaya diri dll. Sedangkan rasa diri yang negatif
misalkan malu, rendah diri dll.
6. Perasaaan Religius : Perasaan yang berkaitan dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa. Antara lain berupa : takjub, percaya, yakin, keimanan dll.
Perasaan religius ini digolongkan dalam peristiwa psikis yang paling
tinggi, agung dan luhur dan sering menjadi dasar bagi perbuatanperbuatan mulia.
Affek adalah : kondisi ketegangan abnormal dalam kehidupan perasaan.
Merupakan emosi atau perasaan yang hebat kuat dan berlangsung pendek, disertai
macam-macam ledakan gejala fisik, sering disertai kehilanga rem-rem batin da
pertimbangan akal.
Emosi dan perasan itu memberikan pengaruh yang besar sekali kepada
setiap perbuatan dan kemauan. Sebab emosi ini memberikan sumbangan positif
kepada rasa kebahagiaan, atau justru kebalikannaya memberikan sumbangan
negatif dan kesenduan di hati. Lagi pula perasaan-perasaan itu erat terjalin dengan
segenap unsur kepribadian, dan memberikan warna tertentu pada suasana hati.
(kartini kartono,1986)
2.1.2. Epidemiologi
Pada tahun 2004, world Health Organization (WHO) memperoleh data
prevalensi gangguan mental pada penduduk dunia adalah sebesar 4,3% , dan
diprediksi pada tahun 2030 menjadi 6,2%. (WHO 2004) Sedangkan pada NegaraNegara berkembang prevalensinya lebih tinggi. Prevalensi di Negara Brazil
(22,7%), Chili (26,7%), Pakistan (28,8%).(PATEL, POVERTY AND COMMON
MENTAL DISORDER 2003).
Sedangkan menurut RISKESDAS prevalensi nasional gangguan mental
emosional pada Penduduk Umur 15 Tahun adalah 11,6% (berdasarkan Self
Reported Questionnarie). Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Gangguan
Mental Emosional Pada Penduduk Umur 15 Tahun diatas prevalensi nasional,
yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Papua Barat.
Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gangguan Mental
Emosional tertinggi adalah Luwu Timur (33,7%), Manggarai (32,4%), Aceh
Selatan (32,1%), Purwakarta (32,0%), Belitung Timur (31,0%), Banjarnegara
2.2. Skizofrenia
2.2.1. Defenisi
Istilah skizofrenia berasal dari bahasa jerman, yaitu Schizo = perpecahan
dan Phrenos = mind. Pada skizofrenia terjadi suatu perpecahan pikiran, perilaku
dan perasaan.
Skizofrenia
merupakan
salah
saru
penyakit
yang
paling
a. Terdapat 2 atau lebih gejala dibawah ini selama 1 bulan atau kurang dari
sebulan jika pengobatan berhasil.
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara disorganisasi
4. Perilaku disorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Simptom negatif contohnya afek datar, alogia atau avolition(tidak ada
kemauan.
Dapat hanya 1 gejala bila dijumpai waham bizarre (aneh) atau halusinasi
b.
c.
d.
e.
f.
2.3.4. Validitas
Uji validasi terhadap SRQ yaitu pada tahun 1995 yang dilakukan oleh hartono.
Beliau melakukan uji validasi terhadap penggunaan SRQ dengan cut off point /
nilai batas pisah 6 yang kemudian digunakan pada RISKESDAS 2007.
Pengguanaan SRQ pada Riskesdas 2007 bertujuan untuk mendapatkan gambaran
status kesehatan mental/ gangguan mental emosional yang ada dimasyarakat.
Pertanyaan SRQ di berikan kepada anggota rumah tangga (ART0 yang berusia
15 tahun. Ke 20 pertanyaan tersebuat mempunyai jawaban ya atau tidak
dengan cut off point 5/6 artinya jika responden menjawab 6 jawaban ya dari
pertanyaan yang diajukan meka responden tersebut diindikasikan mengalami
gangguan mental emosional. SRQ memiliki keterbatasan karena n anda gangguan
jiwa yang spesifik.
Daftar pertanyaan SRQ yang ditanyakan ke responden yaitu :
DAFTAR PUSTAKA
1. Harold I. Kaplan,Benjamin J. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta :
Widya Medika, 1998.
2. Iyus Yosep. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama, 2007.
3. World Health Organization. User guides to the self reporting
questionnaire. Geneva : WHO division of mental health ; 1994)
4. Canadian Mental Health Association. A report on mental illnes in
Canada.2002
5. Kartini Kartono. Patologi Sosial 3 Gangguan-gangguan Kejiwaan.
Jakarta : Rajawali, 1986.
6. Benjamin D. Sadock, Virginia A. Sadock. Buku ajar psikiatri klinis.
Jakarta : EGC, 2010.
7. Benhard Rudyanto Sinaga. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta :
Balai penerbit FK UI, 2007.