Irwan Kelainan Refraksi
Irwan Kelainan Refraksi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina
(macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata
sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa
membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini
memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada
kelainan refraksi, sinar tidak di biaskan tepat pada makula lutea, tetapi dapat di depan
atau dibelakang makula. 1
Dikenal istilah emetropia yang berarti tidak adanya kelainan refraksi dan ametropia
yang berarti adanya kelainan refraksi seperti miopia, hipermetropia, astigmat, dan
1.2
presbiopia.2
Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis,
manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan masing-masing jenis kelainan refraksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1 Definisi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas
kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata. Pada orang normal
susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang
sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah
makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan
bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata yang tidak melakukan akomodasi
atau istirahat melihat jauh.1
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina
(macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata
sehingga menghasilkan bayangan kabur.1
Analisis statistik distribusi anomali/kelainan refraksi yang terjadi di masyarakat
dalam populasi penelitian menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara jari-jari
kurvatura kornea, kedalaman bilik mata depan, kekuatan refraksi dari lensa, panjang
sumbu bola mata dengan anomali/ kelainan refraksi.2
Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti Punctum Proksimum
merupakan titik terdekat di mana seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Punctum
Remotum adalah titik terjauh di mana seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini
merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan retina atau foveola bila mata
istirahat. 1
2.1.1 Emetropia
Pada mata ini daya bias mata adalah normal, di mana sinar jauh difokuskan
sempurna di makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Bila sinar sejajar tidak difokuskan
pada makula lutea disebut ametropia. Mata emetropia akan mempunyai penglihatan
normal atau 6/6 atau 100%. Bila media penglihatan seperti kornea, lensa, dan badan kaca
keruh maka sinar tidak dapat diteruskan di makula lutea. Pada keadaan media
penglihatan keruh maka penglihatan tidak akan 100% atau 6/6.1
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan dan
kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. kornea mempunyai daya pembiasan
sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan membiaskan
sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat.
2
Panjang bola mata seseorang berbede-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh
kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang, lebih
pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat jatuh ke makula. Keadaan ini disebut
ametropia/anomali refraksi yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.
Kelainan lain pada mata normal adalah gangguan perubahan kencembungan lensa yang
dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan
akomodasi. Gangguan akomodasi dapat terlihat pada usia lanjut sehingga terlihat
keadaan yang disebut presbiopia. 1
2.1.2 Akomodasi
Pada keadaan normal cahaya tidak berhingga akan terfokus pada retina, demikian
pula bila benda jauh didekatkan, maka dengan adanya daya akomodasi benda dapat
difokuskan pada retina atau makula lutea. Dengan berakomodasi, maka benda pada jarak
yang berbeda-beda akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk
mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan
lensa bertambah kuat. Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan,
makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan
akomodasi diatur oleh refleks akomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata
melihat kabur dan pada waktu konvergensi atau melihat dekat. 1
Dikenal beberapa teori akomodasi, seperti:
Teori akomodasi Hemholtz: di mana zonula zinn kendor akibat kontraksi otot
siliar sirkuler, mengakibatkan lensa yang elastis menjadi cembung dan diameter
menjadi kecil
Teori akomodasi Thsernig: dasarnya adalah bahwa nukleus lensa tidak dapat
berubah bentuk sedang yang dapat berubah bentuka adalah bagian lensa yang
superfisial atau korteks lensa. Pada waktu akomodasi terjadi tegangan pada zonula
Zinn sehingga nukleus lensa terjepit dan bagian depan nukleus akan
mencembung.1
Mata akan berakomodasi bila bayangan difokuskan di belakang retina. Bila sinar jauh
tidak difokuskan pada retina seperti pada mata dengan kelainan refraksi hipermetropia
maka mata tersebut akan berakomodasi terus menerus walaupun letak bendanya jauh,
dan pada keadaan ini diperlukan akomodasi yang baik.1
Anak-anak dapat berakomodasi dengan kuat sekali sehingga memberikan
kesukaranpada pemeriksaan kelainan refraksi. Daya akomodasi kuat pada anak-anak
3
dapat mencapai +12.00D sampai +18.00D. Akibatnya pada anak-anak yang sedang
dilakukan pemeriksaan kelainan refraksinya untuk melihat jauh mungkin terjadi koreksi
miopia yang lebih tinggi akibat akomodasi sehingga mata tersebut memerlukan lensa
negatif yang berlebihan (koreksi lebih). Untuk pemeriksaan kelainan refraksi anak
sebaiknya diberikan sikloplegik untuk melumpuhkan otot akomodasi sehingga
pemeriksaan kelainannya murni, dilakukan pada mata yang beristirahat. Biasanya untuk
ini diberikan sikloplegik atau sulfat atropin bersifat parasimpatolitik, yang selain bekerja
untuk melumpuhkan otot siliar juga melumpuhkanotot sfingter pupil.1
Dengan bertambahnya usia, maka akan berkurang pula daya akomodasi akibat
berkurangnya
elastisitas
lensa
sehingga
lensa
sukar
mencembung.
