PENDAHULUAN
Efektifitas pasar modal merupakan implikasi yang amat penting untuk
akuntansi keuangan karena efektifitas pada pasar modal memimpin secara langsung
konsep pengungkapan penuh yang sebagaimana kita tahu konsep tersebut merupakan
konsep penting pada ilmu akuntansi. Kemudian efektivitas ini memberikan suatu
pengertian tentang berpikir resiko dalam laporan perusahaan. Efektifitas pasar modal
itu sendiri adalah bahwa harga saham merupakan hasil daripada interaksi para
investor yang terdapat pada pasar modal tersebut yang kemudian sangat menarik bagi
para investor lain. Emery dan Finnerty menyebutkan bahwa konsep efisieni pasar
modal adalah efek samping penerapan investor terhadap prinsip-prinsip keuangan
(principles of finance) dalam pasar modal
Pasar Modal
a) Pengertian pasar modal
Pasar modal adalah tempat bertemu antara penjual dan pembeli. Pasar
modal itu sendiri merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan
kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan
obligasi.
b) Efisiensi Pasar Modal
Pasar modal yang efisien merupakan pasar yang harga-harga sekuritas sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin
cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, maka semakin efisien
pasar tersebut. dengan adanya hal tersebut, investor akan sulit untuk
mendapatkan
keuntungan
di
Bursa
Efek. Beberapa kondisi yang harus dipenuhi untuk tercapainya pasar yang
efisien yaitu :
Dari ketiga bentuk efisien, dikatakan kumulatif. Dimana jika bentuk semi-kuat maka
sudah pasti termasuk efisiensi pasar bentuk lemah atau efisiensi bentuk kuat sudah
pasti termasuk bentuk semi-kuat dan lemah. Tetapi tidak dengan sebaliknya karena
belum tentu efisiensi lemah pasti meliputi bentuk semi-kuat.
Overreaction Hypothesis
Informasi dalam hal ini menjadi kunci yang penting karena dari informasi
yang diperoleh seorang investor tersebut yang akan dijadikan sebagai dasar
pengambilan keputusan dalam melakukan jual beli saham. Ketika investor melakukan
pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual saham tersebut maka terjadi
market overreaction. Selain dari informasi yang diperoleh, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut yaitu emosi, pengalaman, dan intuisi
mereka.
Dalam overreaction hyphothesis dinyatakan bahwa ketika para investor
bereaksi terhadap berita yang menguntungkan saham perusahaan tetapi tidak
melakukan antisipasi sebelumnya maka dalam kondisi tersebut dapat mengakibatkan
adanya peningkatan harga yang lebih besar daripada yang seharusnya. Demikian
sebaliknya apabila diberikan informasi tersebut sebelumnya maka akan menghasilkan
penurunan harga saham perusahaan. Dari pernyataan tersebut maka ketika pasar
menunjukkan reaksi yang berlebihan terhadap informasi baru terutama yang sifatnya
4
negatif maka seharunya para investor melakukan pembelian saham karena pada saat
tersebut terjadi penurunan harga saham. Adanya overreaction hyphothesis ini
mengakibatkan timbulnya penetapan harga yang terlalu tinggi terhadap good news
dan terlalu rendah terhadap bad news.
Prediksi terhadap return jangka panjang dapat menunjukkan apakah pasar
bereaksi secara berlebihan terhadap informasi atau tidak, tetapi yang bertentangan
dengan pasar efisien yang menyatakan bahwa harga saham menyesuaikan secara
cepat dan benar terhadap informasi baru. Maka dapat dikatakan bahwa keberadaan
reaksi berlebihan menunjukkan bahwa pasar tidak efisien dalam bentuk lemah,
setengah kuat, dan kuat (Dissanaike, 1997) (dalam Kusumawardhani, 2001). Namun
Atkin dan Dyl (1990) berpendapat bahwa bukti keberadaan reaksi berlebihan adalah
belum cukup untuk mengatakan pasar tidak efisien. Uji efisiensi pasar dapat
dilakukan dengan menguji apakah investor memperoleh keuntungan selama periode
pembalikan. Jika tidak memperoleh keuntungan maka termasuk pasar efisien dalam
bentuk lemah, berarti bahwa investor tidak dapat menggunakan data masa lalunya
yang mengikuti perubahan harga saham untuk mendapatkan abnormal return dan
juga menerapkan suatu strategi investasi tertentu dalam perdagangan saham.
