Anda di halaman 1dari 10

SIKAP

Tugas Mata Kuliah Psikologi Fisioterapi

Oleh :
1. I Gusti Ayu Rea Vera Wijaya
2. Galuh Aullia Pratiwi
3. Ni Kadek Yuni Fridayani

(1302305028)
(1302305031)
(1302305044)

Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana
2015

SIKAP

1. Pengertian dan ciri-ciri Sikap


Pengertian Sikap :
Sikap mulai menjadi fokus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal abad
20. Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974)
mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu
Manner of placing or holding the body, dan Way of feeling, thinking or behaving.
Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan
pikiran, dan perilaku.
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,
orang lain, obyek atau isue. (Petty, cocopio, 1986 dalam Azwar S., 2000 : 6). Sikap
merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau objek (Soekidjo Notoatmojo, 1997 : 130). Sikap adalah pandangan-pandangan
atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi
(Heri Purwanto, 1998 : 62).
Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai
kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara
negatif (unfavorably) terhadap obyek obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield
(dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat
menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai
aspek dunia individu.
Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap sebagai suatu
pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial
yang telah terkondisikan. Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi sikap
adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak
terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada
sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan,
lembaga, norma dan lain-lain.
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah

keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam
kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau
kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk
merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Bila dirangkum pengertian sikap sebagai berikut :
1.
berorientasi kepada respon: sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu
perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak
2.

mendukung (Unfavourable) pada suatu objek


berorientasi kepada kesiapan respon : sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. : suatu
pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri

3.

dari situasi sosial yang telah terkondisikan.


berorientasi kepada skema triadic : sikap merupakan konstelasi
komponen-komponen

kognitif,

afektif,

dan

konatif

yang

saling

berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu


objek di lingkungan sekitarnya.
Secara sederhana sikap didefinisikan : Ekspresi sederhana dari bagaimana kita
suka atau tidak suka terhadap beberapa hal.
Ciri-ciri sikap :
1. Sikap tidak dibawa sejak lahir
Berarti manusia dilahirkan tidak membawa sikap tertentu pada suatu objek.
Oleh karenanya maka sikap terbentuk selama perkembangan individu yang
bersangkutan. Karena terbentuk selama perkembangan maka sikap dapat
berubah, dapat dibentuk dan dipelajari. Namun kecenderungannya sikap
bersifat tetap.
2. Sikap selalu berhubungan dengan objek
Sikap terbentuk karena hubungan dengan objek-objek tertentu, melalui
persepsi terhadap objek tersebut.
3. Sikap dapat tertuju pada satu objek dan sekumpulan objek
Bila seseorang memiliki sikap negatif pada satu orang maaka ia akan
menunjukkan sikap yang negatif pada kelompok orang tersebut.
4. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar

Jika sikap sudah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang maka akan
berlangsung lama bertahan, tetapi jika sikap belum mendalam dalam diri
seseorang maka sikap relaatif dapat berubah.
5. Sikap mengandung perasaan atau motivasi
Sikap terhaadap sesuaatu akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif
maupun negatif. Sikap juga mengandung motivasi atau daya dorong untuk
berperilaku.
6. Sikap itu dipelajari (learnability)
Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif motif psikologi
lainnya, misalnya: lapar, haus, nyeri adalah motif psikologis yang tidak
dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan eropa adalah sikap. Beberapa
sikap dipelajari tidak disengaja atau tanpa kesadaran sebagai individu.
Mungkin saja yang terjadi adalah mempelajari sikap denga sengaja bila
individu mengerti bahwa hal tersebut akan membawa lebih baik untuk dirinya
sendiri, membantu tujuan kelompok atau memperoleh sesuatu nilai yang
sifatnya perseorangan.
7. Sikap memiliki kesetabilan (stability)
Sikap yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan
stabil melalui pengalaman. Misalnya pengalaman terhadap suka atau tidak
suka terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang ulang.
8. Sikap bersifat Personal Societal Significance
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan juga
antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain
menyenangkan, terbuka dan hangat, maka ini sangat berarti bagi dirinya dan
dia akan merasa bebas dan nyaman.
9. Sikap Berisi Kognitif dan Affect
Komponen kognitif dari sikap adalah berisi informasi yang aktual, misalnya
objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
10. Sikap bersifat Approach Avoidance Directionality
Bila seseorang memiliki sikap yang mudah beradaptasi terhadap sesuatu objek,
mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki
sikap yang susah beradaptasi maka mereka akan menghindarinya. (Ahmadi,
1999)
Selanjutnya ciriciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut:

1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling) --- Hasil pemikiran dan
perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan pertimbangan
pribadi terhadap objek atau stimulus, dan merupakan modal untuk bertindak
dengan pertimbangan untung rugi, manfaat serta sumberdaya yang tersedia.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (personal references) --- Merupakan
faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu
pada pertimbangan pertimbangan individu.
3. Sumber daya (resurces) --- Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung
untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu
dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.
4. Sosial budaya (culture) --- Sosial budaya berperan besar dalam mempengaruhi
pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek / stimulus tertentu.
(Notoatmodjo, 2003)
2. Teori-teori sikap
Sikap manusia telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli
psikologi terkemuka. Berkowitz (dalam Azwar, 1995:4) menemukan adanya lebih dari
tigapuluh definisi sikap. Puluhan definisi ini pada umumnya dapat dimasukkan ke
dalam salah-satu diantara tiga kerangka pemikiran (Azwar, 1995:4).
Kelompok pemikiran yang pertama diwakili oleh Louis Thurstone, Rensis
Likert, dan Charles Osgood. Mereka mendefiniskan sikap sebagai suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan (Azwar, 1995:4). Secara lebih spesifik, Thurstone
(dalam Azwar, 1995:5) memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek
negatif terhadap suatu objek psikologis. Pendapat serupa diungkapkan oleh ahli
psikologi lain seperti Berkowitz. Berkowitz (dalam Azwar, 1995:5) mengatakan
bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavorable) pada objek tersebut.
Kelompok pemikiran kedua diwakili oleh para ahli psikologi sosial dan
psikologi kepribadian seperti Chave, Bogardus, LaPiere, Mead, dan Gordon Allport,
yang mana konsep mereka mengenai sikap lebih kompleks, tidak hanya sekedar reaksi
perasaan semata. Menurut mereka sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Pendapat ini juga didukung oleh ahli
psikologi lain seperti Gagne, Calhoun, Thomas, Znaniecki, dan Aiken.
LaPiere (dalam Azwar, 1995:5) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola
perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalam situasi sosial. Sedengakan Allport (dalam Sears, D, O., Freedman, J, L., &

Peplau, L, A., 1985:137) mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan
syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh
dinamik atau berarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang
berkaitan dengannya. Hal serupa diungkapkan oleh Gagne (dalam Abror, 1993:108)
bahwa sikap merupakan keadaan kesiapan mental dan susunan syaraf, yang
mempengaruhi atau yang dinamis terhadap respon individu atas semua obyek atau
situasi yang berhubungan. Menurut Calhoun (1990:315) sikap adalah sekelompok
keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan
untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Sedangkan Thomas dan
Znaniecki (dalam Ramdhani, 2009) merumuskan sikap sebagai predisposisi untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu.
Dalam istilah kecenderungan (predisposition), terkandung pengertian arah
tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek (Djaali,
2008:115). Arah tersebut dapat bersifat mendekati atau menjauhi suatu objek (orang,
benda, ide, lingkungan, dan lain-lain), dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang
bersangkutan terhadap objek-objek tersebut. Misalnya, ia menyukai atau tidak
menyukainya, menyenangi atau tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak
menyetujuinya. Aiken (dalam Ramdhani, 2009) mendefinisikan sikap sebagai
predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk
merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau
memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain.
Kelompok pemikiran ketiga adalah kelompok yang berorientasi pada skema
triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini, sikap merupakan konstelasi
komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama
lain dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar,
1995:5). Sesuai dengan pendapat Eagly & Chaiken (dalam Ramdhani, 2009)
mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek
sikap, yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif, dan perilaku.
Sebagai hasil evaluasi, Katz dan Stolen (dalam Ramdhani, 2009) mendefiniskan sikap
sebagai suatu kesimpulan dari berbagai pengamatan terhadap objek yang
diekspresikan dalam bentuk respon kognitif, afektif, dan perilaku individu. sikap
terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat
menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif, dan perilaku (Sears, D, O,.
Freedman, J, L., & Peplau, L, A., 1985:138). Komponen kognitif terdiri dari seluruh

kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentufakta, pengetahuan


dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau
emosi seseorang terhadap objek, terutama peniaian. Komponen perilaku terdiri dari
kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap
objek (Sears, D, O,. Freedman, J, L., & Peplau, L, A, 1985:138).
Para pakar psikologi sosial selalu mengkaji sikap sebagai komponen dari
sistem yang terdiri atas tiga bagian atau disebut juga skema triadik yaitu; keyakinan
mencerminkan komponen kognitif, sikap merupakan komponen afektif, dan tindakan
mencerminkan komponen perilaku (Atkinson, R, L., Atkinson, R, C., & Hilgard, E,
R., 1983:371). Menurut Azwar (1995:6) selain pembagian kerangka di atas, ada dua
pendekatan baru dalam mendefinisikan sikap yang dikembangkan oleh para psikologi
sosial mutakhir. Pendekatan yang pertama adalah yang memandang sikap sebagai
kombinasi reaksi kognitif, afektif, dan perilaku terhadap suatu objek. Ketiga
komponen ini secara bersama-sama mengorganisasikan sikap individu. Pendekatan
kedua timbul dikarenakan adanya ketidakpuasan atas penjelasan mengenai
inkonsistensi yang terjadi antara ketiga komponen kognisi, afeksi, dan konasi dalam
membentuk sikap. Pengikut pendekatan ini memandang perlu untuk membatasi
konsep sikap hanya pada aspek afektif saja. Definisi yang mereka ajukan mengatakan
bahwa sikap tidak lain adalah penilaian (afek) positif atau negatif terhadap suatu
objek.

3. Faktor-faktor yang memengaruhi sikap


Faktor-faktor yang memengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain :
1. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi
oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena
kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
asuhannya.
4. Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi lainnya, berita
yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh
sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya
konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6. Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. (Azwar, 2005).
4. Manfaat mempelajari konsep sikap bagi keilmuan fisioterapi
Dalam Kepmenkes no 778/menkes/sk/VIII/2008 tentang pedoman pelayanan
fisioterapi di sarana kesehatan dinyatakan bahwa seorang fisioterapis mimiliki peran
sebagai pelaksana yang menjalankan manajemen fisioterapi, peran pengelola yang
mana seorang fisioterapis dituntut menunjukkan sikap professional sebagai pengelola
fisioterapi dan menrapkan keterampilan manjemen dalam melakukan pelayanan
fisioterapi. Selain itu peran pendidik dan peran peneliti, disini seorang fisioterapis
harus mneunjukkan sikap yang santun dalam melaksanakan perannya. Tidak
melakukan plagiarism dalam penelitiannya dan menjaga sikap baik sebagai seorang
pendidik.
Selain itu fisioterapis juga harus mematuhi kode etik profesi yang sudah di
terapkan, Kode etik profesi fisioterapi disusun untuk memberikan standar umum
kepada semua anggota profesi fisioterapi. Kode etik profesi dapat ditinjau kembali
sesuai dengan kondisi dan tututan keadaan. Bertujuan untuk memelihara martabat dan
integritas profesi fisioterapi.
Keputusan IFI nomor : Kep/100/VIII/2001/IFI tentang Kode Etik Fisioterapi
Indonesia. Demikian juga sikap dan perilaku profesional maka fisioterapi dalam
memberikan pelayanan hendaknya :
1. Menghargai hak dan martabat individu,
2. Tidak bersikap diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada siapapun yang
membutuhkan.

3. Memberikan

pelayanan

profesional

yang

jujur,

berkompeten

dan

bertanggungjawab.
4. Mengakui batasan dan kewenangan profesi dan hanya memberikan pelayanan
dalam lingkup profesi fisioterapi.
5. Menjaga rahasia pasien/klein yang dipercayakan kepadanya kecuali untuk
kepentingan pengadilan/hukum.
6. Selalu memelihara standar kompetnsi profesi fisioterapi dan selalu meningkatlan
pengatahuan/ketrampilan.
7. Memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan untuk
meningkatkan derajat kesehatan individu dan masyarakat.
Fisioterapi dalam segala aktifitas profesional dan pelayanan kepada individu
dan masyarakat harus selalu menjaga citra profesi berdasarkan kode etik yang telah
ditetapkan oleh organisasi profesi fisioterapi, menjunjung tinggi kehormatan profesi
dalam setiap perbuatan dan dalam keadaan apapun, mematuhi peraturan dan dalam
keadaan apapun. Mematuhi peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
organisasi profesi fisioterapi.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. (2005). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Kepmenkes. 2008. Pedoman pelayanan fisioterapi di sarana kesehatan. Jakarta : Menkes RI
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka. Cipta. Jakarta.
Phsycoshare. 2014. Sikap: ; Pengertian, Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi. Diakses
tanggal 30 September 2015 dari http://www.psychoshare.com/file-821/psikologikepribadian/sikap-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi.html
Ramdahanni, Neila. 2007. SIKAP &PERILAKU : Dinamika Psikologi Mengenai Perubahan
Sikap dan Perilaku. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Ramdhani, Neila. 2007. SIKAP DAN BEBERAPA PENDEKATAN DALAM MEMAHAMINYA.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Psychologymania. 2012. Ciri-ciri Sikap. Diakses tanggal 30 September 2015 dari
http://www.psychologymania.com/2012/06/ciri-ciri-sikap.html

Anda mungkin juga menyukai