Anda di halaman 1dari 14

STATUS PRESENTASI KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien

: An. N M A

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 6 tahun 3 bulan 24 hari

Alamat

: RS Pemda blok.B1 no.14

Masuk Rumah Sakit: 21 September 2014


Ruang Perawatan

: Flamboyan I

2. IDENTITAS ORANG TUA


Ibu
Nama
: Endang Kurniasih
Usia
: 35 tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan
: Pegawai Negeri
3. ANAMNESA
Alloanamnesa kepada Ibu pasien, dan autoanamnesa dengan pasien
Keluhan Utama
Demam hari ke-6
Keluhan Tambahan
Mual
Lemas
Nafsu makan menurun
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien datang ke RSUD serang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan demam
tinggi sejak 6 hari yang lalu. Demam dirasakan terus menerus. Pada hari ke-3 demam, pasien
dibawa berobat ke klinik dan diberi obat penurun demam (paracetamol), namun demam belum
K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 1 | 14

berkurang. 4 hari yang lalu pasien merasakan dingin dan berkeringat. Sejak 3 hari yang lalu
keluhan demam sudah berkurang.
Keluhan mual muntah dirasakan sejak 4 hari yang lalu, muntah dirasakan setiap pasien
makan. Sejak 3 hari yang lalu pasien makan hanya sedikit sedikit dan keluhan muntah masih
dirasakan. namun pasien masih mau minum. Menurut ibu pasien, pasien terlihat lemas dan lebih
sering menangis dari biasanya.
Nyeri perut atas kadang-kadang dirasakan. Terdapat bintik bintik merah dikulit sejak hari
masuk rumah sakit. Riwayat mimisan, gusi berdarah, BAB hitam dan perdarahan lainnya
disangkal.
Pasien mengalami penurunan berat badan selama sakit sebanyak 2 kg. Keluhan batuk, pilek,
kejang, nyeri tenggorokan dan nyeri anggota tubuh lainnya disangkal. BAK Normal, BAB sulit.
Tidak ada keluarga dan teman pasien yang sakit serupa.

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara spesifik

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa


Tidak ada penyakit spesifik yang diderita oleh keluarga

Riwayat Imunisasi
Lahir
BCG
Hep B
Polio
DPT
Campak

9
12
Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan

18
Bulan

Riwayat Persalinan Ibu


Melahirkan dengan usia kehamilan 9 bulan, melahirkan secara spontan dibantu oleh
dokter, berat badan ketika lahir 3200 gr.
4. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: tampak sakit sedang, gelisah
Kesadaran
: compos mentis
K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 2 | 14

Tanda Vital
Heart Rate
Respirasi Rate
Tekanan Darah
Suhu

: 126x/ menit
: 24x/ menit
: 90/60 mmHg
: 36,4oC

Status Gizi
Berat Badan
Panjang Badan
Lingkar kepala
Status Gizi

: 23 kg
: 115 cm
: 48 cm
: BB/PB = >1 sd <(-1) sd = gizi cukup

Status Generalis
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher

: UUB datar
: konjungtiva anemis -/-, mata cekung (-)
: pernapasan cuping hidung (-)
: perioral sianosis (-)
: pembesaran KGB (-)

Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

: simetris saat statis dan dinamis, retraksi sela iga (-)


: fremitus vocal dan taktil simetris saat statis dan dinamis
: sonor di seluruh lapang paru
: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

: iktus kordis terlihat


: iktus cordis teraba di ics 4 linea midclavicularis sinistra, tidak ada thrill
: bunyi jantung 1 dan 2 reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan
: distensi abdomen (-), cembung (-)
: bising usus (+)
: timpani seluruh kuadran abdomen
: hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (+).,
turgor kulit kembali cepat
Extremitas : akral dingin, capillary refill test 2 detik, edema
ekstremitas atas -/-, edema ekstremitas bawah -/ Lain-lain
: uji tourniquet (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
Diperiksakan tanggal 21 september 2014
K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 3 | 14

Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Gds

: 16,2 mg/dl
: 45,9 %
: 14.510/L
: 69.000/ L
:103

Darah Rutin
Diperiksakan tanggal 22 september 2014
Hemoglobin
: 12,7 mg/dl
Hematokrit
: 35,4 %
Leukosit
: 10.100/L
Trombosit
: 71.000/ L
Serologi
Diperiksakan tanggal 22 september 2014
Dengue IgG
: Positif
Dengue IgM
: Positif
Darah Rutin
Diperiksakan tanggal 23 september 2014
Hemoglobin
: 12,2 mg/dl
Hematokrit
: 32,9 %
Leukosit
: 8.990/L
Trombosit
: 97.000/ L
5. DIAGNOSIS KERJA
DHF grade III
6. TERAPI
-

Oksigenasi 2-4 lpm


Rehidrasi dengan Ringer Laktat 460 cc selama 30 menit, jika syok sudah teratasi

maintenance
Ondansetron 3 x 2 mg iv
Ranitidin 2 x 25 mg iv
Cefotaxim 2 x 1 gr iv
Paracetamol syrup 3 x II cth
Observasi tanda tanda syok

7.PROGNOSA
Quo ad vitam

: bonam

K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 4 | 14

Quo ad functionam : bonam

Follow up
Tanggal
22/09/2014

S/ demam (-), nafsu makan mulai membaik,

Terapi

Jam 07:00

mual muntah (-), nyeri perut berkurang,

IVFD asering 28 tpm

BB :23 kg

O/

Cefotaxim 2 x 1 gr iv

KU : Sedang
HR: 112x/ mnt
T : 36 C

KS : Compos Mentis,
R : 30 x/mnt
TD : 90/60 mmHg

Ranitidin inj 2 x 25 mg iv
Ondancetron iv stop
Banyak minum

Kepala
Mata
Hidung
Mulu
Leher
Thorax
Cor
Pulmo
Abd
Ext

Tanggal
23/09/2014
BB: 23 Kg

: UUB datar
: Ca -/- Si -/: PCH (-)
: POC (-)
: Pemb KGB (-)
: SSD retraksi (-)
: S1S2 Reg Murmur (-) Gallop (-)
: Ves +/+ Rh -/- Wh -/: Bu (+), Nyeri tekan (-)
: Akral hangat, CRT <2

Makanan lunak 1500 kkal


Kebutuhan cairan : 450cc
Cek H2TL / 12 jam
Cek serologi IgG dan IgM
antidengue
Cek Tanda tanda vital

Follow Up
Terapi
S/ demam (-), nafsu makan membaik, mual
muntah (-), nyeri perut berkurang

IVFD asering 28 tpm

O/

Ranitidin inj 2 x 25 mg iv

KU : Sedang
HR: 124 x/ mnt
T : 36,4
C

KS : Compos Mentis
R : 38 x/menit
TD : 90/60 mmHg

Cefotaxim iv stop
Banyak minum
Makanan lunak 1500 kkal

Kepala : UUB datar


Kebutuhan cairan : 450cc
Mata
: Ca -/- Si -/ Cek H2TL / 24 jam
Hidung : PCH (-)
Mulut
: POC (-)
K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 5 | 14

Leher
Thorax
Cor
Pulmo
Abd
Ext

Tanggal
24/09/2014

: Pemb KGB (-)


: SSD retraksi (-)
: S1S2 Reg Murmur (-) Gallop (-)
: Ves +/+ Rh -/- Wh -/: Bu (+)
: Akral hangat, CRT <2

Follow Up
S/ tidak ada keluhan

Terapi

O/
BB: 4,2 Kg

Pasien Boleh Pulang

KU : Sedang
HR: 120 x/ mnt
T : 37,6
C
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
Cor
Pulmo
Abd
Ext

