PENDAHULUAN
Tingginya tingkat kriminalitas saat ini menyebabkan tingginya permintaan
visum. Hal ini menjadi perhatian kita sebagai dokter umum karena walaupun
permintaan visum biasanya diajukan kepada rumah sakit besar baik umum
maupun swasta, tidak menutup kemungkinan permintaan visum diajukan pada
kita sebagai dokter umum pada saat kita melakukan tugas di daerah. Untuk itu kita
sebagai dokter umum wajib dapat melakukan visum dan membuat laporannya
melalui Visum Et Repertum.
Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik, seperti
pembunuhan, penganiayaan, perkosaan, dan lain-lain, mungkin ditemukan darah,
cairan mani, air liur, urin, rambut dan jaringan tubuh lain di tempat kejadian
perkara (TKP). Bahan-bahan tersebut mungkin berasal dari korban atau pelaku
kejahatan atau dari keduanya, dan dapat digunakan untuk membantu
mengungkapkan peristiwa kejahatan tersebut secara ilmiah. Bahan-bahan seperti
ini umumnya dijumpai dalam jumlah yang sangat sedikit, tetapi semakin cermat
dan terampil seorang ahli, semakin banyaklah yang dapat diungkapkan. Diantara
berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena merupakan
cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia
tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk
membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak
darah yang ditemukan di TKP pada obyek-obyek tertentu (lantai, meja, kursi,
karpet, senjata dan sebagainya), manusia dan pakaiannya dengan darah korban
atau darah tersangka pelaku kejahatan. (1)
Istilah forensik serologi secara umum digunakan untuk merujuk pada
identifikasi dan individualisasi dari bukti biologis, termasuk semua aktifitas dan
tes yang berhubungan dengan evaluasi dan bukti biologis dalam hal pidana. Kata
serologi berasal dari serum, fraksi dari darah yang mengandung antibody.
Pengelompokan darah sejak lama merupakan satu-satunya cara individualisasi
Tujuan Khusus
-
BAB 2
2
BAB 3
Pembahasan
Pada pemeriksaan darah di TKP kasus kriminal dapat memberikan informasi
yang berguna bagi proses penyidikan. Pemeriksaan yang sederhana dan dapat
dilakukan oleh setiap penyidik adalah: (1)
1. Apakah bercak tersebut memang bercak darah?
2. Jika bercak darah, apakah berasal dari manusia atau tidak?
3. Jika berasal dari manusia, apakah golongan darahnya?
Terdapat dua jenis metode pemeriksaan yaitu secara kimiawi dan biologis,
dimana metode biologis umumnya lebih lambat yaitu seperti reaksi antigenantibodi namun lebih spesifik daripada metode kimia. Salah satu persyaratan dari
forensik adalah metode yang dapat digunakan di lapangan, dan metode kimia
merupakan metode yang memiliki kecepatan dan sangat cocok bagi persyaratan
forensik ini. (8)
Secara umumnya terdapat dua jenis pemeriksaan untuk identifikasi kesan
darah yaitu tes presumtif dan tes konfirmasi. Tes presumtif biasanya dapat
dilakukan dengan cepat dan sensitive tetapi tidak spesifik. Ini sering digunakan
sebagai tes skrining dalam mencari bahan bukti dan perlu dilanjutkan dengan tes
konfirmasi jika hasil tes presumtif positif. (6)
1). Tes Presumtif
Tes ini memberikan dua hasil pemeriksaan yang berbeda yaitu
mengeliminasi substansi yang didapat (bukan darah), memberikan kemungkinan
(positif presumtif) dari sampel yang diteskan (mungkin darah). Salah satunya
adalah dengan menggunakan senyawa yang dapat memberikan efek ketika
bersentuhan dengan darah. Hasil ini adalah cara sederhana dan cepat untuk
membuktikan bahwa sebenarnya sampel tersebut adalah darah. (6)
Tes presumtif yang sering digunakan adalah tes katalitik. Tes katalitik ini
dapat membuktikan suatu bercak merah darah tersebut atau tidak dengan cara
mendeteksi aktivitas katalitik daripada heme dalam hemoglobin. Hemoglobin
bukan satu-satunya enzim didalam darah, tetapi juga harus dipertimbangkan
