Realisme hukum adalah suatu teori hukum dan alasan hukum yang timbul pada dekade awal abad ke-20, yang ditandai dengan pernyataan bahwa hukum hanya dapat dimengerti dengan baik dengan meletakkan fokus pada hal-hal yang secara nyata dilakukan oleh para hakim dalam memutus suatu sengketa atau perkara, daripada apa yang mereka nyatakan sedang mereka lakukan. Sasaran utama dari suatu realisme hukum adalah formalisme hukum; pandangan klasik bahwa para hakim tidak menciptakan hukum, tetapi hanya menerapkannya secara mekanis dengan cara menyatakan kesimpulan hukum secara logis dari susunan peraturan perundang-undangan yang jelas, konsisten, dan berkesinambungan. Meskipun kebanyakan dari ahli hukum sekarang menyatakan bahwa beberapa aspek dari realisme hukum itu salah arah atau berlebihan, pengaruhnya terhadap pemikiran hukum dan pendidikan hukum tetap cukup mendalam. Pendekatan secara formal terhadap hukum telah dikritik keras oleh para pemikir seperti Roscoe Pound, John Chipman Gray, dan Benjamin Cardozo. Para filsuf, contohnya John Dewey, telah menampilkan ilmu empiris sebagai suatu model dari segala pemeriksaan intelijensi, dan berpendapat bahwa hukum harus dipandang sebagai instrumen praktis untuk kemajuan kesejahteraan umat manusia. Akan tetapi, pengaruh intelektual yang paling penting terhadap realisme hukum adalah dari ahli hukum dan praktisi Pengadilan Tinggi Amerika, Oliver Wendell Holmes, Jr. yang memiliki teori prediksi dalam hukun, pendekatan utilitarian terhadap pendapat hukum, dan penekanan realis beliau bahwa para hakim, dalam memutuskan suatu kasus, tidak hanya menyimpulkan dengan logika yang tidak terbantahkan dan bersifat seperti mesin, tetapi dipengaruhi oleh ide-ide keadilan, kepentingan umum, dan nilai-nilai pribadi dan konvensional lainnya. Meski pada masa kini realisme hukum dianggap berlebihan dan ketinggalan zaman, para ahli teori hukum setuju bahwa para pemikir realis hukum telah berhasil mencapai ambisi utama mereka, yakni menyangkal gagasan formalis dan mekanis dari hukum dan pertimbangan hukum. Sekarang, dapat diterima bahwa hukum bukan, dan tidak akan bisa menjadi suatu ilmu pasti, dan penting halny auntuk memeriksa tindakan konkrit dari para hakim dalam memutuskan suatu permasalahan hukum, tidak hanya apa yang mereka katakan saja.
Jesica M. P. Napitupulu
1306449946
Filsafat Hukum Kelas B
2. Analisa Ekonomi terhadap Hukum
Analisis ekonomi atau hukum adalah suatu pendekatan teori hukum yang menggunakan metode ekonomi dan hukum. Ini termasuk penggunaan konsep-konsep ekonomi untuk menjelaskan efek hukum, untuk menilai mana aturan-aturan hukum ekonomi yang efisien. Sementara itu, Economic Theory of Law atau yang lebih sering disebut dengan analisis ekonomi terhadap hukum. Analisis ekonomi terhadap hukum dimaksudkan sebagai sebuah pendekatan yaitu pendekatan ekonomi terhadap hukum atau dengan kata lain studi kritis terhadap hukum melalui pendekatan ekonomi (Critical Legal Studies with the antecedents of economic approach). Bidang Analisis Ekonomi Atas Hukum, muncul pertama kali melalui pemikiran utilitarianisme Jeremy Bentham (1789), yang menguji secara sistemik bagaimana orang bertindak berhadapan dengan insentif-insentif hukum dan mengevaluasi hasil-hasilnya menurut ukuran-ukuran kesejahteraan sosial (social welfare). Pemikiran utilitarianisme hukum Bentham tersebut tersebar dalam tulisan-tulisannya berupa analisis atas hukum pidana dan penegakannya, analisis mengenai hak milik (hukum kepemilikan), dan substantial treatment atas proses-proses hukum. Namun pemikiran ala Bentham tersebut terhambat sampai tahun 1960-an, dan baru berkembang pada awal tahun 1970-an, dengan dipelopori oleh pemikiran-pemikiran dari Ronald Coasei (1960), dengan artikelnya yang membahas permasalahan eksternalitas dan tanggung jawab hukum; Becker (1968), dengan artikelnya yang membahas kejahatan dan penegakan hukum; Calabresi (1970), dengan bukunya mengenai hukum kecelakaan; dan Posner (1972), dengan buku teksnya yang berjudul Economic Analysis of Law dan penerbitan Journal of Legal Studies. Kecenderungan alamiah manusia merupakan obyek dari analisis ekonomi. Perilaku manusia
untuk
memenuhi
kebutuhannya
terhadap
barang-barang
yang
langka.
Kecenderungan manusia tersebut juga digerakkan oleh insentif-insentif yang memberikan
kemakmuran. Ia akan berupaya memaksimalkan keuntungan dan meminimalisir kerugian. Dengan mengetahui kecenderungan ekonomi manusia, aturan-aturan di bidang ekonomi dibuat. Hukum yang dibuat tersebut akan dianalisis sepanjang masa, apakah meminimalisir penderitaan (efisien) ataukah boros (inefisien). Demikianlah akan lahir hukum yang mungkin relatif lebih efisien.
Jesica M. P. Napitupulu
1306449946
Filsafat Hukum Kelas B
Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang telah menyiapkan orientasi
pembangunan hukum ekonominya seiring dengan konsep pembangunan ekonomi negaranya ke depan. Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang dapat memprediksi perkembangan ke depan dan menyediakan berbagai aspek yang dibutuhkan oleh warga negaranya dalam rangka menyongsong perubahan-perubahan dunia ke depan.