Bab Ii
Bab Ii
BAB II
menggunakan metode radial rata-rata, memberikan hasil yang baik dengan interval
sampel 2 km dalam waktu yang wajar dan mudah untuk digunakan. INTERP2 rutin
dari Ghost80 melakukan interpolasi mempertimbangkan inversi rata-rata sebagai
kekuatan keempat dari jarak juga memberikan hasil yang baik dan cocok untuk titik
data paralel. Oleh karena ghost80 membutuhkan waktu komputasi yang relatif
lama, maka diputuskan untuk menggunakan GRID rutin dari paket Surface2 untuk
grid data aeromagnetik.
Gridding yang telah dilakukan di blok empat persegi panjang atau persegi.
Dimana spasi data yang jarang memungkinkan untuk menggabungkan sejumlah
blok bersama-sama untuk gridding. Data yang digrid sekitar 5 km dari data strip
dihapus dan hanya meninggalkan grid data dalam seratus kotak kilometer. Data
akhir yang diarsipkan berisi data ketinggian topografi, nilai-nilai anomali
aeromagnetik, dan koordinat dari titik data .
Data ketinggian yang digunakan dalam proyek ini diperoleh dari kompilasi
Woollett (1988). Data topografi dari bank data BGS juga telah tersedia,namun, data
digital di bank data tidak mencakup seluruh Britania Raya. Data dapat diambil pada
tinggi rata-rata baik untuk 1x1 km2 ataupun 5x5 km2. Data 1x 1 km2 sibutuhkan
untuk regridding dalam interval 2 km yang digunakan
aeromagnetik dan data interval 5x5 km2 memberikan informasi topografi yag lebih
smooth.
ketinggian rata-rata lebih diatas 2x2 km2. Perbandingan dengan ketinggian BGS
dilakukan untuk memeriksa akurasi data ketinggian grid. Ketinggian terbang ratarata (300 m di atas topografi) yang digunakan dalam survei aeromagnetik
diasumsikan 300 m di atas ketinggian topografi yang smooth. Hal ini karena
kumpulan data aeromagnetik yang diperoleh dari bank data BGS tidak memiliki
ukuran tinggi penerbangan yang aktual. Satu-satunya informasi ketinggian adalah
rata-rata 300 m atas topografi.
2.4 Metode-Metode yang Digunakan Sebelumnya pada Kontinuasi Ke Atas
Anomali Magnetik dari Permukaan yang Tidak Teratur (Irregular
Surface) ke Bidang Horozintal
Akuisisi data aeromagnetik dapat dilakukan pada level horizontal atau pada
ketinggian konstan di atas topografi. Metode-metode yang berbeda untuk
memperoleh data pada wilayah yang sama menghasilkan peta anomali yang sedikit
berbeda terutama pada short wavelenght. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan
masalah dalam analisis dan interpretasi anomali aeromagnetik yang diperoleh pada
variabel ketinggian mutlak, diantaranya:
1.
2.
2.4.1
bidang-XY disebabkan oleh distribusi magnetisasi J(x', y', z') di bawah bidang
antara atas dan bawah batas kedalaman z1 dan z2 (Batt 1973) adalah:
(, , ) =
J(x , y , z )(x x; y ; z ; ; )z y ,
2
di mana dan adalah vektor satuan dalam arah magnetisasi dan bidang ukur
masing-masing, K adalah fungsi kernal yang tergantung pada komponen medan
dan pada arah magnetisasi, z adalah positif doownward. Jika bentuk dari badan
magnetisasi adalah variabel yang harus ditentukan dan jika distribusi magnetisasi
dan salah satu kedalaman diketahui, maka disimpulkan sebagai undefined surface
(Batt 1973). Ide utama dari Teknik Sumber ekuivalen adalah untuk menentukan
sifat sumber sesuai dengan kriteria pertama yang disebutkan sehingga anomali
sumber ekuivalen sesuai dengan anomali observasi.
Sumber-sumber dapat menjadi distribusi pol-pol atau dipol-dipol.
