Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENADHULUAN
A. Latar Belakang
bertemunya sel sperma dan sel ovum merupakan awal terbentuknya calon
janin yang nantinya akan menjadi benda yang akan mengisi rongga uterus. Pada
pembentukan calon janin ini terjad beberapa tahap dimulai dari replikas DNA sperma
dan ovum yang menjadi variasi genetik janin dilanjutkan dengan pembelahan zigot
dan kemudian pembelahan dan selanjutnya implantas zigot ke uterus dan menjad
embrio.
Perkembangan embrio manusia pada hari ke-8, blastosis tertanam di dalam stroma
endometrium. Trofoblas berdiferensiasi menjadi dua lapisan yaitu sitrotrofoblas dan
sinsitrofoblas.

Embrioblas

juga

berdiferensiasi

menjadi

sel

kecil

kuboid

berdampingan dengan rongga blastosis(hipoblas) dan satu lapisan sel silinder tinggi
bersebelahan dengan ruang amnion (epiblas). Pembentukan cakram datar (cakram
mudigah bilaminer). Rongga kecil muncul di dalam epiblas menjadi rongga amnion.
Sroma endometrium tempat implantasi dan sekitarnya tampak edema dan
hipervaskuler. Kelenjarnya berkelok-kelok dan mengeluarkan banyak glikogen dan
mucus.
Perkembangan embrio manusia pada hari ke-9, blastosis semakin dalam terbenam
didalam endometrium. Trofoblas mengalami perkembangan pada kutub embrionalnya
dimana vakuola-vakuola pada sinsitrofoblas dan membentuk lacuna-lakuna (tahap
lakunasi). Pada kutub abembrional terbentuk selaput tipis (selaput eksoselom) yang
melapisi sitotrofoblas. Selaput ini bersama hipoblas membentuk rongga ekoselom
(yolk sac /kantung kuning telur).
Neurulasi merupakan proses dimana lapisan sel-sel ektodermal di ubah
menjadi tubulus neuralis. Proses neurulasi diawali dari oembentukan lamina neuralis
kemudian mengalami invaginasi menjadi sulkus neuralis dan tebentuk tubulus
neuralis. Neurulasi sangat berhubungan erat dengan gastrulasi. Pada akhir gastrulasi
terbentuklah nerve cord dan notochord. Nerve cord sendiri berasal dari ektoderm
sedangkan notochord berasal dari lempengan ektoderm bagian dorsal. Pada manusia
khususnya, proses ini dimulai pada minggu ketiga setelah pembuahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari implantasi ?
2. Bagaimana proses terjadinya implantasi ?
3. Bagaimana pembentukan membran ekstra embrionik ?
4. Dimana tempat implantasi ?
5. Apa macam-macam dari implantasi ?
6. Apa sistem dari plasenta ?
7. Apa sistem dari neurolasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari implantasi
2. Untuk mengetahui proses terjadinya implantasi
3. Untuk mengetahui pembentukan membran ekstra embrionik
4. Untuk mengetahui tempat implantasi
5. Untuk mengetahui macam-macam dari implantasi
6. Untuk mengetahui sistem dari plasenta
7. Untuk mengetahui sistem dari neurolasi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Implantasi
1. Definisi implantasi
implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke
dalam endometrium. Blastula dilindungi oleh simpai yang disebut trofoblas, yang
mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai
rongga

rahim, jaringan

endometrium dalam keadaan

sekresi. Jaringan

endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua.


Setelah terjadi fertilisasi, zigot mamalia yang terbentuk segera mengalami
proses pembelahan di dalam oviduk. Selanjutnya blastula yang terdiri dari inner
cell mass dan trophoblast akan mengalir ke dalam uterus. Pada manusia,
perjalanan zigot yang berkembang di dalam oviduk adalah sekitar 5 hari. Setelah

memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di dalam lumen uterus.


Selanjutnya, 6-7 hari setelah fertilisasi embrio mengadakan pertautan dengan
dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya.
2. Proses Terjadinya Implantasi
Beberapa jam pasca fertilisasi, penyatuan nuklei akan membentuk zigot dan
selanjutnya dalam waktu 3 4 hari sudah terbentuk sebuah masa solid berbentuk
seperti bola yang disebut morula. Morula dengan cepat berjalan didalam Tuba
Falopii menuju rongga uterus. Selama perjalanannya, melalui kanalikuli zona
pellucida masuk sejumlah cairan membentuk rongga cairan dalam morula sehinga
terbentuk blastosis. Setelah mencapai rongga rahim, zona pellucida mengembang
dan menipis. Blastosis akan menempel dan segera masuk kedalam stroma
endometrium. Sekitar 50% bagian blastosis berada dalam endometrium. Peristiwa
terpautnya blastosis pada stroma endometrium uterus induk disebut implantasi
(nidasi). Penempelan blastosis pada dinding endometrium yang terjadi pada hari
ke 6-7 (akhir minggu pertama )
Bagian yang pertama kali menyentuh endometrium uterus adalah kutub animal
(kutub embrionik), yaitu kutub tempat terdapatnya inner cell mass. Pada waktu itu
sel-sel

trofoblas

mensekresikan

enzim-enzim

proteolitik

yang

akan

menghancurkan epitelium uterus sebagai jalan untuk penetrasinya zigot ke dalam


endometrium. Setelah terbentuk jalan masuk, Sel trofoblas superfisial
mengalami diferensiasi menjadi sitotrofoblas (lapisan dalam) dan sinsitiotrofoblas
( lapisan luar ).
Gambar 1. Proses Impantasi
Perkembangan embrio manusia pada hari ke-8, blastosis tertanam di dalam

stroma endometrium. Trofoblas berdiferensiasi menjadi dua lapisan yaitu


sitrotrofoblas dan sinsitrofoblas. Embrioblas juga berdiferensiasi menjadi sel kecil
kuboid berdampingan dengan rongga blastosis(hipoblas) dan satu lapisan sel

silinder tinggi bersebelahan dengan ruang amnion (epiblas). Pembentukan cakram


datar (cakram mudigah bilaminer). Rongga kecil muncul di dalam epiblas menjadi
rongga amnion. Sroma endometrium tempat implantasi dan sekitarnya tampak
edema dan hipervaskuler. Kelenjarnya berkelok-kelok dan mengeluarkan banyak
glikogen dan mucus.
Perkembangan embrio manusia pada hari ke-9, blastosis semakin dalam
terbenam didalam endometrium. Trofoblas mengalami perkembangan pada kutub
embrionalnya dimana vakuola-vakuola pada sinsitrofoblas dan membentuk
lacuna-lakuna (tahap lakunasi). Pada kutub abembrional terbentuk selaput tipis
(selaput eksoselom) yang melapisi sitotrofoblas. Selaput ini bersama hipoblas
membentuk rongga ekoselom (yolk sac /kantung kuning telur).
Gambar 3. Implantasi Blastosis Hari ke-9
Blastosis telah terbenam seluruhnya pada hari ke-10-12. Pada saat yang sama,
sel-sel sinsitrofoblas menembus lebih dalam ke stroma dan merusak lapisan

endotel

kapiler

ibu.

