Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(1506741745 )
(1506734696)
(1506725911)
(1506722506)
1506670055)
(1506721453)
(1506740654)
KELAS S
KELOMPOK HG-3
Dalam makalah ini kami membahas Penurunan Permukaan Tanah di Jakarta, suatu
hal yang sangat penting bagi manusia yang derajatnya lebih tinggi dari makhluk lain
dikarenakan kita dibekali akal yang harus kita gunakan dengan baik dalam menjaga
dan
memanfaatkan
alam
sebagai
tempat
kita
hidup
di
bumi.
Tim Penulis
ABSTRAK
Makalah ini membahas tentang penurunan permukaan tanah di Jakarta.
Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia sudah seharusnya memiliki lingkungan
yang lestari dan nyaman. Lestari dan nyaman dapat diidentifikasi dengan adanya
lingkungan yang bersih, hijau dan sedikit polusi. Sebagai warga negara Indonesia,
khususnya masyarakat Jakarta sudah sepatutnya kita membuat Jakarta lebih hijau .
Namun, fakta yang dapat kita lihat sekarang, kondisi di Jakarta sangat
memprihatinkan baik dilihat dari segi kesehatan, lingkungan, moral dan pendidikan.
Salah satu masalah dari sisi lingkungan adalah penurunan lapisan tanah di beberapa
wilayah Jakarta. Penurunan lapisan tanah ini disebabkan oleh beberapa hal seperti
kurangnya daerah resapan air, pembangunan gedung yang tidak memperhatikan
kondisi tanah dan eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran.
Penurunan lapisan tanah berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Walaupun berlangsung dalam jangka waktu yang lama, tetapi penurunan ini dapat
mencapai 10 cm sekali menurun. Penurunan lapisan tanah yang paling besar terjadi
daerah Jakarta Utara.
Jakarta Utara mengalami penurunan lapisan tanah yang lebih besar daripada
daerah lain di Jakarta. Alasan penurunan lapisan tanah ini karena kondisi tanah di
Jakarta Utara yaitu Marine Clay. Penurunan lapisan tanah ini dapat diatasi
menggunakan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).
Ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan cara mempelajari jenis dan kondisi
tanah di Ibukota negara, sedangkan teknologi dapat dilaksanakan dengan bantuan
Penetrometer dan GPR (Grand Pentetrating Radar). Solusi lain yang dapat digunakan
adalah mempertegas sistem perundang-undangan di Tanah Air. Jika solusi tersebut
dapat dilaksanakan dengan baik kemungkinan besar, Indonesia akan seperti Negara
Australia yang hijau dan lestari.
DAFTAR ISI
COVE
.....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
ABSTRAK.................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................1
1.2 PERUMUSAN MASALAH.........................................................................2
1.3 HIPOTESIS...................................................................................................2
1.4 TUJUAN MAKALAH..................................................................................2
1.5 MANFAAT MAKALAH...............................................................................3
BAB II ISI...................................................................................................................4
2.1 Tanah di Indonesia.........................................................................................4
2.1.1 Pengertian Tanah..................................................................................4
2.1.2 Lapisan Tanah.......................................................................................4
2.1.2 Jenis-jenis Tanah..................................................................................5
2.2 Tanah di Jakarta...........................................................................................11
2.2.1 Jenis Tanah di Jakarta.........................................................................11
2.2.2 Penurunan Tanah di Jakarta................................................................11
2.2.3 Data Penurunan Lapisan Tanah di Jakarta..........................................14
2.1.2 Solusi Penurunan lapisan tanah dengan TIK......................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu masalah yang terjadi di Indonesia yaitu penurunan lapisan tanah.
Masalah ini terjadi di beberapa wilayah Jakarta. Penurunan lapisan tanah dapat
mencapai kedalaman 100 cm. Bahkan, di beberapa tempat di wilayah Jakarta
melebihi kedalaman 100 cm.
Jakarta sudah semestinya mempunyai lingkungan yang nyaman untuk
menjalankan pemerintahan. Memberikan pelayanan yang baik untuk masyarakat
Indonesia maupun luar negeri. Namun, hal ini belum dapat sepenuhnya dilakukan
dengan baik oleh seluruh element Masyarakat Jakarta.