fenolftalein - yang terakhir ini dikenal sebagai tes Kastle-Meyer. Reaksi dengan
3-aminophthalhydrazide (Luminol) yang menghasilkan cahaya. Prinsip umum
adalah bahwa jika tes adalah negatif, darah tidak ada, tapi jika tes ini positif maka
sampel kemungkinan adalah darah tetapi tidak pasti. Untuk alasan ini tes sering
digambarkan sebagai tes "dugaan". (7)
a. Konfirmasi Noda Terlihat
Benzidine (Adler test)
Benzidine tes telah digunakan lebih luas daripada tes tunggal lainnya
untuk presumtif identifikasi darah. Benzidine tes ini ditemukan oleh Adlers
(1904). Nor malnya reaksi yang dibawa oleh etanol atau asam asetat
menghasilkan karakteristik warna biru atau biru gelap. Benzidine diketahui
sebagai karsinogen pada kesehatan keselamat kerja dan administrasi kesehatan
dan jarang sekali digunakan untuk laboratorium tes forensik pada saat ini. (7)
Tes Benzidine walaupun spesifik untuk pemeriksaan darah tetapi sangat
sensitif, lebih sensitif bila dibandingkan dengan tes takayama atau teichmann,
oleh karena kedua tes yang berdasarkan pada pembentukan mikro kristal tersebut
sangat dipengaruhi oleh adanya kontaminasi pada bercak. Dalam perkara kriminal
tes benzidine yang positif merupakan indikasi yang sangat kuat bahwa bercak
yang diperiksa adalah bercak darah. Dasar dari tes benzidine ialah haemoglobin
darah dapat mengadakan aktifitas seperti enzim peroxidase, enzim yang
mempercepat oksidasi. (1)
Cara pemeriksaan:
Bercak yang diduga darah di gosok dengan kertas saring, bercak yang
menempel pada kertas saring kemudian diteteskan dengan 1 tetes hidrogen
peroksida 20% dan 1 tetes reagen benzidine.
Hasil positif pada reaksi Benzidine adalah bila timbul warna biru gelap pada
kertas saring. (1)
Reaksi Phenolphtalein (Kastle-Meyer Test)
6
Gambar 1 : Hasil reaksi tes phenolphthalein positif berwarna pink dan negatif berwarna putih.
memberikan hasil positif baik pada tes Kastle-Meyer akan dilaporkan sebagai
kemungkinan darah. (7)
b. Deteksi Noda Yang Tidak Terlihat
Luminol
Hal ini secara tradisional telah dilakukan dengan menggunakan luminol.
Aplikasi luminol adalah pada daerah dimana mungkin ada darah tapi sulit untuk
dilihat, misalnya di antara vegetasi, atau dimana ada upaya yang telah dilakukan
tersangka untuk membersihkan darah dan jejak masih ada. Sebuah reaksi positif
juga kadang-kadang dapat ditemukan pada pakaian yang berlumuran darah yang
telah dicuci. Luminol, 3-aminophthalhydrazide, merupakan salah satu dari tes
presumtif yang paling dikenal luas khususnya pada penggunaannya di tempat
kejadian. (7)
Luminol berbentuk bubuk yang dicampur dengan sodium karbonat
(Na2CO3) and hidrogen peroksida (H2O2) dan air. Campuran ini menghasilkan
suatu larutan basa (pH 10,4-10,8) atau campuran luminol dasar. Cahaya emisi
akan dihasilkan bila luminol teroksidasi oleh oksidan dalam luminol tetapi reaksi
ini tidak dapat terjadi bila tidak terdapat katalis. Katalis merupakan substansi yang
mempercepat laju reaksi tetapi tidak mempengaruhi hasil reaksi tersebut. Katalis
pada luminal biasanya logam, dan oksidannya adalah hidrogen peroksida. Bila
luminol digunakan untuk mendeteksi darah maka hemoglobin berfungsi sebagai
katalis dalam reaksi ini. Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri atas besi
yang terdapat dalam sel darah merah. Larutan luminol biasanya dikemas dalam
semprotan dan adanya darah menghasilkan pendaran kebiruan yang berlangsung
selama sekitar 30 detik. Pendaran dapat dilihat kembali dengan penyemprotan
tambahan tetapi ini perlu dilakukan hati-hati karena noda akan hilangan jika
terlalu banyak cairan yang ditambahkan ke dalamnya. (7)
Gambar 2. Reaksi kimia antara hydrogen peroksida dengan luminol yang menghasilkan
haemoglobin yang kemudian membentuk 3-aminophtalic (3-APA) dan cahaya biru.
