Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
SISTEM KOPLING PLTN TIPE HTGR DENGAN INSTALASI PRODUKSI HIDROGEN.
Dalam rangka mengatasi defisit listrik di propinsi Kaltim serta untuk mengatasi menipisnya
cadangan minyak bumi, maka beberapa cara telah dilakukan, seperti : mengganti minyak bumi
dengan batubara cair, dan energi terbarukan lainnya seperti hidrogen. Di antara teknologi produksi
hidrogen, steam reforming merupakan teknologi yang telah komersial. Dewasa ini, panas tinggi yang
diperlukan dalam proses produksi hidrogen dipasok dari pembakaran bahan bakar fosil yang
berdampak lingkungan karena melepaskan gas-gas yang seperti : CO2, SO2 dan NOx. Karena itu,
introduksi PLTN tipe HTGR dengan skala kecil, menengah, dan ramah lingkungan dipertimbangkan
kelayakannya untuk dibangun dalam mengatasi masalah tersebut. Reaktor tipe HTGR dengan
keluaran suhu pendingin 900~10000C merupakan tipe PLTN potensial yang digunakan untuk tujuan
kogenerasi yaitu untuk pembangkit listrik, dan sumber panas untuk aplikasi non-listrik, seperti :
produksi hidrogen, sehingga dihasilkan listrik dan gas hidrogen secara simultan. Hasil studi
menunjukkan bahwa untuk sistem kopling HTGR dan instalasi produksi hidrogen dibutuhkan sistem
penukar panas intermediate, ACS (Auxiliary Cooling System), sistem kendali volume dan kemurnian
helium, beberapa sistem pendingin dan kompresor, kontrol suhu dan tekanan, kontrol aliran helium
dan persyaratan keselamatan tambahan untuk produksi hidrogen dengan panas nuklir.
Kata Kunci : Hidrogen, Steam Reforming, PLTN, kopling, kogenerasi, HTGR
ABSTRACT
COUPLING SYSTEM OF HIGH TEMPERATURE GAS REACTOR AND THE HYDROGEN
PRODUCTION INSTALATION. In order to overcome the electricity deficit in Kaltim Province
and in order to overcome the decrease of oil reserve, so the several manner has been conducted, such as
: to replace of oil with liquefied coal, and another renewable energy, such as hydrogen. Among the
hydrogen production technology, steam reforming has been commercial technology. Currently, the
heat for hydrogen production is supplied by burning of fossil fuel that has environmental impact,
because the released gas, such as : CO2, SO2 and Nox. Therefore, introduction of the environmetally
friendly small medium reactor (SMR) is considered for feasibility to build in order to overcome that
problem. The HTGR type reactor with 900~10000C outlet coolant temperature is potential NPP type
to use for cogeneration purpose, that is either for electricity generation plant, even for heat source in
non electricic applications, such as : hydrogen production, so it can simultaneously produce electricity
and hydrogen gas. The result of study shows that for coupling system of HTGR and hydrogen
production installation is needed intermediate heat exchanger (IHX), ACS (Auxiliary Cooling
System), control of helium purity and volume, amount of compressor and cooling system, control of
temperature and pressure, control of helium flow and additional safety requirements for hydrogen
production by nuclear heat.
Keywords : hydrogen, steam reforming, NPP, coupling, Cogeneration, HTGR
ISSN 1979-1208
184
1.
PENDAHULUAN
Dewasa ini, di Indonesia energi listrik sebagian besar dipasok dari PLTU yang
menggunakan bahan bakar fosil dan berdampak lingkungan karena mengemisikan gas-gas
CO2, SOx dan NOx. Karena itu, untuk diversifikasi energi dan konservasi lingkungan maka
pemerintah melalui Kebijakan Energi Nasional yang tertuang dalam Perpres No.5 tahun
2006, menekankan pada penggunaan sumber energi baru dan terbarukan yang sudah siap
secara teknis dan ekonomis serta ramah lingkungan, seperti : Bahan Bakar Nabati (biodiesel,
bio-ethanol/gasohol, bio-oil dan Pure Plant Oil), bahan bakar sintetis, panas bumi, mini dan
mikro hidro, nuklir, surya, angin dan hidrogen.
