Anda di halaman 1dari 11

Tri Kusmita, 353619

BAB II

DATA AEROMAGNETIK DAN KONTINUASI KE ATAS ANOMALI


MAGNETIK DARI SEBUAH DATA PERMUKAAN YANG TIDAK
TERATUR (IRREGULAR SURFACE) KE BIDANG HOROZINTAL

2.1 Sumber Data


Data aeromamagnetik wilayah Britania Raya (Great Britain) diperoleh dari
BGS (British Geological Survey), Keyworth. Format data yang diperolah telah
dibuat dalam format digital dan merupakan arsip dari bank data geofisikal BGS.
Data yang telah didigtasi tersebut berasal dari survey aeromagnetik dengan jarak
lintasan terbang sekitar 2 km dan interval pengambilan datanya 10 nT, dengan
panjang lintasan sekitar 10 km. Data yang diperoleh meliputi nomor lintasan
terbang, hasil anomali aeromagnetik, koordinat dan ketinggian rata-rata di atas
topografi. Koordinat dari setiap titik data berdasarkan pada Grid Nasional British
dan dalam skala meter ke arah timur dan utara dari titik Origin. Anomali otal yang
diperoleh berada dalam skala nanotesla di atas bidang linear regional, untuk British
British meningkat 2,1728 nT/km ke utara dan 0,259 ke barat. Nilai datum referensi
yang digunakan 47033 nT pada grid referensi originnya 1955,5 (Hall dan Dagley
1970). Ketinggian terbang rata-rata sekitar 1000 kaki (300 m) di atas topografi.
Koneksi dengan Komputer BGS dilakukan melalui link JANET.
Sambungan komputer BGS memungkinkan pengambilan data aeromagnetik dari
bank data. Data diambil ditempatkan dalam file di BGS . Transfer data dari BGS
komputer ke komputer Durham kemudian dilakukan dengan menggunakan
program SUBMIT yang merupakan utilitas transfer file antar - situs yang tersedia
di pusat komputer Durham .
Data yang ditransfer dan diarsipkan dalam blok dengan jarak setiap 110 km
atau 210 km. Grid nasional yang digunakan adalah 100 km2 dengan kelebihan grid
diluar jalur blok dasar adalah 5 km diperlukan untuk gridding dan untuk
menggabungkan data.

Tri Kusmita, 353619

2.2 Pembuatan Grid Data


Gridding data dilakukan untuk memberikan nilai pada sebuah grid persegi
regular. Kesulitan terbesar dalam melakukan gridding data aeromagnetik yaitu
untuk menjaga konten frekuensi dari data asli. Panjang gelombang pendek natural
dan distribusi irreguler pada distribusi titik sangat mempengaruhi keakuratan
gridding.
Data yang didigitalkan sepanjang garis paralel mempunyai interval hampir
sekitar 2 km, interval digitalisasi tersebut diharapkan untuk memberikan hasil
terbaik. Selain itu juga digunakan interval 1 km ke 4 km untuk pengujian. Rutinitas
gridding yang diuji meliputi Ghost80, GinoF, Surface2 dan paket NAG. Hasil dari
berbagai tes telah dibandingkan dengan hand draw countur, kontur titik acak dan
peta aeromagnetik yang diterbitkan.

GRID rutin dari paket Surface2 yang

menggunakan metode radial rata-rata, memberikan hasil yang baik dengan interval
sampel 2 km dalam waktu yang wajar dan mudah untuk digunakan. INTERP2 rutin
dari Ghost80 melakukan interpolasi mempertimbangkan inversi rata-rata sebagai
kekuatan keempat dari jarak juga memberikan hasil yang baik dan cocok untuk titik
data paralel. Oleh karena ghost80 membutuhkan waktu komputasi yang relatif
lama, maka diputuskan untuk menggunakan GRID rutin dari paket Surface2 untuk
grid data aeromagnetik.
Gridding yang telah dilakukan di blok empat persegi panjang atau persegi.
Dimana spasi data yang jarang memungkinkan untuk menggabungkan sejumlah
blok bersama-sama untuk gridding. Data yang digrid sekitar 5 km dari data strip
dihapus dan hanya meninggalkan grid data dalam seratus kotak kilometer. Data
akhir yang diarsipkan berisi data ketinggian topografi, nilai-nilai anomali
aeromagnetik, dan koordinat dari titik data .