(A)
(B)
Gambar 3. A.Noda pada karpet tidak terlihat B.Menunjukkan tes luminol yang positif.
2) Tes Konfirmasi
Ini adalah suatu tes yang dilakukan dengan menggunakan sampel yang
diyakini sebagai darah dan mencampurkan dengan senyawa kimia yang akan
bereaksi dengan hemoglobin, faktor yang dihasilkan menjadi produksi kristal
yang dapat diidentifikasi di bawah mikroskop sebagai darah. Banyak tes yang
digunakan untuk tes konfirmasi. Terdapat dua macam tes konfirmasi yaitu tes
kristal dan anti human haemoglobin test. Tes kristal merupakan tes tertua dan
namun untuk masa sekarang ia sudah diganti dengan tes imunologikal seperti tes
10
atau terlalu panas sehinggakan kristal tidak terbentuk yang menyebabkan timbul
hasil negatif palsu. (2, 7)
Gambar 4. Hasil positif tes teichmann muncul bentuk rhomboid dan berwarna coklat dilihat
bawah mikroskop
Tes Takayama
Jika heme dipanaskan dengan piridin di bawah kondisi alkali dengan adanya
gula penurun seperti glukosa, akan terbentuk kristal piridin ferriprotoporfirin dan
hemokromogen. Reaksi ini pertama kali ditemuka oleh Takayama (1912) dengan
menguji reagen campuran air, glukosa terlarut natrium hidroksida 10% dan piridin
dengan perbandingan volume 2:1:1:1. Prosedur normal tes ini adalah dengan
meletakkan sampel di atas kaca benda kemudian diteteskan dengan reagen
tersebut dan kemudian dipanaskan dan dilihat di bawah mikroskop. Tes ini sangat
efektif pada noda darah yang sudah lama dan noda darah pada pakaian. Tes
Takayama dapat memberikan hasil yang positif walaupun dengan tes Teichmann
memberikan hasil yang negatif. Hatch (1993) telah memodifikasikan tes
Takayama ini dengan menggunakan reagen baru yaitu Clelands reagent
(dithiothreitol). Seperti yang diketahui oksigen dan piridin akan bersaing untuk
mengikat pada molekul heme. Reagen ini dapat menurunkan persaingan ini dan
meningkatkan kadar penghasilan kristal hemokromogen. (7)
11
Gambar 5. Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal halus berwarna merah jambu yang
terlihat dengan mikroskopik.