Potensi hidrogen sebagai sumber energi yang ramah lingkungan sangat besar, karena
begitu melimpahnya ketersediaan hidrogen di alam dan besarnya energi yang bisa
dibangkitkan oleh hidrogen. Sebagai gambaran panas yang dihasilkan pada pembakaran
1Kg hidrogen ekivalen dengan 3,93 liter bahan bakar minyak, ekivalen dengan 33,5 kWh
listrik. Namun demikian, hidrogen sangat jarang dijumpai di alam dalam keadaan bebas
(murni) tapi dalam bentuk persenyawaan. Untuk mendapatkan hidrogen murni diperlukan
panas. Energi panas tersebut dapat dihasilkan salah satunya dari listrik yang dibangkitkan
oleh panas bumi, tenaga surya, tenaga angin, tenaga air, maupun nuklir. Cara mendapatkan
hidrogen ditentukan oleh jenis bahan baku yang digunakan. Jika proses menggunakan
bahan baku gas alam atau fraksi hidrokarbon ringan lainnya disebut steam reforming. Proses
yang dilakukan bila menggunakan bahan baku batu bara adalah gasifikasi, yaitu mengubah
batu bara dengan penambahan oksigen dan uap air menjadi hidrogen, karbon dioksida, dan
senyawa-senyawa kimia lainnya. Sedangkan bila menggunakan bahan baku air, proses yang
digunakan adalah elektrolisis.
Di antara teknologi produksi hidrogen yang ada, Steam reforming adalah teknologi
yang telah diaplikasikan secara komersial. Metode Steam reforming dilakukan dengan
mengubah senyawa alkana dengan penambahan uap air menjadi hidrogen dan karbon
dioksida. Teknologi ini sudah banyak digunakan dalam bidang industri yang berbasis
hidrogen antara lain industri petrokimia, industri Ammonia (NH 3), Dimethyl Ether
(CH3OCH3) dan Methanol (CH3OH).
Hingga saat ini, hidrogen masih diproduksi dengan menggunakan panas dari bahan
bakar fosil yang diketahui mengemisikan gas-gas rumah kaca. Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) tipe HTGR (High Temperature Gas Cooled Reaator) merupakan tipe reaktor
berpendingin gas helium dengan suhu pendingin keluar reaktor tinggi (900~1000 0C) dan
bermoderator grafit yang berpotensi selain dapat mengatasi masalah polusi gas rumah kaca,
juga berpotensi untuk tujuan kogenerasi, yaitu selain digunakan sebagai pembangkit tenaga
listrik, juga sebagai sumber panas untuk aplikasi non-listrik seperti proses produksi
hidrogen yang memerlukan suhu tinggi atau gabungan dari kedua aplikasi listrik dan panas
(kogenerasi). Dalam PLTN kogenerasi, sebagian energi digunakan untuk menghasilkan
listrik dan sebagian lagi digunakan untuk produksi hidrogen sehingga dihasilkan listrik dan
hidrogen secara simultan. Karena itu, pada kogenerasi dibutuhkan kopling yang merupakan
interface antara PLTN dengan instalasi produksi hidrogen. Studi dilakukan untuk
memahami/ pra rancangan sistim kopling reaktor gas suhu tinggi dengan instalasi produksi
hidrogen termasuk komponen yang dibutuhkan dan kondisi operasinya serta aspek
keselamatannya. Hasil studi diharapkan dapat memberi masukan/bahan pertimbangan bagi
pengambil keputusan dalam mengatasi krisis energi di Indonesia dan program diversifikasi
energi dan konservasi lingkungan yang dicanangkan pemerintah dapat tercapai.
ISSN 1979-1208
185
2.
2.1.