Pembuluh

darah

ini

tersumbat

dan

kemudian

melebar(sinusoid). Karena trofoblas terus merusak sinusoid, darah ibu mulai


mengalir

melalui

sistem

trofoblas

sehingga

terjadi

sirkulasi

uteroplasma.Sekelompok sel baru muncul di antara permukaan dalam trofoblas


dan permukaan luar rongga eksoselom yang berasal dari yolk sac membentuk
jaringan penyambung halus dan longgar = mesoderm ekstraembrional = selom
ekstraembrional = rongga korion.
Gambar 4. Impantasi Blastosis hari ke 10
Gambar 5. Implantasi Blastosis hari ke-12

3. Pembentukan Membran Ekstra Embrionik


Membran ekstra embrionik merupakan perluasan perluasan berlapis
membran dari jaringan-jaringan embrio. Pada dasarnya membran membran
tersebut adalah lipatan-lipatan yang pada akhirnya tumbuh mengelilingi embrio
dan menghasilkan empat kantung pada embrio yang sedang tumbuh. Selaput
ekstra embrionik berasal dari embrio yang terletak di luar tubuh embrio dan tidak
menjadi bagian dari embrio. Fungsi selaput ekstra embrionik sebagai media
perantara pertukaran zat dan pelindung embrio.
Pada saat blastosista itu terimpantasi di uterus, massa sel bagian dalam
membentuk cakram pipih dengan lapisan sel bagian atas (epiblas), dan lapisan sel
bagian bawah (hipoblas). Embrio berkembang secara keseluruhan dari sel-sel
epiblas, sementara sel-sel hipoblas membentuk kantung kuning telur.

Korion berkembang dari trofoblas, secara sempurna mengelilingi embrio dan


membran ekstra embrionik lainnya. Amnion mulai terbentuk sebagai sebuah
kubah diatas epiblas yang memperbanyak diri dan akhirnya meneyelimuti embrio
dengan rongga amnion yang penuh dengan cairan (cairan ini berupa air yang
keluar dari vagina induk ketika amnion pecah persis sebelum kelahiran).
Membran kantung kuning telur pada mamalia merupakan tempat pembentukan
awal sel-sel darah merah, yang kemudian bermigrasi kedalam proper embrio.
Alantois, berkembang sebagai kantung dari luar perut rudimenter embrio.
Alantois digabungkan ke dalam tali pusar, dimana alantois membentuk pembuluh
darah yang mengangkut oksigen dan nutrient dari plasenta ke embrio dan
mengeluarkan karbon dioksida serta limbah bernitrogen dari embrio.
Gambar 6. Membran Ekstra Embrionik pada Manusia dan Ayam

4. Tempat Implantasi
Implantasi blastosit biasanya terjadi di uterus. Jika implantasi terjadi di tempat
lain, biasanya perkembangannya mengalami komplikasi serius dalam beberapa
minggu. Implantasi intrauterine, blastosit biasanya lebih banyak menempel pada
badan endometrium, sedikit lebih sering pada posterior dari pada anterior.
Tempat terjadinya implantasi pada manusia pada bagian posterior uterus (2/3
bagian kasus) dan pada bagian anterior uterus (1/3 bagian kasus). Daerah tempat
tertanamnya embrio ke dalam endometrium induk disebut tangkai tubuh (body
stalk). Daerah ini semula berada di atas amnion. Ketika amnion membesar, embrio
bergeser dari tangkai tubuh, sehingga berada di posterior (kauda). Tangkai tubuh
akan mengalami pemanjangan dan perampingan menjadi tali pusat. Tempat

imlantasi blastosit dapat terjadi di ekstrauterin yang akan menyebabkan terjadinya


kehamilan luar rongga rahim, yang disebut dengan kehamilan ectopic
5. Macam Macam Implantasi
a) Superfisial
Keadaan

dimana

embrio

menempel

pada

permukaan

epitel

endometrium. Misalnya pada kambing, babi, sapi, kuda.


b) Eksentrik
Keadaan dimana embrio menembus sedikit lebih dalam ke dalam
endometrium uterus. Misalnya pada anjing, kucing, tikus.
c) Interstitial (profundal)
Keadan dimana embrio mengerosi (menggerogoti) endometrium
uterus dan akhirnya seluruh embrio tertanam di dalam endometrium. Misalnya
pada manusia, simpanse, marmot. Sementara implantasi berlangsung, sel-sel
endometrium uterus mengalami perubahan struktur dan fungsi, menjadi lebih
besar, banyak mengandung glikogen dan lipid. Sel-sel stroma endometrium
berubah menjadi sel-sel desidua. daerah desidua dapat dibedakan 3, yaitu:
a) Desidua basalis
yaitu desidua yang secara langsung ditanami embrio (tempat
tertanamnya embrio)
b) Desidua kapsularis
yaitu desidua yang melingkupi embrio dan turut meregang sesuai
dengan membesarnya embrio
c) Desidua parietalis
yaitu desidua yang letaknya berseberangan dengan tempat
tertanamnya embrio

Gambar 5. Macam Macam Desidua


Ketika bayi dilahirkan, ketiga macam desidua akan mengelupas dan
dikeluarkan bersama plasenta. Sejalan dengan makin membesarnya embrio,
amnion mendesak desidua kapsularis, sehingga desidua ini akan bertemu dengan
desidua parietalis dan lumen uterus menjadi sempit.
B. Plasenta
1. Sistem Plasenta
Plasenta adalah organ yang luar biasa.Yang berasal dari lapisan trofoblastik
setelah terjadi fertilisasi.Plasenta tersambung dengan sirkulasi darah ibu untuk
mengambil alih fungsi-fungsi dari fetus yang belum bisa bekerja sendiri selama
dalam kandungan.Kehidupan fetus tergantung pada integritas dan efisiensi
plasenta.
2. Proses Pembentukan Plasenta
Blastokista tertanam sempurna di dalam endometrium, yang sekarang disebut
desidua. Blastokista mengandung dua jenis sel embrionik yang telah
berdiferensiasi, yaitu trofektoderm (yang akan berdiferensiasi menjadi sel
trofoblas) di bagian luar dan massa sel dalam. Sel trofoblas in nantinya akan

membentuk plasenta dan massa sel dalam akan membentuk janin dan membran
janin. Trofoblas berdiferensiasi menjadi 2 lapisan yaitu :
a) Sitotrofoblas, satu lapisan sel-sel berinti tunggal terletak di sebelah
dalam.
b) Sinsitiotrofoblas, (atau sinsitium), satu zona luar berinti banyak tanpa
batas yang jelas.
Sel sinsiotrofoblas merupakan sel yang berukuran besar dan multinuklear yang
berkembang dri lapisan sitotrofoblas. Sel ini aktif menghasilkan hormon plasenta
dan mentranspor zat makanan dari ibu ke janin. Sekelompok sel sitotrofoblas
memiliki sifat invasif, melewati stroma endometrium untuk mencapai pembuluh
darah ibu.
Pada usia kehamilan hari ke-10, sebagian sel sitotrofoblas berkembang
menjadi sitotrofoblas extravili yang menginvasi kapiler ibu dan arteri spiralis
dengan

menyumbat

lumen

pembuluh

darah

untuk

mencegah

pendarahan(sinusoid). Sedangkan sel sinsitiotrofoblas menginvasi uterus yang


kemudian berkontak dengan sinusoid maternal (kapiler ibu) sehinga lacuna
trofoblastik (ruang intervili) terisi oleh darah ibu dan terjadilah sirkulasi uteroplasenta.
Pada hari ke -14 trofoblas berkembang menjadi jonjot-jonjot seperti jari yang
disebut vili korion primitif (vili korion primer). Masing-masing vilus terususn atas
satu lapis sitotrofoblas yang dikelilingi oleh sel-sel sinsitiotrofoblas (sinsitium).
Semakin lama akan tebentuk ruang-ruang di antaranya karena kedua struktur
tersebut melakukan erosi yang semakin dalam ke dalam desidua. Vili akan
menyebabkan pecahnya pembuluh darah maternal saat struktur tersebut mengerosi
jaringan endometrium dan ruang-ruang tersebut dengan demikian terisi dengan
darah maternal.
Pada minggu ke-3 terjadi percabangan vili korion primitif yang disebut vili
korion korion sekunder yang didalamnya mulai terbentuk pembuluh darah.