2.3 Data Ketinggian Topografi


Pengetahuan tentang ketinggian topografi sangat penting untuk interpretasi dan
analisis anomali aeromagnetik . Hal ini karena anomali telah diakuisisi pada ketinggian
konstan di atas topografi dan ketinggian dibutuhkan untuk kontinuasi ke atas anomali
aeromagnetik ke bidang horizontal.

Tri Kusmita, 353619

Data ketinggian yang digunakan dalam proyek ini diperoleh dari kompilasi
Woollett (1988). Data topografi dari bank data BGS juga telah tersedia,namun, data
digital di bank data tidak mencakup seluruh Britania Raya. Data dapat diambil pada
tinggi rata-rata baik untuk 1x1 km2 ataupun 5x5 km2. Data 1x 1 km2 sibutuhkan
untuk regridding dalam interval 2 km yang digunakan

untuk digitasi data

aeromagnetik dan data interval 5x5 km2 memberikan informasi topografi yag lebih
smooth.

Data ketinggian Woollett (1988) digunakan untuk menghasilkan

ketinggian rata-rata lebih diatas 2x2 km2. Perbandingan dengan ketinggian BGS
dilakukan untuk memeriksa akurasi data ketinggian grid. Ketinggian terbang ratarata (300 m di atas topografi) yang digunakan dalam survei aeromagnetik
diasumsikan 300 m di atas ketinggian topografi yang smooth. Hal ini karena
kumpulan data aeromagnetik yang diperoleh dari bank data BGS tidak memiliki
ukuran tinggi penerbangan yang aktual. Satu-satunya informasi ketinggian adalah
rata-rata 300 m atas topografi.
2.4 Metode-Metode yang Digunakan Sebelumnya pada Kontinuasi Ke Atas
Anomali Magnetik dari Permukaan yang Tidak Teratur (Irregular
Surface) ke Bidang Horozintal
Akuisisi data aeromagnetik dapat dilakukan pada level horizontal atau pada
ketinggian konstan di atas topografi. Metode-metode yang berbeda untuk
memperoleh data pada wilayah yang sama menghasilkan peta anomali yang sedikit
berbeda terutama pada short wavelenght. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan
masalah dalam analisis dan interpretasi anomali aeromagnetik yang diperoleh pada
variabel ketinggian mutlak, diantaranya:
1.

Konten dari short wavelenght bervariasi terhadap ketinggian di atas sumber


magnetisasi, dan jika sumber-sumber ini dangkal akan ada perbedaan besar
antara peta aeromagnetik pada ketinggian konstan dan variabel ketinggian di
atas permukaan.

2.

Sebagian besar metode interpretasi langsung memerlukan anomali observasi


yang berada di bidang horizontal. Aplikasi langsung dari metode ini untuk data
observasi pada permukaan yang variabel ketinggian akan menghasilkan

Tri Kusmita, 353619

interpretasi yang keliru. Pengolahan data aeromagnetik yang diperoleh pada


permukaan yang tidak teratur untuk menghasilkan nilai pada bidang horizontal
merupakan tahapan yang penting untuk penerapan metode langsung seperti
transformasi pseudogravimetric.

2.4.1

Metode Sumber Ekuivalen


Anomali magnetik F x,y,z) pada titik lapangan P(x,y,z) pada atau di atas

bidang-XY disebabkan oleh distribusi magnetisasi J(x', y', z') di bawah bidang
antara atas dan bawah batas kedalaman z1 dan z2 (Batt 1973) adalah:

