Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah
TUTOR
Apendisitis
8. MUTIAWATI
9. RAHMAD ALHAMDA
10. RAHMI DAFAT MAYENI
11. RINI SUNDARI
12. WITRI ANWAR
13. YULITA AYU PURNAMA
SARI
20.KATA PENGANTAR
21.
22.
Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas TUTOR.
23.
Bukittinggi,
Mei 2016,
27.
28.
29.
enulis
30.
31.DAFTAR ISI
32.
33. KATA PENGANTAR ...........................
ii
1
3
3
4
5
5
18
28
3.1 Apendisitis...................................................................................
28
43
56
5.1.Kesimpulan..................................................................................
5.2.Saran ...........................................................................................
56
56
57
1.1
1.2
1.3
1.4
41.BAB I
42.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
43.
Apendisitis atau radang apendiks merupakan kasus infeksi
intra abdominal yang sering dijumpai pada anak. Di Amerika 60.000-80.000
kasus apendisitis didiagnosa per tahun, rata-rata usia anak yang mengalami
apendisitis adalah 10 tahun. Di Amerika Serikat angka kematian akibat
apendisitis 0.2-0.8% (Santacroce & Craig, 2006). Di Indonesia Apendisitis
menjadi penyakit terbanyak diderita dengan urutan keempat tahun 2006
setelah dyspepsia, gastritis dan duodenitis (DepKes RI, 2006). Kelompok usia
yang umumnya mengalami apendisitis yaitu pada usia 10 30 tahun. Satu
dari 15 orang pernah mengalami apendisitis dalam hidupnya (Sisk, 2004).
44.
masyarakat barat. (Sulu, Gunerhan, Ozturk & Arslan, 2010). Sebuah hasil
penelitian
menunjukkan
masyarakat
urban
Afrika
Selatan
yang
tekan pada kuadaran kanan bawah perut, (Marianne, Susan & Loren, 2007).
Beberapa tanda nyeri yang terjadi pada kasus apendisitis dapat diketahui
melalui beberapa tanda nyeri antara lain; Rovsings sign, Psoas sign, dan
Jump Sign, (Lynn, Cynthia & Jeffery, 2002).
46.
&
Jong,
2005).
Apendiktomi
merupakan
tindakan
50.
1.4 Metode Penulisan
51.
Metode penulisan yang digunakan adalah : Studi Kepustakaan
yaitu dengan mempelajari berbagai sumber berupa buku-buku yang
membahas tentang penyakit Apendisitis yang sesuai dengan judul karya tulis
ini, dan juga mencari sumber dari internet.
52.
53.BAB II
54.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Apendiks
2.1.1.
Anatomi Apendiks
55. Saluran pencernaan (traktus digestivus) pada dasarnya adalah
suatu saluran (tabung) dengan panjang sekitar 30 kaki (9m). yang
berjalan melalui bagian tengah tubuh dari mulut sampai ke anus
(sembilan meter adalah panjang saluran pencernaan pada mayat;
panjangnya pada manusia hidup sekitar separuhnya karena kontraksi
terus menerus dinding otot saluran). Saluran pencernaan mencakup
organ_organ berikut: mulut; faring; esophagus; lambung; usus halus;
(terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum); usus besar (terdiri dari
sekum, apendiks, kolon dan rectum); dan anus (Lauralee Sherwood,
2001).
56. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya
kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum.
Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal.
Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada
pangkalnya dan menyempit pada ujungnya. Keadaan ini mungkin
menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada usia itu. Pada 65%
kasus,
apendiks
terletak
intraperitoneal.
Kedudukan
itu
58.
59.
2.1.2.
Fisiologi Apendiks
60. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu
63.BAB III
64.PEMBAHASAN
3.1 Apendisitis
A. Defenisi Apendisitis
65. Apendisitis merupakan peradangan pada appendiks dan
menjadi penyebab umum terjadinya tindakan emergency bedah
abdomen pada anak (Hockenberry & Wilson, 2008).