Pembuluh darah ini akhirnya membentuk dua arteri umbilikalis dan satu vena
umbilikalis untuk janin.
Di dalam uterus, endometrium hamil yang kemudian menjadi desidua,
sekarang mengalami diferensiasi menjadi tiga daerah yaitu desidua basalis,
desidua kapsularis dan desidua parietalis.
Pada minggu-minggu pertama perkembangan, vili meliputi seluruh permukaan
korion. Semakin tua kehamilan, vili pada kutub embrional terus tumbuh dan
meluas, sehingga membentuk korion frondosum (korion bervili lebat seperti
semak-semak). Vili pada kutub abembrional mengalami degenarasi dan menjadi
halus yang disebut korion leave.
Desidua di atas korion frondosom, desidua basalis,terdiri atas sebuah lapisan
kompak sel-sel besar, sel desidua yang mengandung banyak sekali lipid dan
glikogen. Lapisan ini, lempeng desidua, melekat erat dengan korion.
Lapisan kedua di kutub abembrional disebut desidua kapsularis. Dengan
bertambah besarnya gelembung korion, lapisan ini menjadi teregang dan
mengalami degenarasi. Selanjutnya korion leave bersentuhan dengan dinding
rahim (desidua parietalis) pada rahim sisi yang lain dan keduanya menyatu dan
dengan demikian menutup rongga rahim. Oleh karena itu, satu-satunya bagian
korion yang ikut serta dalam proses pertukaran adalah korion frondosum yang
bersama dengan desidua basalis akan membentuk plasenta.
3. Struktur Plasenta
Plasenta berbentuk oval dengan diameter 15-20 cm dan berat 500 -600 gram.
Plasenta terbentuk lengkap saat usia kehamilan 16 minggu (4 bulan), ketika ruang
amnion telah mengisi seluruh rongga rahim.
Bagian-bagian plasenta meliputi :
a) Bagian fetal : vili korialis, ruang intervili. Darah dari ibu di ruang
intervili berasal dari arteri spinalis yang berada di desidua basalis.
Pada sistol darah dipompa dengan tekanan 70-80 mmHg ke ruang

intervili sampai pada pangkal kotiledon, darah menbanjiri ke vili


korialis dan kembali secara perlahan melalui pembuluh balik (vena)
dengan tekanan 8 mmHg.
b) Bagian permukaan janin : merupakan bagian permukaan janin,
tepatnya di uri yang dilapisi selaput amnion.
c) Bagian maternal : teridiri dari desidua kompakta yang terdiri dari
beberapa lobus dan kotiledon (15-20 lobus). Pertukaran uteroplasenta
terjadi melalui intervili tali pusat.
d) Letak Plasenta di Uterus

e) Tali Pusat (Funiculus Umbilicalis)


Gambar 5. Plasenta dan embrio

Pada waktu berpenetrasi ke dalam endometrium uterus, villi korion mencapai


kapiler darah yang terdapat di dalamnya dan memecahkan dindingnya. Akibatnya
darah maternal mengumpul dalam ruang-ruang intervilli (lakuna). Plasenta
berhubungan dengan embrio melalui tali pusat (korda umbilikalis). Di dalam tali
pusat terdapat pembuluh darah (vena dan arteri umbilikalis yang dibentuk dari
mesoderm alantois) yang berhubungan dengan pembuluh-pembuluh darah intraembrio. Pada dinding villi korion terjadi pertukaran materi antara darah maternal
dan darah fetal. Zat-zat nutrisi dan O2 dari darah maternal memasuki pembuluhpembuluh darah plasenta lalu diangkut oleh vena umbilikalis memasuki tubuh
fetus, masuk ke dalam jantung dan diedarkan ke seluruh tubuh. Darah yang miskin
O2 dan mengandung zat-zat ekskresi dari tubuh fetus diangkut oleh arteri
umbilikalis menuju ke pembuluh darah plasenta dan dilepaskan ke dalam darah
maternal. Pada semua tipe plasenta tidak pernah terjadi percampuran antara darah
maternal dan darah fetal.
Kotiledon (ruang/sekat dalam plasenta) menerima darah dari 100-100 aa.
Spiral yang menembus lempeng desidua dan memasuki ruang-ruang intervili
dengan jarak yang cukup teratur. Lumen arteri spinalis sempit, sehingga
mengakibatkan tingginya tekanan darah sewaktu memasuki ruang antarvili.
Tekanan ini menyemburkan darah dalam-dalam ke ruang intervili dan membasahi
banyak vili kecil dari percabangan vili dengan arah yang kaya oksigen. Pada
waktu tekanan menurun, darah mengalir kembali dari lempeng korion ke desidua,
dan memasuki vena endometrium. Karena itu darah, yang berasal dari danaudanau intervili mengalir kembali ke dalam peredaran darah ibu melalui vena
endometrium.
Secara keseluruhan, ruang intervili pada plasenta yang telah tumbuh sempurna
mengandung kira-kira 150 mL darah, yang diganti kira-kira 3 atau 4 kali dalam
semenit. Darah ini mengalir sepanjang vili korion, yang mempunyai luas
permukaan berkisar dari 4 hingga 14 meter persegi. Akan tetapi patut diingat
bahwa pertukaran di plasenta tidak berlangsung di semua vili, tetapi hanya pada
vili yang pembuluh janinya berhubungan erat dengan membrane sinsitium yang
membungkusnya. Pada vili ini, sinsitium kerap kali mempunyai brush border yang
terdiri atas banyak vili halus, sehingga sangat menambah luas permukaan, dan

akibatnya meningkatkan kecepatan pertukaran antara peredaran darah ibu dan


janin.
4. Transportasi Plasenta
Fungsi plasenta memasok segala sesuatu yang dibutuhkan oleh embrio dan
janin untuk tumbuh dan matang. Berbagai sistem yang kompleks terdapat di
dalam jaringan plasenta untuk memfasilitasi perpindahan nutrien ke janin dan
kemudian membuangnya. Di bawah kendali tekanan darah sistemik, darah arteri
maternal menyembur dari arteri spiralis ke dalam ruang intervili dan kemudian
menyebar.
Terdapat empat jenis mekanisme transpor yang memindahkan molekulmolekul penting dari darah ibu ke dalam plasent, kemudian sirkulasi ke janin.
a) Pertukaran gas respirasi terjadi melalui difusi pasif menuruni gradient
konsentrasi.
b) Glukosa, suatu bahan bakar metabolik utama untuk embrio dan janin,
ditranfer melalui difusi.
c) Kalsium memasuki plasenta melalui transpor kation aktif dimana
berbagai asam amino diangkut melawan gradient konsentrasi
berpasangan dengan transpor natrium.
d) Imunoglobulin dari kelas IgC memasuki plasenta melalui endositosis
setelah terjadi pengikatan ujung Fc molekul IgC ke reseptor membran
Fc trofoblas.
e) Produksi Hormon Protein pada Plasenta
Plasenta kaya akan sumber hormon-hormon protein dan steroid,
namun hanya beberapa hormone yang khas dalam kehamilan. Hormon
plasenta ini bertanggung jawab pada hampir semua adaptasi ibu dan
beberapa adaptasi janin terhadap kehamilan.
1) Gonadotropin korionik manusia

Gonadotropin korionik manusia (human chorionic


gonadotropin, hCG) merupakan hormon protein dimer yang
strukturnya sangat berhubungan dengan LH (luteinizing
hormone). Hormon ini merupakan salah satu produk
pertama sel trofoblas embrio

yang penting dalam

menginformasikan kepada ibu bahwa telah terjadi konsepsi.