Pelayanan yang belum baik dapat dilihat dari segi lingkungan, kesehatan,
moral dan pendidikan. Misalnya, masalah penurunan lapisan tanah di beberapa
wilayah Jakarta. Kurangnya daerah resapan, pembangunan yang tidak memperhatikan
jenis tanah dan masyarakat yang kurang peduli terhadap kesehatan dan lingkungan
membuat masalah penurunan lapisan tanah semakin rumit untuk ditemukan
solusinya.
Namun, beberapa ilmuwan telah menemukan alat yang digunakan untuk
membantu mengurangi penurunan lapisan tanah di Jakarta. Salah satunya adalah
penetrometer dan GPR (Grand Penetrating Radar). Alat tersebut sangat membantu
dalam mengidentifikasi jenis dan bahan-bahan yang ada di beberapa wilayah Jakarta.
Banyaknya masalah yang terjadi di Ibukota, terutama masalah penurunan
lapisan tanah. Dimana masalah tersebut berpengaruh besar terhadap kehidupan
bernegara di Indonesia. Berdasarkan pengetahuan tersebut menjadikan kami tergerak
untuk
Sehingga, masalah penurunan lapisan tanah di Jakarta dapat teratasi dengan baik.
tanah di Jakarta?
5. Daerah manakah di Jakarta yang paling dominan mengalami penurunan
lapisan tanah?
1.3 HIPOTESIS
1. Membentuk daerah resapan air dengan menanam tumbuhan, dapat
mengurangi penurunan permukaan tanah.
2. Pembangunan beton dan jalan beraspal yang tidak sesuai dengan lapisan
permukaan tanah dapat memungkinkan terjadinya penurunan lapisan tanah.
3. Salah satu penyebab dari penurunan lapisan tanah di beberapa wilayah Jakarta
dapat disebabkan oleh jenis tanah yang tidak bagus untuk pembangunan tetapi
masyarakat tetap mendirikan gedung di atas tanah tersebut.
1.4 TUJUAN MAKALAH
a. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penurunan lapisan tanah di
beberapa wilayah Jakarta.
b. Memberikan informasi mengenai jenis-jenis tanah di Jakarta.
c. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang dampak negatif dari
penurunan lapisan tanah di Jakarta.
d. Memberikan solusi mengenai penurunan lapisan tanah di Jakarta.
e. Memberikan informasi tentang keterkaitan materi dengan wacana PBL-2.
f. Memberikan informasi mengenai teknologi yang digunakan dalam mengatasi
penurunan lapisan tanah di Jakarta.
3. Merawat Ibukota Indonesia agar menjadi daerah yang hijau, lestari dan
nyaman.
4. Menambah kepedulian masyarakat akan kondisi tanah di Jakarta.
5. Menambah pengetahuan bagi Pelajar Indonesia.
BAB II
ISI
2.1 Tanah di Indonesia
4) Horizon B (SubSoil)
Pada lapisan ini, partikel yang tercuci pada lapisan E akan terakumulasi atau
terkumpul. Pada Lapisan ini terdapat sedikit mineral, berwarna cokelat atau
kemerahan, hal ini diakibatkan oleh kandungan tanah liat dan besi hasil
oksidasi.
5) Horizon C (Regolit)
Horizon ini memiliki kandungan bahan induk tanah (bedrock), merupakan
lapisan tanah terbawah, terdiri atas batuan dasar yang melapuk atau sedimen
yang belum memadat.
6) Horizon R atau D (Bedrock/Batuan Induk)
Horizon ini merupakan dasar tanah yang terdiri dari batuan-batuan yang sudah
memadat dan belum mengalami pelapukan.
Tanah Regosol
Tanah yang terbentuk dari endapan abu vulkanis baru yang
memiliki butir kasar. Tanah ini memiliki kadar bahan organik rendah,
dapat dimanfaatkan untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa.
Tanah regosol tersebar di daerah lereng gunung berapi, bukit pasir
pantai yang meliputi Sumatra, Jawa.
B.