Distribusi kuat medan magnet atau momen magnetik awalnya ditentukan agar
sesuai dengan anomali observasi. Dengan memperoleh sumber ekuivalen, anomali
pada setiap titik di luar sumber dapat kemudian ditentukan dengan perhitungan
maju dari distribusi magnetik yang telah ditentukan. Meskipun sumber tidak unik,
fit dari anomali sumber ekuivalen ke anomali observasi merupakan metode yang
hampir tepat untuk menghitung anomali pada titik-titik lainnya di atas bidang
pengamatan. Metode sumber ekuivalen untuk kontinuasi medan potensial tidak
memperdulikan ambiguitas fisik dari distribusi sumber akhir tetapi mengandalkan
stabilitas distribusi sumber dan keandalan dari kesesuaian antara anomali teoritis
dan anomali diamati. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan bidang
anomali pada bidang permukaan ketika diamati anomali berada di permukaan yang
bervariasi tinggi.
Sebagian besar data gravitasi menggunkan teknik iterasi berdasarkan
integral Fredholm linear jenis pertama. Pendekatan ini kemudian dilanjutkan untuk
memecahkan Fredholm linear terpisahkan jenis kedua (misalnya Tsirulskiy dan
Ospishcheva 1968).
gravitasi 3 dimensi dengan mengasumsikan sebah series diskrit masa dari sumber.
Dengan N titik data dan N massa akuivalen menggunkan metode matriks untuk
memecahkan distribusi densitas. Mengetahui distribusi densits, perhitungan
langsung dapat memberikan anomali pada titik-titik lainnya. Pendekatan dari
massa diskrit hanya representasi valid dari anomali jika massa yang cukup jauh di
bawah permukaan relatif terhadap jarak sampel tapi tidak begitu mendalam
bahwa mereka menunjukkan ketidakstabilan (Emilia 1973). Batas yang diberikan
oleh Dampney adalah 2.5 > d> 6 dengan d adalah kedalaman massa.
Untuk anomali 2 dimensi dilakukan oleh Emilia (1973). Dia menggunakan
sistem baris dipol di tempat seperti distribusi magnetisasi. Dipol magnetik tegak
lurus terhadap profil dan ditempatkan pada sebuah bidang sejajar dengan
permukaan observasi. Seperti Dampney, ia menggunakan inversi linear dengan
memperbaiki lokasi setiap baris dipol dan berbagai momen magnetik individu per
satuan panjang. Courtillot dkk (1974) menerapkan prosedur yang sama tetapi
digunakan distribusi geometris sumber untuk anomali magnetik observasi dengan
melibatkan inversi non - linear untuk mendapatkan sumber.
Bhattacharyya dan Chan (1977) menggunakan integral Fredholm jenis
kedua. Medan total F(x, y, z) adalah:
(, , ) = 2 (, , ) (, , )
1
( )
dimana adalah gradien dari distribusi magnetisasi ke arah medan total dan
permukaan yang tidak teratursehingga digunakan distribusi dipol yang tegak lurus
terhadap permukaan .
2.4.2
parameter variabel tubuh sumber, anomali diwakili oleh superposisi dari jumlah
terbatas fungsi harmonik bebas linear. Representasi langsung dari anomali medan
ini menolak perlunya hubungan dengan sumber dan oleh karena itu, tidak
diperlukan asumsi apapun mengenai tubuh sumber. Dalam prakteknya anomali
yang hanya diketahui pada titik-titik diskrit dan didekati dengan menggunakan
jumlah fungsi yang relevan. Metode sebelumnya menerapkan Fourier series dan
juga digunakan matriks inversi. Selanjutnya akan digunakan Fast Discrete Fourier
Transform.
Salah satu aplikasi yang paling awal dari Fourier series untuk mengurangi
anomali magnetik observasi pada permukaan yang tidak teratur dengan bidang
horizontal diberikan oleh Nagata (1939). Dia mewakili kedua anomali magnetik
dan ketinggian menggunakan deret Fourier.
tersebut tidak kooperatif pada seri Fourier untuk anomali magnetik. Metode ini
digunakan untuk menentukan Fourier series untuk anomali magnetik pada bidang
referensi yang horizontal.
koefisien
dari
anomali
pada
bidang
permukaan.
Untuk
2+1
= , +,
=1
di mana , adalah produk dari fungsi kosinus atau sinus dengan fungsi
ketinggian. Koefisien Fourier , diperoleh dengan menggunakan matriks inversi
dan meminimalkan error term , .
ditentukan anomali pada bidang z = 0 dengan mensintesis Fourier Series. Data dua
ataupun tiga dimensi dapat dikurangi dengan menggunakan metode ini tetapi
prosedurnya membutuhkan waktu komputasi yang relatif besar karena melibatkan
inversi dari sejumlah besar matriks terutama untuk kasus tiga dimensi .