Cek Tanda tanda vital

KS : Compos Mentis
R : 32 x/menit
TD : 90/60 mmHg

: UUB datar
: Ca -/- Si -/: PCH (-)
: POC (-),
: Pemb KGB (-)
: SSD retraksi (-)
: S1S2 Reg Murmur (-) Gallop (-)
: Ves +/+ Rh -/- Wh -/: Bu (+)
: Akral hangat, CRT <2

TINJAUAN PUSTAKA
I.Definisi DBD

K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 6 | 14

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (arthropod borne virus) dan disebarkan oleh nyamuk Aedes (A. Aegypti dan A.
Albopictus) melalui gigitan.
2. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod
Borne Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, familio flavivisidae dan
mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN 1 , DEN 2 , DEN 3, DEN 4. Masingmasing
saling berkaitan sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada manusia.
Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. DEN 3
merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN
2, DEN 1, dan DEN 4. Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975
di beberapa Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang
tahun. DEN 3 juga merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat
keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita banyak yang
meninggal.
3. Epidemiologi
Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit di Surabaya pada
tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru diperoleh pada tahun 1970. Demam berdarah
dengue pada orang dewasa dilaporkan pertama kali oleh Swandana (1970) yang kemudian secara
drastis meningkat dan menyebar ke seluruh Dati I di Indonesia. Faktor yang mempengaruhi
peningkatan dan penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, yaitu (1)
Pertumbuhan penduduk yang tinggi (2) Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali (3)
Tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan (4) Peningkatan sarana
transportasi. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka
pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setipa tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus
dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada
sekitar bulan April Mei setiap tahun.
K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 7 | 14

4. Cara penularan
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu
mausia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui nyamuk
Aedes Aegypti. Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat
juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Aedes tersebut
mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia.
Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 10 hari (extrinsic
incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya.
Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat
menularkan virus selama hidupnya (infektif). Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa
tunas 4 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari
manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami
viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

5. Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama
mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila
seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Hipotesis
infeksi sekunder (the secamdary heterologous infection/ the sequential infection hypothesis)
menyatakan bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi
dengue pertama kali mendapat infeksi berulang dengue lainnya. Re infeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi yang akan terjadi dalam beberapa hari
mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan titik tinggi antibodi
IgG antidengue. Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit yang
bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan
mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen antibodi (virus antibody complex) yang
K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 8 | 14

selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat
aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasing dari ruang intravascular ke ruang ekstravascular.
6. Patofisiologi
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan demam
dengue dengan demam berdarah dengue ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serothin sert aktivasi sistim kalikrein yang berakibat
ekstravasosi cairan intravascular. Hal ini mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipeproteinemia, efusi dan syok. Plasma merembes
selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat
syok.
7. Manifestasi Klinis
1. Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung selama 2 7 hari, naik turun
(demam bifasik). Kadang kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40C dan dapat terjadi
kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada saat
fase demam sudah mulai menurun dan pasien seajan sembuh hati hati karena fase tersebut
sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga dari demam.
2. Tanda tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati, trombosipunio gangguan
fungsi trombosit serta koasulasi intravasculer yang menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak
adalah perdarahan bawah kulit seperti retekia, purpura, ekimosis dan perdarahan conjuctiva.
Retekia merupakan tanda perdarahan yang sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam
tetepai dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis, perdarahan
gusi, melena dan hematemesis.
3. Hepatomegali

K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 9 | 14

Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari haya sekedar diraba
sampai 2 4 cm di bawah arcus costa kanan. Derajat hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya
penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan.
4. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun
disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral teraba dingin
disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai
akibat dari perembasan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat,
keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat atau
beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit terabab
dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi
gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh
nyeri perut.
8. Pemeriksaan laboratorium
1. Darah
Pada demam berdarah dengue umum dijumpai trobositopenia (<100.000) dan hemokonsentrasi
uji tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting. Masa pembekuan masih dalam batas
normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang. Pada pemeriksaan kimia darah
hipoproteinemia, hiponatremia, dan hipokloremia.
2. Urine
Ditemukan albuminuria ringan
3. Sumsum Tulang
Gangguan maturasi
4. Serologi
a. Uji serologi memakai serum ganda.
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen menaikkan antibodi antidengue
sebanyak minimal empat kali termasuk dalam uji ini pengikatan komplemen (PK), uji
neutralisasi (NT) dan uji dengue blot.
b. Uji serologi memakai serum tunggal.
K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 10 | 14

Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji dengue yang mengukur antibodi
antidengue tanpa memandang kelas antibodinya uji Ig M antidengue yang mengukur hanya
antibodi antidengue dari kelas Ig M.
C. Uji Hemaglutinasi Inhibisi (Uji HI)
merupakan salah satu pemeriksaaan serologi untuk penderita DBD dan telah
ditetapkan oleh WHO sebagai standar pada pemeriksaan serologi penderita
DBD

dibandingkan

pemeriksaan

serologi

lainnya

seperti

ELISA,

uji

komplemen fikasi, uji netralisasi, dan sebagainya. Apapun jenis uji yang
dilakukan, konfirmasi serologis sudah pasti bergantung pada kenaikan yang
signifikan (4 kali lipat atau lebih) pada antibodi spesifik dalam sampel serum
diantara fase akut dan fase pemulihan. Kumpulan antigen untuk sebagian
besar uji serologis ini harus mencakup keempat serotipe dengue.
9. Diagnosis
Diagnosis demam berdarah ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997
terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
A. Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2 7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan :
Uji tourniquet positif
Petekia, ekomosis, epitaksis, perdarahan gusi.
Hemetamesis dan atau melena.
3. Pembesaran hati
4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan
dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.
B. Kriteria Laboratoris
1. Trombositopenia (100.000 sel/ mm3 atau kurang)

K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 11 | 14

2. Hemokonsentrasi peningkatan hematoksit 20% atau lebih (1) Dua kriteria pertama ditambah
trombositopemia dan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan
diagnosis klinis demam berdarah dengue.
Derajat Penyakit (WHO, 1997)
Derajat I

:Demam disertai gejala tidak khas dan satu satunya manifestasi ialah uji
tourniquet positif.

Derajat II

:Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.

Derajat III

:Didapatkan kegagalan sirekulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan mulut,
kulit dingin atau lembab dan penderita tampak gelisah.

Derajat IV

:Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur.

10. Diagnosa banding


1. Demam thyphoid
2. Malaria
3. Morbili
4. Demam Chikungunya
5. Leptospirosis
6. Idiophatic Thrombocytopenia Purpura (ITP)
11. Penatalaksanaan
Pengobatan demam berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan
oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah
atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan intravenaperlu diberikan.
1. Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi :
a. Istirahat total di tempat tidur.
b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air ditambah garam/oralit).
Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut
berlebihan, maka cairan inravena harus diberikan.
c. Berikan makanan lunak
K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 12 | 14

d. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres,


antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena
dapat menyebabkan perdarahan.
e. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
2. Penatalaksanaan pada pasien syok :
a. Pemasangan infus kristaloid yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer laktat dan
dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta
Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
c. Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi
darah.

12. Prognosis
Kematian akibat demam berdarah dengue cukup tinggi, 50-70%.
Tetapi dengan penanganan yang baik dan diagnosis dtegakkan lebih cepat, maka tingkat
mortalitas <2%.
13. Pencegahan
Memutuskan rantai penularan dengan cara :
1. Menggunakan insektisida :
Malathion (adultisida) dengan pengasapan
Temephos (larvasida) dimasukkan ketempat penampungan air bersih.

2. Tanpa Insektisida :
Menguras bak mandi dan tempat penampungan air bersih minimal 1x seminggu.
Menutup tempat penampungan air rapat rapat.
Membersihkan halaman rumah dari kaleng kaleng bekas, botol botol pecah dan benda lain
yang memungkinkan nyamuk bersarang.
K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 13 | 14

K e p a n i t r a a n K l i n i k I l m u P e n y a k i t A n a k P a g e 14 | 14

Anda mungkin juga menyukai