Hubungan Dokter
Hubungan Dokter
HUBUNGAN DOKTER-PASIEN
DALAM UPAYA PENYEMBUHAN /PERAWATAN
MENURUT HUKUM KEDOKTERAN
I. PENDAHULUAN
Hak atas pemeliharaan dan perawatan medis merupakan hak individu. Hak pasien
tersebut bertolak dari hubungan asasi antara dokter dan pasien. Sejak permulaan sejarah umat
manusia sudah dikenal adanya dua insane . yaitu sang pengobat dan sang penderita, yang pada
jaman modern ini disebut dengan transaksi terapeutik antara dokter dan pasien.
Hak atas perawatan pemeliharaan medis tersebut, pada prinsipnya bertumpu pada dua
dasar asasi, yaitu : pertama hak atas perawatan pemeliharaan kesehatan (the right to health care)
dan kedua, hak untuk menentukan nasib sendiri (theright to selft-determinanation).Hukum medik
(Kedokteran) pun bertumpu pada kedua dasar asasi tersebut. Atas dasar kedua tumpuan hukum
medik itu, maka dalam membahas hukum dan masalah medik; hak manusia dalam kesehatan
adalah tidak dapat dilepaskan. Hak manusia atas kesehatan ini oleh Harold Himsworth dirumus
an Kan sebagai expectation in respect to matter effecting the interest of individuals within a
particular society which the consensus of opinion in that society accept as justiable (Periksa
Hermien Hadati Koeswadji, 1984 :13)
II. PENDEKATAN MEDIKOLEGAL
Pada dasarnya pendekatan medikolegal ini merupakan pendekatan hukum mengenai
masalah-masalahyang timbul di bidang pelaksanaau kesehatan (medicolegal approach is an
trougn profesi medic dan at law concerning medicolegal approach is an throughlaw concerning
medical question). Ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Henry Campbell Blackn dalam
Blacks Law Dictionary, yang memberi batasan terhadap medical approach} sebagai an
approach relating to law concerning medica question (suatu pendekatan yang berkaitan dengan
hukum mengenai permasalahan medik).
Pendekatan medikolegal ini merupakan pendekatan yang masih relative muda, yang lahir
tahun lima puluhan karena adanya friksi /pertentangan dalam praktek dalam praktek antara
antara profesi medik. Pertentangan itu tidak mungkin diselesaikan melalui pendekatan hokum
secara murni. Di samping itu, pendekatan medik secara murni tidak mungkin dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh kedua profesi tertua di dunia itu. Oleh
karena itu, pendekatan yang rasional sistematis , multi-interdisipliner, dan tidak lain merupakan
pendekatan system. Karena merupakan system maka yang penting di sini ialah keterkaitan antar
kompnen dari sistem, yang terdiri dari tujuan, masukan, proses transformasi, umpan balik,
perangkat keras (Hard-ware), dan perangkat lunak (Soft ware).
Sebagai upaya penyembuhan ialah agar si sakit/pasien (sebagai masukan) sembuh dari
penyakitnya. Kemudian, setelah itu masukan diproses, dalam arti dilakukan proses transformasi
upaya penyembuhan. Dalam transformasi upaya penyembuhan ini dipengaruhi oleh perangkat
keras (Hard ware) dan perangkat lunak (Soft ware). Perangkat keras itu terdiri dari dokter
keluarga atau gantinya, dokter
sakit. Sedangkan sebagi perangkat lunak ialah hak yang ada dalam diri si sakit. Sedangkan
sebagi perangkat lunak ialah hak yang ada dalam diri si sakit /pasien itu sendiri, yaitu dua hak
yang sifatnya asasi. Hak tersebut ialah hak untuk menentukan nasib sendiri dan hak atas
informasi. Walaupun hak ini sudah diakui dan dicantumkan edalam dokumen-dokumen
internasional, tetapi rupanya semuanya baru merupakan jaminan bagi berlakunya hukum
normatif , maka masih perlu dituangkan dalam konstitusi Negara yang bersangkutan, atau tidak
perlu dituangkan dalam hukum kongkrit yang berlaku dalam suatu neagra karena hak itu secara
otomatis telah ada dalam diri manusia sejak manusia itu lahir. Kedua hak tersebut mempunyai
pengaruh yang besar sekali dalam upaya penyembuhan pasien. Sebab dengan hak sadar itu,
pasien bersama-sama dokter dapat menemukan terapi yang paling tepat. Bila terapi yang telah
tepat itu sudah ditemukan oleh kedua belah pihak dalam transaksi terapeutik, maka keduabelah
pihaklah yang bertanggungjawab atas segala akibat yang mungkin timbul/terjadi sebagai efek
sampingan dari terapi tersebut. Persetujuan oleh pasien agar dokter melakukan terapi tersebut.