(, , ) =

J(x , y , z )(x x; y ; z ; ; )z y ,
2

di mana dan adalah vektor satuan dalam arah magnetisasi dan bidang ukur
masing-masing, K adalah fungsi kernal yang tergantung pada komponen medan
dan pada arah magnetisasi, z adalah positif doownward. Jika bentuk dari badan
magnetisasi adalah variabel yang harus ditentukan dan jika distribusi magnetisasi
dan salah satu kedalaman diketahui, maka disimpulkan sebagai undefined surface
(Batt 1973). Ide utama dari Teknik Sumber ekuivalen adalah untuk menentukan
sifat sumber sesuai dengan kriteria pertama yang disebutkan sehingga anomali
sumber ekuivalen sesuai dengan anomali observasi.
Sumber-sumber dapat menjadi distribusi pol-pol atau dipol-dipol.
Distribusi kuat medan magnet atau momen magnetik awalnya ditentukan agar
sesuai dengan anomali observasi. Dengan memperoleh sumber ekuivalen, anomali
pada setiap titik di luar sumber dapat kemudian ditentukan dengan perhitungan
maju dari distribusi magnetik yang telah ditentukan. Meskipun sumber tidak unik,
fit dari anomali sumber ekuivalen ke anomali observasi merupakan metode yang
hampir tepat untuk menghitung anomali pada titik-titik lainnya di atas bidang
pengamatan. Metode sumber ekuivalen untuk kontinuasi medan potensial tidak
memperdulikan ambiguitas fisik dari distribusi sumber akhir tetapi mengandalkan
stabilitas distribusi sumber dan keandalan dari kesesuaian antara anomali teoritis
dan anomali diamati. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan bidang

Tri Kusmita, 353619

anomali pada bidang permukaan ketika diamati anomali berada di permukaan yang
bervariasi tinggi.
Sebagian besar data gravitasi menggunkan teknik iterasi berdasarkan
integral Fredholm linear jenis pertama. Pendekatan ini kemudian dilanjutkan untuk
memecahkan Fredholm linear terpisahkan jenis kedua (misalnya Tsirulskiy dan
Ospishcheva 1968).

Dampney (1969) memperkenalkan reduksi untuk data

gravitasi 3 dimensi dengan mengasumsikan sebah series diskrit masa dari sumber.
Dengan N titik data dan N massa akuivalen menggunkan metode matriks untuk
memecahkan distribusi densitas. Mengetahui distribusi densits, perhitungan
langsung dapat memberikan anomali pada titik-titik lainnya. Pendekatan dari
massa diskrit hanya representasi valid dari anomali jika massa yang cukup jauh di
bawah permukaan relatif terhadap jarak sampel tapi tidak begitu mendalam
bahwa mereka menunjukkan ketidakstabilan (Emilia 1973). Batas yang diberikan
oleh Dampney adalah 2.5 > d> 6 dengan d adalah kedalaman massa.
Untuk anomali 2 dimensi dilakukan oleh Emilia (1973). Dia menggunakan
sistem baris dipol di tempat seperti distribusi magnetisasi. Dipol magnetik tegak
lurus terhadap profil dan ditempatkan pada sebuah bidang sejajar dengan
permukaan observasi. Seperti Dampney, ia menggunakan inversi linear dengan
memperbaiki lokasi setiap baris dipol dan berbagai momen magnetik individu per
satuan panjang. Courtillot dkk (1974) menerapkan prosedur yang sama tetapi
digunakan distribusi geometris sumber untuk anomali magnetik observasi dengan
melibatkan inversi non - linear untuk mendapatkan sumber.
Bhattacharyya dan Chan (1977) menggunakan integral Fredholm jenis
kedua. Medan total F(x, y, z) adalah:
(, , ) = 2 (, , ) (, , )

1
( )

dimana adalah gradien dari distribusi magnetisasi ke arah medan total dan

( ) adalah kernal integrasi.

Anomali observasi F(x , y , z) berada pada

permukaan yang tidak teratursehingga digunakan distribusi dipol yang tegak lurus
terhadap permukaan .

Tri Kusmita, 353619

Skema berulang digunakan untuk menentukan distribusi magnetisasi pada


permukaan observasi. Dengan mengetahui sumber setara, prosedur maju kemudian
digunakan untuk menentukan anomali pada bidang atau permukaan lainnya.
Nakatsuka (1981 ) menunjukkan bahwa derivasi Bhattacharyya dan Chan ( 1977)
menggunakan sebuah perkiraan bahwa permukaan observasi tidak begitu teratur.
Dia kemudian mengembangkan sebuah metode dengan menggunakan distribusi
momen magnetik vertikal bukannya distribusi dipol yang tegak lurus terhadap
permukaan observasi.