Sekresi hCG berhubungan secara kuantitatif terhadap massa
sel sitotrofoblas total di dalam plasenta. Konsentrasinya
dalam serum ibu bertambah dua kali lipat setiap 2-3 hari
pada awal kehamilan; ini dapat digunakan sebagai skrining
untuk membedakan kehamilan normal dengan abnormal.
Kegagalan peningkatan yang sesuai pada konsentrasi hCG
merupakan indikasi adanya implantasi abnormal kehamilan
ektopik (tuba) atau kehamilan intrauterin yang tidak dapa
hidup. Kadar hCG yang lebih tinggi daripada yang
diharapkan terlihat pada kehamilan kembar dan kehamilan
mola.
Peran

biologism

utama

Hcg

adalah

untuk

menyelamatkan korpus luteum ovarium dari kematian


yang telah diprogram saat 12-14 hari setelah ovulasi.
Karena adanya hubungan struktural yang dekat antara hCG
dan LH, maka hCG dapat berikatan dengan reseptor LH
pada sel luteal. hCG kemudian dapat menggantikan LH,
menunjang

korpus

Pemeliharaan

korpus

luteum
luteum

saat

terjadi

kehamilan.

memungkinkan

sekresi

progesteron ovarium yang terus menerus setelah hari ke- 14


pascaovulasi

dan

pemeliharaan

kehamilan

awal.

Pengangkatan korpus luteum dengan pembedahan tanpa


pemberian suplemen progesteron atau sebelum kehamilan
minggu

ke-9

siklus

menstruasi

keguguran.
2) Laktogen plasenta manusia

akan

menyebabkan

Laktogen

plasenta

manusia

(human

placental

lactogen,hPL) merupakan hormon protein yang diproduksi


secara eksklusif oleh plasenta. Secara struktural hormon ini
berhubungan dengan prolaktin maupun GH. Selama
kehamilan,

glukosa

darah

menurun,

sekresi

insulin

meningkat, dan resistensi perifer insulin meningkat. Nama


lain untuk hPL adalah somatomamotropin korionik manusia
(human chorionik somatomammotropin, hCS).
Pada teorinya, penurunan penggunaan glukosa ibu yang
diinduksi oleh hPL memastikan bahwa terdapat pasokan
glukosa yang cukup untuk kebutuhan janin. Terdapat bukti
yang berkembang bahwa hPL terlibat dalam regulasi
homeostatis glukosa ibu sehingga ibu dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi janin; walaupun keberhasilan kehamilan
juga dapat terjadi pada keadaan tidak adanya produksi hPL
oleh plasenta. Pada kehamilan yang normal, produksi hPL
proporsional terhadap massa plasenta dan kemudian
meningkat terus selama kehamilan.
3) Progesteron
Hormon

ini

berfungsi

untuk

memelihara

agar

endometrium uterus tetap tebal (tidak luruh) dan kaya


pembuluh

darah.

Pada

manusia,

progesteron

mulai

disintesis oleh plasenta pada minggu ke empat setelah


implantasi. Menjelang kelahiran, produksi hormon ini
menurun.
4) Estrogen
Pada manusia, hormon ini mulai dihasilkan oleh
plasenta pada minggu ke-4 setelah implantasi, selain itu
juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal fetus. Estrogen

berperan untuk memelihara kehamilan. Produksi estrogen


terus meningkat sampai menjelang kelahiran bayi.
5) Hormon-hormon lainnya
Hormon pertumbuhan hipofisis baik yang berasal dari
ibu maupun janin tidak dipelukan untuk pertumbuhan janin
yang normal. Kenyataannya, janin anensefalik yang tidak
memiliki kelenjar hipofisis dan merupakan keturunan dari
wanita yang mengalami defisiensi hormon pertumbuhan
akan tumbuh normal di dalam kandungan. Plasenta
menghasilkan

jenis

protein hormon

pertumbuhannya

sendiri, yang dikenal sebagai hormon pertumbuhan plasenta


(placental growth hormone, PGH). PGH merupakan
hormon kandidat untuk mengatur pertumbuhan janin.
Baik sel sitotrofoblas sinsitiotrofoblas mengeluarkan
hormon pelepas kortikotropin (corticotropin releasing
hormone, CRH) dan pro-opiomelanokortin (POM-C), suatu
prekursor

untuk

(adrenocorticotripoc

hormon
hormone,

adrenokortikotropik
ACTH).

Kadar

CRH

maternal dan CRH plasenta meningkat pada kehamilan


bulan terakhir.
5. Fungsi Plasenta
Plasenta harus memasok segala sesuatu yang dibutuhkan oleh janin untuk
tumbuh dan matang. Berbagai sistem yang kompleks terdapat di dalam jaringan
plasenta untuk memfasilitasi perpindahan nutrien ke janin dan kemudian
membuangnya.
Fungsi utama plasenta adalah
1) Pertukaran gas

Pertukaran gas seperti oksigen, karbon dioksida, dan karbon


monoksida berlangsung melalui difusi primitif. Pada saat cukup bulan,
janin menyaring 20-30 mL oksigen dalam semenit dari peredaran darah
ibu, dengan demikian dapatlah dimengerti bahwa penyaluran oksigen
sebentar saja pun akan fatal akibatnya bagi bayi.
2) Pertukaran nutrien dan elektrolit
Pertukaran nutrien dan elektrolit, seperti asam amino, asam lemak
bebas, karbohidrat dan vitamin berjalan cepat dan meningkat bersamaan
dengan meningkatnya usia kehamilan.
3) Pemindahan antibodi ibu
Antibodi ibu diambil oleh sinsitiotrofoblas dengan cara pinositosis dan
selanjutnya diangkut ke pembuluh kapiler janin. Dengan cara ini, janin
memperoleh antobodi ibu, yaitu immunoglobulin G (IgG) kelas (7S).
Antobodi ini membantu melawan berbagai penyakit infeksi dan
memperoleh kekebalan pasif terhadap difteri, cacar, campak, dan lainlainnya, tetapi bukan terhadap cacar air dan batuk rejan (pertusis).
Imunisasi pasif penting karena janin hanya mempunyai sedikit
kemampuan untuk menghasilkan antibodi sendiri sampai sesudah lahir.
6. Jenis Kehamilan Kembar
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Kehamilan
kembar lebih banyak terjadi pada kehamilan yang berasal dari fertilisasi in vitro
(bayi tabung) daripada kehamilan spontan.
Dilihat dari asal usul zigot, dikenal dua jenis persalinan kembar: fraternal
(dizigotik) dan identik (monozigotik). Kembar dizigotik adalah hal yang umum
terjadi pada vertebrata, sementara kembar monozigotik merupakan hal yang
jarang dijumpai.
1) Kehamilan Kembar Monozigotik (Indentik)