66. Definisi lain Apendisitis merupakan peradangan pada
appendiks, sebuah kantung buntu yang berhubungan dengan bagian
akhir secum yang umumnya disebabkan oleh obstruksi pada lumen
appendiks (Luxner, 2005).
67. Jadi dapat disimpulkan apendisitis merupakan peradangan
yang terjadi pada appendiks (kantung buntu yang berhubungan dengan
akhir secum) yang disebabkan oleh obstruksi pada lumen appendiks.
68.
B. Etiologi
69. Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal
berperan sebagai factor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks
merupakan faktor yang diajukan sebagai factor pencetus disamping
hyperplasia jaringan limf, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris
dapat pula menyebabkan sumbatan.
70. Penyebab yang lain yang diduga dapat menyebabkan
apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti
E.histolytica. Namun menurut E. Oswari, kuman yang sering ditemukan
dalam apendiks yang meradang adalah Escherichia coli dan
Streptococcus (E. Oswari, 2000).
71. Para ahli menduga timbulnya apendisitis ada hubungannya
dengan gaya hidup seseorang, kebiasaan makan dan pola hidup ayang
tidak teratur dengan badaniah yang bekerja keras. Penelitian
epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.
konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat
timbulnya
sumbatan
fungsional
apendiks
dan
meningkatnya
pertumbuhan
kuman
flora
kolon
biasa.
Semuanya
ini
akan
peningkatan
tekanan
intralumen.
Tekanan
yang
meluas
dan
mengenai
peritoneum
setempat
sehingga
10
11
penyulit
lain.
Pada
kebanyakan
kasus,
diagnosis
(operasi
pengangkatan
usus
buntuuntuk
oleh
infeksi
pada
selaput
rongga
perut
96.
Pada
pemeriksaan
fisik
biasanya
pada
saat
14
apendisitis
15
(pada
appendiks
retrocaecal)
karena
112.
113.
6. Defenmuskuler (+) m. Rectus abdominis
114.
Defence muscular adalah nyeri tekan seluruh
lapangan abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum parietale.
7. Rovsing sign (+) pada penekanan perut bagian kontra
McBurney (kiri) terasa nyeri di McBurney karena tekanan
tersebut merangsang peristaltic usus dan juga udara dalam
usus, sehingga bergerak dan menggerakkan peritonium sekitar
apendiks yang sedang meradang sehingga terasa nyeri.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
16
i. Pemeriksaan darah terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif
(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara10.00020.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP
ditemukan jumlah serum yang meningkat.
ii. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam
urin. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di
dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis
banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala
klinis yang hampir sama dengan apendisitis.
2. Radiologis
115.
mengalami
inflamasi
serta
adanya
pelebaran
Scoliosis ke kanan
Psoas shadow tak tampak
Bayangan gas usus kananbawah tak tampak
Garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak
17
pemeriksaan
X-Ray
dengan
banding.
Laparoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic
yang
dimasukkan
dalam
abdomen,
appendix
dapat
terjadi
akibat
keterlambatan
penanganan
18
Kondisi
ini
menyebabkan
peningkatan
angka
Perforasi,
baik
berupa
perforasi
bebas
maupun
peritoneum,
19
20
21
134.
135.
BAB IV
ASKEP APENDISITIS
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
136.
Nama :
137.
Umur :
138.
MR
:
139.
Pekerjaan
:
140.
2. Riwayat Kesehatan Pasien
1. Keluhan Utama
141. Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar
ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah
mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di
epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terusmenerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah,
panas.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
142. Pasien merasa nyeri disekitar perut kanan bawah, nyeri ini
dirasakan terus menerus dan terkadang merasa mual dan muntah,
peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
143. Perlu dikaji apakah klien pernah mengalami penyakit yang
sama atau penyakit organ pencernaan lainnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
144. Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah
mengalami yang sama atau penyakit organ pencernaan lainnya.