Keadaan
Derajat myopia pasien dapat ringan (1-3 dioptri), sedang (3-6 dioptri), atau berat
(lebih dari 6 dioptri). Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada
fundus okuli seperti degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer,dengan myopik
kresen pada papil saraf optik. Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan
memberikan kaca mata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan
maksimal. Bila pasien dikoreksi dengan -3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan
demikian juga bila diberi -3.25, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar untuk
memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi.1
Keterangan:
Lensa kontak dapat dipergunakan pada penderita myopia. Pada saat ini myopia dapat
dikoreksi dengan tindakan bedah refraksi pada kornea atau lensa. Penyulit yang dapat
timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi retina dan juling. Juling
esotropia atau juling ke dalam biasanya mengakibatkan mata berkonvergensi terusmenerus. Bila terdapat juling ke luar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau
terdapat ambliopia.1
2. Kurvatural miopi
Karena peningkatan kelengkungan kornea dan atau lensa.
3. Positional miopi
Terjadi karena pergeseran lensa ke bagian anterior.
4. Index myopia
Tipe ini terjadi karena peningkatan index refraksi lensa, missal pada nuclear sclerosis.
5. Miopi yang berhubungan dengan akomodasi yang berlebihan.
Variasi Klinis miopi:
1. Miopia Kongenital
Miopi yang sudah terjadi sejak lahir,namun biasanya didiagnosa saat usia 2-3
tahun, kebanyakan unilateral dan bermanifestasi anisometropia. Jarang terjadi
bilateral.
Miopi kongenital sering berhubungan dengan kelainan congenital lain seperti katarak
congenital, mikrophtalmus, aniridia, megalokornea. Miopi congenital sangat perlu
dikoreksi lebih awal.
2. Miopi simplek
Jenis miopi ini paling banyak terjadi, jenis ini berkaiatan dengan gangguan
fisiologi, tidak berhubungan dengan penyakit mata lainnya. Miopi ini meningkat 2 %
pada usia 5 tahun sampai 14 % pada usia 15 tahun. Kerena banyak ditemukan pada
anak usia sekolah maka disebut juga dengan school Myopia.
Etiologi
Suatu
- Jika salah satu dari orang tua menderita miopi maka prevalensi anaknya menderita
miopi sekitar 10%.
- Jika salah satu orang tua tidak ada menderita miopi,prevalensi miopi pada anak
sekitar 5 %.
d. Teori bekerja dengan penglihatan yang sangat dekat.
Teori ini mengatakan bahwa, miopi dapat terjadi karena kebiasaan kerja dengan
pandangan yang sangat dekat, namun pada kenyataannya teori ini belum terbukti
secara pasti.
Gejala Klinis
Gejala Subjektif:
-
Anak sering menyipitkan mata,merupakan hal yang sering dikeluhkan oleh orang
tua.
Gejala Objektif:
-
Biasanya terjadi saat usia 5 10 tahun dan meningkat sampai usia 18-20 tahun.
Dengan rata rata 0.5 0.3 mm per tahun.
( Khurana A K. 2007. Chapter 3 Optics and Refraction,Comprehensive ophtamology, fourth edition. New Age
international, New Delhi)
terjadinya patologi itu. Namun demikian patologi ini berhubungan dengan herediter
dan pertumbuhan bola mata.3
1) Herediter
Sekarang telah dipastikan bahwa genetik merupakan faktor mayor sebagai
etiologi kelainan ini. Progresif miopi yang bersifat familial, banyak terjadi
pada bangsa cina, arab dan jepang. Namun jarang ditemukan pada bangsa
negro dan sudan. Ini menunjukkan hubungan herediter yang mempengaruhi
pertumbuhan retina dalam perkembangan miopi.3
2) Proses Pertumbuhan secara umum
Proses pertumbuhan ini merupakan faktor minor pada perkembangan miopi,
Perpanjangan dari segmen posterior bola mata terjadi hanya sepanjamg masa
pertumbuhan aktif dan diperkirakan berhenti saat pertumbuhan aktif berhenti.
Disini ada beberapa faktor seperti nutrisi, defisiensi, gangguan hormon, dan
penyakit yang terjadi saat pertumbuhan aktif sehingga mempengaruhi
perkembangan miopi.3
Gejala Klinis
Gejala subjektif :
-
Kabur bila melihat jauh, penurunan visus umumnya lebih parah dibanding dengan
miopi simplek.
Rabun pada malam hari dapat dikeluhkan pada penderita dengan miopi tinggi.
Gejala objektif :
a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks
b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada
1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenarasi
yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan
kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas
hubungannya dengan keadaan myopia
2. Papil saraf optic : terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil terlihat
lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen myopia dapat ke
seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid
yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.
3. Degenerasi pada retina dan koroid yang terjadi pada miopi tinggi. Ditandai
dengan plak berwarna keputihan pada makula dengan sedikit pigmen yang
mengelilinginya.
Foster fuchs spot dapat terlihat di makula.
4. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut
sebagai fundus tigroid.1
2.2.3 Pemeriksaan
Pemeriksaam mata secara umum atau standar pemeriksaan mata terdiri dari:4
1. Ketajaman penglihatan yang keduanya dari jarak jauh (Snellen) dan jarak dekat
(Jaeger)
2. Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam pemakaian kacamata
3. Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk membuktikan kemungkinan ada atau
tidaknya kebutaan
4. Uji gerakan otot-otot mata
5. Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di depan mata
6. Mengukur tekanan cairan di dalam mata
7. Pemeriksaan retina
2.2.4 Penatalaksanaan
a. Nonfarmakologi
Kaca Mata
Lensa kontak
Lensa kontak mengurangi masalah kosmetik yang muncul pada penggunaan kacamata
akan tetapi memerlukan perawatan lensa yang benar dan bersih.
10
Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan untuk
mengobati gejala-gejala visual pada pada penderita myopia. Dalam ilmu keratotology
kontak lensa yang digunakan adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk
pemerataan kornea yang berfungsi untuk mengurangi miopia.
Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi
Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan
latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan( pencegahan ).
Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para
praktisi peduli mata. Pada tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa
subjek. Dari peninjauan tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti ( fakta )
ilmiah yang menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah pengobatan myopia
yang efektif.
Ada beberapa ahli bedah yang memprosedurkan pembentukan kornea dengan
merubah titik fokus di depan retina. Radial keratotomy adalah salah satu cara yang
populer akhir-akhir ini, salah satunya debgan menggunakan LASIK, yaitu sejenis
laser yang digunakan untuk pembentukan kornea mata.5
Seorang dengan myopia, diberi lensa ( S - ) yang terkecil. ( S- ) diberikan agar
tanpa akomodasi, penderita miopia dapat melihat dengan baik. Hal ini juga ditujukan
terhadap kelainan refraksinya dengan lensa sferis negatif yang sesuai.4
b. Farmakologi
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk
mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak
digunakan ada penderita miopia.6
c. Terapi Pembedahan
1. Radial Keratotomy4
Untuk membuat insisi radial yang dalam pada pinggir kornea dan ditinggalkan 4
mm sebagai zona optik.Pada penyembuhan insisi ini terjadi pendataran dari
permukaan kornea sentral sehingga menurunkan kekuatan refraksi. Prosedur ini
sangat bagus untuk miopi derajat ringan dan sedang.
11
Kelemahannya:
Kornea menjadi lemah, bisa terjadi ruptur bola mata jika terjadi trauma setelah
RK, terutama bagi penderita yang berisiko terjadi trauma tumpul, seperti atlet,
tentara. Bisa terjadi astigmat irreguler karena penyembuhan luka yang tidak
sempurna,namun jarang terjadi. Pasien Post RK juga dapat merasa silau saat
malam hari.
Kelemahan PRK:
- Penyembuhan postoperatif yang lambat
- Keterlambatan penyembuhan epitel menyebabkan keterlambatan pulihnya
penglihatan dan pasien merasa nyeri dan tidak nyaman selama beberapa minggu.
- Dapat terjadi sisa kornea yang keruh yang mengganggu penglihatan
- PRK lebih mahal dibanding RK
12
Motivasi pasien
Tidak ada kelainan kornea dan ketebalan kornea yang tipis merupakan kontraindikasi
absolut LASIK.
13
Keuntungan LASIK
-
Tidak ada resiko perforasi saat operassi dan ruptur bola mata karena trauma setelah
operasi,
Dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan flap, seperti flap putus saat
operasi, dislokasi flap postoperatif, astigmat irreguler.
2.2.5 Komplikasi :
Penyulit :1
1) Strabismus, akibat konvergensi yang terus-menerus
2) Pendarahan badan kaca
3) Ablasi retina.
Miopia mungkin dapat diatasi dengan menggunakan kontak lensa tetapi penggunaan
kontak lensa tersebut bisa menyebabkan infeksi pada kornea. Selain kontak lensa, laser
juga digunakan untuk pembentukan/ koreksi penglihatan yang akhir-akhir ini banyak
digunakan. Tetapi penggunaan laser ini juga bisa menyebabkan kerusakan serius pada
mata. Walaupun jarang, orang-orang penderita myopia ini sering mengalami degenerasi
( proses kemunduran ) retina.5
2.2.6 Pencegahan
Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam keadaan gelap
dan menonton tv dengan jarak yang dekat. Pada beberapa tahun lalu, penurunan pelebaran
mata dimaksudkan untuk salah satu pengobatan yang telah dikembangkan untuk anakanak, tetapi ternyata terapi tersebut tidak efektif.7
Penggunaan kacamata dan kontak lensa mempengaruhi perkembangan myopia
dalam akhir tahun ini. Beberapa dokter yang menggunakan pengobatan klinik dan para
14
peneliti merekomendasikan kekuatan lebih ( konvex ) pada lensa kacamata yang dapat
dipakai untuk melihat jauh dan dekat. Para pelajar Malaysia juga baru-baru ini melaporkan
bahwa ahli ilmu pengetahuan yang baru menyatakan bahwa pembentukan atau perbaikan
pada penderita myopia disebabkan karena melajunya pertumbuhan myopia, ini juga
terdapat
kesulitan dan juga terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, beberapa
grup kontrol cukup menutupi kekurangan tersebut.7
2.3 HIPERMETROPIA
2.3.1 Definisi
Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan
mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di
belakang retina.1 Pada hipermetropia bayangan terbentuk di belakang retina, yang
menghasilan penglihatan penderita hipermetropia menjadi kabur. Hal ini dikarenakan
bola mata penderita terlalu pendek atau daya pemiasan kornea dan lensa terlalu lemah.
