Kasus DBD dan Kabupaten Lombok Utara terdapat 3 kasus DBD (Dinas
Kesehatan Provinsi NTB, 2012). Dari data tersebut terlihat jika Kota Mataram
mempunyai kasus DBD terbanyak di Provinsi NTB
Di provinsi Nusa Tengara Barat (NTB) selama tahun 2011, menurut laporan
bidang pengendalian penyakit dinas kesehatan provinsi NTB tercatat 465 kasus
DBD dan 6 kasus kematian. (Dinas kesehatan provinsi NTB, dalam Nur Purwono
Widodo, 2012).
Kota Mataram merupakan daerah endemis penyakit DBD, karena sejak 2003
hinga tahun 2012 selalu ditemukan kasus DBD . pada tahun 2003 ditemukan 117
kasus, tahun 2004 sebanyak 213 kasus, tahun 2005 sebanyak 581 kasus dengan 8
kematian, tahun 2006 sebanyak 469 kasus dengan 1 kematian, 2007 sebanyak 463
kasus dengan 1 kematian , tahun 2008 sebanyak 531 kasus dengan 2 kematian,
tahun 2009 sebanyak 660 kasus dengan 3 kematian, tahun 2010 sebanyak 1.014
kasus dengan 3 kematian, tahun 2011 sebanyak 170 kasus dan 2012 148 kasus. .
(Dinas kesehatan provinsi NTB, dalam Nur Purwono Widodo, 2012).
Sedangakan dalam kasus terbaru pada tahun 2015 sesuai yang dilaporkan
dalam Koran Lombok Post, Kamis, 4 Juni 2015, wabah DBD kembali menjadi
masalah di Kota Mataram, tahun 2015 ini tercatat 346 kasus DBD dan 90
diantaranya positif terdiagnosa DBD.(Lombok Post, 2015)
Hal ini membuat kelompok kami tertarik melakukan penyelidikan kasus
DBD di kota mataram mengingat kota mataram merupakan daerah endemis DBD
sejak 2003 sampai tahun 2015 saat ini.
B. TUJUAN
1. Melakukan penyelidikan kasus DBD yang terjadi Di Kota Mataram
2. Melakukan analisi lingkungan dalam kasus DBD di Kota Mataram
3. Menganalisis KLB DBD di kota Mataram
C. ANALISIS SITUASI
1. Kondisi Georafis
Mataram sebagai salah satu Kota di Propinsi Nusa Tenggara Barat,
letaknya diapit antara kabupaten Lombok Barat dan Selat Lombok. Letaknya
antara 08o 33 dan
116o
10 Bujur Timur.
Table 1. Luas Kecamatan Kota Mataram
Ampenan
Mataram
Cakranegara
Ibu Kota
Kecamatan
Ampenan
Mataram
Cakranegara
Luas
Wilayah(Km2)
9,46
10,76
9,67
Sandubaya
Sandubaya
10,32
16,8
Sekarbela
Sekarbela
10,32
16,8
Selaparang
Selaparang
JUMLAH
10,76
61,3
17,5
100
No
kecamatan
1
2
3
Prosentase(%)
15,4
17,5
15,8
2. Kondisi Demografis
Wilayah kota Mataram adalah 61,30 Km2, yang terbagi dalam 6
kecamatan. Kecamatan terluas adalah Selaparang yaitu sebesar 10,7653 Km2,
disusul Kecamatan Mataram dengan luas wilayah 10,7647 Km2. Sedangkan
wilayah terkecil adalah Kecamatan Ampenan dengan luas 9,4600 Km2.
Berdasar Peraturan Daerah Kota Mataram; Nomor : 3 Tahun 2007,
Tentang Pemekaran Kecamatan dan Kelurahan di Kota Mataram maka
kecamatan yang belumnya berjumlah 3 (tiga) kecamatan dimekarkan menjadi 6
(enam) dengan 50 ( limapuluh) kelurahan dan 298 lingkungan.
