Studi Ekosistem Terumbu Karang
Studi Ekosistem Terumbu Karang
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber
daya
pesisir,
Kabupaten Kepulauan Riau memiliki
potensi sumberdaya yang cukup andal
bila dikelola dengan baik. Perairan ini
memiliki berbagai ekosistem laut yang
merupakan tempat hidup dan memijah
ikan-ikan laut seperti ekosistem
mangrove, lamun dan terumbu karang.
Mengingat 95,7% wilayah Provinsi
Kepulauan Riau berupa laut, ekonomi
kelautan dapat menjadi keunggulan
kompetitif menuju Provinsi Kepulauan
Riau yang maju, adil-makmur, dan
bermartabat.
1)
x 100%
Total panjang jalur
%
Pantai Teluk Bakau merupakan daerah
wisata pantai yang sering dikunjungi
oleh wisatawan dari manca negara
maupun masyarakat setempat. Pantai
ini memiliki hamparan pasir yang
diselingi dengan teresterial rock
(batuan darat) dengan ukuran yang
Tutupan
Karang
%
Coral Submassive
2
3
4
5
6
7
8
9
Acropora Branching
Acropora Tabulate
Zoanthids
Ascidians
Coral millepora
Aropora digitate
Coral massive
Coral mushoorm
Jumlah
9.22
8.57
11.85
3.41
1.72
2.28
2.67
7.24
5.87
52.83
Dead
coral
algae
Dead coral
32.41
14.75
Jumlah
47.16
Coral Submassive
Acropora Branching
Acropora Tabulate
10.05
5.88
13.02
Tutupan
Karang
%
Dead
coral
algae
Dead coral
31.44
13.92
4
5
6
7
8
9
Zoanthids
Ascidians
Coral millepora
Aropora digitate
Coral massive
Coral mushoorm
Jumlah
3.41
1.42
1.32
5.54
6.87
7.12
54.63
Jumlah
45.36
Megabentos
Tingginya Coral Mushrom
kelimpahan terutama dijumpai pada
Stasiun II. Kelompok bulu babi
(Diadema setosum) dijumpai dalam
jumlah banyak dimana kelimpahannya
tertinggi dicatat di stasiun II.
Sedangkan Kima (Giant clam)
dijumpai dalam jumlah yang sedikit,
dan banyak dijumpai hanya tinggal
cangkangya. Selama
pengamatan
dilakukan, dijumpai sedikit tripang
(holothurian) hanya yang berukuran
kecil, untuk moluska (gastropoda)
kelompok Drupella sp. Ditemukan
dalam jumlah kecil, dan lola (Trochus
niloticus) juga dalam kisaran kecil.
Penyebab
Karang
Kerusakan
Terumbu
Ikan Karang
Dari 2 stasiun yang dilakukan
pengamatan ikan karang dengan
metode Manta tow diperairan Bintan
Timur, ikan karang jenis Chaetodon
octofasciatus dan Paraglyphidodon
melas merupakan jenis yang paling
sering dijumpai selama pengamatan.
Kemudian
diikuti
oleh
jenis
Choerodon anchorago dan Lutjanus
carponotatus
Jenis Chaetodon octofasciatus
merupakan ikan indikator kesehatan
terumbu karang, yang kehadirannya
dapat menunjukkan kondisi suatu
terumbu karang, apakah dalam
keadaan baik atau sebaliknya. Jenis
Lutjanus carponotatuss merupakan
ikan target, yang biasa dikonsumsi.
pengetahuan
dan
pemahaman
masyarakat terhadap nilai ekonomis
dan arti strategis terumbu karang serta
sulitnya mencari alternatif mata
Tabel 4.3. Matrik kondisi, penyebab kerusakan dan akar permasalahan dalam
pemanfaatanan ekosistem terumbu karang di Kabupaten Bintan
Penyebab Kerusakan
A. KEGIATAN MANUSIA
Penambangan
dan
pengambilan karang
Penangkapan ikan dengan
bom dan potas
Wisata pantai
Limbah dan bahan pencemar
B. ALAMI
Pemangsaan berlebih
predator
Pengelolaan
Akar Permasalahan
Inkonsistensi
dalam
implementasi
kebijakan yang diambil
Terumbu
Saran
Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini mungkin belum cukup
untuk
menggambarkan
kondisi
perairan di Kabupaten Kepulauan Riau
secara
keseluruhan
mengingat
penelitian kali ini difokuskan hanya
pada beberapa kawasan yang berada di
Pesisir Bintan Timur.
Akar
permasalahan
pengelolaan terumbu karang meliputi,
inkonsistensi dalam implementasi
kebijakan yang diambil, metode
pengelolaan yang kurang memadai,
instrumen penegakan hukum yang
belum memadai, kurangnya kesadaran,
pengetahuan
dan
pemahaman
masyarakat terhadap nilai ekonomis
dan arti strategis terumbu karang serta
sulitnya mencari alternatif mata
pencaharian di luar laut yang sesuai
dan diminati oleh masyarakat.
Strategi pengelolaan terumbu
karang berdasarkan permasalah yang
ditemukan dilokasi secara garis besar
adalah sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, 2001. Pengelolaan Terumbu
Karang.
Pusat
Kajian
Kelautan,
Universitas
Mataram. NTB.
1. Memberdayakan
masyarakat
pesisir yang secara langsung