3. Pola Fungsi Kesehatan
1) Aktivitas/ istirahat: Malaise
2) Sirkulasi : Tachikardi
3) Eliminasi
a) Konstipasi pada awitan awal
b) Diare (kadang-kadang)
c) Distensi abdomen
d) Nyeri tekan/lepas abdomen
e) Penurunan bising usus
4) Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah
5) Kenyamanan
50
dinding
panggul
kecil,
maka
tindakan
ini
akan
dilakukan
pada
apendisitis,
untuk
51
153.
154.
155.
ET
157.
161.
176.
Fe
162.
177.
163.
Ob
159.
D
164.
Posisi
klien
tampak
165.
52
menahan nyeri
Su
166.
Tingkah
laku
167.
Inf
klien
berhati-hati, menghindari
pergerakan
168.
tidur
(mata
169.
Al
gerakan
kacau,
menyeringai)
Tingkah
170.
laku
klien
ekspresif
(gelisah,
merintih,
menangis,
171.
Pe
panjang/berkeluh kesah)
M
160.
174.
175.
Ny
179.
182.
53
200.
D
-
Pasien
tidak
makan
mengatakan
nafsu
Mual, muntah
Malaise
Fe
183.
201.
184.
Ob
185.
180.
D
-
Porsi makan
dihabiskan
186.
Su
187.
tidak
188.
M
181.
189.
190.
Inf
191.
192.
Di
193.
54
194.
M
195.
196.
Pe
197.
198.
M
199.
203.
206.
207.
Ku
208.
tentang
penyakitnya
204.
-
209.
DO:
ketidakakuratan
mengikuti
instruksi,
55
210.
2. Post Operasi
212.
213.
214.
ET
216.
D
218.
234.
Fe
219.
220.
Ob
Klien
mengeluh
Tungkai kanan tidak
dapat diluruskan
221.
217.
D
-
Tampak
menahan
sakit.
222.
Su
meringis
Nyeri
tekan
MC.Burney
223.
titik
Skala nyeri ( 1 10 )
Pasien
memegang
daerah perut
Pernapasan tachipnea
Sirkulasi tachycardia
Gelisah
224.
Inf
225.
226.
Al
227.
56
228.
Pe
229.
230.
M
231.
232.
Ny
233.
236.
240.
258.
Fe
237.
241.
259.
H
242.
Ob
238.
D
243.
57
Usia lanjut
Kelebihan berat badan
Defisit pengetahuan
Immobilitas fisik
Pengobatan (diuretik)
244.
Su
245.
239.
246.
M
247.
248.
Inf
249.
250.
Di
251.
252.
M
253.
254.
Pe
255.
58
256.
M
257.
261.
264.
279.
Fe
265.
280.
Nyeri
Mual
Muntah
266.
Ob
262.
D
267.
-
268.
Su
263.
269.
270.
M
271.
272.
Inf
59
273.
274.
Pe
275.
276.
Ap
277.
Ins
278.
281.
282.
283.
284.
7. Diagnosa Keperawatan NANDA, NOC, NIC
285.
Diagnosa yang muncul pada anak dengan kasus apendiksitis
berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan menurut NANDA antara lain:
286.
1. Pre Operasi
i. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
ii. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.
iii. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan
dengan ansietas informasi kurang.
2. Post Operasi
60
287.
288.
289.NIC
290.
291.
292.
PR
293.
294.
300.Manajemen
Ny
nyeri
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Status kenyamanan:fisik
Tingkat ketidaknyamanan
Mengontrol rasa sakit
Tinkat nyeri
Tingkat stress
Tanda-tanda vital
mengalami
rasa
sakit
dan
296.
Menetukan dampak dari pengalaman nyeri pada
kualitas hidup.
297.
301.
Ti
Melaporkan nyeri
61
yang nyeri
Kegelisahan
Ketegangan otot
Perubahan
frekuensi
intervensi
pernafasan
Perubahan tekanan darah
Perubahan ukuran pupil
Berkeringat
Hilangnya nafsu makan
Tingkatkan istirahat
298.