Banyak anak lahir dengan hiperopia, dan beberapa mereka tumbuh normal dengan
pemanjangan bola mata. Terkadang sulit dibedakan hiperopia dengan presbiopia, yang
juga menyebabkan masalah penglihatan dekat namun karena alasan yang berbeda.8
Berikut gambar skematik pembentukan bayangan pada penderita hipermetropia
tanpa koreksi dan pembentukan bayangan pada penderita hipermetropia setelah dikoreksi
dengan lensa positif:
2.3.2Etiologi
15
hipermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari normal
hipermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih lemah dari normal
hipermetropia indeks karena indeks mata lebih rendah dari normal 1
16
Penglihatan tidak enak (asthenopia akomodatif = eye strain) terutama bila melihat
pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas pada jangka waktu yang
b. Gejala Obyektif
- Karena akomodasi yang terus menerus, akan terjadi hipertrofi dari otototot
-
2.3.6 Pemeriksaan
2.3.6.1 Refraksi Subyektif
a. Alat
-
Kartu Snellen.
Bingkai percobaan.
Sebuah set lensa coba. 4
b. Teknik
-
mata kanan.
Penderita disuruh membaca kartu snellen mulai huruf terbesar (teratas) dan
diteruskan pada baris bawahnya sampai pada huruf terkecil yang masih dapat
dibaca.
Lensa positif terkecil ditambah pada mata yang diperiksadan bila tampak lebih
jelas oleh penderita lensa positif tersebut ditambah kekuatannya perlahan lahan
dan disuruh membaca huruf huruf pada baris yang lebih bawah.
Ditambah kekuatan lensa sampai terbaca huruf huruf pada baris 6/6.
Ditambah lensa positif +0.25 lagi dan ditanyakan apakah masih dapat melihat
huruf huruf di atas.
17
c. Nilai
Bila dengan S +2.00 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S +2.25 tajam
penglihatan 6/6 sedang dengan S +2.50 tajam penglihatan 6/6-2 maka pada keadaan
ini derajat hipermetropia yang diperiksa adalah S +2.25 dan kacamata dengan ukuran
ini diberikan pada penderita. Pada penderita hipermetropia selalu diberikan lensa
sferis positif terbesar yang memberikan tajam penglihatan terbaik. 4
2.4 ASTIGMATISMA
2.4.1 Definisi
18
Astigmatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur kornea atau
lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak difokuskan
pada satu titik. 11
Astigmatisma merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti telur, makin lonjong
bentuk kornea makin tinggi astigmatisma mata tersebut. Dan umumnya setiap orang
memiliki astigmatisma yang ringan.11
2.4.2 Etiologi
Astigmat biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir, dan biasanya berjalan
bersama dengan myopia atau hipermetropia dan tidak banyak terjadi perubahan selama
hidup. Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di
dalam perkembangnnya terjadi keadaan yang disebut astigmatism with the rule (astigmat
lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertical bertambah atau lebih kuat
atau-jari-jarinya lebih pendek disbanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang
horizontal. 10,11
Astigmatisma dapat disebabkan oleh kelainan pada kurvatur, aksis, atau indeks
refraksi.2 Astigmatisma kurvatur pada derajat yang tinggi, merupakan yang tersering pada
kornea. anomali ini bersifat kongenital, dan penilaian oftalmometrik menunujukkan.
Kebanyakan kelainan yang terjadi dimana sumbu vertical lebih besar dari sumbu
horizontal (sekitar 0,25 D). ini dikenal dengan astigmatisme direk dan diterima sebagai
keadaan yang fisiologis. Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat
atau sferis tipe astigmatisma ini di dapatkan pada 68 % anak-anak pada usia 4 tahun dan
95% pada usia 7 tahun.11
2.4.3 Jenis Astigmatisma
1
Astigmatisma Reguler
Astigmatisma regular merupakan astigmatisma yang memperlihatkan kekuatan
pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian
ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi dengan bentuk yang teratur dapat
berbentuk garis, lonjong atau lingkaran.10,11
Astigmatisma reguler dapat diklasifikasikan sebagai berikut:11
a.
Simple astigmatism, dimana satu dari titk fokus di retina. Fokus lain dapat
jatuh di dapan atau dibelakang dari retina, jadi satu meridian adalah
emetropik dan yang lainnya hipermetropi atau miop. Yang kemudian ini dapat
19
20
b. Compound astigmatism, dimana tidak ada dari dua focus yang jatuh tepat di
retina tetapi keduanya terletak di depan atau dibelakang retina. Bentuk refraksi
kemudian hipermetropi atau miop. Bentuk ini dikenal dengan compound
hypermetropic astigmatism dan compound miopic astigmatism.