Adanya overreaction di pasar modal menimbulkan beberapa implikasi bagi investor,
yaitu :
1) Memungkinkan investor memperoleh abnormal return,
2) Menunjukkan bahwa pasar modal terdiri dari investor yang rasional maupun
yang irrasional.
3) Pasar yang terbukti overreact atau investor yang melakukan strategi
kontrarian, akan berdampak kepada investor yang akan memperoleh abnormal
return melalui perdagangan dalam posisi yang tepat baik sebelum maupun
sesudah event.
Overreaction Hypothesis dan price reversal
5
Hipotesis ini meramalkan bahwa sekuritas yang masuk kategori loser yang
biasanya mempunyai return rendah justru akan mempunyai abnormal return yang
tinggi dan sebaliknya. (reaksi ini terjadi berlawanan dari keadaan normal)
Ada dua fenomena yang disebabkan oleh overreaction hypothesis (DeBondt dan
Thaler, 1985), yaitu :
a) Perubahan harga sekuritas secara ekstrem akan diikuti dengan fenomena price
reversal.
b) Semakin besar pergerakan harga maka semakin besar pula penyesuaian yang
dilakukan.
TEORI CAPM
CAPM adalah sebuah model yang menggambarkan hubungan antara risiko
dan return yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) mengasumsikan bahwa para investor adalah
perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai
keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset
Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar
saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun
biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor
dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat
suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua
investor memiliki portofolio yang risikonya identik.
Risiko dan Return
Keinginan utama dari investor adalah meminimalkan risiko dan meningkatkan
perolehan (minimize risk and maximize return). Asumsi umum bahwa investor
individu yang rasional adalah seorang yang tidak menyukai risiko (risk aversive),
sehingga investasi yang berisiko harus dapat menawarkan tingkat perolehan yang
tinggi (higher rates of return), oleh karena itu investor sangat membutuhkan
informasi mengenai risiko dan pengembalian yang diinginkan.
Risiko investasi yang dihadapi oleh investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H.
2006. Money and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280):
1) Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate
risk, nilai investasi akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat
mengakibatkan pemilik investasi mengalami capital loss.
2) Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan memiliki
yield yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan
datang.
3) Default risk merupakan risiko apabila penerbit aset gagal membayar
bunga atau bahkan pokok aset.
4) Inflation risk merupakan risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.
5) Currency risk. Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai
tukar mata uang yang dipakai oleh aset.
6) Political risk. Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam
peraturan atau hukum karena perubahan kebijakan pemerintah atau
perubahan penguasa.
Suku bunga bank sentral tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko,
akan tetapi diasumsikan negara tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada juga
kemungkinannya), oleh karena itu biasanya return dari risk free aset (Rf) digunakan
suku bunga bank sentral.
Bila nilai = 1 artinya adanya hubungan yang sempurna dengan kinerja seluruh pasar
seperti yang diukur indek pasar (market index), contohnya nilai yang diukur oleh
Dow-Jones Industrials dan Standard and Poors 500-stock-index. Hubungan ini dapat
digambarkan dalam contoh pada gambar.
adalah ukuran dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren
dalam pasar saham.
Bila > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada
pasar.
< 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek
pasar secara umum (general market index).