Kehamilan kembar monozigotik atau disebut juga identik adalah


kehamilan kembar yang terjadi dari 1 telur yang dibuahi oleh 1 sperma.
Mempunyai gen yang sama, jenis kelamin yang sama, muka yang serupa,
sidik jari dan telapak sama.
Jika pembelahan zigot ini terjadi saat awal pembuahan (1-3 hari setelah
pembuahan) maka setiap embrio biasanya akan memiliki kantong ketuban
yang berbeda, dan satu plasenta.
Tetapi bila pembelahan terjadi setelah 14 hari maka kemungkinan
kembar akan terjadi join / menempel bersama pada bagian dari tubuhnya
atau pembelahan yang tidak sempurna yang disebut sebagai kembar siam
lebih tinggi.Kehamilan ini jarang terjadi.
Kembar MZ selalu berkelamin sama dan secara genetik adalah sama
(klon) kecuali bila terjadi mutasi pada perkembangan salah satu individu.
Tingkat kemiripan kembar ini sangat tinggi, dengan perbedaan kadangkadang terjadi berupa keserupaan cerminan. Perbedaan terjadi pada hal
detail, seperti sidik jari. Bila individu beranjak dewasa, tingkat kemiripan
biasanya berkurang karena pengalaman pribadi atau gaya hidup yang
berbeda.
7. Kehamilan Kembar Fraternal (Dizigotik)
Kembar dizigotik (dikenal sebagai kembar non-identik) terjadi karena zigotzigot yang terbentuk berasal dari sel telur yang berbeda. Terdapat lebih dari satu
sel telur yang melekat pada dinding rahim yang terbuahi oleh sel-sel sperma pada
saat yang bersamaan. Pada manusia, proses ovulasi kadang-kadang melepaskan
lebih dari satu sel telur matang ke tuba fallopi yang apabila mereka terbuahi akan
memunculkan lebih dari satu zigot.
Mereka biasanya tidak terlalu mirip atau seperti kakak adik saja. Karena
berasal dari dua telur dan sperma yang berbeda maka masing- masing mempunyai
kantung ketuban dan plasenta sendiri. Jadi kembar fraternal, adalah terjadinya 2
proses pembuahan dalam satu kehamilan.

Tidak selalu memiliki jenis kelamin yang sama dimana : 1/2 bagian dari
kembar fraternal adalah anak laki anak perempuan; 1/4 bagian adalah anak laki
anak laki dan ; 1/4 bagian lagi anak perempuan anak perempuan.

C. NEURULASI PADA MANUSIA


Neurulasi berasal dari kata neuro yang berarti saraf. Neurulasi adalah proses
penempatan jaringan yang akan tumbuh menjadi saraf, jaringan ini berasal dari diferensiasi
ectoderm, sehingga disebut neural ectoderm. Sebagai inducer pada proses neurulasi adalah
chorda mesoderm yang terletak di bawah neural ectoderm. Neurulasi dapat juga diartikan
dengan proses awal pembentukan sistem saraf yang melibatkan perubahan sel-sel ektoderm
bakal neural, dimulai dengan pembentukan keping neural (neural plate), lipatan neural
(neural folds) serta penutupan lipatan ini untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam
dinding tubuh dan berdesiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis dan berakhir dengan
terbentuknya bumbung neural. Diduga bahwa perubahan morfologi yang terjadi selama
neurulasi sejalan dengan perubahan kromosom dan pola proteinnya. Penelitian ini dilakukan
untuk membandingkan morfologi kromosom dan pola protein.
Tahapan tahapan Neurulasi

Secara terperinci tahapan-tahapan proses neurulasi sangatlah kompleks, maka berdasarkan


perkembangan nya neurulasi melakukan beberap tahapan diantaranya:
1. Pembentukan Lempeng Neural (neural plate)
Setelah fase gastrulasi selesai maka kemudian berlanjut pada fase neurulasi. Pada tahap awal
ini notochord atau tali syaraf dorsalis embrio menginduksi ektoderm di atasnya sehingga sel
sel ectoderm berubah menjadi panjang dan tebal daripada sel-sel yang berada disekitarnya hal
ini disebut dengan poliferasi, yang akhirnya menjadi lempeng saraf (neural plate).
Pembentukan ini terletak pada bagian kutub animal.
2. Pembentukan Lekukan atau Invaginasi (neural fold)
Setelah neural plate berhasil terbentuk, proses selanjutnya neural plate menebal, hal ini
disebabkan karena adanya pertumbuhan dan perbanyakan sel ektoderm epidermis lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan ektoedrm neural, sehingga hal ini mengakibatkan lapisan
neural plate menjadi tertekan dan mangalami pelekukan ke bagian dalam yang disebut
dengan istilah (invaginasi), bagian pelekukan inilah yang disebut sebagai neural fold.
3. Pembentukan Parit Neural (neural groove)
Hampir secara bersamaan dengan proses neural fold terbentuk, disisi lain proses neural
groove atau parit neural juga terbentuk, yaitu bagian paling dasar dari lipatan ectoderm neural
itu sendiri. Hal ini terjadi karena adanya lipatan dari kedua sisi lempeng neural secara
bersamaan.
4. Pembentukan Tabung Neural (neural tube)
Karena pertumbuhan ectoderm epidermis lebih cepat, maka akan semakin mendorong lipatan
neural yang telah terbentuk, mengakibatkan fusi atau penggabungan anatara neural fold
bagian kanan serta neural fold pada bagian kiri. Pada akhirnya terbentuk tabung/bumbung
saraf (neural tube) dengan lubangnya yang disebut neural canal atau neurocoel. Pada prosesproses perkembngan yang selanjutnya, tabung neural akan berkembang menjadi otak dan
sumsum tulang belakang, saraf tepi otak dan tulang belakang, bagian persarafan indra seperti
mata, hidung dan kulit, chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigmen. Saat awal
terbentunya, neural tube akan memiliki dua ujung yang belum menutup, yang dinamakan

neurophore. Neurophore tersebut kemudian dibagi menjadi dua bagian yang masing-masing
akan membentuk:
a. Neurophore anterior, yang akan membentuk otak dan bagian-bagiannya.
b. Neurophore posterior, yang akan membentuk fleksura atau lipatan yang terdapat dalam
otak, dan berperan dalam menentukan daerah-daerah otak.
F. Jenis - jenis neurulasi
berdasarkan jenisnya neurulasi dibedakan menjadi 3:
Pertama neurulasi primer yaitu proses neurulasi yang terjadi pada mamalia dan aves, dimana
neural tube terbentuk akibat adanya invaginasi dari lapisan ectoderm neural yang diinisiasi
oleh nothocord.
Kedua adalah neurulasi sekunder, proses neurulasi ini terjadi pada ikan, dan neurulasi ini
ditandai dengan pembentukan neural tube tanpa adanya pelipatan ectoderm neural, melainkan
pemisahan ectoderm neural dari lapisan ectoderm epidermis, baru kemudian membentuk
neural tube. Ektoderm adalah lapisan yang paling atas dan akan membentuk sistem saraf pada
janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut.
Dan yang ketiga adalah neurulasi khusus, yaitu pembentukan bumbung neural dengan adanya
pemisahan (peninggian) epidermis yang membatasi keping neural. Peninggian episermis juga
disebut sebagai lipatan neural temporer yang akan bertem di bagian mediodorsal dan menjadi
atap di atas keping neural yang sudah melipat dan melekuk,membentuk lipatan neural dan
lekuk neural biasa yang sama kejadiannya pada neurulasi primer. Kedua lipatan neural ini
akan bertemu satu sama lain membentuk bumbung neural. Selanjutnya atap epidermis akan
terpisah dari bumbung neural.
Perkembangan Neural Tube
Neural tube akan mengalami organogenesis menjadi:
Otak dan sumsum tulang belakang
Saraf tepi otak dan tulang belakang
Bagian persarafan indra seperti mata, hidung dan kulit

Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigmen .

Neural tube mempunyai ujung - ujung yang disebut dengan neuropore. Neuropore ada 2
macam yaitu:
-

Anterior

Neuropore

yang

akan

membentuk

otak

dan

bagian-bagiannya

- Posterior neuropore yang akan membentuk fleksura atau lipatan yang akan menjadi batas
antara bagian-bagian otak
Pada mamalia awalnya tabung saraf adalah struktur lurus. Namun, bahkan sebelum bagian
posterior tabung telah terbentuk, yang sebagian besar bagian anterior tabung mengalami
perubahan drastis. Di daerah ini, tabung saraf primer balon menjadi tiga vesikula otak-depan
(prosencephalon), otak tengah (mesencephalon), dan hindbrain (rhombencephalon). Pada saat
posterior akhir menutup tabung saraf, sekunder tonjolan-vesikula-optik telah memperluas
lateral dari masing-masing sisi otak-depan berkembang. prosencephalon menjadi dibagi
menjadi anterior telencephalon dan semakin caudal diencephalon. Yang telencephalon
akhirnya akan membentuk belahan otak, dan diencephalon akan membentuk thalamic dan
hipotalamus otak saraf daerah yang menerima input dari retina. Memang, retina itu sendiri
adalah turunan dari diencephalon. Yang tidak menjadi mesencephalon dibagi, dan akhirnya
lumen menjadi otak gorong-gorong. Rhombencephalon menjadi yang dibagi menjadi
myelencephalon posterior dan yang lebih anterior metencephalon. Yang akhirnya menjadi
myelencephalon medula oblongata, yang menghasilkan neuron saraf yang mengatur
pernapasan, pencernaan, dan gerakan kardiovaskular. Yang menimbulkan metencephalon
cerebellum, bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasi gerakan, postur, dan
keseimbangan. The rhombencephalon mengembangkan pola segmental yang menentukan
tempat-tempat tertentu berasal saraf. Pembesaran periodik disebut rhombomeres membagi
rhombencephalon ke kompartemen kecil. Rhombomeres ini merupakan perkembangan yang
terpisah "wilayah" di bahwa sel-sel dalam setiap rhombomere dapat mencampur dengan
bebas di dalamnya, tapi tidak dengan sel-sel dari berdekatan rhombomeres. Selain itu,
masing-masing rhombomere memiliki perkembangan yang berbeda nasib. Setiap
rhombomere akan membentuk kelompok ganglia-badan sel saraf yang membentuk akson
saraf.
Diferensiasi dari tabung saraf ke berbagai daerah di sistem saraf pusat terjadi secara
bersamaan dalam tiga cara yang berbeda. Pada tingkat anatomis kotor, tabung saraf dan
tonjolan dan menyempitkan lumen untuk membentuk bilik otak dan sumsum tulang belakang.

Pada tingkat jaringan, populasi sel dalam dinding tabung saraf mengatur ulang diri mereka
sendiri untuk membentuk wilayah fungsional yang berbeda dari otak dan sumsum tulang
belakang. Akhirnya, pada tingkat sel, sel-sel yang neuroepithelial sendiri berdiferensiasi
menjadi berbagai jenis sel saraf (neuron) dan sel pendukung (glia) hadir dalam tubuh.
Perkembangan awal otak kebanyakan vertebrata sama.
Susunan Saraf Mula Mula
Susunan saraf mula mula terdiri dari 3 bagian

1. bumbung neural
2. jambul neural
3. placode indra
Bumbung Neural akan menjadi encephalon di anterior dan medulla spinalis anterior.
Encephalon akan berkembang menjadi 3 bagian

1. prosencephalon, otak depan. Akan menjadi Telencephalon dan Diencephalon

2. mesencephalon, otak tengah. Akan menjadi cerebral aqueduct.


3. rhombencephalon, otak belakang. Akan menjadi Myelencephalon dan metencephalon .
Jambul neural menghasilkan ganglia nervi craniales dan spinales. Terdapat juga Rongga otak
(ventrikel), ada 4 ventrikel yang berisi cairan serebrospinal/ cairan otak .
Fungsi : - menjaga otak agar tetap dalam keadaan basah
- menjaga otak tetap pada bentuk dan tempatnya
Placode indra adalah suatu jejeran epidermis yang menebal di daerah lateral caput, yang
terdiri dari:
1. Placode nasus, disamping ventro anterior caput
2. Placode lens, berhubungan dengan tonjolan optic di daerah prosencephalon yang bakal jadi
diencephalon
3. Placode acoustic (otic), di dorso lateral tentang bagian tengah rhombencephalon
4. Placode calyculi gustatorii, yang terletak di lidah, pharynx, palatum molle atau ada juga di
permukaan sebelah luar caput.
Neuron neuron nervus centrale ( saraf pusat ) berasal dari neuroblast primitive, yang berasal
dari sel sel lapisan terdalam bumbung neural. Neuron neuron nervus peripherioum (saraf
tepi)

berasal

dari

jambul

neural

dan

beberapa

placode

indra.

Nervi spinales yang berjejer secara metamerisme, dibentuk dari sel sel jambul neural dan
bumbung neural. Dari jambul neural dihasilkan radix dorsalis dan dari bumbung neural

dihasilkan radix ventralis.


Neurilemma dan selaput Schwann berasal dari spongiblast yang datang dari jambul neural.
Begitu juga dengan pia meter, dibentuk dari sel sel yang berasal dari jambul neural,
sedangkan dura meter berasal dari sel sel mesenkim. Jadi pada umumnya tela conjungtiva
(jaringan pengikat) susunan saraf pusat berasal dari ectoderm juga. (Yatim, 1990: 261).
Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)
Mula mula Neural tube yg sudah tertutup terdiri dari Neuroepitel. Neuroepitel ini akan
membelah dengan cepat dan menghasilkan banyak sel neuroepitel yang kemudian menjadi
lapisan yang disebut Neuroepitelium. Lalu sel neuroepitel membentuk sel-sel saraf Primitif
atau Neuroblas yang nantinya akan membentuk zona yang disebut lapisan mantel. Kemudian
lapisan mantel akan membentuk Substansia Grissea medulla spinalis .Lapisan medula
spinalis yang paling luar dan ada dalam lapisan mantel disebut lapisan marginal,sebagai
akibat mielinisasi dan berwarna putih shg disebut Substansia Grissea alba medulla spinalis
Akibat dari bertambahnya neuroblas pd lapisan mantel mengakibatkan penebalan ventral dan
dorsal.
Diferensiasi Histologiknya sebagai berikut:
1. Sel Saraf
2. Sel Glia
3. Sel-sel Krista neuralis
4. Saraf-saraf Spinalis
5. Pembentukan Selubung myelin
Perkembangan Saraf Janin Intra Uterus
Trimester I (0 12 minggu)

Pada

minggu

ke-8,

serabut-serabut

saraf

tersebar

ke

seluruh

tubuh.

Pada usia 10 minggu, rangsangan lokal dapat memicu gerakan berkedip, gerakan membuka
mulut, penutupan jari tangan yang tidak sempurna, dan fleksi plantar jari kaki.
Minggu ke-11 atau ke-12, janin membuat gerakan nafas, menggerakkan seluruh anggota
geraknya dan mengubah posisi di dalam rahim.
Janin dapat menghisap ibu jarinya dan berenang dalam kolam cairan amnion, bersalto dan
mungkin membuat simpul pada korda umbilikalis.
Janin berespons terhadap kebisingan, sinar yang kuat, stimulasi yang mengganggu pada
kulit, dan penurunan suhu dengan mengubah respons otonom, misalnya kecepatan denyut
jantung dan dengan bergerak.