Dia melaporkan bahwa modifikasinya tersebut dapat

meningkatkan hasil dan kecepatan tiga puluh persen lebih cepat.


Hansen dan Miyasaki { 1984) dan Hansen ( 1985) membuat perbaikan lebih
lanjut untuk metode tersebut. Lapisan akuivalen ditempatkan dekat di bawah
permukaan observasi. Metode ini awalnya dibatasi untuk kontinuasi daerah atas
pengamatan observasi. Peningkatan ini memungkinkan kontinuasi harus dilakukan
di bawah permukaan observasi tetapi berada di atas sumber.
Ray dan Friedberg ( 1985) memperkenalkan metode konvolusi umum.
Koefisien konvolusi dihitung dengan menggunakan metode transformasi dan
berbeda dari titik ke titik. Metode ini mengasumsikan permukaan pengamatan
horisontal lokal. Zhou dkk (1985) menerapkan metode sumber ekuivalen yang
sama dimana perhitungan momen magnetik dan kuat sumber ekuivalen melibatkan
penggunaan metode steepest descent atau metode damped least aquare Marquardt.
Ivan (1986) menggunakan approxsimasi integral Dirichlet dimana dengan
mengetahui nilai-nilai pada batas permukaan tertutup memungkinkan perhitungan
nilai pada titik-titik lain dalam volume. Derivasinya tereduksi menjadi solusi dari
persamaan Fredholm dengn menerapkan metode untuk anomali gravitasi dan
menunjukkan bahwa penggunaannya dapat diperluas untuk anomali magnetik.
Pendekatan tersebut memberikan hasil yang baik ketika permukaan pengamatan
tidak terlalu teratur dan ketika permukaan berada pada elevasi yang relatif tinggi di
atas topografi dan tubuh sumber.

Tri Kusmita, 353619

2.4.2

Metode Transformasi Fourier


Representasi Fourier dari anomali magnetik memberikan bentuk yang

berbeda dari sumber ekuivalen.

Alih-alih menghubungkan anomali dengan

parameter variabel tubuh sumber, anomali diwakili oleh superposisi dari jumlah
terbatas fungsi harmonik bebas linear. Representasi langsung dari anomali medan
ini menolak perlunya hubungan dengan sumber dan oleh karena itu, tidak
diperlukan asumsi apapun mengenai tubuh sumber. Dalam prakteknya anomali
yang hanya diketahui pada titik-titik diskrit dan didekati dengan menggunakan
jumlah fungsi yang relevan. Metode sebelumnya menerapkan Fourier series dan
juga digunakan matriks inversi. Selanjutnya akan digunakan Fast Discrete Fourier
Transform.
Salah satu aplikasi yang paling awal dari Fourier series untuk mengurangi
anomali magnetik observasi pada permukaan yang tidak teratur dengan bidang
horizontal diberikan oleh Nagata (1939). Dia mewakili kedua anomali magnetik
dan ketinggian menggunakan deret Fourier.

Fourier series untuk ketinggian

tersebut tidak kooperatif pada seri Fourier untuk anomali magnetik. Metode ini
digunakan untuk menentukan Fourier series untuk anomali magnetik pada bidang
referensi yang horizontal.

Karena koefisien Fourier dari ketinggian dan dari

anomali observasi diketahui, solusi persamaan simultan dapat digunakan untuk


menghitung

koefisien

dari

anomali

pada

bidang

permukaan.

Untuk

menyederhanakan Metode Nagata diasumsikan koefisien Fourier dari anomali


observasi pada permukaan yang tidak teratur bisa diperlakukan sebagai koefisien
Fourier dari anomali pada bidang horisontal, sehingga mereka dapat dilakukan
kontinuasi ke atas. Metode ini hanya diterapkan untuk kasus dua dimensi .
Tsuboi (1965) menggunakan analisis Fourier dan pendekatan suksesif untuk
mereduksi evenly-spaced dari data gravitasi dua dimensi ke bidang horizontal.
Metode tersebut dikembangkan oleh Hagiwara (1966) untuk menangani data
evenly-spaced data tiga dimensi. Henderson dan Cordell (1971) menerapkan
pendekatan yang sama untuk data gravitasi unevenly-spaced yang diamati pada
permukaan yang tidak teratur. Anomali observasinya Fk direpresentasikan dalam
bentuk matriks:

Tri Kusmita, 353619

2+1

= , +,
=1

di mana , adalah produk dari fungsi kosinus atau sinus dengan fungsi
ketinggian. Koefisien Fourier , diperoleh dengan menggunakan matriks inversi
dan meminimalkan error term , .