Persetujuan oleh pasien agar dokter melakukan terapi yang telah dicari dan ditentukan serta
disepakati bersama itulah yang disebut Informed consent (Persetujuan yang didasarkan atas
informasi tentang penyakit, upaya penyembuhan, beserta akibatnya). Di samping berangkat
lunak sebagaimana disebutkan dan dijelaskan di muka, ada perangkat lunak lainnya, yaitu faktor
lingkungan EKSOSBUD.
Kesehatan Keluarga
Perabaikan gizi
Pengamanan Makanan dan Minuman
Kesehatan Lingkungan
5. Kesehatan Kerja
6. Kesehatan Jiwa
7. Pemberantasan Penyakit
8. Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan
9. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
10. Penagamanan Sediiaan Farmasi dan Alat Kesehatan
11. Pengamanan Zat Adiktif
12. Kesehatan Sekolah
13. Kesehatan Olah raga
14. Pengobatan Tradisional
15. Kesehatan Matra
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut, diatur dalam pasal 15 ayat (1 dan 2),16 ayat (2),
21 ayat (2 dan 4), 23 ayat (3), 26 ayat(1),32 ayat (4), 34 ayat (1 dan 2),35 ayat (1), 36
ayat (1),37 (1),40 ayat (1 dan 2),41 ayat (1 dan 2),44 ayat (2), 47,55 a(1), 59 ayat (1),63
ayat (1),66 ayat (2), dan 3),69 ayat (2 dan 5) 70 ayat (2).
Kgiatan tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
1. Tindakan medis tertentu (Pasal 15 ayat 1);
2. Upaya kehamilan di luar cara alami (Pasal 16 aya 2)
3. Pengamanan makanan dan minuman (Pasal 22 ayat 1);
4. Pemberian tanda atau label makanan dan minuman yang dikemas (Pasal 22 ayat
2)
5. Penyelenggaraan kesehatan kerja;
6. Pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa yang mengganggu keamanan
dan ketertiban umum;
7. Pengobatan dan perawatan oleh tenaga kesehatan yang ahli dan berwenang (Pasal
34 ayat 4);
8. Transplantasi organ tubuh dan atau jaringan tubuh serta transfuse darah (Pasal 33
ayat 2, 34 ayat 1 dan 2 , 35)
9. Implan obat dan atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia (pasal 36);
10. Bedah plastic dan rekonstruksi (pasal 37);
11. Pemberian izin sediaan farmasi dan alat kesehatan (Pasal 40 ,41);
12. Pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan , produksi dan distribusi dan pelayanan
sediaan farmasi (Pasal 43 dan 63);
13. Pengamanan Zat adiktif (Pasal 44);
14. Pengobatan tradisional (Pasal 47);
15. Penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (Pasal 66 ayat 3);
16. Penelitian dan pengembangan kesehatan (Pasal 69);
17. Bedah mayat (Pasal 70 ayat 2).
Dengan demikian, pada dasarnya kesehatan itu menyangkut semua segi
kehidupan, baik di masa lalu, masa kini, maupun masa yang akan datang, sehingga
jangkauannya sangatlah luas. Dalam sejarah perkembangannya pun telah terjadi perubahan
orientasi nilai dan pemikiran tentan upaya memecahkan masalah kesehatan, yang pada
hakekatnya berkembang sejalan dengan proses perkembangan teknologi dan sosiologi
budaya.