Perubahan persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) dengan
memasukan faktor dinyatakan sebagai:
Rs=Rf + s (Rm Rf )
Keterangan :
Rs = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
Rm = Expected return on the stock market as a whole
s = Stocks beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu
CAPM bertahan bahwa harga saham tidak akan dipengaruhi oleh
unsystematic risk, dan saham yang menawarkan risiko yang relatif lebih tinggi
(higher s) akan dihargai relatif lebih daripada saham yang menawarkan risiko lebih
rendah (lower s). Riset empiris mendukung argumen mengenai s sebagai prediktor
yang baik untuk memprediksi nilai saham di masa yang akan datang (future stock
prices).
CAPM dikritik sebagai penyebab masalah kompetisi di Amerika Serikat.
Manajer di sebuah perusahaan di Amerika Serikat yang menggunakan CAPM
terpaksa membuat investasi yang aman dalam jangka pendek dan perolehannya dapat
diprediksi dalam jangka pendek daripada investasi yang aman dan perolehan dalam
jangka panjang. Para peneliti telah menggunakan CAPM untuk menguji hipotesa
yang berhubungan dengan hipotesa pasar efisien.
Aplikasi CAPM
Model yang dikembangkan CAPM menjelaskan bahwa tingkat return yang
diharapkan adalah penjumlahan dari return aset bebas risiko dan premium risiko.
Premium risiko dihitung dari beta dikalikan dengan premium risiko pasar yang
diharapkan. Premium risiko pasar sendiri dihitung dari tingkat return pasar yang
diharapkan dikurangi dengan tingkat return aset bebas risiko. Bentuk matematika
CAPM
Rs = Rf + s (Rm Rf)
Rf biasanya didekati dengan tingkat return suku bunga bank sentral, di Indonesia
umumnya risk free aset didekati dengan tingkat return suku bunga Bank Indonesia.
s didekati dengan menghitung data time series saham dengan data return pasarnya.
Penjelasan mengenai cara menghitung beta disertakan di bagian akhir artikel ini.
Rm didapatkan dengan meramalkan return IHSG. Banyak mahasiswa yang bingung
mendapatkan nilai Rm yang negatif, biasanya mereka menghitung IHSG dengan cara
memprediksi historisnya yaitu dengan membandingkan return IHSG tahun x dengan
return IHSG tahun x-1. Dari definisi CAPM bahwa Rm adalah tingkat return pasar
yang diharapkan, bukan tingkat return pasar yang periode yang lalu. Untuk
mendapatkan nilai Rm tentunya harus dapat memprediksi berapa tingkat return IHSG
yang diharapkan. Salah satu cara memprediksi IHSG adalah dengan cara analisis
faktor. Di sini anda harus melakukan studi empiris, anda harus menentukan faktorfaktor yang mempengaruhi IHSG, kemudian membuat persamaan regresi dari IHSG
dan faktor yang mempengaruhinya. Dan terakhir anda harus memprediksi nilai dari
faktor yang mempengaruhi IHSG untuk x periode yang anda tentukan. Cara lainnya
adalah menggunakan nilai IHSG dari hasil penelitian empiris dari peneliti lain.
10
Rf = misal SBI 1 bulan saat ini adalah 0.06 (6% per tahun)
Rm = misal return IHSG yang diharapkan saat ini adalah 0.26 (26% per tahun,
didapatkan dengan cara memprediksi return)
s = 1.2
Sehingga
Rs =
0.06+1.2(0.260.06)
Rs =
0.06+1.2(0.2)
Rs =
0.06+0.24
Rs =
0.3 (30%)
Kesimpulan, dengan nilai beta 1.2, apabila return yang diperoleh hanya 27%, maka
harga sekuritas terlalu mahal, karena return wajarnya adalah 30%
KESENJANGAN INFORMASI PADA PASAR MODAL
Aktivitas perusahaan untuk menjual sahamnya kepada publik dikenal dengan
istilah public offering. Di pasar modal, tak jarang terjadi kesenjangan informasi
antara investor dengan manajemen. Kondisi ini dimanfaatkan manajemen pada saat
melakukan public offering dengan memanipulasi kinerja mereka melalui peningkatan
laba. Tindakan ini dinamakan earning management. Earning management bertujuan
agar pasar memberikan respon positif atas penerbitan saham. Menjelang public
offering, kinerja perusahaan yang melakukan earning management akan terlihat baik.
Namun, kinerja yang baik tersebut tidak bisa dipertahankan sehingga menyebabkan
penurunan kinerja.
Menurut Rock (1986), kesenjangan informasi (assymetri information) terjadi
antar investor yaitu investor yang memiliki informasi (informed investor) dan
investor yang tidak memiliki informasi (uninformed investor). Investor yang memiliki
informasi hanya akan membeli saham yang akan memberikan return tinggi di masa
mendatang, sedangkan investor yang tidak memiliki informasi akan membeli saham
11
yang returnnya tinggi maupun yang tidak. Dalam kondisi ini investor yang tidak
memiliki informasi akan mengalami kerugian yang lebih besar akibatnya ia akan
meninggalkan pasar. Agar semua kelompok berpartisipasi dalam pasar perdana dan
memungkinkan memperoleh return yang wajar dan dapat menutup kerugian akibat
pembelian saham yang terlalu tinggi (overpriced), maka harga penawaran dibuat
underpriced. Model yang dikembangkan oleh Rock ini dikenal dengan model
Winners curse.
12
yang
menjadi
fokus
perhatian
investor
adalah
yang
mampu
menggambarkan kondisi ekonomi dengan baik serta menyediakan sebuah dasar bagi
peramalan aliran kas masa depan suatu saham biasa.
Laba yang dihasilkan suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan laba rugi.
Prestasi kinerja suatu perusahaan sering diukur melalui laba yang diperoleh . Jika laba
akuntansi suatu perusahaan menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu , maka
investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut ,
dengan demikian harga saham yang dimiliki perusahaan akan meningkat.
13
KESIMPULAN
Efisiensi pasar merupakan salah satu hal yang mendasar karena berkaitan
langsung dengan kegiatan untuk memprediksi arah harga (timing). Sebagian besar
menganggap bahwa pasar saham merupakan pasar yang efisien. Pasar yang efisien
adalah pasar yang harga barang yang dijual telah menunjukan semua informasi yang
14
ada hingga tidak terbias menjadi terlalu murah atau mahal. Karena informasi baru
datangnya tidak bisa diduga maka perubahan harga pun tidak dapat diduga.
Teori pasar yang efisien tergantung pada asumsi bahwa semua pelaku pasar
mengolah informasi secara rasional dan secara rata-rata informasi yang dimiliki
semua pelaku pasar adalah benar. Pasar yang efisien juga memerlukan pemain yang
dengan cepat akan mengarbitrage (keuntungan tanpa resiko) bila kemungkinan
arbitrage muncul
Hipotesis mengenai efisiensi pasar dibagi menjadi 3 :
1. Weak for, menyatakan bahwa semua informasi berkaitan dengan harga,
volume transaksi, ataupun informasi pasar modal lainnya dimasa lampau tidak
ada gunanya.
2. Semi-strongform, menyatakan bahwa semua informasi yang sudah diketahui
publik tidak berguna. Informasi dari segi fundamental yang baru akan
langsung terlihat di harga sehingga tidak bisa diekspoitasi.
3. Strongform, menyatakan bahwa semua informasi yang ada baik itu publik
atau privat sudah terlihat diharga saham sehingga tidak lagi bermanfaat.
Teori atau kajian mengenai efektivitas pasar modal merupakan implikasi utama bagi
akuntansi keuangan. Karena hal ini membawa pengaruh positif pada penyediaan
informasi tambahan yang kemudian digunakan pada proses pembuatan laporan
keuangan. Teori mengenai MD&A atau yang lebih dikenal dengan teori keagenan.
Teori keagenan adalah sebuah contoh penting tentang standart pengungkapan penuh
pada prinsip laporan keuangan. Standart ini kemudian akan menguak seluruh
informasi yang tidak terbatas mengenai isi dari aturan historicalcostbased pada
laporan keuangan.
15