b) Tes Immunologikal
Tes presipitin dan tes anti-human haemoglobin keduanya merupakan
prosedur imunologikal. Prinsip kedua test ini adalah sama. Semua laboratorium
pada masa ini menggunakan metode imunologikal sebagai tes untuk menentukan
spesies bagi suatu origin. (6)
Hewan tingkat tinggi memiliki sistem kekebalan tubuh yang memungkinkan
mereka untuk membuat antibodi terhadap benda asing. Antibodi adalah protein,
dan ia sangat spesifik, yang hanya bereaksi dengan substan yang menyebabkan
pembentukannya sendiri. Substan yang menyebabkan pembentukan antibodi
disebut sebagai antigen. Sebelum hewan menghasilkan antibodi terhadap substan
(antigen) tersebut, sistem imunologinya harus mendeteksi bahwa substan itu
merupakan suatu benda asing yaitu, bukan bagian dari hewan. Jika serum
manusia, yang mengandung banyak protein, disuntikkan ke kelinci, sistem kelinci
akan mendeteksi protein ini sebagai benda asing dan akan mula menghasilkan
antibodi terhadap protein serum manusia. Antibodi ini dibuat oleh sel darah putih
kelinci dan kemudian dilepaskan kedalam serum. Serum darah kelinci yang
mempunyai antibodi akan bereaksi secara khusus bila bercampur dengan protein
manusia dengan membentuk presipitat. Dengan demikian, antibodi serum kelinci
disebut sebagai presipitin. Serum kelinci yang mengandung antibodi presipitin
melawan protein manusia disebut sebagai antiserum. Serum khusus yang
dijelaskan di atas disebut "rabbit anti-human serum," berarti serum kelinci yang
12
mengandungi antibodi terhadap protein manusia. Antiserum ini dapat dibuat dari
hewan yang berbeda, namun kelinci dan kambing adalah yang paling umum. (6)
Tes Presipitasi
Darah dapat diidentifikasi berasal dari manusia melalui reaksi dengan
antiserum tertentu untuk komponen darah manusia. Biasanya ini merupakan
serum anti-human serum yaitu, suatu antiserum untuk serum manusia. Hal ini
bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari manusia. Pada dasarnya tes
presipitasi dilakukan dengan menempatkan larutan antibodi pada bagian atas dari
ekstrak noda dalam tabung reaksi, kemudian dibiarkan beberapa saat untuk
melihat apakah ada pita/ garis presipitasi yang terbentuk. (6, 7)
Metode terawal tes precipitin disebut "tes cincin." Dua larutan yang
digunakan adalah antiserum dan ekstrak dari noda darah pada manusia. Pada tes
ini, jika antiserum (antihuman) diletakkan dalam tabung kecil dan bagian dari
ekstrak noda darah manusia kemudian dilapisi oleh antiserum yang lebih padat,
maka akan terjadi reaksi antigen antibodi dari kedua lapisan tersebut dan akan
menghsilkan satu cincin yang memisahkan kedua larutan. Presipitat diantara
kedua lapisan ini memberikan hasil tes positif. (2, 7)
Gambar 6. Hasil tes dibaca dalam 5-10 menit , 1-2 jam atau 20-24 jam , tergantung pada jenis
antigen dan antibodi . Jika reaksi positif , endapan dalam bentuk bentuk cincin putih di perbatasan
antara serum dan ekstrak yang diuji .
13
RSID-Blood
Rapid Stain Identification of Human Blood (RSID-Blood) menggunakan
dua antibody monoclonal anti human glycophorin A pada lateral flow format
untuk mendeteksi keberadaan glycophorin A yang khas pada manusia.
Glycophorin A terdapat dalam jumlah yang banyak dan terutama pada
membrane sel darah merah dimana berfungsi untuk mencegah agregasi selular.
Tes ini mempunyai beberapa keuntungan lebih dibandingkan metode lainnya
untuk mendeteksi darah, termasuk tingakt sensitivitas yang tinggi, spesifitas
dan kecepatannya. (7)
Penggolangan Darah
Penting untuk melihat bagaimana golongan darah yang berbeda yang
dibuat dan juga bagaimana golongan darah ini digunakan dalam kategorisasi
tersangka dalam kejahatan di mana darah dan cairan tubuh lainnya disekresikan.
Terdapat berbagai Forensik menggunakan sistem yang disebut 'ABO Sistem', yang
merupakan sistem yang mengukur antigen. (4)
Antigen memberikan karakteristik khusus untuk sel-sel darah merah.
Antigen darah dikelompokkan ke dalam sistem tergantung pada hubungan mereka
satu sama lain. Lebih dari lima belas sistem antigen darah telah diidentifikasi,
14
sampai saat ini sistem ABO dan Rh adalah yang paling penting. Jika seorang
individu adalah tipe A ini hanya menunjukkan bahwa setiap sel darah memiliki
antigen A pada permukaannya, sama semua jenis individu B memiliki antigen B,
dan sel-sel darah merah tipe AB individu mengandung antigen A dan B. Jenis O
individu tidak memiliki baik A maupun B antigen pada sel mereka. Oleh karena
itu, ada atau tidak adanya antigen A dan B pada sel-sel darah merah menentukan
golongan darah seseorang dalam sistem ABO. (4)
Antigen darah penting lainnya adalah faktor Rh, atau antigen D. Setiap
orang yang memiliki antigen D dikatakan Rh positif, mereka yang tidak memiliki
antigen ini dikatakan Rh negatif. Dalam bankan darah rutin, ada atau tidak adanya
tiga antigen A, B, dan D harus ditentukan dalam pengujian kesesuaian dari donor
dan penerima. Serum ini penting karena mengandung protein yang dikenal
sebagai antibodi. Prinsip dasar penggolongan darah adalah bahwa untuk setiap
antigen, terdapat antibodi spesifik. (4)
Bila telah didapatkan golongan darah secara spesifik, maka tes selanjutnya
harus dilakukan adalah tes DNA untuk mempersempit bidang pencarian.
Golongan Darah
A
B
AB
O
Antigen
dalam
darah merah
A
B
AB
O
BAB 4
15
KESIMPULAN
Ketika noda merah ditemukan pada tempat kejadian perkara, maka noda
tersebut dapat dicurigai sebagai darah dan barang bukti. Untuk membuktikan
apakah sampel tersebut adalah darah, maka dapat dilakukan beberapa tes. Tes
yang dilakukan dalam forensik untuk darah berdasarkan keberadaan hemoglobin
atau komponen yang ada didalamnya. Hemoglobin terdiri atas heme yang
mengangkut oksigen dan komponen protein. Tes yang dilakukan di forensik untuk
identifikasi darah sebenarnya mendeteksi keberadaan heme. Digunakan beberapa
substansi berwarna tertentu yang bila dicampur dengan peroksida akan berubah
warna. Tes pertama yang dilakukan adalah tes presumtif yang tujuannya untuk
menyingkirkan substansi substansi lain selain darah. Tes Benzidine dan Tes Kastel
Mayer merupakan tes presumtif yang paling sering digunakan. Tes Luminol juga
merupakan tes presumtif yang sering digunakan. Luminol digunakan untuk
mendeteksi keberadaan noda darah yang sudah dihapus atau dicuci. Luminisens
yang akan dihasilkan bila luminol bereaksi dengan hemoglobin dan dapat dilihat
bila cahaya lampu dimatikan. Bila sudah ditetapkan bahwa sample adalah darah,
maka pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah untuk mengkonfirmasi apakah
darah tersebut berasal dari manusia atau hewan. Tes konfirmasi antara lain Tes
Presipitasi dan immunoglobulin. Tes presipitasi di mana darah diidentifikasi
berasal dari manusia melalui reaksi dengan antiserum tertentu untuk komponen
darah manusia. RSID darah yang mendeteksi keberadaan glycophorin A yang
khas pada manusia yang pada prinsipnya dimana hemoglobin manusia yang akan
bereaksi dengan antibody monoclonal haemoglobin anti human. Kemudian
dilakukan penentuan golongan darah dan rhesus dari sampel darah yang telah
dikonfirmasi berasal dari manusia untuk mempersempit pencarian. Bila semua tes
diatas telah dilakukan maka uji DNA merupakan tahap paling akhir untuk
menentukan kepemilikan dari noda tersebut.
Daftar Pustaka:
16
17