Mixed Astigmatism, dimana salah satu focus berada didepan retina dan yang
lainnya berda dibelakang retina, jadi refraksi berbentuk hipermetrop pada satu
arah dan miop pada yang lainnya.11
Astigmatisma irregular
Astigmatisma yang terjadi tidak memiliki 2 meridian saling tegak lurus. Astigmat
ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda
sehingga bayangan menjadi ireguler. Pada keadaan ini daya atau orientasi meridian
utamanya berubah sepanjang bukaan pupil.10,11
Astigmatisma ireguler bisa terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau
akibat kelainan pembiasan.11
Sakit kepala
Astigmat tinggi (4-8 D) yang selalu melihat kabur sering mengakibatkan ambliopia.
2.4.5 Diagnosis
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pasien akan
datang dengan gejala klinis seperti yang tersebut di atas. Pada pemeriksaan fisik, terlebih
dahulu dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan kartu snellen. Periksa kelainan
refraksi miopia atau hipermetropia yang ada, tentukan tajam penglihatan.2,10,11
22
Dengan menggunakan juring atau kipas astigmat, garis berwarna hitam yang disusun
radial dengan bentuk semisirkular dengan dasar yang putih merupakan pemeriksaan
subyektif untuk menilai ada dan besarnya derajat astigmat.2,11
Keadaan dari astigmatisma irregular pada kornea dapat dengan mudah di temukan
dengan melakukan observasi adanya distorsi bayangan pada kornea. Cara ini dapat
dilakukan dengan menggunakan Placidos Disc di depan mata. Bayangan yang terlihat
melalui lubang di tengah piringan akan tampak mengalami perubahan bentuk.2,11
Karena sebagian besar astigmatisma disebabkan oleh kornea, maka dengan
mempergunakan keratometer, derajat astigmat dapat diketahui, sehingga pada saat
dikoreksi untuk mendapatkan tajam penglihatan terbaik hanya dibutuhkan lensa sferis
saja.11
Gambar
5. Kipas Astigmat
Gambar 6.Gambaran Kornea normal dan kornea astigmat dengan tes Plasido
2.4.6 Penatalaksanaan
Astigmat ringan, yang tidak mengalami gangguan ketajaman penglihataan (0,5 D
atau kurang) tidak perlu dilakukan koreksi. Pada astigmat yang berat dipergunakan
kacamata silinder, lensa kontak atau pembedahan.10
1. Kacamata Silinder
23
Pada astigmatism againts the rule, koreksi dengan silender negatif dilakukan dengan
sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan selinder positif dengan sumbu
horizontal (30 150 derajat). Sedangkan pada astigmatism with the rule diperlukan
koreksi silinder negatif dengan sumbu horizontal (30-150 derajat) atau bila dikoreksi
dengan silinder positif sumbu vertikal (60-120 derajat).10,11
Pada koreksi astigmat dengan hasil keratometri dipergunakan hukum Jawal, yaitu :
a. Berikan kacamata koreksi astigmat pada astigmatism with the rule dengan
selinder minus 180 derajat, dengan astigmat hasil keratometri yang ditemukan
ditambahkan dengan nilainya dan dikurangi dengan 0,5 D.
b. Berikan kacamata koreksi astigmat pada astigmatism againts the rule dengan
selinder minus 90 derajat, dengan astigmat hasil keratometri yang ditemukan
ditambahkan dengan nilainya dan ditambah dengan 0,5 D.10,11
2. Lensa Kontak
Pada penderita astigmatisma diberikan lensa rigid, yang dapat menetralisasi astigmat
yang terjadi di permukaan kornea.2,11
3. Pembedahan
Untuk mengoreksi astigmatisma yang berat, dapat digunakan pisau khusus atau
dengan laser untuk mengoreksi kornea yang irreguler atau anormal. Ada bebrapa
prosedur pembedahan yang dapat dilakukan, diantaranya : 11
a. Photorefractife Keratectomy (PRK), laser dipergunakan unutk membentuk
kurvatur kornea.
b. Laser in Situ Keratomileusis (lasik), laser digunakan untuk merubah kurvatur
kornea dengan membuat flap (potongan laser) pada kedua sisi kornea.
c. Radial keratotomy, insisi kecil dibuat secara dalam dikornea.
2.5 PRESBIOPIA
2.5.1 Definisi
Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur.3 Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa gangguan
perubahan kencembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas
lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi. 1
Berikut ini gambar ilustrasi pembentukan bayangan pada penderita presbiopia.
24
Diterangkan bahwa: terjadi kekakuan lensa seiring dengan bertambahnya usia, sehingga
kemampuan lensa untuk memfokuskan bayangan saat melihat dekat. Hal tersebut
menyebabkan pandangan kabur saat melihat dekat. 1
2.5.2 Etiologi
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:
-
2.5.3 Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata karena
adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga
lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras
(sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan demikian
kemampuan melihat dekat makin berkurang. 1
2.5.4 Gejala Klinis
Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, akan
memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan sering
terasa pedas.
Karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin menjauh dan pada
awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan cetakan kecil.
Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung
menegakkan punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga
mencapai titik dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca lebih jelas.
