Edward, MD
kolagen dan lepasnya sebagian perlekatan retina, dan
bukan pembentukan kavitas. Walaupun vitreus dapat
berpindah ke inJerior saat memisah dari retina, proses ini
menghasilkan gaya yarrg lebih kecil pada zond-zona perlekatan vitreoretina dibandingkan dengan gaya traksi
yang dihasilkan oleh pergerakan mata sakadik. Gaya
dinamik, yang terinduksi oleh gerak sakadik, berperan
penting dalam perkembangan robekan retina, kerusakan
permukaan retina, dan perdarahan dari pembuluh-pembuluh yang robek (Gambar 9-3). Kontraksi vitreus lebih
lanjut akibat invasi epitel pigmen retina, sel glia, atau sel
ffi PENDAHULUAN
Pada tiga dekade terakhir abad ke dua puluh' terlihat suatu
makula.
Sebelumnya dipelajari bahwa vitreus membentuk kavitas dari suatu proses yang dikenal sebagai sineresis, yang
pada akhirnya menimbulkan "kolaps" vitreus' Sekarang,
diyakini bahwa faktor utamanya adalah perubahan pada
178
VITREU5
Gambar 9-1. Vitreus terdiri atas matriks serat kolagen tigadimensi dan gel asam hialuronat.
179
Gambar 9-3. Pergerakan vitreus yang terlepas sebagian (panah putih), terinduksi oleh gerakan sakadik (panah hitam) dan
menyebabkan robekan retina (kepala panah).
FLOATERS
suatu saat dalam kehidupannya. Gejala ini mungkin digambarkan sebagai benang-benang, jaring laba-laba,
objek-objek serupa piring kecil, atau sebuah cincin tembus
pandang. Pelepasan vitreus posterior terjadi sedikitnya
kula diabetik.
Gambar
9-2,
VITREORETINA
Gambar
putih)
180 /
BAB 9
Gambar 9-5. Cahaya celah off-axis sempit, lensa kontak, dan biomikroskop
memberikan gambaran vitreus tembus pandang yang paling baik.
Gambar
9-6.
Scan-B.
sistemik lain. Walaupun floaters sering ditemukan, pemeriksaan retina yang cermat harus dilakukan sebelum
pasien diyakinkan bahwa yang terjadi hanyalah lepasnya
perlekatan vitreus posterior.
Objek-objek keemasan bulat, kecil, seragam, yang dikenal sebagai hialosis asteroid sering timbui di vitreus
Gambar
9-7.
Perdarahan vitreus.
VITREUS
181
RETINOPATI DIABETIK
Gambar
9-8.
Hialosis asteroid
Pasien dengan retinopati diabetik proliferatif dapat mengalami perdarahan vitreus yang berasal dari neovaskularisasi retina. Pasien-pasien ini harus ditangani secara agre-
PENYAKIT.PENYAKIT
VITREORETINA
pos-
9-9. Aliran vitreus cair melalui robekan retina berbentuk tapal-kuda yang dapat menimbulkan ablatio retinae.
Gambar
182 /
BAB 9
Gambar9-13. Koagulasi pembuluh yang ditranseksi, menggunakan endoiluminator bipolar selama proses segmentasi dan
delaminasi.
vitreus ke anterior selama atau setelah pembedahan. Pasien-pasien ini mengeluhkan kilatan sinar, fotopsia, hilang-
nya penglihatan perifer, dan hilangnya penglihatan sentral bila makula teriepas. Dikatakan bahwa bedah katarak
menyebabkan kehilangan vitreus sekitar 1%, bukti-bukti
Gambar
9-12.
epiretina
membran
Gambar
9-14.
VITREUS
Gambar 9-15. Vitrektomi dengan lensa kontak dan endoiluminasi memungkinkan fragmentasi dan pengangkatan ma-
183
TRAUMA
Trauma tembus mata sering menyebabkan perdarahan
vitreus, yang mungkin disertai dengan kerusakan retina
yang bermakna. Pergerakan vitreus seperti yang terlihat
dengan oftalmoskopi indiirek dan ultrasonografi membanmenentukan waktu dilakukannya vitrektomi setelah
trauma tembus tanpa benda asing. Vitreus yang bergerak,
walaupun sangat keruh akibat perdarahan, dapat diamati
saat ultrasonografi menunjukkan retina yang akan dilekatkan dan bila tidak ada benda asing. Vitrektomi umumnya dilakukan 7-10 hari setelah perbaikan luka awal sete-
tu
ffi RINGKASAN
Studi penyakit"penyakit vitreoretina sangat mengagumkan dan bisa menimbulkan dampak yang besar pada hasilakhir penglihatan. Berbagai teknologi dan teknik baru telah
dikembangkan secara luas dan menghasilkan kemajuan
yang sangat besar pada hasil-akhir pascabedah vitreoretina. Banyak mata yang dulunya tidak dapat disembuhkan
merasakan pengembalian penglihatan dalam tahuri-tahun
belakangan ini. Kemajuan dalam bioteknologi tampaknya
akan menghasilkan kemajuan-kemajuan yang fenomenal
di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Bajaire B et al: Vitreoretinal surgery of the pcisterior segment for
explosive traurna in terrorist warfare. Grades Arch Gun Exp
Ophthalmol2006;244:991. [PMID: 16440208]
Binder MI et al: Endogenous endophthalmitis: An 18-year review
of culture-positive cases at a tertiary care center. Medicine
144 /
BAB 9
Demefriades AM et al: Combined phacoemulsification, intraocular lens implantation, and vitrectomy for eyes with coexisting cataract and viheoretinal pathology. Am J Ophthalmol
2003 ;135 :291 IPMID : 1261 47 Ml
Dhingra N et al: Early vikectomy for fundus-obscuring dense vitreous haemorrhage from presumptive retinal tears. Graefes
Arch Clin Exp Ophthalmol 2006;lrn27 [Epub ahead of print].
IPMID: 168021331
Forte R et al: Visualisation of vitreomacular tractions with en face
optical coherence tomography. Eyc 2006; ltn 2 [Epuh ahead of
printl. [PMID: 1.6751756)
Gaucher D et al: Optical coherence tomography assessment of the
vitreoretinal relationship in diabetic macular edema. Am J
Ophthalmol 2005;139:807. [PMID: 1586028a]
Margo CE et al: Posterior vitreous detachment: How to approach
sudden-onset floaters and flashing lights. Postgrad Med
2005;117 :37. [PMID): 1578267 2]
Moore ]K et aI: Retinal detachment in eyes undergoing pars plana
vitrectomy for removai of retained lens fragments. Ophthalmology 2003;110:709. [PMID: 12689890]
Ng JQ et al: Management and outcomes of postoperative endophthalmitis since the endophthalmitis vitrectomy study:
The Endophthalrnitis Population Study of Western Australia
(EPSWA)'s fifth report. Ophthalmology 2005;112:1199. IPMID:
159217591
A et al: Retained intravitreal lens fragments after phacoemulsification: Complications and visual outcome in vikectomized and nonvitrectomized eyes. J Cataract Refract Surg
Rossetti
1,61418631