Gambar 1. Elemen Bahan Bakar Bentuk Prismatik dan Bentuk Bola [2]
yaitu teras HTGR yang dikembangkan oleh Amerika dan Jepang menggunakan elemen
bahan bakar bentuk prismatik dan teras HTGR dengan elemen bakar tipe bola, yang
dikembangkan oleh Jerman, Rusia dan Cina.[2] Adapun bahan bakar yang digunakan adalah
partikel berlapis dengan inti bahan bakar (kernel) berupa persenyawaan uranium (UO2, UC,
UCO) dengan pengayaan rendah (3~20%). Dewasa ini, partikel bahan bakar yang
digunakan adalah partikel berlapis jenis TRISO dengan 4 lapisan yang membungkus kernel
dengan diameter 500 m. Lapisan tersebut tersusun dengan susunan mulai dari yang paling
ISSN 1979-1208
186
ISSN 1979-1208
187
Gas Hidrogen
Hidrogen merupakan unsur yang sangat berlimpah di alam, namun tidak berada
dalam bentuk gas (H2), tetapi dalam bentuk senyawa, yaitu air dan bahan bakar fosil
(hidrokarbon), seperti : gas metana yang merupakan komponen utama dari gas alam.
Komponen gas alam yang penting untuk dihindari sehubungan produksi gas hidrogen
adalah senyawa sulfur (H2S), hidrokarbon bukan metana dan hidrokarbon cair. Gas
hidrogen dapat diproduksi salah satunya melalui proses steam reforming yang merupakan
motode yang paling umum digunakan. Untuk memproduksi gas H 2 dari suatu senyawa
diperlukan energi untuk memutuskan ikatan-ikatan kimia. Energi nuklir dan energi
terbarukan merupakan energi yang sangat ideal untuk produksi hidrogen sebab energi
tersebut tidak mengemisikan gas CO2. Di Amerika, hidrogen diaplikasikan dalam sejumlah
industri, dimana pengguna terbesar adalah industri amonia (40,3%), oil refinery (37,3%) dan
industri metanol (10%). Sedangkan kecenderungan konsumsi hidrogen dunia mengalami
kecenderungan yang sama, yaitu industri ammonia (62,4%), oil refining (24,3%) dan industri
metanol (8,7%).
Hidrogen mempunyai sifat-sifat seperti yang ditunjukkan seperti pada Tabel 1, pada
suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non logam ber
valensitunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar. Hidrogen adalah
unsur teringan dengan massa sekitar 14 kali lebih kecil dari pada massa udara.[4] Karena itu
hidrogen mempunyai kemampuan tinggi untuk mendifusi dalam udara sekitarnya dan
hilang dengan cepat pada area terbuka dan bermigrasi melalui ruang yang sangat kecil.
Tabel 1. Sifat-Sifat Gas Hidrogen[4]
Parameter
Nilai
Berat molekul
Titik didih
Tekanan kritis
Suhu kritis
Panas reaksi
Batas mudah terbakar dalam udara
Batas mudah meledak dalam udara
Optimum campuran dengan udara yang
berakibat ledakan
Tekanan maksimum ledakan dalam udara
Suhu nyala sendiri
Suhu kebakaran dalam udara
Energi ledakan
Kecepatan ledakan dalam udara
2,016
20,268K
12,759 atm
32,976 K
142,5 MJ/kg
4,1-74 % volume
18,3-59% volume
29,53% volume
1 MPA
574C
2318K
2,02 kg TNT/m3 gas
1,48-2,15 km/det
Sifat-sifat ini menyebabkan gas hidrogen sulit untuk disimpan secara efisien. Karena itu,
pada umumnya beberapa industri yang menggunakan hidrogen di Indonesia,
menggunakan hidrogen secara langsung dari instalasi produksi hidrogen. Atom hidrogen
juga mampu menembus struktur molekul beberapa logam sehingga membuat logam
menjadi rapuh, khususnya disebabkan beban fisik akibat temperatur tinggi. Batas
ISSN 1979-1208
188
ISSN 1979-1208
189
Gambar 4. Sistem Kopling PLTN tipe HTGR dengan Instalasi Produksi Hidrogen
Pada sistem pendingin primer terpasang tiga buah penukar panas seperti : IHX (penukar
panas intermediate He-He), pendingin air bertekanan primer (PPWC) dan sistem penukar
panas darurat (1-HE-13). Gas helium dari pendingin primer dengan suhu 900 oC, tekanan 4
MPa (40 Bar) dan kecepatan alir 273 kg/det ditransfer menuju IHX dan PPWC melalui
concentric hot gas duct. Pada IHX dipasang pengontrol tekanan dan pada sistem tersebut
terjadi perpindahan panas antara gas helium dari pendingin primer dengan gas helium dari
pendingin sekunder. Gas helium primer yang keluar dari IHX akan ditransfer menuju turbin
untuk membangkitkan listrik (PLTN). Pada sistem kopling juga dipasang 2 buah compressor
(1-C-01) untuk aliran pendingin gas helium pendingin primer kembali ke reaktor dan
ISSN 1979-1208
190
ISSN 1979-1208
191
3.