Trimester II (12 28 minggu)


Gerakan janin dapat dirasakan sejak usia gestasi 14 minggu; latihan fisik diperkirakan
membantu pertumbuhan otot dan ekstremitas.
Pada minggu ke-16, sistem saraf janin mulai berfungsi. Stimulasi dari otak sudah di respons
oleh otot-otot sehingga janin bisa mengoordinasikan gerakannya.
Janin makin aktif bergerak. Dia menendang-nendang bahkan melakukan aksi berputar
dalam rahim ibu. Apabila gerakan cukup kuat untuk di rasakan ibu sebagai gerakan bayi
maka terjadilah quickening. Untuk nulipara, perasaan ini biasanya di alami setelah minggu
ke-16 gestasi. Pada multipara, quickening dapat dirasakan lebih awal. Pada waktu itu, ibu
menjadi sadar akan siklus tidur dan bangun janin.
Trimester III (28 36 minggu)
Perkembangan pesat dalam tubuh janin pada awal bulan ke-7 terjadi pada sistem saraf
pusatnya, terutama pada otaknya. Bagian otak yang mengalami perkembangan paling pesat
adalah otak yang mengelola proses penyampaian informasi kepada organ pendengaran serta
organ penglihatan. Perkembangan ini memungkinkan si kecil mampu mengenali dan
membedakan antara suara sang ibu dan anggota keluarga lainnya, meskipun suara yang
didengar belum sejernih suara aslinya. Kelopak matanya juga telah dapat membuka dan
menutup.
Bola matanya telah dapat digunakan untuk melihat. Bila si ibu berdiri di tempat yang cukup
terang,

si

kecil

dapat

melihat

siluet

benda-benda

di

sekitar

ibunya.

Memasuki bulan ke-9, proses yang terjadi bukanlah proses pembentukan, tetapi lebih
bersifat penyempurnaan. Selama trimester ketiga ini, integrasi fungsi saraf otot berlangsung
secara pesat.
Pada aterm, susunan saraf sudah siap untuk menerima dan mengolah informasi. Fungsi
korteks serebrum pada manusia relatif imatur dibandingkan dengan yang ditemukan pada
spesies mamalia lainnya. Mielinisasi sempurna jalur motorik yang panjang terjadi setelah
lahir, sehingga gerakan halus jari tangan, misalnya, belum tampak sampai beberapa bulan
setelah lahir.
Perkembangan Saraf Janin Ekstra Uterus
Setelah lahir, susunan saraf mengalami perkembangan pesat sebagai respons terhadap
peningkatan input sensorik. Refleks mungkin sedikit tertekan pada 24 jam pertama, terutama

apabila terjadi penyaluran transplasenta analgesia narkotik, tetapi kemudian beberapa refleks
mulai tampak. Pada kasus asfiksia berat, skor Apgar yang rendah atau kerusakan saraf,
refleks

tertekan

atau

mungkin

memerlukan

waktu

lebih

lama

untuk

muncul.

Refleks menggenggam atau refleks Moro digunakan untuk menilai kemampuan refleks bayi
baru lahir.
Bayi juga memperlihatkan genggaman palmar yang kuat dan gerakan melangkah ritmik.
Banyak refleks yang terdapat pada neonatus akan menghilang kecuali apabila terjadi proses
patologis, yaitu refleks tersebut muncul pada masa dewasa.
Bayi memperlihatkan kesadaran umum akan keadaan di sekitarnya dan bereaksi terhadap
suara dan cahaya

Bayi lahir dengan jalur sensorik yang aktif.


Penelitian membuktikan bahwa neonatus dapat mengenali bau ASI. Mereka dapat
membedakan rasa dan tampaknya lebih menyukai rasa manis.
Walaupun bayi sudah dapat melihat pada saat lahir, terjadi perkembangan pesat kemampuan
visual dalarn 6 bulan pertama.
Neonatus memperlihatkan ketajaman penglihatan yang terbatas tetapi tampaknya berfokus
pada jarak 20 cm. Sejak lahir, bayi dapat membedakan antara kontras dan kontur serta dapat
mengikuti gerakan.
Neonatus mampu mendengar dan membedakan suara, terutama yang berfrekuensi rendah
sampai sedang. Penelitian membuktikan bahwa neonatus dapat mengenal suara ibu mereka
dan lebih menyukai intonasi ritmik mengalun seperti menyanyi (DeCasper & Fifer, 1980)
Neonatus terbuai oleh suara ritmik bernapas, denyut jantung, dan peristaltik usus, yang
mereka dengar, misalnya, selagi digendong.
Bayi tampak terfokus pada rangsang visual dan tampaknya mengolah informasi sensorik.

Pada

keadaan

terjaga

aktif,

kecepatan

pernapasan

meningkat

den

ireguler.

Terjadi perubahan warna kulit, banyak aktivitas, dan bayi memperlihatkan peningkatan
kepekaan terhadap rangsangan.
2.7 Cara pembentukan bumbung neural (nural tube)
Ada dua cara utama untuk membentuk neural tube. Neurulasi primer, sel-sel saraf yang
mengelilingi piring piring langsung sel-sel saraf yang berkembang biak, invaginate, dan lepas
dari permukaan untuk membentuk tabung hampa. Dalam neurulasi sekunder, tabung saraf
timbul dari tali yang solid sel-sel yang tenggelam ke dalam embrio dan kemudian lubang
keluar (cavitates) untuk membentuk tabung hampa. Sejauh mana konstruksi mode ini

digunakan bervariasi antara kelas vertebrata. Neurulasi pada ikan secara eksklusif sekunder.
Pada burung, bagian anterior tabung saraf yang dibangun oleh neurulasi utama, sementara
tabung saraf caudal untuk kedua puluh tujuh somite pasangan (yakni, segala sesuatu posterior
ke hindlimbs) dibuat oleh neurulation sekunder. Dalam amfibi, seperti Xenopus, sebagian
besar tabung saraf kecebong dibuat oleh neurulation primer, tapi tabung saraf ekor berasal
dari neurulation sekunder. Pada tikus (dan mungkin manusia juga), neurulasi sekunder
dimulai pada atau sekitar tingkat somite 35.
a. Neurulasi Primer
Selama neurulasi primer, ektoderm asli dibagi menjadi tiga set sel: (1) ditempatkan secara
internal neural tube, yang akan membentuk otak dan sumsum tulang belakang, (2)
diposisikan eksternal epidermis kulit, dan (3) saraf sel puncak. Sel puncak neural formulir di
kawasan yang menghubungkan tabung saraf dan kulit ari, tapi kemudian pindah di tempat
lain, mereka akan menghasilkan perifer neuron dan glia, sel-sel pigmen kulit, dan beberapa
jenis sel lain.
Proses neurulasi primer pada amfibi, reptil, burung, dan mamalia mirip. Tidak lama setelah
piring saraf telah terbentuk, tepi menebal dan bergerak ke atas untuk membentuk lipatan
saraf, sedangkan saraf berbentuk U groove muncul di tengah piring, membagi masa depan
sisi kanan dan kiri embrio. Lipatan saraf yang bermigrasi ke arah garis tengah embrio,
akhirnya sekering untuk membentuk tabung saraf di bawah ektoderm di atasnya. Sel-sel di
bagian dorsalmost tabung saraf menjadi puncak sel saraf.
Neurulasi terjadi dengan cara yang agak berbeda di berbagai daerah dalam tubuh. Yaitu
kepala, badan, dan ekor masing-masing daerah membentuk tabung saraf dengan cara-cara
yang mencerminkan hubungan induktif dari endoderm faring, prechordal piring, dan
notochord ke atasnya ektoderm. Kepala daerah dan batang kedua menjalani neurulation
varian dari primer, dan proses ini dapat dibagi menjadi empat yang berbeda tetapi saling
tumpang tindih spasial dan temporal tahap: (1) pembentukan lempeng saraf, (2) pembentukan
saraf piring; (3) pembengkokan dari piring saraf membentuk saraf dashed; dan (4) penutupan
alur saraf untuk membentuk tabung saraf
Primer neurulation: pembentukan tabung saraf dalam embrio anak ayam. (A, 1) Sel saraf dari
pelat dapat dibedakan sebagai sel memanjang di daerah dorsal ektoderm. Lipat dimulai
sebagai engsel saraf medial titik (MHP) sel jangkar untuk notochord dan mengubah bentuk
mereka, sementara sel-sel epidermis anggapan bergerak menuju pusat. (B, 2) lipatan saraf
yang diangkat sebagai anggapan epidermis terus bergerak ke arah garis tengah dorsal. (C, 3)