Tanah Andosol
Tanah yang terbentuk dari abu vulkanis yang telah mengalami
proses pelapukan,ciri ciri tanah ini adalah warna kelabu, peka terhadap
erosi dan sangat subur. Tanah ini biasa dimanfaatkan untuk lahan
pertanian,perkebunan,hutan pinus & cemara. Tanah andosol tersebar di
daerah Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, NTB & Sulawesi.
2. Tanah Aluvial
Tanah yang terbentuk dari tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di
daerah daerah dataran rendah,tanah ini memiliki ciri ciri yaitu warna kelabu
kekuningan dan peka terhadap erosi. Tanah ini dimanfaatkan untuk sebagai
lahan pertanian sawah dan palawija. Daerah persebaran untuk tanah aluvial
adalah Sumatra, Jawa Bagian Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Sulawesi & Papua.
3. Tanah Organosol
Tanah organosol adalah tanah yang terbentuk dari bahan induk yang
didalamnya terkandung bahan organik dari hutan gambut dan tanah rawa.
Tanah organosol dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
A. Tanah Humus
Tanah yang berasal dari hasil pembusukan bahan bahan organik, tanah
ini memiliki ciri ciri warna kehitaman, mudah basah, dan sangat subur.
Tanah ini biasa digunakan sebagai lahan pertanian. Daerah persebaran
tanah humus adalah Lampung, Jawa Tengah Bagian Selatan, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tenggara.
B. Tanah Gambut
Tanah yang berasal dari hasil pembusukan tumbuhan/bahan organik di
daerah yang selalu tergenang air (rawa rawa). Ciri ciri dari tanah ini
adalah sangat asam, unsur hara rendah sehingga tidak subur. Tetapi tanah
ini dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian pasang surut,seperti pada
daerah Pantai Timur Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Seram,
Papua.
5. Tanah Podzol
Tanah yang terbentuk di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah
hujan tinggi,ciri ciri dari tanah ini adalah warnanya pucat, kandungan pasir
kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap erosi, dan kurang subur. Tanah
ini tersebar di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Papua.
6. Tanah Laterit
Tanah yang terbentuk dari tanah yang tercuci air hujan, sehingga unsur
hara telah hilang meresap dan mengalir kedalam tanah. Ciri dari tanah ini
adalah warnanya yang coklat kemerah merahan. Tanah ini tersebar di
Kalimantan Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara.
7. Tanah Mergel
Tanah ini terbentuk dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir, dan
tanah liat karena peristiwa air hujanyang tidak merata. Tanah mergel adalah
tanah yang tidak subur.tanah ini juga bayak terdapat di lereng pegunungan,
dan juga daerah dataran rendah seperti Solo, Madiun, Kediri, dan Nusa
Tenggara.
8. Tanah Terarosa (Kapur)
Tanah Terarosa adalah tanah hasil pelapukan batuan kapur. Tanah ini
dapat dibagi menjadi dua yaitu:
A. Tanah Renzina
Tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur di daerah yang
memiliki curah hujan tinggi. Tanah ini memiliki warna putih kehitaman
dan juga miskin akan unsur hara. Tanah ini biasanya tersebar di daerah
seperti Gunung Kidul, Yogyakarta.
B. Tanah Mediteran
Tanah yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan kapur keras dan
sedimen. Tanah ini memiliki warna putih kecoklatan, keras dan tidak
subur. Persebaran tanah ini ada di daerah pegunungan Jawa Timur, Jawa
Tengah, Sulawesi.
sungai ciliwung yang melewati jakarta selatan sampai ke jakarta utara. Dari
semua jenis material tersebut banyak yang mengendap di daerah jakarta
selatan, sementara yang sampai ke jakarta utara hanyalah sisa sisa material
yang lebih di dominasi oleh lumpur dan tanah liat. Oleh karena itu tanah di
Jakarta Utara adalah tanah aluvial.
2. Jakarta bagian Selatan memiliki tanah jenis vulkanik.
Hal ini karena banyak material letusan Gunung Gede Pangrango yang
mengendap di daerah Jakarta Selatan.
2.2.2
Peta diatas adalah peta rencana tata kota Jakarta, dengan keterangan
sebagai berikut:
Abu-abu kawasan industry pergudangan
Kuning kawasan permukiman
Hijau Kawasan terbuka hijau
Ungu kawasan perkantoran
Hijau muda kawasan pertanian
Namun hal diatas hanyalah sebatas rencana yang belum dapat
terealisasikan sepenuhnya oleh pemerintah Jakarta. Dari peta tersebut dapat
terlihat pemerintah Jakarta kurang memperhatikan jenis tanah yang ada di
lokasi untuk rencana pembangunan.
3. Kondisi resapan air yang ada di Jakarta masih kurang.
Kurangnya resapan air yang ada di Jakarta diakibatkan oleh
kepedulian dan pengetahuan masyarakat Jakarta terhadap lingkungan yang
ada disekitarnya masih rendah. Resapan air sendiri adalah daerah yang
mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga
merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber
air. Hal yang berhubungan dengan resapan air seperti sistem drainase juga
berpengaruh terhadap terjadinya banjir di Jakarta. Drainase Jakarta untuk saat
ini masih kurang baik karena tidak pedulinya masyarakat akan drainase, masih
banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai sungai ataupun
selokan.
Eksploitasi secara besar-besaran terhadap air tanah yang dilakukan
gedung-gedung perkantoran, rumah sakit, pusat perbelanjaan, apartemen,
hotel, pengusaha laundry, dan bangunan tinggi lainnya juga berpengaruh pada
resapan air. Pembangunan gedung yang tidak mematuhi perbandingan lahan
yang terpakai dan lahan terbuka, sehingga mengganggu proses penyerapan air
hujan ke dalam tanah.
2.2.3
di Jakarta:
Keterangan:
1. Tanjung Priok dan Ancol adalah daerah terparah yang mengalami
penurunan permukaan tanah yaitu sekitar 4,1 meter
2. Cengkareng mengalami penurunan tanah sebesar 2,1 meter
3. Pulo Gadung & Cilincing mengalami penurunan tanah sekitar 1,4 meter
4. Pejaringan mengalami penurunan tanah sekitar 0,7 meter
Tanah di daerah daerah tersebut menurun karena konstruksi pembangunan
yang tak terkendali hususnya daerah Ancol dan Tanjung Priok, buruknya tata
letak di daerah daerah Jakarta, kondisi resapan air yang kurang baik.
2.2.4
1. Penghijauan
Ground
Penetrating
Radar
merupakan
suatu
alat
yang
digunakan
untuk proses deteksi benda benda yang terkubur di bawah tanah dengan tingkat
kedalaman tertentu, dengan menggunakan gelombang radio, biasanya dalam range 10
MHz sampai1GHz.
a. Penggunaan GPR di lapangan mendeteksi pipa yang terpendam dalam tanah.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
a. Penurunan permukaan tanah di Jakarta disebabkan oleh jenis tanah yang berbeda di
beberapa Wilayah Jakarta.
b. Tata letak kota yang tidak konsisten membuat penurunan tanah terus mengalami
pertambahan kedalaman penurunan.
c. Penyebab utama dari penurunan tanah adalah tidak memperhatikan jenis tanah
dalam melaksanakan pembangunan di daerah Jakarta.
d. GPR dan Penetrometer adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk
mengurangi tingkat penurunan tanah di Jakarta.
.
3.2 SARAN
3.2.1 Kepada Pemerintah
a. Mempertegas kembali peraturan-peraturan tata letak kota di Jakarta.
b. Mempertegas peraturan Pembangunan di Wilayah Jakarta.
c. Mensosialisasikan kepada Masyarakat untuk menghemat penggunaan air
d. Mengapresiasi Masyarakat yang telah melakukan penghijauan dan perbaikan
di wilayah Jakarta.
3.2.2 Kepada Masyarakat
a. Menjaga kebersihan lingkungan.
b. Menghemat dalam penggunaan air.
3.2.3 Kepada Pelajar Indonesia
a. Menemukan teknologi untuk mengurangi penurunan tanah di Jakarta.
b.Memanfaatkan teknologi dengan sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
2015. Cara kerja penetrometer. Dikutip dari : www.google.co.id. pada tanggal 29
November 2015
2015.
11
Jenis-jenis
Tanah
dan
Penjelasannya.
Dikutip
dari
Cara
Kerja
GPR.
Dikutip
dari
https://www.google.co.id/search?