PEMBAHASAN
Steam reforming merupakan metode produksi hidrogen yang sudah komersial dan
digunakan pada sebagian besar industri pupuk yang ada di Indonesia, seperti : PT. Pupuk
Kaltim, Petrokimia Gresik, pupuk Kujang dan beberapa industri pupuk lainnya. Dewasa ini,
gas alam digunakan sebagai bahan baku dan bahan bakar yang jumlah cadangannya
terbatas. Sebagai gambaran, bahwa perbandingan prosentase gas alam yang digunakan
untuk produksi hidrogen adalah untuk bahan baku 40% dan bahan bakar 60%. Karena itu,
introduksi PLTN kogenerasi selain untuk pembangkit listrik, perlu dianalisis
pemanfaatannya, sehingga dapat menghemat cadangan gas alam. Dalam kaitannya dengan
pemanfaatan panas PLTN untuk produksi hidrogen yang memerlukan temperatur tinggi (
800C), maka PLTN tipe HTGR dengan temperatur pendingin keluar reaktor 900 1000C
cocok digunakan untuk tujuan tersebut. PLTN tipe HTGR menggunakan Siklus Bryton dan
menggunakan gas helium sebagai fluida kerjanya. Pada siklus fluida kerja, seperti yang
ditunjukkan pada flowsheet (Gambar 4), dimana suhu gas helium keluar reaktor 1000 OC (70
bar) dengan melalui hot gas duct diekspansikan ke turbin yang langsung memutar generator.
Pada dasarnya sistem kopling yang dapat diterapkan pada PLTN dan/atau Pembangkit
Listrik lainnya terdiri dari dua jenis yaitu kopling listrik dan kopling termal. Kopling listrik
seperti yang digunakan pada kopling dengan desalinasi berbasis membran lebih sederhana
dibanding dengan sistem kopling termal. Sistem kopling listrik hanya berupa koneksi listrik
antara PLTN/ Pembangkit Listrik lainnya dengan instalasi desalinasi berbasis membran.
Sementara itu sistem kopling termal pada PLTN PWR/ Pembangkit Listrik lainnya
memanfatkan uap panas dari sistem sekunder sehingga berakibat pada berkurangnya listrik
yang diproduksi, potensi kehilangan produksi listrik tergantung pada optimalisasi skema
sistem yang dilakukan. Berbeda dengan PLTN PWR/PLTU, sistem kopling termal PLTN
HTGR dapat memanfaatkan panas sisa (waste heat) dari siklus helium. Sehingga skema
sistem kopling termal yang ditawarkan PLTN HTGR tidak akan mengganggu produksi
listrik dari PLTN. Reaktor tipe HTGR adalah salah satu jenis reaktor daya tipe maju yang
mempunyai sistem keselamatan pasif dan melekat, sehubungan dengan fitur berikut[6] :
Penggunaan bahan bakar partikel berlapis yang terbungkus dalam bahan matriks
grafit sehingga dapat menahan produk fisi.
Koefisien temperatur negatif dari teras, sehingga reaktor dapat padam secara pasif
bila temperatur naik melebihi temperatur normal.
Penggunaan gas helium sebagai pendingin yang bersifat inert dan fase tunggal serta
penggunaan grafit sebagai moderator yang mempunyai stabilitas temperatur tinggi.
ISSN 1979-1208
192
Bejana pengungkung harus disediakan untuk mencegah lepasnya produk fisi dan
masuknya udara berlebih ke dalam teras dalam kasus kecelakaan akibat kehilangan
tekanan.
Sebagai gambaran, dalam desain keselamatan LWR, penghalang ganda berbentuk (1) pelet
bahan bakar, (2) kelongsong, (3)pengungkung pendingin, (4) sungkup (containment), (5)
gedung reaktor, dan (6) daerah eksklusif. Dibandingkan dengan desain keselamatan LWR,
desain keselamatan reaktor tipe HTGR mempunyai lapisan penghalang ganda sebagai
berikut, (1) kernel bahan bakar, (2) lapisan PyC, (3) lapisan IpyC, (4) lapisan SiC, (5) lapisan
OpyC, (6) pengungkung pendingin, (7) gedung reaktor, dan (8) daerah eksklusif. Dari
penjelasan di atas jelas bahwa penghalang ganda ke 4 yang berbentuk sungkup dalam
desain keselamatan LWR digantikan dengan lapisan SiC dalam HTGR. Dalam suatu
kecelakaan parah kegagalan sungkup dalam LWR akan membebaskan sebagian besar
kandungan zat radioaktif ke lingkungan, sedangkan dalam HTGR hanya akan
membebaskan kandungan zat radioaktif dalam kernel bahan bakar berdiameter 0,5 mm
yang jauh lebih kecil kuantitasnya. Dalam PLTN kogenerasi, hal penting yang perlu
diperhatikan baik dari sisi teknologi dan keselamatannya adalah sistem kopling yang
merupakan interface antara PLTN dengan instalasi produksi hidrogen. Terkait dengan
sistem keselamatan dalam sistem kopling, diperlukan beberapa komponen seperti pada
Gambar 4, dimana komponen inti dari sistem kopling adalah sistem penukar panas
intermediate (IHX = Intermediate Heat Exchanger) yang digunakan untuk tujuan agar apabila
terdapat kontaminan-kontaminan radioaktif yang terbawa pada gas pendingin primer tidak
terbawa pada chemical area. Karena itu, tekanan pada sistem pendingin primer harus di
desain lebih rendah dari pada tekanan pada sistem pendingin sekunder. Sistem penukar
panas tersebut juga didesain harus sangat efektif dalam mentransfer panas dari pendingin
helium primer ke helium proses pada sisi sekunder. Sedangkan untuk pendinginan darurat
apabila terjadi trip pada instalasi produksi hidrogen atau kegagalan pada sistem penukar
panas
intermediate
maka dipasang
sistem
pendinginan darurat
(1-HE-13).
Mempertimbangkan hidrogen merupakan unsur yang mudah terbakar pada konsentrasi 4,1
74% volume dalam udara, dan mudah meledak pada konsentrasi 18,3 59% volume
dalam udara, maka gas hidrogen dalam kondisi stagnan harus dihindari. Sedangkan
strategi yang dilakukan apabila terjadi kebocoran hidrogen adalah pengenceran dengan
udara sampai konsentrasi dibawah konsentrasi hidrogen dapat terbakar. Strategi
berlawanan digunakan pada PLTN dimana perlu adanya pengungkung untuk menahan
radionuklida karena bahaya radioaktivitas tidak hilang meskipun dilakukan pengenceran
dengan udara. Disamping itu, lokasi reformer harus cukup dekat dengan PLTN dengan
tujuan untuk mengurangi panjangnya pipa saluran untuk helium panas.
4.
KESIMPULAN
Sistem kopling PLTN tipe HTGR dengan instalasi produksi hidrogen memerlukan
beberapa komponen, seperti : beberapa sistem penukar panas, diantaranya IHX (Intermediate
Heat Exchanger), ACS (Auxiliary Cooling System), PPWC (Primary Pressurized Water Coolant),
sistem pendingin darurat (1-HE-13) untuk mengatasi apabila terjadi trip pada instalasi
produksi hidrogen, kontrol tekanan, kontrol temperatur, kompresor, pengontrol volume
dan kemurnian helium. Diantara beberapa komponen tersebut, sistem penukar panas
intermediate (IHX) merupakan komponen inti dari sistem kopling yang digunakan untuk
tujuan keselamatan, sehingga tekanan pada sistem pendingin primer harus lebih rendah
dari sistem pendingin sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
ISSN 1979-1208
193
DISKUSI
1.
2.
ISSN 1979-1208
194