Setelah memperoleh koefisien Fourier,

ditentukan anomali pada bidang z = 0 dengan mensintesis Fourier Series. Data dua
ataupun tiga dimensi dapat dikurangi dengan menggunakan metode ini tetapi
prosedurnya membutuhkan waktu komputasi yang relatif besar karena melibatkan
inversi dari sejumlah besar matriks terutama untuk kasus tiga dimensi .
Syberg (1972) menyajikan metode yang didasarkan generalisasi operator
kontinuasi dua dimensi. Operator yang berasal dalam domain spasial diubah ke
domain frekuensi menggunakan transformasi Fourier. Operator kontnuasi pada
dasarnya adalah fungsi dari selisih posisi titik pengamatan dan permukaan reduksi.
Anomali observasi dikalikan dengan operator untuk mendapatkan anomali pada
tingkat horisontal.
Pendekatan serupa telah digunakan oleh Courtillot dkk (1973) untuk data
dua dimensi dan Ducruix dkk (1974) untuk data tiga dimensi. Pada metode ini
anomali magnetik Fo (x , y) di representasikan sebagai:

0 (, ) =
=

0 (, ) 0 ( , )
=

Dimana 0 adalah fungsi sinus klasik dan perkiraan fungsi Hijau pada z=0.
anomali Fh ( x , y ) di tingkat h memiliki operator yang sesuai Kh. Operator Kh
dihitung menggunakan fungsi sinus yang dimodifikasi. Formulasi yang dihasilkan
direpresentasikan dalam bentuk matriks = 0 dan diselesaikan dengan
menggunakan inversi umum matriks.
Tsay (1976) mengembang sebuah prosedur sederhana dan sistematis untuk
mereduksi anomali total medan observasi di sepanjang profil dari gradien konstan
untuk diatas bidang horizontal. Metode dasarnya dibatasi untuk data yang diukur
pada ketinggian konstan sepanjang profil yang berbeda, ketika menggunakan

Tri Kusmita, 353619

metode FFT. Namun, diperoleh ekstrapolasi data pada ketinggian yang tidak teratur
dengan nilai-nilai di ketinggian yang konstan dapat dilakukan. Sayangnya tidak
banyak data yang diukur sepanjang profil gradien yang konstan dan ekstrapolasi
dapat memperkenalkan kesalahan signifikan .

2.4.3

Motode Perbandingan Lapisan Equivalen dan Trasformasi Fourier


Dalam semua metode di atas menawarkan formulasi teoritis untuk

permukaan tak beraturan.

Dalam prakteknya semua metode menggunakan

berbagai data yang terbatas dan titik data diskrit, dan menganggap bahwa data
diskrit mengduplikasikan bidang kontinuasi dengan sama persis. Dalam metode
matriks, menggunakan sumber titik diskrit, jumlah total titik yang digunakan tidak
boleh begitu besar untuk membuat inversi matriks dapat diatur.

Salah satu

keuntungan dari metode matriks adalah bahwa medan dan titik reduksi tidak
membutuhkan spasi yang sama sehingga lebih fleksibel (Bott, 1973) .
Skema pengurangan menggunakan metode sumber ekuivalen membutuhkan
waktu komputasi yang relatif besar terutama dalam kasus tiga dimensi dan untuk
set data yang lebih besar. Hal ini karena metode ini masih untuk menghitung
sumber ekuivalen sebelum menghitung anomali pada permukaan horizontal.
Metode Fourier series beroperasi langsung pada anomali dan menggunakan
domain frekuensi. Metode ini mengasumsikan repetisi data di luar wilayah yang
digunakan.

Dalam prakteknya repetisi data jarang terjadi.

