Anda di halaman 1dari 3

Hidrolisis dan Saponifikasi

JUNE 4, 2012 LEAVE A COMMENT

Hidrolisis tersusun dari dua kata yaitu hidro (hydro) yang berarti air dan lisis
(lysis) yang artinya pecah atau terurai. Dengan demikian dapat diartikan sebagai
perpecahan atau penguraian molekul air (H2O) menjadi anion hidroksil (OH-)
dan kation hidrogen/proton (H+). Sementara itu, di dalam proses hidrolisis juga
terjadi perpecahan molekul lain yang disebabkan oleh kehadiran molekul air
bersamanya. Untuk itu dapat didefinisikan juga sebagai proses lisis atau
perpecahan suatu molekul yang disebabkan oleh molekul air.

Dengan demikian, hidrolisis adalah


sebuah proses yang saling ketergantungan, keberadaan molekul air saja tidak
akan terjadi. Begitu pula tanpa adanya air juga tidak akan terjadi perpecahan
molekul lain. Walaupun demikian, proses hidrolisis suatu molekul oleh air saja
berlangsung sangat lambat atau bisa dikatakan sulit, tanpa adanya katalisator
baik berupa senyawa lain maupun kondisi lingkungan. Senyawa pengkatalis itu
dapat berupa asam, basa atapun enzim, sedangkan kondisi lingkungan adalah
temperatur proses atau pemanasan. Dalam aplikasinya hidrolisis selalu disertai
dengan katalis dan suhu tinggi, kecuali untuk enzim yang memerlukan suhu
optimum tertentu. Untuk asam yang sering digunakan adalah HCl: asam klorida
(cloric acid) dan H2So4: asam sulfat (sulfuric acid), sedangkan untuk basa
adalah NaOH: natrium hidroksida (sodium hydroxide).

Dalam proses hidrolisis, ketiga


senyawa yang terlibat yaitu: molekul yang akan dipecah, air, dan katalis (asam
atau basa) akan saling bertukaran unsur-unsur yang dimilikinya. Sebagai ilustrasi
misalkan ada tiga molekul dengan nama AB (diibaratkan sebagai molekul yang

akan dipecah), CX (sebagai air, H-OH), dan DX (Na-OH). Di mana masingmasing huruf menandakan unsur yang dimilikinya. Dalam ilustrasi ini, X1 dan X2
merupakan unsur yang sama yaitu OH (hidroksil), pemberian nomor 1 dan 2
hanya untuk membedakannya saja.
Dengan demikian dari tiga molekul tersebut hanya ada lima unsur, yaitu A, B, C,
D dan X. Ketika ketiga molekul itu dicampur dalam suhu tinggi, maka masingmasing molekul akan mengalami perpecahan, dan mereka akan saling bertukar
unsur yang dimiliki untuk mencapai kondisi yang molekul yang lebih stabil. Salah
satu kemungkinannya adalah A akan bergabung dengan D, membentuk molekul
baru AD. Unsur B bergabung dengan X1, membentuk BX1 (disederhanakan
sebagai BX), sedangkan sisanya C bergabung dengan X2 membentuk CX2
(disederhanakan menjadi CX). Dengan demikian hadir dua molekul baru yaitu AD
dan BX, sedangkan CX tetap, walaupun sekarang berpasangan dengan X2.

Hidrolisis trigliserida dengan basa menghasilkan glycerol dan sodium carboxylates

Contoh dari ilustrasi di atas adalah proses saponifikasi, yang dapat dikategorikan
sebagai salah satu proses hidrolisis. Dalam saponifikasi, tiga senyawa dilibatkan
yaitu trigliserida atau lemak (lipid) yang merupakan ester dari asam lemak
(triester), air dan NaOH (dalam bentuk larutan). Diibaratkan trigliserida sebagai
AB, air sebagai CX, dan NaOH sebagai DX. Melalui pemanasan, maka dalam
proses saponifikasi akan menghasilkan senyawa garam natrium karboksilat dan
gliserol (glycerol). garam natrium dapat dikatakan sebagai senyawa AD, gliserol
sebagai BX, dan ekses air sebagai CX.
Penjelasan di atas merupakan ilustrasi yang disederhanakan dengan tujuan
untuk memudahkan pemahaman dan ingatan tentang proses hidrolisis.
Walaupun demikian sebenarnya proses saponifikasi seperti yang dicontohkan di
atas berlangsung cukup rumit melalui mekanisme yang disebut

sebagai nucleophilic acyl substitution(sumber: wikipedia.org) yang digambarkan


seperti gambar di bawah ini.

Tahap 1: Anion hidroksil menyerang gugus ester.

Tahap 2: Pelepasan alkoxide (RO-) menghasilkan senyawa asam karboksilat.

Tahap 3: Proton dari asam karboksilat berpindah ke alkoxide (RO-), menyebabkan asam
karboksilat kehillangan proton sehingga bermuatan negatif yang kemudian akan diisi oleh
alkali seperti natrium (Na).

Anda mungkin juga menyukai