299.
Ko 303.
TTV
memantau
perawatan
Laporkan tanda/gejala nyeri
pada
tenaga
kesehatan
professional
Gunakan sumber yang
tersedia
Menilai gejala dari nyeri
Gunakan catatan nyeri
Laporkan bila nyeri terkontrol
Dorong klien untuk melakukan aktivitas seharihari yang normal sesuai kemampuan yang
dimiliki.
bantuan
ketika
klien
tidak
mampu
melakukannya.
62
305.
Positioning
Menempatkan pasien di tempat tidur yang
nyaman, yang bersifat terapeutik.
63
64
306.
307.
308.
310.
Sta
317.Pengontrolan
Nutrisi
318. Aktivitas:
Intake nutrisi
Intake makanan dan cairan
Energy
Massa tubuh
Berat tubuh
Ukuran biokimia
312. diperlukan
Memastikan bahwa makanan meliputi makanan
Sta
65
jika diperlukan
Mengajarkan pasien bagaimana membuat buku
kalori
314.
Menimbang berat badan pasien pad jarak waktu
yang tepat
Memberi informasi yang tepat tentang kebutuhan
Intake kalori
Intake protein
Intake lemak
Intake karbohidrat
Intake vitamin
Intake mineral
Intake zat besi
Intake kalsium
316.
kebutuhan nutrisi
Mengajarkan dan merencanakan makan, jika
diperlukan
319.
320.Terapi Nutrisi
321. Aktivitas:
Mengontrol
309.
penyerapan
makanan/cairan
dan
jika diperlukan
Menentukan
makanan
pilihan
dengan
66
makanan
Memberi
makanan
Memberi pasien dan keluarga contoh tertulis
makanan pilihan
322.
324.
327.Pengetahuan :
proses penyakit
325.
Set
patofisiologi
dari
penyakit
dan
menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi,
tepat
326.
Pa
bagi
keluarga
informasi
67
tentang
Dukung
pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
323.
68
331.
332.
333.
PO
334.
336.
338.Manajemen
Ko
sakit)
Menggunakan metode
pencegahan
Menggunakan metode
nonanalgetik untuk
professional
Gunakan sumber yang
mengalami
rasa
sakit
dan
sesuai kebutuhan
Laporkan tanda/gejala nyeri
pada tenaga kesehatan
terkontrol
337.
Tingkat Nyeri
Melaporkan adanya nyeri
Luas bagian tubuh yang
mengurangi nyeri
Menggunakan analgetik
tersedia
Menilai gejala dari nyeri
Gunakan catatan nyeri
Laporkan bila nyeri
nyeri
nyeri.
Menetukan dampak dari pengalaman nyeri pada
kualitas hidup.
339.
340.Pemberian
analgesic
terpengaruh
Frekuensi nyeri
yang ditentukan analgesic
Panjangnya episode nyeri Cek riwayat alergi obat
Pernyataan nyeri
Tentukan analgesic yang cocok, rute pemberian dan
Ekspresi nyeri pada wajah
dosis optimal
Posisi tubuh protektif
Utamakan pemberian secara IV dibanding IM sebagai
lokasi penyuntikan, jika mungkin
Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian obat
narkotik dengan dosis pertama atau jika ada catatan
luar biasa
Cek pemberian analgesic selama 24 jam
69
341.Self care
assistance
335.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas seharihari yang normal sesuai kemampuan yang
dimiliki.
bantuan
ketika
klien
tidak
mampu
melakukannya.
70
71
pada luka.
72
mudah dilihat.
345.
346.Exercise
promotion
347. Aktivitas :
-
Menilai keyakinan
348.
kesehatan individu
349.
Memeriksa
terlebih
dahulu
pengalaman-
Menganjurkan pasien
350.
mengungkapkan
perasaan
tentang
Menganjurkan
pasien
untuk
memulai
atau
melanjutkan latihan
-
73
latihan
-
352.
a.
