Anda di halaman 1dari 4

DHF

A. Pengertian
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini
mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus
Dengue. (Saroso, 2007)
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot,
dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.( Hendarwanto; 417; 2004 )
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk
setelah dua hari pertama (Mansjoer, 1999)
DHF adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus ( arthropodbora virus ) dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes albopictus dan Aedes agypty ). ( Ngastiyah; 341; 1997 )
DHF adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus disertai demam akut, perdarahan, tedensi
syok. ( Suryanah; 191; 1996 )
B.

Insiden

Jumlah kasus DBD di Indonesia masih tinggi yaitu 156.086 kasus pada tahun 2010, lalu mengalami
penurunan yaitu 49.868 kasus pada tahun 2011. Kasus DBD di Sumatera Utara tahun 2010 yaitu
8.889 kasus, pada tahun 2011 yaitu 4.535 kasus. Pada tahun 2010 kejadian DBD di Tebing Tinggi
sebanyak 381 kasus dengan angka kesakitan 262/100.000 penduduk, dan pada tahun 2011
kejadian DBD sebanyak 176 kasus dengan angka kesakitan 121/100.000 penduduk. Jumlah kasus
DBD tersebut masih tinggi mengingat indikator angka DBD adalah 2/100.000.

Aedes Aegypty | dok. blog.priyanta.com

B.

Etiologi

Virus dengue tergolong dalam family / suku / grup Flaviviridae, virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti yang terdiri dari 4 tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (virus dengue
tipe 1-4). Infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap
infeksi virus yang bersangkutan pada masa yang akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas
yang sementara dan parsial terhadap infeksi virus lainnya.Wabah dengue juga telah disertai Aedes
albopictus, Aedess polinienssiss, Aedess scuttellariss tetapi vector tersebut kurang efektif dan
kurang berperan karena nyamuk-nyamuk tersebut banyak terdapat didaerah perkebunan dan
semak-semak, sedangkan Aedes aegypti banyak tinggal di sekitar pemukiman penduduk.
C. Klasifikasi

DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat
(Menurut WHO, 1986) :
a.Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet, trombositopenia dan
hemokonsentrasi.
b.Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
c.Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi),
gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).
d.Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
D. Manifestasi Klinis
a. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 40 C).
b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif, Petekie (bintik merah pada kulit),
Purpura(pendarahan kecil di dalam kulit), Ekimosis,Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada
mata), Epistaksis (pendarahan hidung), Perdarahan gusi, Hematemesis (muntah darah), Melena
(BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin).
c. Perdarahan pada hidung dan gusi.Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah
pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah,Pembesaran hati (hepatomegali).
d. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai
80 mmHg atau lebih rendah.
e. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya seleramakan), lemah,
mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala
E.

Patofisiologi

Fenemona patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstraseluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah verimia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal pegal diseluruh
tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit ( petekie ), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran limpa ( splenomegali ).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya
hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan ( syok ).
Hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit > 20% ) menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran ( perembesan ) plasma ( plasma leakage ) sehingga nilai hematokrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penerita DHF sangat dianjurkan
untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemikonsentrasi yang
terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk

mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis
dan kematian apanila tidak seger adiatasi dengan baik. Gangguan hemostatis pada DHF
menyangkut 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda tanda perdarahan hampir diseluruh alat tubuh,
seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar denga
perlemakan dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati.( Effendy; 1;
1995 )
F. Komplikasi
- Perdarahan luas
- Syok (rejatan)
- Pleural Effusion
- Penurunan kesadaran
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Terjadi trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif. Pada pemeriksaan kimia
darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia. SGOT, SGPT, ureum dan pH
darah mungkin meningkat, sedangkan reserve alkali merendah.
2. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminaria ringan.
3. Sumsum Tulang
Pada awal sakit biasanya hiposeluler kemudian pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi.
4. Serologi
a. Serum ganda : pada masa akut dan konvalesen. Kenaiakan antibody antidengue sebanyak
minimal 4 kali. Uji peningkatan komplemen ( PK ), uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot.
b. Serum tunggal : ada atau tidaknya atau titer tertentu antibody antidengue. Uji dengan blot, Uji Ig
M antidengue.
5. Isolasi virus
Bahannya adalah darah pasien, jaringan jaringan baik dari pasien hidup melalui biopsi , dari
pasien yang meninggal melalui otopsi ( Hendarwanto; 422; 2004 )

Referensi :
1. Ayudya Oktaviani Putri, 13 Juni 2011 , availabel
athttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35127/6/Abstract.pdf

2. harnawatiaj , Maret 27, 2008 availabel


athttp://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-dhf/
3. KumpulanSegalaIlmu , 12 Mei 2013 availabel
athttps://www.facebook.com/KumpulanSegalaIlmu/posts/374563775988405

Anda mungkin juga menyukai