Presbiopia timbul pada umur 45 tahun untuk ras Kaukasia dan 35 tahun untuk ras
lainnya. 1
2.5.5 Pemeriksaan
25
a. Alat
- Kartu Snellen
- Kartu baca dekat
- Seuah set lensa coba
- Bingkai percobaan4
b. Teknik
- Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan kacamata
-
huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan
- Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu4
c. Nilai
Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna merupakan ukuran
lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca. Hubungan lensa adisi dan umur
biasanya:1,4 40 sampai 45 tahun 1.0 dioptri
45 sampai 50 tahun 1.5 dioptri
50 sampai 55 tahun 2.0 dioptri
55 sampai 60 tahun 2.5 dioptri
60 tahun 3.0 dioptri
2.5.6 Penatalaksanaan
Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu umur 40 tahun
(umur rata rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun diatasnya
ditambahkan lagi sferis + 0.50
Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara:
1. kacamata baca untuk melihat dekat saja
2. kacamata bifokal untuk sekaligus mengoreksi kelainan yang lain
3. kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas, penglihatan
4.
2.6 AMBLIOPIA
2.6.1 Definisi
Ambilopia berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia (penglihatan).
Dikenal juga dengan lazy eye atau mata malas.2
26
Ambilopia adalah berkurangnya visus atau tajam penglihatan unilateral atau bilateral
walaupun sudah dengan koreksi terbaik tanpa ditemukannya kelainan struktur pada mata atau
lintasan visual bagian belakang. Hal ini merupakan akibat pengalaman visual yang abnormal
pada masa lalu (masa perkembangan visual) yang penyebabnya adalah strabismus atau mata
juling, anisometropia atau bilateral ametrop yang tinggi serta ambliopia exanopsia.2
2.6.2 Epidemiologi
Studi mengenai insidens dan prevalensi secara khusus jarang dilakukan. Insidens dan
prevalensi ambliopia pada anak-anak di Amerika berkisar 1% hingga 5%, tergantung pada
populasi yang diteliti dan kriteria definisi ambliopia yang dipakai. India yang memiliki
banyak masalah kesehatan mata memperkirakan bahwa prevalensi ambliopia adalah sebesar
4,3%.2
Di Indonesia, prevalensi ambliopia pada murid-murid kelas I SD di Kotamadya
Bandung pada tahun1989 adalah sebesar 1,56% (Sastraprawira, 1989). Pada tahun 2002 hasil
penelitian mengenai ambliopia di Yogyakarta didapatkan insidensi ambliopia pada anak-anak
SD di perkotaan adalah sebesar 0,25%, sedagkan di daerah pedesaan sebesar 0,20%
(Suhardjo et al, 2002). Penyebab ambliopia terbanyak pada studi tersebut adalah
anisometropia yaitu sebesar 44,4%. Sedangkan penelitian tentang ambilopia pada 54.260
anak SD di 13 kecamatan di DIY pada tahun 2005 dengan kriteria ambliopia yaitu visus
dengan koreksi terbaik 20/30 dan terdapat paling sedikit perbedaan 2 baris Optotipe Snellen
antara mata kanan dan kiri, menggunakan teknik crowding phenomenon, neutral density filter
dan tidak ditemukannya kelainan organik ternyata hanya menemukan prevalensi ambliopia
sebesar 0,35% (Triyanto, 2006). 2
Jenis kelamin dan ras tampaknya tidak ada perbedaan. Usia terjadinya ambliopia yaitu
pada periode kritis dari perkembangan mata. Resiko meningkat pada anak yang
perkembangannya terlambat, kelahiran prematur dan dijumpai adanya riwayat keluarga
ambliopia.7
2.6.3 Patofisiologi dan Klasifikasi
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat suatu periode kritis dalam
penglihatan. Dalam studi eksperimental pada binatang serta studi klinis pada bayi dan balita,
mendukung konsep adanya suatu periode tersebut yang peka dalam berkembangnya keadaan
ambliopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem penglihatan anak yang peka
27
terhadap masukan abnormal yang diakibatkan rangsangan seperti deprivasi, strabismus, atau
kelainan refraksi yang signifikan.3
Periode kritis tersebut adalah :7
1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hingga 20/20 (6/6) yaitu pada saat
lahir sampai usia 3-5 tahun.
2. Periode yang berisko (sangat) tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi yaitu di usia
beberapa bulan hingga usia 7-8 tahun.
3. Periode dimana kesembuhan ambliopia mash dapat dicapai yaitu sejak terjadinya
deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.
Ambliopia seharusnya tidak dilihat hanya dari masalah di mata saja tetapi juga
kelainan di otak akibat rangsangan visual abnormal selama periode kritis perkembangan
penglihatan. Pada penelitian yang menggunakan hewan menunjukan bahwa ada pola distorsi
pada retina dan strabismus pada perkembangan penglihatan awal dan bisa mengakibatkan
kerusakan struktural dan fungsional Nukleus Genikulatum Lateral dan Korteks Striata
(Wright et al, 1995; Mittelman, 2003). Ambang sistem penglihatan pada bayi baru lahir
adalah di bawah orang dewasa meskipun sistem optik mata memiliki kejernihan 20/20.
Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan khususnya interaksi antara kedua
jalur lintasan mata kanan dan kiri di korteks penglihatan untuk berkembang menjadi
penglihatan seperti orang dewasa yaitu visus menjadi 20/20 (AAO, Sect 13, 2004). Pada
Ambliopia terdapat defek pada visus sentral, sedangkan medan penglihatan perifer tetap
normal.2
2.6.4 Tanda dan Gejala
Tanda ambliopia dapat dilihat dari kebiasaan sehari-hari penderita dalam melihat
sebuah objek. Tanda-tanda tersebut meliputi : 22
1. Memicing-micingkan mata
2. Memiringkan kepala untuk melihat objek
3. Duduk terlalu dekat dengan objek
5. Menutup sebelah mata saat membaca
7. Mata terasa lelah
8. Memanfaatkan telunjuk saat membaca
9. Peka terhadap cahaya
10. Sering mengeluh sakit kepala
Gejala ambliopia meliputi semua kegiatan yang dilakukan penderita untuk melihat
sebuah objek yang dapat ditinjau dan dinilai secara medis. Berikut adalah gejala-gejala dari
ambliopia : 22
28
anomaly
JELEK SEDANG
Lahir usia 2 tahun
SEDANG - BAIK
2 4 tahun
Ambliogenik
29
BAIK SEMPURNA
4 7 tahun
Onset
Terapi
> 3 tahun
1 3 tahun
Minus
Onset
1 tahun
Bentuk dan
Koreksi
Keberhasilan dari
VA minimal
Patching, kemajuan VA
sedang
Latihan
Anomali
Terapi Awal
optikal
dan
Koreksi
optikal
penuh
akomodasi,
dan
koordinasi
Pemeriksaan Lain
1. Uji Crowding Phenomena
Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat dan
mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam penglihatan
yang dinilai dengan cara konvensional yang berdasar kepada kedua fungsi tadi selalu
mendekati normal.9
Telah diketahui bahwa penderita ambliopia sulit untuk mengidentifikasi huruf yang
tersusun linear (sebaris) dibandingkan dengan huruf yang terisolasi, maka dapat kita
lakukan dengan penderita diminta membaca kartu snellen sampai huruf terkecil yang
dibuka satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien di
suruh melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari
huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya fenomena crowding pada
mata tersebut. Mata ini menderita ambliopia. 1 Hal ini disebut Crowding
30
Gambar. Balok
Interaktif yang
mengelilingi huruf
Snellen.9
31
Keterangan :
Pada saat mata yang sehat ditutup, filter ditempatkan di depan mata yang
32
Penurunan ketajaman visual bilateral pada anak yang disebabkan karena anak
mengalami stres seperti kelahiran saudara baru, perceraian atau kehilangan orang
yang dicintai. Seorang anak dengan gangguan penglihatan fungsional tidak akan
menunjukkan faktor risiko amblyogenik seperti strabismus, kesalahan bias yang
signifikan dan kekeruhan media.20
2.6.7 Penatalaksanaan
Ambliopia, pada kebanyakan kasus dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu
dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin besar pula
peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah berhasil hal ini tidak menjamin
penglihatan optimal akan tetap bertahan, maka para klinisi harus tetap waspada dan bersiap
untuk melanjutkan penatalaksanaan hingga penglihatan matang (sekitar umur 10 tahun).10
Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah langkah berikut :3
1. Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak.
2. Koreksi kelainan refraksi.
3. Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan
mata yang lebih baik.
1.
Pengangkatan Katarak
Katarak yang dapat menyebabkan ambliopia harus segera dioperasi, tidak perlu
ditunda tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan pertama
kehidupan sangat penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal.
Pada kasus katarak bilateral, interval operasi pada mata yang pertama dan kedua
sebaiknya tidak lebih dari 1- 2 minggu. Terbentuknya katarak traumatika berat dan akut
pada anak dibawah umur 6 tahun harus diangkat dalam beberapa minggu setelah
kejadian trauma, bila memungkinkan. Katarak traumatika itu sangat bersifat
amblyopiogenik.10
Kegagalan dalam menjernihkan media, memperbaiki optikal dan penggunaan
reguler mata yang terluka akan mengakibatkan ambliopia berat dalam beberapa bulan
dan selambat lambatnya pada usia 6 hingga 8 tahun. 10
2.
Koreksi Refraksi
Bila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia maka dapat diterapi
dengan kacamata atau lensa kontak.4 Ukuran kaca mata untuk mata ambliopia diberi
dengan koreksi penuh dengan penggunaan sikloplegia.3 Bila dijumpai miopia tinggi
33
unilateral, lensa kontak merupakan pilihan karena bila memakai kacamata akan terasa
berat dan penampilannya (estetika) buruk. 10
Karena kemampuan mata ambliopia untuk mengatur akomodasi cenderung menurun
maka ia tidak dapat mengkompensasi hyperopia yang tidak dikoreksi seperti pada mata
anak normal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan segera mungkin untuk
menghindarkan terjadinya deprivasi penglihatan akibat keruhnya lensa menjadi defisit
optikal berat. Ambliopia anisometropik dan ambliopia isometropik akan sangat membaik
walau hanya
dengan koreksi kacamata selama beberapa bulan.3
3.