Faktor Resiko
358.
Pembedahan abdominal
Ascites
Luka Bakar
Balutan
Obstruksi intestinal
Manajemen elektrolit
74
Pankreatitis
Manajemen cairan
Receiving apheresis
Monitoring cairan
Sepsis
Pengaturan hemodinamik
Luka
traumatic
fraktur pinggul)
Persiapan pembedahan
354.
Identifikasi resiko
355.
Perawatan selang : GIT
Ha
Monitoring tanda-tanda vital
356.
Eli
dan
pembentukan feses
Lemak dalam fesek dalam
batas normal
Pengosongan
feses
mucus
Konstipasi
yang
dari
tidak
ditujukan
357.
75
353.
359.
a.
Kontrol resiko
360. Indikator :
Faktor resiko kurangnya
a.
KONTROL INFEKSI
366. Aktifitas :
Bersihkan lingkungan setelah digunakan oleh
pengetahuan
Mengontrol faktor resiko
pasien lain
Ganti peralatan yang digunakan untuk merawat
b.d lingkungan
Mengontrol faktor resiko
b.d kebiasaan
Memodifikasi gaya hidup
atau tidak
PROTEKSI TERHADAP INFEKSI
368. Aktivitas :
Monitor sistem, lokasi tanda dan gejala infeksi
Monitor tingkat kerentanan terkena
Berikan tindakan isolasi
Lakukan perawatan kulit
Memberikan pemasukan cairan seseui yang
dibutuhkan
Monitor perubahan energi/ malaise
Laporkan hasil kontrol infeksi yang terhadap
c.
Albumin darah
.
klien.
76
K. Implementasi
1. Mengurangi nyeri
Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi,
keparahan.
Observasi ketidaknyamanan non verbal
Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat
pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara:
masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-
buru.
Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
saat nyeri.
Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
2. Mempertahankan keseimbangan cairan
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
Monitor vital sign dan status hidrasi.
Monitor status nutrisi
Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan
waktu pembekuan.
Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
Atur kemungkinan transfusi darah.
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi.
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya.
Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
Pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.
369.
4. Mengurangi kecemasan
Memberikan informasi kepada klien mengenai prosedur dan
54
aseptic
Mengobservasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi
Memberikan antibiotic sesuai indikasi
6. Memberikan pendidikan kesehatan
Memberikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
tindakan dan perkembangan kondisi klien
370.
L. Evaluasi
1. Melaporkan berkurangnya nyeri
Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
Klien tampak rileks, mampu tidur/istirahat
2. Cairan tubuh seimbang
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
55
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
381.
382.
383.
384.
385.
386.
5.1.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
387. Apendiksitis, peradangan perpanjangan vermiform, adalah
suatu penyebab umum nyeri abdominal akut dan merupakan alasan yang
paling umum untuk pembedahan kegawatdaruratan abdominal.
388. Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi
389. Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan
resiko obstuksi dan peradangan pada lumen appendiks. Pola eliminasi
klien harus dikaji,sebab obstruksi oleh fekalit dapat terjadi karena tidak
adekuatnya diet tinggi serat. Perawatan dan pengobatan penyakit cacing
juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan
56
Saran
390. Melalui makalah ini diharapkan nantinya, kita sebagai calon
perawat dapat mengkaji penyakit klien dan memberikan asuhan
keperawatan yang tepat sesuai dengan indikasi keluhan klien dan dapat
mempraktekkan tindakan-tindakan keperawatan yang sesuai dengan
konsep yang telah teruji kebenarannya sehingga kesalahan-kesalahan yang
terjadi di lapangan dapat diminimalisir dan tim perawat pun semakin
diakui kelayakkannya sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan
391.
392.
393.
394.
395.
396.
397.
398.
399.
DAFTAR PUSTAKA
Schwartz,
Seymour,
(2000),
Intisari
Classification
(NOC).
57
St.
Louis,
403.
58