Pelayanan kesehatan yang pada hakekatnya merupakan upaya penyembuhan itu
telah mengalami perkembangan. Pada mulanya, pada jamannya HIpocrates upaya
penyembuhan/upaya kesehatan hanya terbatas atau menitik beratkan pada segi kuratif
(saja) dan hanya menyangkut hubungan interpersonal antara sang pengobat dan sang
penderita. Sekarang hal itu telah berkembang kea rah kesatuan upaya kesehatan yang
mencakup upaya pramatif (peningkatan), preventif (pencegahan) kuratif (penyembuhan)
dan rehabilitative (pemulihan) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Ini menyangkut hubungan dengan seluruh anggota masyarakat sebab untuk seluruh
masyarakat dan dengan peran serta seluruh masyarakat.
Upaya yang luas dan kompleks tersebut dipengaruhi oleh factor social budaya,
lingkungan ekonomi, lingkungan ekonomi, lingkungan fisik dan bialogi yang bersifat
dinamis dan kompleks. Hal ini sangat berkaitan erat dengan cara pandang dari masyarakat
dan dengan perubahan nilai dan perilaku yang dianggap tepat oleh masyarakat.kait
Dengan demikian, upaya tersebut juga terkait dengan segala ketentuan norma
yang berlaku dalam masyarakat atau mungkin norma satu dengan lainnya berlaku tumpang
tindih (misalnya :antara norma agama, norma etik/kesusilaan dan norma hokum). Sehingga
pelaksanaan profesi medic tidak mungkin diselesaikan dengan norma etik saja. Keterkaitan
itu (tumpang tindih) memperluas yurisdiksi hokum. Norma-norma tersebut mempunyai
perbedaan dan persamaan, yang bila dikaji akan menimbulkan ketegangan-ketegangan
antara bidang medic dan hukum, Salah satu cara agar ketegangan itu tidak terterjadknya
dk-tidai atau setidak-tidaknya dieliminir, yaitu dengan pendekatan medikolegall (Periksa .
Hermien Hadiati Koeswadji:27).
IV. Transaksi Terapeutik Dokter-Pasien
Pada jaman dahulu hubungan kepercayaan antara dokter dan pasien merupakan
hubungan interpersonal, karena memang tujuannya adalah penyembuhan pasien saja.
Keadaan itu kini telah berubah yaitu Pasien tidak hanya sebagai person tetapi pasien dalam
keseluruhan integritasnya, Pasien sebagai supra sistemnya. Hal ini disebabkan karena
tujuan utamanya yang ganda, yaitu preventif kuratif,promotif dan rehabilitatif.
Hubungan transaksi terapeutik antara dokter pasien pada asasnya bertumpu pada
hak menentukan nasib sendiri (the right self-determination) dan hak informasi (the riht to
information). Oleh karena itulah, dalam hubungan/transaksi terapeutik ini hak pasien
damping dilindungi oleh kedua hak tersebut. Hak menentukan nasib sendiri tidak mungkin
terwujud secara optimal apabila tidak didampingi oleh hak atas informasi. Sebab keputusan
akhir mengenai penentuan nasib sendiri tersebut dpat diberikan apabila untuk pengambilan
keputusan itu memperoleh informasi yang lengkap tentang segala untung ruginya bila
sesuatu keputusan telah diambil.
Jadi sekali lagi, dengan kedua hak tersebutlah hak pasien bertumpu. Dengan
kedua hak itu Pasien bersama-sama dengan dokter menemukan terapi yang paling tepat
untuk kesehatannya, dan bila terapi yang paling tepat itu telah ditemukan oleh kedua
belah pihak, maka dia berdualah yang bertanggung jawab atas segala akibat yang
mungkin terjadi sebagai efek sampingan dari terapi tersebut. Persetujuan pasien inilah
yang dalam Hukum Kedokteran disebut Informed consent.
Berdasarkan transaksi terapeutik itulah, lahir hak dan kewajiban antara pasien dan
dokter secara timbale balik. Dokter di satu pihak dan pasien di pihak lain dalam satu
hubungan transaksi terapeutik ialah berkedudukan sama sebagai subyek hukum, dan
dalam memanggung hak dan kewajiban.