Syberg (1972) menyajikan metode yang didasarkan generalisasi operator
kontinuasi dua dimensi. Operator yang berasal dalam domain spasial diubah ke
domain frekuensi menggunakan transformasi Fourier. Operator kontnuasi pada
dasarnya adalah fungsi dari selisih posisi titik pengamatan dan permukaan reduksi.
Anomali observasi dikalikan dengan operator untuk mendapatkan anomali pada
tingkat horisontal.
Pendekatan serupa telah digunakan oleh Courtillot dkk (1973) untuk data
dua dimensi dan Ducruix dkk (1974) untuk data tiga dimensi. Pada metode ini
anomali magnetik Fo (x , y) di representasikan sebagai:
0 (, ) =
=
0 (, ) 0 ( , )
=
Dimana 0 adalah fungsi sinus klasik dan perkiraan fungsi Hijau pada z=0.
anomali Fh ( x , y ) di tingkat h memiliki operator yang sesuai Kh. Operator Kh
dihitung menggunakan fungsi sinus yang dimodifikasi. Formulasi yang dihasilkan
direpresentasikan dalam bentuk matriks = 0 dan diselesaikan dengan
menggunakan inversi umum matriks.
Tsay (1976) mengembang sebuah prosedur sederhana dan sistematis untuk
mereduksi anomali total medan observasi di sepanjang profil dari gradien konstan
untuk diatas bidang horizontal. Metode dasarnya dibatasi untuk data yang diukur
pada ketinggian konstan sepanjang profil yang berbeda, ketika menggunakan
metode FFT. Namun, diperoleh ekstrapolasi data pada ketinggian yang tidak teratur
dengan nilai-nilai di ketinggian yang konstan dapat dilakukan. Sayangnya tidak
banyak data yang diukur sepanjang profil gradien yang konstan dan ekstrapolasi
dapat memperkenalkan kesalahan signifikan .
2.4.3
berbagai data yang terbatas dan titik data diskrit, dan menganggap bahwa data
diskrit mengduplikasikan bidang kontinuasi dengan sama persis. Dalam metode
matriks, menggunakan sumber titik diskrit, jumlah total titik yang digunakan tidak
boleh begitu besar untuk membuat inversi matriks dapat diatur.
Salah satu
keuntungan dari metode matriks adalah bahwa medan dan titik reduksi tidak
membutuhkan spasi yang sama sehingga lebih fleksibel (Bott, 1973) .
Skema pengurangan menggunakan metode sumber ekuivalen membutuhkan
waktu komputasi yang relatif besar terutama dalam kasus tiga dimensi dan untuk
set data yang lebih besar. Hal ini karena metode ini masih untuk menghitung
sumber ekuivalen sebelum menghitung anomali pada permukaan horizontal.
Metode Fourier series beroperasi langsung pada anomali dan menggunakan
domain frekuensi. Metode ini mengasumsikan repetisi data di luar wilayah yang
digunakan.
Karena mungkin
menginginkan anomali yang disekitar daerah perbatasan sada dengan nol sebelum
melakukan analisis untuk menghindari akibat distorsi yang berasal dari daerah
sekitar wilayah digunakan (Bott, 1973). Fourier Metode memungkinkan
penggunaan algoritma Fast Fourier Transforms (FFT). FFT sangat mempercepat
perhitungan terutama pada set data yang besar dan juga formulasi untuk kasus dua
dan tiga dimensi mirip ketika menggunakan transformasi Fourier. Dengan bantuan
dari FFT, skema berulang akan menjadi mungkin.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
10
Woollett, R. W., 1988, Digital Image Processing and Isostatic Studies of Regional
Gravity Field of Great Britain and Adjacent Marine Regions. Tesis,
Universitas Durham.
Zhou, Xixiang. dkk., 1985. The Equivalent Source Technique For Potential Field
Continuation And Conversion In Rugged Topography. International
Meeting On: Potential Field On Rugged Topography, lnstitut de
Geophysique Universite De Lausanne, Switzerland.
11