Karena mungkin

menginginkan anomali yang disekitar daerah perbatasan sada dengan nol sebelum
melakukan analisis untuk menghindari akibat distorsi yang berasal dari daerah
sekitar wilayah digunakan (Bott, 1973). Fourier Metode memungkinkan
penggunaan algoritma Fast Fourier Transforms (FFT). FFT sangat mempercepat
perhitungan terutama pada set data yang besar dan juga formulasi untuk kasus dua
dan tiga dimensi mirip ketika menggunakan transformasi Fourier. Dengan bantuan
dari FFT, skema berulang akan menjadi mungkin.

Tri Kusmita, 353619

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Bhattachryya, B. K. Dan Chan, K. C., 1977, Reduction of Magnetic and Gravity


Data on an Arbitrary Surface Acquired in a Region of High Topographic
Relief. Geophysics, 42, 1411-1430.
Bott, M. H. P., 1973, Inverse Method in the Interpretation of Magnetic and Gravity
Anomalies, dalam Bolt, B. A., Method in Computational Physics, 13,
Academic Pres, hal 133-162.
Courtillot, V. E., Ducruix, J dan Le Mouel, J. L., 1974, A Solution of Some Inverse
Problemin Geomagnetism and Gravimetry. Journal of Geophysics
research, 79, 4933-4940.
Dampney, C. N. G., 1969, The Equivalent Source Technique. Geophisical Journal,
34, 39-53.
Emilia, D. A., 1973, Equivalent Source used as an Analytic Base for Processing
Total-Magnetic Field Profile, Geophysics, 38, 339-348.
Hagiwara, Y., 1966, Three Dimensional Distribution of Real Bouger Anomalies
from Gravity Values Observed at Various Elevation. Buletin eartquake
Research, Institute Tokyo Imperial University, 48, 519-530
Hansen R. 0., 1985. Variable Elevation Using Equivalent Source. International
Meeting On: Potential Field On Rugged Topography. Institut de
Geophysique Universite De Lausanne, Switzerland.
Hansen, R. 0. and Miysaki, Y., 1984. Continuation Of Potential Fields Between
Arbitrary Surfaces (equivalent source algorithm). Geophysics, 49, 787-795.

Hall, D. H. Dan Dagley, P., 1970, Regional Magnetic Anomalies. An Analysis of


the Smooth Aoromagnetic Map of Great Britain and Northern Ireland,
Institute of Geological Sciences, no 70/10.
Ivan, M., 1986. On The Upward Continuation Of Potential Field Data Between
Irregular Surfaces. Geophysical Prospecting, 34, 735-742.
Nakatsuka, T., 1981. Reduction Of Magnetic Anom.Alies To And From An
Arbitrary Surface. Butsuri-Tanko (Geophysical Exploration), 34, 6-12.

10

Tri Kusmita, 353619

Pedersen, L. B.,1989. Discussion on: Bhattachryya and Chan, 1977. Geophysics,


54, 664-665.
Parker, R. L. and Kiltgord, K. D., 1972. Magnetic Upward Continuation From An
Uneven Track (Schwarz-Christoffel Transformation On Deep-Tow).
Geophysics, 37, 662-668.
Ray, R. D. and Friedberg, J. L., 1985. Continuation As An Aid In Compilation Of
Draped Aeromagnetic Survey. International Meeting On: Potential Field On
Rugged Topography, Institut de Geophysique Universite De Lausanne,
Switzerland

Syberg, F. J. R., 1972. Potential Field Continuation Between General Surfaces.


Geophysical Prospecting, 20, 267-282 .
Tsay, L. J., 1976. Continuation Of Total Intensity Anomaly On Aeromagnetic
Profiles With Constant Elevation Change. Geophysical Prospecting, 24,
70-78.
Tsuboi. C., 1965. Calculation Of Bouguer Anomalies With Due Regard To Anomaly In
The Vertical Gradient. Japan Academy Proceedings, 41, 386-391.

Woollett, R. W., 1988, Digital Image Processing and Isostatic Studies of Regional
Gravity Field of Great Britain and Adjacent Marine Regions. Tesis,
Universitas Durham.
Zhou, Xixiang. dkk., 1985. The Equivalent Source Technique For Potential Field
Continuation And Conversion In Rugged Topography. International
Meeting On: Potential Field On Rugged Topography, lnstitut de
Geophysique Universite De Lausanne, Switzerland.

11

Anda mungkin juga menyukai