Konvergensi lipatan saraf terjadi sebagai titik engsel Korteks (DLHP) sel-sel menjadi
berbentuk baji dan sel-sel epidermal mendorong ke tengah.
(D, 4) lipatan saraf dibawa ke dalam kontak dengan satu sama lain, dan sel-sel saraf
menghubungkan puncak tabung saraf dengan epidermis. Puncak sel saraf kemudian bubar,
meninggalkan tabung saraf terpisah dari epidermis.
Tiga pandangan neurulation dalam embrio amfibi, menunjukkan awal (kiri), tengah (pusat),
dan akhir (kanan) neurulae dalam setiap kasus. (A) melihat ke bawah pada permukaan dorsal
seluruh embrio. (B) Sagit-angka bagian melalui bidang medial embrio. (C) Transverse bagian
melalui pusat embrio.
b. Neurulasi Sekunder
Neurulasi sekunder merupakan pembentukan rongga pada pita sel sel solid. Neurulasi
sekunder melibatkan pembuatan sebuah tali meduler dan pengosongan selanjutnya menjadi
tabung saraf

Pada katak dan anak ayam, neurulation sekunder biasanya terlihat dalam tabung saraf
lumbalis (perut) dan tulang ekor. Dalam kedua kasus, dapat dilihat sebagai kelanjutan dari
gastrulasi. Pada katak, bukannya involuting ke embrio, sel-sel bibir blastopori dorsal terus
tumbuh ventrally. Daerah yang tumbuh di ujung bibir disebut chordoneural engsel (Pasteels
1937), dan berisi prekursor untuk kedua bagian posteriormost piring dan saraf posterior
bagian notochord. Pertumbuhan wilayah ini kurang lebih berbentuk bola mengubah gastrula,
1.2 mm diameter, menjadi kecebong linear beberapa 9 mm lama. Ujung ekor adalah
keturunan langsung blastopori dorsal bibir, dan sel-sel yang melapisi membentuk blastopori
neurenteric kanal. . Proksimal bagian dari kanal neurenteric berfusi dengan anus, sementara
bagian distal menjadi ependymal kanal (yaitu, lumen tabung saraf)
Neurulasi sekunder di daerah caudal 25-somite embrio. (A) membentuk kabel meduler paling
ujung caudal ayam tailbud.
(B) kabel meduler pada posisi sedikit lebih anterior di tailbud.(C) cavitating tabung saraf dan
membentuk notochord. (D) The lumen menyatu untuk membentuk kanal pusat dari tabung
saraf. Gerakan sel selama neurulation di Xenopus sekunder. (A) Involusi dari mesoderm pada
tahap gastrula pertengahan. (B) Gerakan bibir blastopori dorsal pada gastrula akhir / awal
tahap neurula. Involusi telah berhenti, dan keduanya ektoderm dan mesoderm almarhum
blastopori bibir bergerak posterior. (C) Awal tahap kecebong, di mana sel-sel yang melapisi

membentuk blastopori neurenteric kanal, bagian dari yang menjadi sekunder lumen tabung
saraf.
2.8 Kelainan Kelainan
Proses neurulasi yang tidak sempurna dapat menyebabkan kelainan kelainan. Diantaranya
sebagai berikut:
a. Anencephaly
Anencephaly adalah sepalik gangguan yang dihasilkan dari sebuah cacat tabung saraf yang
terjadi ketika batok kepala (kepala) ujung tabung saraf gagal menutup, biasanya antara
tanggal 23 dan 26 hari kehamilan, yang mengakibatkan tidak adanya bagian besar dari otak ,
tengkorak, dan kulit kepala [1]. Anak-anak dengan gangguan ini dilahirkan tanpa otak-depan,
bagian terbesar dari otak yang terdiri terutama dari otak belahan otak (yang mencakup
neokorteks, yang bertanggung jawab untuk tingkat lebih tinggi kognisi, yaitu, berpikir)

b. Spina bifida
Spina Bifida (Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra),
yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal
terbentuk secara utuh. Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan
pada korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada
bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya. Gejalanya
tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan terjadi di punggung bagian
bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan vertebra di bagian ini terjadi paling
akhir.
Terdapat beberapa jenis spina bifida:
1. Spina bifida okulta : merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa
vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens)
tidak menonjol. Gejalanya:
- seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
- lekukan pada daerah sakrum.
2. Meningokel : meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai
suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit

3. Mielokel : jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit
diatasnya tampak kasar dan merah. Gejalanya berupa:
- penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir
- jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
- kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki, penurunan sensasi
- inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia tinja
- korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).

BAB III
KESIMPULAN
implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Blastula dilindungi oleh simpai yang disebut trofoblas, yang mampu
menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan
endometrium dalam keadaan sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel
desidua.
Plasenta adalah organ yang luar biasa.Yang berasal dari lapisan trofoblastik setelah
terjadi fertilisasi.Plasenta tersambung dengan sirkulasi darah ibu untuk mengambil alih
fungsi-fungsi dari fetus yang belum bisa bekerja sendiri selama dalam kandungan.Kehidupan
fetus tergantung pada integritas dan efisiensi plasenta.
Neurulasi merupakan proses dimana lapisan sel-sel ektodermal di ubah menjadi
tubulus neuralis. Proses neurulasi diawali dari oembentukan lamina neuralis kemudian
mengalami invaginasi menjadi sulkus neuralis dan tebentuk tubulus neuralis. Neurulasi
sangat berhubungan erat dengan gastrulasi. Pada akhir gastrulasi terbentuklah nerve cord dan
notochord. Nerve cord sendiri berasal dari ektoderm sedangkan notochord berasal dari
lempengan ektoderm bagian dorsal. Pada manusia khususnya, proses ini dimulai pada
minggu ketiga setelah pembuahan.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini.

2014.

Perkembangan

embrio.

http://blog.uin-

malang.ac.id/bettie/2011/03/10/perkembangan-embrio/. Diakses tanggal 29 Oktober 2015

Campbell, Neil A. 2004. Biology edisi ke-5 jilid 3 Alih Bahasa Prof.Dr.Ir. Wasmen Manalu.
Jakarta : Erlangga.
Gilbert, S.F.Developmental Biology. Ed. 8, Sunderland: Sinauer
Majumdar, N.N. 1985. Textbook of Vertebrates Embryology. Ed. 5. New Delhi: Tata McGraw
Hill
Moore, Keith L. 1988. The Developing Human. Philadelpia : W.B Saunders Company.
Ramadhy, Asep S. 2011. Biologi Reproduksi. Bandung : PT. Refika Aditama
Setyawan,

Kharis.

2012.

Implantasi

Nidasi

dan

Plasentasi.

http://goth-

id.blogspot.com/2012/04/implantasi-nidasi-dan-plasentasi.html.Diakses 29 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai