Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
Tingginya tingkat kriminalitas saat ini menyebabkan tingginya permintaan
visum. Hal ini menjadi perhatian kita sebagai dokter umum karena walaupun
permintaan visum biasanya diajukan kepada rumah sakit besar baik umum
maupun swasta, tidak menutup kemungkinan permintaan visum diajukan pada
kita sebagai dokter umum pada saat kita melakukan tugas di daerah. Untuk itu kita
sebagai dokter umum wajib dapat melakukan visum dan membuat laporannya
melalui Visum Et Repertum.
Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik, seperti
pembunuhan, penganiayaan, perkosaan, dan lain-lain, mungkin ditemukan darah,
cairan mani, air liur, urin, rambut dan jaringan tubuh lain di tempat kejadian
perkara (TKP). Bahan-bahan tersebut mungkin berasal dari korban atau pelaku
kejahatan atau dari keduanya, dan dapat digunakan untuk membantu
mengungkapkan peristiwa kejahatan tersebut secara ilmiah. Bahan-bahan seperti
ini umumnya dijumpai dalam jumlah yang sangat sedikit, tetapi semakin cermat
dan terampil seorang ahli, semakin banyaklah yang dapat diungkapkan. Diantara
berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena merupakan
cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia
tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk
membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak
darah yang ditemukan di TKP pada obyek-obyek tertentu (lantai, meja, kursi,
karpet, senjata dan sebagainya), manusia dan pakaiannya dengan darah korban
atau darah tersangka pelaku kejahatan. (1)
Istilah forensik serologi secara umum digunakan untuk merujuk pada
identifikasi dan individualisasi dari bukti biologis, termasuk semua aktifitas dan
tes yang berhubungan dengan evaluasi dan bukti biologis dalam hal pidana. Kata
serologi berasal dari serum, fraksi dari darah yang mengandung antibody.
Pengelompokan darah sejak lama merupakan satu-satunya cara individualisasi

bukti biologis, dan serologi mencakup golongan darah dan pengelompokan


darah. Meskipun analisis DNA dan sidik jari adalah lebih akurat untuk
mengidentifikasi seorang individu, namun pemeriksaan serologi dapat dilakukan
dengan cepat dan murah disamping memberikan data yang secara saintifiknya
masih valid. (6)
Serologi dapat dikategorikan dalam dua kelompok yaitu presumptive dan
tes konfirmasi. Tes presumtif memberikan dua hasil pemeriksaan yang berbeda
yaitu mengeliminasi substansi yang didapat (bukan darah), memberikan
kemungkinan (positif presumtif) dari sampel yang diteskan (mungkin darah). (7)
Tes konfirmasi pula dilakukan dengan menggunakan sampel yang diyakini
sebagai darah dan memcampurkan dengan senyawa kimia yang akan bereaksi
dengan haemoglobin, faktor yang dihasilkan menjadi produksi kristal yang dapat
diidentifikasi di bawah mikroskop sebagai darah. Hasil ini sangat sedeehana dan
cepat untuk membuktikan bahwa sebenarnya sampel tersebut adalah darah. (2)
Tujuan Umum
-

Mengetahui pemeriksaan darah pada serologik forensik: darah

Tujuan Khusus
-

Mengetahui komponen darah


Mengetahui berbagai macam golongan darah
Mengetahui pemeriksaan darah untuk kasus criminal

BAB 2
2

Karakteristik dan Komponen Darah


Darah merupakan salah satu cairan serologi yang mengandung berbagai jenis
sel yang bergabung dengan cairan salin yang disebut sebagai plasma. Warna darah
berasal dari sel darah merah (RBC) atau eritrosit. Sel darah merah meliputi 40%
dari total volume darah. Setiap sel darah merah mengandung hemoglobin, protein,
yang membawa oksigen ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari jaringan.
Haemoglobin membawa oksigen dengan menggunakan heme, yaitu satu molekul
berbentuk cincin dimana di sentralnya mengandung atom tunggal yaitu ferum,
yang mengikat oksigen untuk memberntuk kompleks ferum hidroksida. (3, 5)
Selain sel darah merah, sel darah putih juga adalah salah satu komponen
penting dalam darah. Sel darah putih berperan sebagai pertahanan tubuh manusia
dengan cara menghasilkan antibodi untuk mencegah bakteri, virus, dan jamur
yang menyerang tubuh. Sel darah putih terdiri atas dua kategori yaitu fagosit dan
limfosit. Platelet adalah fragmen dari sel darah putih yang membantu dalam
proses pembekuan darah dengan merangsang agregasi dan pembekuan fiber jika
terdapat kerusakan jaringan. (3, 5)
Normalnya pH darah diantara 7,35 sampai 7,45 dalam sistem regulasi. Paruparu mengatur jumlah karbon dioksida dalam darah dan ginjal mengatur jumlah
ion bikarbonat. Jika terjadi penurunan pH darah di bawah 7.35 maka akan terjadi
asidosis metabolisme. (5)
Pada mahluk hidup yang berdarah panas, darah beroksigenasi berwarna merah
terang. Ini disebabkan oleh karena ferum yang teroksigenasi dalam sel darah
merah. Darah terdeoksigenasi akan berwarna merah gelap yang dapat dilihat saat
donor darah dan pada saat sample darah merah vena diambil. (3)

BAB 3

Pembahasan
Pada pemeriksaan darah di TKP kasus kriminal dapat memberikan informasi
yang berguna bagi proses penyidikan. Pemeriksaan yang sederhana dan dapat
dilakukan oleh setiap penyidik adalah: (1)
1. Apakah bercak tersebut memang bercak darah?
2. Jika bercak darah, apakah berasal dari manusia atau tidak?
3. Jika berasal dari manusia, apakah golongan darahnya?
Terdapat dua jenis metode pemeriksaan yaitu secara kimiawi dan biologis,
dimana metode biologis umumnya lebih lambat yaitu seperti reaksi antigenantibodi namun lebih spesifik daripada metode kimia. Salah satu persyaratan dari
forensik adalah metode yang dapat digunakan di lapangan, dan metode kimia
merupakan metode yang memiliki kecepatan dan sangat cocok bagi persyaratan
forensik ini. (8)
Secara umumnya terdapat dua jenis pemeriksaan untuk identifikasi kesan
darah yaitu tes presumtif dan tes konfirmasi. Tes presumtif biasanya dapat
dilakukan dengan cepat dan sensitive tetapi tidak spesifik. Ini sering digunakan
sebagai tes skrining dalam mencari bahan bukti dan perlu dilanjutkan dengan tes
konfirmasi jika hasil tes presumtif positif. (6)
1). Tes Presumtif
Tes ini memberikan dua hasil pemeriksaan yang berbeda yaitu
mengeliminasi substansi yang didapat (bukan darah), memberikan kemungkinan
(positif presumtif) dari sampel yang diteskan (mungkin darah). Salah satunya
adalah dengan menggunakan senyawa yang dapat memberikan efek ketika
bersentuhan dengan darah. Hasil ini adalah cara sederhana dan cepat untuk
membuktikan bahwa sebenarnya sampel tersebut adalah darah. (6)
Tes presumtif yang sering digunakan adalah tes katalitik. Tes katalitik ini
dapat membuktikan suatu bercak merah darah tersebut atau tidak dengan cara
mendeteksi aktivitas katalitik daripada heme dalam hemoglobin. Hemoglobin
bukan satu-satunya enzim didalam darah, tetapi juga harus dipertimbangkan

aktivitas peroksidase daripada molekul, dimana dapat didemonstrasikan dengan


menggunakan tes tabung uji. Tes ini dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai jenis substrat yang teroksidasi. Substrat adalah suatu molekul organik
yang boleh menghasilkan reaksi kimia dan membentuk satu molekul yang lebih
ringkas. Substrat yang digunakan dalam tes ini semuanya apat mengalami reaksi
oksidasi dengan menggunakan hidrogen peroksida. Peroksida adalah suatu enzim
yang boleh mempercepat reaksi oksidasi dan heme dalam hemoglobin berperan
persis seperti enzim ini. Tes katalitik adalah sangat sensitive tetapi tidak spesifik,
jadi terdapat kemungkinan memberikan hasil positif palsu dan memerlukan tes
konfirmasi. (6)
Reagen yang sering dipakai dalam tes presumtif untuk darah adalah 3aminophthalhydrazide yang juga dikenali sebagai Luminol. Luminol mempunyai
cara kerja yang berbeda dengan reagen yang lain. Luminol sering dilakukan pada
TKP untuk mendeteksi darah yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
(kesan darah yang telah dibersihkan). Tes-tes yang menggunakan reagen seperti
phenolphtalin, tolidine, tetramethylbenzidine, atau leukomalachite green sering
digunakan pada kebanyakan laboratorium untuk tes eliminasi darah. (6)
Tes Katalitik
Tes ini didasarkan bahwa heme dapat mengkatalisis hidrogen peroksida.
Cairan H2O2 direaksikan dengan sampel dan akan terjadi reaksi teroksidasi yang
menghasilkan perubahan warna. Penting untuk dicatat bahwa hasil tes yang positif
tidak berarti bahwa noda tersebut atau sampel adalah darah, apalagi untuk
menentukan dengan pasti sampel adalah darah manusia, karena berbagai enzim
dan logam tertentu juga bisa memberikan hasil positif. (7)
Metode ini didasarkan bahwa heme dari hemoglobin memiliki sifat seperti
peroksida yang mengkatalis pemecahan hidrogen peroksida. Zat yang teroksidasi
ini dapat bereaksi dengan substrat lainnya yang akan menghasilkan perubahan
warna. Substrat yang umum digunakan adalah benzidin dan bahan lainnya seperti
tetramethyl-benzidines, orto-tolidine, leukomalachite hijau, leucocrystal ungu dan

fenolftalein - yang terakhir ini dikenal sebagai tes Kastle-Meyer. Reaksi dengan
3-aminophthalhydrazide (Luminol) yang menghasilkan cahaya. Prinsip umum
adalah bahwa jika tes adalah negatif, darah tidak ada, tapi jika tes ini positif maka
sampel kemungkinan adalah darah tetapi tidak pasti. Untuk alasan ini tes sering
digambarkan sebagai tes "dugaan". (7)
a. Konfirmasi Noda Terlihat
Benzidine (Adler test)
Benzidine tes telah digunakan lebih luas daripada tes tunggal lainnya
untuk presumtif identifikasi darah. Benzidine tes ini ditemukan oleh Adlers
(1904). Nor malnya reaksi yang dibawa oleh etanol atau asam asetat
menghasilkan karakteristik warna biru atau biru gelap. Benzidine diketahui
sebagai karsinogen pada kesehatan keselamat kerja dan administrasi kesehatan
dan jarang sekali digunakan untuk laboratorium tes forensik pada saat ini. (7)
Tes Benzidine walaupun spesifik untuk pemeriksaan darah tetapi sangat
sensitif, lebih sensitif bila dibandingkan dengan tes takayama atau teichmann,
oleh karena kedua tes yang berdasarkan pada pembentukan mikro kristal tersebut
sangat dipengaruhi oleh adanya kontaminasi pada bercak. Dalam perkara kriminal
tes benzidine yang positif merupakan indikasi yang sangat kuat bahwa bercak
yang diperiksa adalah bercak darah. Dasar dari tes benzidine ialah haemoglobin
darah dapat mengadakan aktifitas seperti enzim peroxidase, enzim yang
mempercepat oksidasi. (1)
Cara pemeriksaan:
Bercak yang diduga darah di gosok dengan kertas saring, bercak yang
menempel pada kertas saring kemudian diteteskan dengan 1 tetes hidrogen
peroksida 20% dan 1 tetes reagen benzidine.
Hasil positif pada reaksi Benzidine adalah bila timbul warna biru gelap pada
kertas saring. (1)
Reaksi Phenolphtalein (Kastle-Meyer Test)
6

Phenolphtalein adalah tes presumtif yang paling umum digunakan. Hasil


positif pada tes ini ditunjukkan dengan munculnya warna merah muda cerah
biasanya dalam waktu sepuluh sampai lima belas detik setelah bahan kimia
ditambahkan. Pada uji Kastle-Meyer yang fenolftalein disimpan dalam larutan
basa yang didalamnya terdapat seng, larutan ini tidak berwarna. Oksidasi dengan
hemoglobin dan peroksida menyebabkan perubahan warna yang cepat menjadi
merah muda terang. (7)

Gambar 1 : Hasil reaksi tes phenolphthalein positif berwarna pink dan negatif berwarna putih.

Dalam bentuk asli, sejumlah kecil reagen Kastle-Meyer yang telah


dipersiapkan dicampur dengan etanol 95% (volume sama) dan 10% larutan
hidrogen peroksida. Noda yang dicurigai darah kemudian digosok dengan
sepotong kecil kertas filter dan ditambahkan setetes campuran pereaksi ke kertas.
Perubahan warna menjadi merah muda merupakan indikasi dari adanya
hemoglobin, yang telah dikatalisis pemecahan hidrogen peroksida. Namun, yang
digunakan dalam formulir ini, tes akan memberikan hasil yang tampaknya positif
dengan bahan pengoksidasi lainnya. Dalam versi pengujian dua langkah, reagen
Kastle-Meyer hanya dicampur dengan etanol 95% (volume sama). Larutan
ditambahkan ke noda pada kertas filter. Jika warna pink atau warna merah
langsung berubah, yaitu tanpa penambahan hidrogen peroksida. Sampel yang

memberikan hasil positif baik pada tes Kastle-Meyer akan dilaporkan sebagai
kemungkinan darah. (7)
b. Deteksi Noda Yang Tidak Terlihat
Luminol
Hal ini secara tradisional telah dilakukan dengan menggunakan luminol.
Aplikasi luminol adalah pada daerah dimana mungkin ada darah tapi sulit untuk
dilihat, misalnya di antara vegetasi, atau dimana ada upaya yang telah dilakukan
tersangka untuk membersihkan darah dan jejak masih ada. Sebuah reaksi positif
juga kadang-kadang dapat ditemukan pada pakaian yang berlumuran darah yang
telah dicuci. Luminol, 3-aminophthalhydrazide, merupakan salah satu dari tes
presumtif yang paling dikenal luas khususnya pada penggunaannya di tempat
kejadian. (7)
Luminol berbentuk bubuk yang dicampur dengan sodium karbonat
(Na2CO3) and hidrogen peroksida (H2O2) dan air. Campuran ini menghasilkan
suatu larutan basa (pH 10,4-10,8) atau campuran luminol dasar. Cahaya emisi
akan dihasilkan bila luminol teroksidasi oleh oksidan dalam luminol tetapi reaksi
ini tidak dapat terjadi bila tidak terdapat katalis. Katalis merupakan substansi yang
mempercepat laju reaksi tetapi tidak mempengaruhi hasil reaksi tersebut. Katalis
pada luminal biasanya logam, dan oksidannya adalah hidrogen peroksida. Bila
luminol digunakan untuk mendeteksi darah maka hemoglobin berfungsi sebagai
katalis dalam reaksi ini. Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri atas besi
yang terdapat dalam sel darah merah. Larutan luminol biasanya dikemas dalam
semprotan dan adanya darah menghasilkan pendaran kebiruan yang berlangsung
selama sekitar 30 detik. Pendaran dapat dilihat kembali dengan penyemprotan
tambahan tetapi ini perlu dilakukan hati-hati karena noda akan hilangan jika
terlalu banyak cairan yang ditambahkan ke dalamnya. (7)

Gambar 2. Reaksi kimia antara hydrogen peroksida dengan luminol yang menghasilkan
haemoglobin yang kemudian membentuk 3-aminophtalic (3-APA) dan cahaya biru.

(A)

(B)

Gambar 3. A.Noda pada karpet tidak terlihat B.Menunjukkan tes luminol yang positif.

2) Tes Konfirmasi

Ini adalah suatu tes yang dilakukan dengan menggunakan sampel yang
diyakini sebagai darah dan mencampurkan dengan senyawa kimia yang akan
bereaksi dengan hemoglobin, faktor yang dihasilkan menjadi produksi kristal
yang dapat diidentifikasi di bawah mikroskop sebagai darah. Banyak tes yang
digunakan untuk tes konfirmasi. Terdapat dua macam tes konfirmasi yaitu tes
kristal dan anti human haemoglobin test. Tes kristal merupakan tes tertua dan

A setelah sekian lama


telah diperkenalkan sejak tahun 1853. Ia telah digunakan

namun untuk masa sekarang ia sudah diganti dengan tes imunologikal seperti tes

anti-human hemoglobin. Banyak laboratorium menggunakan tes immunologikal


untuk memastikan asal suatu darah. Diperkenalkan sejak tahun 1905, anti-human
hemoglobin mempunyai dasar saintifik yang sama dengan tes kristal yaitu
mengidentifikasi asal suatu darah. Keuntungan pada tes ini adalah proses
identifikasi suatu noda berwarna merah tersebut darah atau tidak dan konfirmasi
asal darah tersebut dapat dilakukan bersama. Walau bagaimanapun, reagen antihuman hemoglobin haruslah yang sangat spesifik-spesies. (7)
a) Tes Kristal :
Tes ini melibatkan kelompok heme non protein pada hemoglobin, protein
yang mengangkut oksigen pada eritrosit yaitu termasuk porfirin. Struktur heme
mengandungi stom ferum heksavalen. Atom hidrogen dalam bentuk cincin
mengikat 4 atom hidrogen dan satu lagi mengikat nitrogen histidin dalam protein
globin. Dalam hemoglobin, posisi koordinasi yang tersisa normalnya akan
berikatan dengan air, atau hemoglobin yang teroksigenasi. Pada noda darah yang
kering, sisa dua posisi digunakan untuk pembentukan kristal yaitu dasar
memastikan adanya suatu darah. Tipe tes yang akan dibahaskan pada tes kristal ini
adalah tes Teichmann dan tes Takayama. (2, 7)
Tes Teichmann
Tes Teichmann pertama kali diperkenalkan oleh Teichmann (1853), tes ini
memerlukan darah kering, asam asetat glacial dan halide (biasanya klorida) dan
kemudian dipanaskan untuk membentuk derivat hematin. Kristal yang terbentuk
diobservasi di bawah mikroskop, biasanya dalam bentuk rhomboid dan berwarna
coklat. Darah yang sudah lama bukanlah suatu hambatan dalam prosedur ini dan
telah diceritakan tentang tes ini pada buku manual laboratorium dasar biokimia.
Kristal yang terbentuk yang bisa dilihat di bawah mikroskop akan diteteskan
dengan sedikit klorida yang mengandung asam asetat glacial dan kemudian
dipanaskan. Prosedur yang paling sukar pada tes ini adalah untuk mengawal suhu
saat dilakukan pemanasan sampel karena preparat mudah menjadi kurang panas

10

atau terlalu panas sehinggakan kristal tidak terbentuk yang menyebabkan timbul
hasil negatif palsu. (2, 7)

Gambar 4. Hasil positif tes teichmann muncul bentuk rhomboid dan berwarna coklat dilihat
bawah mikroskop

Tes Takayama
Jika heme dipanaskan dengan piridin di bawah kondisi alkali dengan adanya
gula penurun seperti glukosa, akan terbentuk kristal piridin ferriprotoporfirin dan
hemokromogen. Reaksi ini pertama kali ditemuka oleh Takayama (1912) dengan
menguji reagen campuran air, glukosa terlarut natrium hidroksida 10% dan piridin
dengan perbandingan volume 2:1:1:1. Prosedur normal tes ini adalah dengan
meletakkan sampel di atas kaca benda kemudian diteteskan dengan reagen
tersebut dan kemudian dipanaskan dan dilihat di bawah mikroskop. Tes ini sangat
efektif pada noda darah yang sudah lama dan noda darah pada pakaian. Tes
Takayama dapat memberikan hasil yang positif walaupun dengan tes Teichmann
memberikan hasil yang negatif. Hatch (1993) telah memodifikasikan tes
Takayama ini dengan menggunakan reagen baru yaitu Clelands reagent
(dithiothreitol). Seperti yang diketahui oksigen dan piridin akan bersaing untuk
mengikat pada molekul heme. Reagen ini dapat menurunkan persaingan ini dan
meningkatkan kadar penghasilan kristal hemokromogen. (7)

11

Gambar 5. Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal halus berwarna merah jambu yang
terlihat dengan mikroskopik.

b) Tes Immunologikal
Tes presipitin dan tes anti-human haemoglobin keduanya merupakan
prosedur imunologikal. Prinsip kedua test ini adalah sama. Semua laboratorium
pada masa ini menggunakan metode imunologikal sebagai tes untuk menentukan
spesies bagi suatu origin. (6)
Hewan tingkat tinggi memiliki sistem kekebalan tubuh yang memungkinkan
mereka untuk membuat antibodi terhadap benda asing. Antibodi adalah protein,
dan ia sangat spesifik, yang hanya bereaksi dengan substan yang menyebabkan
pembentukannya sendiri. Substan yang menyebabkan pembentukan antibodi
disebut sebagai antigen. Sebelum hewan menghasilkan antibodi terhadap substan
(antigen) tersebut, sistem imunologinya harus mendeteksi bahwa substan itu
merupakan suatu benda asing yaitu, bukan bagian dari hewan. Jika serum
manusia, yang mengandung banyak protein, disuntikkan ke kelinci, sistem kelinci
akan mendeteksi protein ini sebagai benda asing dan akan mula menghasilkan
antibodi terhadap protein serum manusia. Antibodi ini dibuat oleh sel darah putih
kelinci dan kemudian dilepaskan kedalam serum. Serum darah kelinci yang
mempunyai antibodi akan bereaksi secara khusus bila bercampur dengan protein
manusia dengan membentuk presipitat. Dengan demikian, antibodi serum kelinci
disebut sebagai presipitin. Serum kelinci yang mengandung antibodi presipitin
melawan protein manusia disebut sebagai antiserum. Serum khusus yang
dijelaskan di atas disebut "rabbit anti-human serum," berarti serum kelinci yang

12

mengandungi antibodi terhadap protein manusia. Antiserum ini dapat dibuat dari
hewan yang berbeda, namun kelinci dan kambing adalah yang paling umum. (6)
Tes Presipitasi
Darah dapat diidentifikasi berasal dari manusia melalui reaksi dengan
antiserum tertentu untuk komponen darah manusia. Biasanya ini merupakan
serum anti-human serum yaitu, suatu antiserum untuk serum manusia. Hal ini
bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari manusia. Pada dasarnya tes
presipitasi dilakukan dengan menempatkan larutan antibodi pada bagian atas dari
ekstrak noda dalam tabung reaksi, kemudian dibiarkan beberapa saat untuk
melihat apakah ada pita/ garis presipitasi yang terbentuk. (6, 7)
Metode terawal tes precipitin disebut "tes cincin." Dua larutan yang
digunakan adalah antiserum dan ekstrak dari noda darah pada manusia. Pada tes
ini, jika antiserum (antihuman) diletakkan dalam tabung kecil dan bagian dari
ekstrak noda darah manusia kemudian dilapisi oleh antiserum yang lebih padat,
maka akan terjadi reaksi antigen antibodi dari kedua lapisan tersebut dan akan
menghsilkan satu cincin yang memisahkan kedua larutan. Presipitat diantara
kedua lapisan ini memberikan hasil tes positif. (2, 7)

Gambar 6. Hasil tes dibaca dalam 5-10 menit , 1-2 jam atau 20-24 jam , tergantung pada jenis
antigen dan antibodi . Jika reaksi positif , endapan dalam bentuk bentuk cincin putih di perbatasan
antara serum dan ekstrak yang diuji .

13

Tes Antihuman Hemoglobin

RSID-Blood
Rapid Stain Identification of Human Blood (RSID-Blood) menggunakan

dua antibody monoclonal anti human glycophorin A pada lateral flow format
untuk mendeteksi keberadaan glycophorin A yang khas pada manusia.
Glycophorin A terdapat dalam jumlah yang banyak dan terutama pada
membrane sel darah merah dimana berfungsi untuk mencegah agregasi selular.
Tes ini mempunyai beberapa keuntungan lebih dibandingkan metode lainnya
untuk mendeteksi darah, termasuk tingakt sensitivitas yang tinggi, spesifitas
dan kecepatannya. (7)

Gambar 7. Interpretasi Tes Antihuman Hemoglobin.

Penggolangan Darah
Penting untuk melihat bagaimana golongan darah yang berbeda yang
dibuat dan juga bagaimana golongan darah ini digunakan dalam kategorisasi
tersangka dalam kejahatan di mana darah dan cairan tubuh lainnya disekresikan.
Terdapat berbagai Forensik menggunakan sistem yang disebut 'ABO Sistem', yang
merupakan sistem yang mengukur antigen. (4)
Antigen memberikan karakteristik khusus untuk sel-sel darah merah.
Antigen darah dikelompokkan ke dalam sistem tergantung pada hubungan mereka
satu sama lain. Lebih dari lima belas sistem antigen darah telah diidentifikasi,

14

sampai saat ini sistem ABO dan Rh adalah yang paling penting. Jika seorang
individu adalah tipe A ini hanya menunjukkan bahwa setiap sel darah memiliki
antigen A pada permukaannya, sama semua jenis individu B memiliki antigen B,
dan sel-sel darah merah tipe AB individu mengandung antigen A dan B. Jenis O
individu tidak memiliki baik A maupun B antigen pada sel mereka. Oleh karena
itu, ada atau tidak adanya antigen A dan B pada sel-sel darah merah menentukan
golongan darah seseorang dalam sistem ABO. (4)
Antigen darah penting lainnya adalah faktor Rh, atau antigen D. Setiap
orang yang memiliki antigen D dikatakan Rh positif, mereka yang tidak memiliki
antigen ini dikatakan Rh negatif. Dalam bankan darah rutin, ada atau tidak adanya
tiga antigen A, B, dan D harus ditentukan dalam pengujian kesesuaian dari donor
dan penerima. Serum ini penting karena mengandung protein yang dikenal
sebagai antibodi. Prinsip dasar penggolongan darah adalah bahwa untuk setiap
antigen, terdapat antibodi spesifik. (4)
Bila telah didapatkan golongan darah secara spesifik, maka tes selanjutnya
harus dilakukan adalah tes DNA untuk mempersempit bidang pencarian.

Golongan Darah
A
B
AB
O

Antigen

dalam

darah merah
A
B
AB
O

sel Antibodi dalam serum


Anti-B
Anti-A
Bukan anti-A atau anti-B
Anti-A atau anti-B

BAB 4

15

KESIMPULAN
Ketika noda merah ditemukan pada tempat kejadian perkara, maka noda
tersebut dapat dicurigai sebagai darah dan barang bukti. Untuk membuktikan
apakah sampel tersebut adalah darah, maka dapat dilakukan beberapa tes. Tes
yang dilakukan dalam forensik untuk darah berdasarkan keberadaan hemoglobin
atau komponen yang ada didalamnya. Hemoglobin terdiri atas heme yang
mengangkut oksigen dan komponen protein. Tes yang dilakukan di forensik untuk
identifikasi darah sebenarnya mendeteksi keberadaan heme. Digunakan beberapa
substansi berwarna tertentu yang bila dicampur dengan peroksida akan berubah
warna. Tes pertama yang dilakukan adalah tes presumtif yang tujuannya untuk
menyingkirkan substansi substansi lain selain darah. Tes Benzidine dan Tes Kastel
Mayer merupakan tes presumtif yang paling sering digunakan. Tes Luminol juga
merupakan tes presumtif yang sering digunakan. Luminol digunakan untuk
mendeteksi keberadaan noda darah yang sudah dihapus atau dicuci. Luminisens
yang akan dihasilkan bila luminol bereaksi dengan hemoglobin dan dapat dilihat
bila cahaya lampu dimatikan. Bila sudah ditetapkan bahwa sample adalah darah,
maka pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah untuk mengkonfirmasi apakah
darah tersebut berasal dari manusia atau hewan. Tes konfirmasi antara lain Tes
Presipitasi dan immunoglobulin. Tes presipitasi di mana darah diidentifikasi
berasal dari manusia melalui reaksi dengan antiserum tertentu untuk komponen
darah manusia. RSID darah yang mendeteksi keberadaan glycophorin A yang
khas pada manusia yang pada prinsipnya dimana hemoglobin manusia yang akan
bereaksi dengan antibody monoclonal haemoglobin anti human. Kemudian
dilakukan penentuan golongan darah dan rhesus dari sampel darah yang telah
dikonfirmasi berasal dari manusia untuk mempersempit pencarian. Bila semua tes
diatas telah dilakukan maka uji DNA merupakan tahap paling akhir untuk
menentukan kepemilikan dari noda tersebut.

Daftar Pustaka:

16

1. Abdul Munim Idries, Agung Legewo Tjiptomarnoto. 2011. Penerapan


Ilmu kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan. Jakarta :IKAPI
2. Budiyanto, Arif, dkk.1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Doome,R. In forensic Investigations. Blood Spatter Properties of blood.
Available from:
http://www.clt.uwa.edu.au/__data/assets/pdf_file/0017/2301650/fsb05.pdf
4. Forensic Serology. 8th edition
5. Hunt A.C, Properties of blood. The identification of Human StainsProperties and identification available from:
http://chemstone.net/forensics/blood.html
6. R.E Gaensslen. Forensic Analysis of Biological Evidence. Forensic
Sciences. Vol.1. Matthew Bender and Co. New York. 2000
7. Robert P.S. Presumptive Testing and Species Determination of Blood and
Bloodstains. Principles of Bloodstain Pattern Analysis Theory and
Practice. Taylor& Francis Group. New York. 2005. Pg. 349-368.
8. Winchester, R V Dr. Blood Detection by Chemical Methods. 2011

17

Anda mungkin juga menyukai