Hak dan kewajiban dokter pasien dapat dirinci sebagai berikut :
A. Kewajiban dan Hak Dokter
1. Kewajiban Dokter
Kewajiban dokter dapat dibedakan dalam tiga kelompok,yaitu(periksa
.Fred Ameln,1991:56-57)
a. Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan
kesehatan(health care);
b. Kewajiban yang berhubungan dengan hak pasien, meliputi:
1) Hak atas informasi;
2) Hak memberikan persetujuan;
3) Hak memilih dokter;
4) Hak memilih sarana kesehatan(RS);
5) Hak atas rahasia kedokteran;
6) Hak menolak pengobatan /perawatan;
7) Hak menolak suatu tindakan medis tertentu;
8) Hak untuk menghentikan pengobatan;
9) Hak atas second opinion(pendapat kedua);
10) Hak melihat rekam medis.
2. Hak Dokter
Hak dokter meliputi antara lain ,sebagai berikut:
(periksa.Fred Ameln,1991:64-66)
a. Hak untuk bekerja menurut standarmedik;
b. Hak menolak pelaksanaan tindakan
medik,karena
secara
berikut:
(Periksa Prasetyo Hadi Purwandoko dan Suranto,1991:66-67)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Selain hak- hak pasien yang bersifat umum tersebut ada juga hak- hak pasien
psikiatris hak pasien psikiatrisini dibagi menjadi dua ,yaitu hak pasien psikiatris yang
dirumah sakitkan secara sukarela dan yang dipaksakan .
Hak hak pasien psikiatrisyang dirumah sakitkan secara sukarela adalah sebagai
berikut
(Periksa. Prasetyo Hadi Purwandoko dan Suranto,1991:68)
a.
b.
c.
d.
e.
10
11
Perjanjian dengan rumah sakit akan mempunyai efek yang berbeda.Lebih- lebih bila
dalam penanganan pelayanan kesehatan tersebut pihak yang dimaksud berupa tim.
Sedangkan syarat lainnya agar transaksi terapeutik itu sah menurut hukum , harus
memenuhi syarat sahnya perjanjian , sebagaimana dapat dilihat dalam pasal 1320
KUH Perdata (BW), yaitu antara lain : adanya kata sepakat para pihak, para pihak
mampu untuk bertindak , isi perjanjian jelas , dan apa yang diperjanjikan tidak boleh
bertentangan dengan undang undang maupun hukum yang berlaku pada saat
perjanjian itu dibuat (Periksa syarat umum perjanjian di dalam 1320 KUH Perdata
/BW). Disamping itu ,isi dan pelaksanaan perjanjian pada hakekatnya berisikan halhal :tidak bertentangan dengan kepatutan , berdasarkan etikad baik, dan mencakup
kepentingan para pihak. Kepatutan dan etikad baik itu dikaitkan dengan tolak ukur
yang berlaku dalam masyarakat setempat.
V. Kesimpulan
Ditinjau dari aspek hukum kesehatan , maka hubungan Dokter- Pasien tidak dapat
dilepaskan dengan apa yang dinamakan dengan Pelayanan Kesehatan , yang telah
berkembang sejak jaman Hipocrates sampai jaman modern ini. Pada jaman modern
seperti sekarang ini upaya penyembuhan begitu luas dan kompleks sekali, yang
dipengaruhi oleh factor social budaya , lingkungan ekonomi , lingkungan fisik dan
biologi yang juga bersifat dinamis dan kompleks . Hubungan dokter pasien ditinjau
dari aspek medikolegal tidak lain merupakan pendekatan sistem mengenai hubungan
dokter pasien , yang menyangkut berbagai sub sistem upaya penyembuhan . Upaya
penyembuhan ini berkait pula dengan segala dan ketentuan dan norma yang berlaku
dalam masyarakat .
Pada saat ini hubungan dokter- pasien bukanlah merupakan hubungan interpersonal ,tetapi masing- masing pihak sebagai pihak yang terlibat transaksi terapeutik
mempunyai hak dan kewajiban secara timbale balik . D alam transaksi tersebut ,
upaya penyembuhan merupakan upaya yang hasilnya belum pasti dan apabila gagal
maka pihak Dokter/ Rumah Sakit dan pasien/keluarganya merekalah yang
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1993.Undang undang Republik Indonesia Nomer 23 Tahun 1993
tenteng Kesehatan . Jakarta:Sekretariat Negara.
Fred Ameln.1991.Kapita Selekta Hukum Kedokteran . Jakarta:Grafikatama Jaya
13