34
Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari akan memberi hasil
sama dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya tergantung
dari derajat ambliopia.3
Ambliopia Treatment Studies (ATS) telah membantu dalam penjelasan peranan
full-time patching dibanding part-time. Studi tersebut menunjukkan pasien usia 3- 7
tahun dengan ambliopia berat (tajam penglihatan antara 20/100 = 6/30 dan 20/400 =
6/120 ), full-time patching memberi efek sama dengan penutupan selama 6 jam per
hari. Dalam studi lain, patching 2 jam/hari menunjukkan kemajuan tajam
penglihatan hampir sama dengan patching 6 jam/hari pada ambliopiasedang /
moderate (tajam penglihatan lebih baik dari 20/100) pasien usia 3 7 tahun. Dalam
studi ini, patching dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam/ hari.7
Idealnya terapi ambliopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau tajam
penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing masing mata. Hasil ini
tidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan kemajuan maka
penatalaksanaan harus tetap diteruskan.9
B. Degradasi Optikal
Metode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan
kualitas bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi
lebih buruk dari mata yang ambliopia, sering juga disebut penalisasi (penalization).
Sikloplegik (biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes 5%) diberi satu kali
dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat berakomodasi dan
kabur bila melihat dekat. Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan
dibanding dengan oklusi yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih baik dilihat dari segi
kosmetis. Dengan atropinisasi, anak sulit untuk menggagalkan metode ini.
Evaluasinya juga tidak perlu sesering oklusi.3
Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan lensa
positif dengan ukuran tinggi (fogging)atau filter. Metode ini mencegah terjadinya
efek samping farmakologik atropine.3
Keuntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non-oklusi pada pasien
dengan mata yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama
dan memungkinkan penglihatan binokular.10
2.6.8 Komplikasi
35
Derajat ambliopia
Usia pasien
Semakin berat ambliopia dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaan yang lebih lama.
Oklusi full-time pada bayi dan balita dapat memberi perbaikan ambliopia strabismik berat
dalam 1 minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang lebih berumur yang memakai penutup
hanya seusai sekolah dan pada akhir minggu saja membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih
untuk dapat berhasil.3
2.6.9 Prognosis
Sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi oklusi pertama setelah 1
tahun.7 Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat tercapai. Hal
ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia. Masa sensitif dimana amblyopia
bisa disembuhkan s/d 8 tahun pada strabismus dan s/d 12 tahun pada anisometropi.21
Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan amblyopia adalah sebagai berikut :7
Jenis Amblyopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainan organik,
prognosisnya paling buruk. Pasien dengan amblyopia strabismik prognosisnya paling baik.
Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka prognosis semakin baik.
Dalamnya amblyopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam penglihatan awal pada
mata amblyopia maka prognosisnya juga semakin baik.
36
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina
(macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada
-
presbiopia
Miopia adalah salah satu bentuk kelainan refraksi dimana sinar yang datang sejajar
dari jarak yang tak berhingga difokuskan di depan retina saat mata tidak
berakomodasi. Kelainan ini dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa sferis negatif.
Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan
mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak
di belakang retina. Kelainan ini dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa sferis
positif.
Astigmatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur kornea atau lensa
pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak difokuskan
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M;
Ambilopia.
2005.
http://www.allaboutvision.com/con
Jakarta
ditions
Fakultas
5.
Available
at:
http://www.middleseweye.com/eye
Anak
_conditions.htm
karena
Ambliopia
Penanganannya.
dan
Pidato
6. Leske,M.C
Screening:
Fakultas
Kedokteran
Universtas
Gajah Mada.
3. American
Ophthalmology;
Ophthalmology;
Hawkins,
Relationship
B.S
;
to
of
2004; p.11.
Pediatric
Chapter
http://www.emedicine.com/OPH/to
pic316.htm
8.
Clinical
at:
Heinemann; 1991.
38
Aspects,
Butterworth
9.
Volume
1;
Revised
Edition;
EGC.
17. Streopsis.
11 p1-8.
at:
www.strabismus.org/all_about_stra
bismus.html
93.
Available
5th
2005.
12. Amblyopia.
and
Therapy;
Available
at
on.asp?conditionID=64
Amblyopia.
Encyclopedia
Available
Fakultas
http://www.eyemdlink.com/conditi
13. Medical
Jakarta
20. Differential
Diagnosis
of
Amblyopia.
Available
at:
http://bestpractice.bmj.com/best-
at:
practice/monograph/1162/diagnosis
http://www.nlm.nih.gov/medlinepl
/differential.html
us/ency/article/001014.htm
2000;15(2):109.
Universitas
22. Signs
Kristen
and
Amblyopia.
Indonesia.
Symptomps
Available
at
of
:
http://www.snec.com.sg/about/inter
national/menuutama/kondisimataan
dperawatan/common-
problems/Pages/Lazy-Eye.
EGC.
39
23.
24.