KECAMATAN
1
Ampenan
Sekarbela
Mataram
Selaparang
Cakranegara
Sandubaya
1
2
3
4
5
1
2
3
1
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
KELURAHAN
Bintaro
6
Ampenan Utara
Ampenan Utara
7
Taman Sari
Dayan Peken
8
Pejeruk
Amp.Tengah
9
Kebun Sari
Banjar
10
Pejarakan Karya
Kekalik Jaya
4
Karang Pule
Tj. Kr. Permai
5
Jempong baru
Tanjung Karang
Pejanggik
6
Pagesangan timur
Punia
8
Pagutan
Pagesangan Brt.
9
Pagutan Timur
Pagesangan
Rembiga
6
Mataram Barat
Karang Baru
7
Gomong
Monjok timur
8
Dasan Agung
Monjok
9
Dasan Agung Baru
Monjok Barat
Cakranegara Barat
6
Cakranegara Selatan
Cilinaya
7
Cakrangra Sltn Baru
Sapta Marga
8
Cakranegara Utara
Mayura
9
Karang taliwang
Cakranegara Timur 10
Sayang Sayang
Selagalas
5
Turida
Bertais
6
Abian Tubuh Baru
Mandalika
7
Dasan Cermen
Babakan
Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditandai dengan (1) demam tinggi
mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-
Cara Penularan
Penularan demam dengue terjadi apabila penderita yang sakit (dalam
keadaan viremia) digigit oleh nyamuk penular, yang kemudian menggigit
orang lain. Biasanya penularan terjadi dalam satu rumah, tetangga, dan
cepat menyebar ke suatu wilayah (RT/RW/dusun/desa) (Depkes RI,
2007).
2) Tanda-tanda perdarahan
Perdarahan terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat
hanya berupa uji Torniquet positif atau dalam bentuk lain seperti
petekie,
purpura,
ekimosis,
perdarahan
konjungtiva,
epistaksis,
otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, konstipasi dan
kejang. Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia yang disertai kejang dan
penurunan kesadaran sehingga sering didiagnosis sebagai encephalitis.
Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan
gastrointestinal dan renjatan. (Depkes RI, 2005)
e
Definisi Kasus
1) Kasus Tersangka DBD
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung
terus-menerus selama 2-7 hari yang disertai dengan manifestasi
perdarahan (sekurang-kurangnya
uji Torniquet
positif) dan/atau
Derajat DBD
Demam berdarah dengue dikelompokkan dalam 4 derajat (pada
setiap kelompok ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi), yaitu ~
1) Derajat I
Demam yang disertai gejala klinis tidak khas, satu-satunya
gejala perdarahan adalah uji Torniquet positif
2) Derajat II
Gejala yang timbul pada DBD derajat I, ditambah perdarahan
spontan, biasanya dalam bentuk perdarahan di bawah kulit (petekie) atau
bentuk perdarahan lainnya.
3) Derajat III
Adanya tanda-tanda kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan
denyut nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (< 20
mmHg) atau hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab
yang membuat penderita menjadi gelisah.
4) Derajat IV
Syok, yang ditandai dengan tidak terabanya nadi dan tekanan
darah. (Depkes RI, 2005)
g
Pengobatan
Sampai saat ini belum ada obat ataupun vaksin untuk DBD. Prinsip
dasar pengobatan adalah penggantian cairan tubuh yang hilang karena
kebocoran plasma (Depkes RI, 2005). Pengobatan bersifat simptomatif dan
suportif. Penderita dianjurkan beristirahat saat sedang demam. Pengobatan
ditujukan untuk mencegah penderita DBD masuk ke fase syok.
Pertolongan pertama yang dilakukan adalah memberi minum penderita
sebanyak mungkin, memberi obat penurun panas golongan parasetamol,
kompres dengan air hangat. Apabila penderita tidak dapat minum atau
muntahmuntah, pasang infus cairan Ringer Laktat atau NaCl dan segera
rujuk ke rumah sakit.
Pengobatan pasien DBD derajat III, sama dengan pengobatan pada
penderita demam dengue, tetapi dengan monitoring yang ketat akan terj
adinya kebocoran plasma. Penderita dapat dirawat dengan pemberian
cairan intravena selama 1214 jam. Pasien yang menunjukkan kenaikan
kadar hematokrit, jumlah trombosit < 50.000/mm3, atau menunjukkan tandatanda perdarahan spontan selain petekie, harus dirawat secara intensif.
(Depkes RI, 2009)
h Epidemiologi
Di Indonesia penyakit DBD telah dikenal sejak tahun 1779 oleh
seorang dokter bernama David Bylon yang berkebangsaan Belanda
(Nadesul, 2007).
Pada waktu itu penyakit demam berdarah dinamakannya
penyakit
Knokkel-koort
yang
memiliki
arti
demam
sendi
model
segi
tiga
epidemiologi
(triangle
tidak ada/dikenal.
2)
3)
4)
5)
Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit dalam satu kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50 % atau lebih dibanding CFR periode
sebelumnya.
6)
7)
8)
9)
10)
11)
Sumber data : Dinas Kesehatan Kota Mataram Tahun 2012 dalam Nur
Purwono Widodo, 2012
Dari grafik di atas diketahui, kasus DBD di Kota Mataram
sejak Tahun 2003 hingga Tahun 2011, terjadi fluktuatif, dengan
dua puncak kasus di Tahun 2005 dan Tahun 2010
2. Kejadian DBD di kota Mataram 2012
Sedangkan pada Tahun 2012, sejak tanggal 1 Januari hingga tanggal 31
Maret, terdapat 148 kasus yang didiagnosis menderita suspek DBD/DD/DBD
yang tercatat di Dinas kesehatan Kota Mataram berdasarkan laporan dari rumah
sakit-rumah sakit yang ada di Kota Mataram.
3. Kejadian DBD di kota Mataram 2015
Pada tahun 2015 DBD kembali mewabah di Kota Mataram, tercatat 346
kasus DBD dan 90 diantaranya dikategorikan positif DBD. Kepala dinas
kesehatan kota mataram mengatakan hanya 3 kelurahan yang memiliki status
putih (Bebas DBD) yakni: Kelurahan Pagutan Utara, Pagutan Timur, dan Abian
Tubuh selain 3 (tiga) kelurahan tersebuat masih dalam zona merah yang paling
parah diantara kelurahan tersebut adalah kelurahan monjok.
Table 3.IbuKota Kecamatan, Jumlah Kelurahan dan Lingkungan
IbuKota
Jumlah
Jumlah
Kecamatan
Kecamatan/District Kelurahan/Number of Lingkungan/Number
/District
Capital
Villages
of SubVillages
Ampenan
Ampenan
10
53
Sekarbela
Sekarbela
5
26
Mataram
Mataram
8
53
Selaparang
Selaparang
10
60
Cakranegara
Cakranegara
10
71
Sandubaya
Sandubaya
7
34
Jumlah
50
297
Sumber:Profil Kota Mataram, 2015 (http://mataramkota.go.id/gambaran-umum.html)
Jika dilihat dari Tabel 3 diatas, kota mataram memiliki 50 (lima puluh)
kelurahan dan 297 (dua ratus Sembilan puluh tujuh) lingkungan jika hanya 3 (Tiga
Kelurahan yang berada pada zona bebas DBD berarti 47 (empat puluh tujuh) Kelurahan
yang berada pada zona DBD. Jika diprosentasekan sekitar 60 % kelurahan di kota
mataram beresiko terserang DBD.
Data kejadian ini sesuai dengan yang di langsir dari harian Lombok Post
tertangal Kamis, 4 Juni 2015.
Lingkungan Fisik
1) Jenis Tempat Penampungan Air
Jika diamati kebanyakan warga yang berada di daerah monjok
mengunakan 1.bak plastic, 2.plesteran dan rata-rata memiliki warna yang
agak gelap sebagai tempat penampungan air.
2) Keberadaan Benda Yang Dapat Menampung Air di Sekitar Rumah
Hasil observasi kelompok kami, selain di kawasan monjok ini
terdapat banyak parit-parit, kelompok kami juga menemukan beberapa
tempat tumpukan sampah terutama sampah botol dan plastic baik di selokan
irigasi maupu di parit.
Gambar 1. Kondisi parit dan lingkungan yang penuh sampah (Monjok 4 Juni 2015)
3) Ketinggian Tempat
Ketingian kawasan dikategorokan kawasan datar karena
kawasan monjok masih dekat dengan bibir pantai.
4) Iklim