Index 2
Index 2
M Berteologi ::
Tetapi mengkomunikasikan Injil dengan karunia “xenolalia” justru akan memampukan si penyampai untuk
berbahasa “asing” sesuai dengan pemahaman para pendengarnya, sehingga para pendengar mampu
mengerti dengan jelas berita yang disampaikan. Sehingga orang-orang Yahudi, orang-orang asing yang menjadi
penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab dari beberapa tempat seperti: Partia, Media, Elam, penduduk
Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, daerah-daerah Libia, dan pendatang-pendatang
dari Roma dapat mengerti seluruh maksud dari firman yang disampaikan oleh rasul Petrus (Kis. 2:8-11). Ini berarti
pencurahan Roh Kudus pada prinsipnya bertujuan untuk menjembatani suatu jarak yang terbentang di antara berbagai
pihak, sehingga setiap pihak dapat mengalami karya keselamatan Allah yang telah dinyatakan di dalam pengorbanan
Tuhan Yesus Kristus di kayu salib. Walaupun kehidupan kita di antara sesama saat ini telah dilengkapi dengan
peralatan komunikasi yang canggih, namun dalam prakteknya masih sering ditandai oleh kegagalan dalam
berkomunikasi. Kesalahpahaman yang terjadi selain menimbulkan berbagai konflik dan pertikaian, juga tidak jarang
terjadi pertumpahan darah. Walaupun kita seiman, namun tidak jarang kita mengalami kesulitan dan kegagalan untuk
memahami “world-view” (pandangan dunia) sesama anggota jemaat kita. Apalagi komunikasi yang kita
lakukan dengan orang yang tidak seiman, tidak satu suku/etnis, tidak sama tingkat pendidikan dan tingkat sosialnya
akan berada dalam jarak yang lebih lebar dan sulit. Akibatnya hidup kita saat ini sering terkotak-kotak, saling
mengucilkan dan mencurigai sesama. Bahkan yang lebih memprihatinkan hubungan di tengah-tengah keluarga juga
terkotak-kotak, sehingga hubungan antara suami-isteri sering ditandai oleh kesalahpahaman, pertikaian dan perceraian.
Selain itu pada zaman yang modern ini kita masih menghadapi masalah diskriminasi gender kepada kaum wanita, yang
mana kaum wanita masih sering menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Demikian pula hubungan antara
orang-tua dan anak mengalami masalah yang makin kompleks. Setiap kita gagal dalam komunikasi sehingga
menimbulkan kesalahpahaman dan konflik dengan sesama, maka saat itu juga kita kehilangan perasaan damai-
sejahtera. Sebenarnya pengalaman kehilangan perasaan damai-sejahtera merupakan suatu sinyal rohani yang
dikaruniakan oleh Tuhan untuk mengingatkan bahwa hidup kita tidak bahagia karena kita telah gagal dalam memahami
dan mengasihi sesama kita. Pemulihan Untuk Saling Mengasihi
Janji Tuhan Yesus yang akan mengutus Roh Kudus pada prinsipnya bertujuan agar hubungan antara sesama dalam
kehidupan umat manusia ditandai oleh kemampuan untuk mengasihi. Itu sebabnya di Yoh. 14:15-16, Tuhan Yesus
berkata: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu. Aku akan minta kepada Bapa,
dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu, yaitu Roh
Kebenaran”. Karya Roh Kudus yang utama adalah memulihkan kemampuan umat percaya untuk saling
mengasihi, sehingga hubungan dan komunikasi yang terputus dapat terjalin kembali. Sehingga dalam keluarga atau
rumah-tangga umat percaya diharapkan tidak ada lagi yang melakukan kekerasan dalam berbagai bentuk, baik
kekerasan secara fisik maupun kekerasan secara emosional. Tetapi kenyataan justru berbicara lain. Keluarga orang-
orang Kristen justru sering terlibat dalam kekerasan fisik dan emosi kepada anggota keluarganya. Para pelaku
kekerasan tersebut sesungguhnya orang-orang yang belum mampu berdamai dengan masa lalunya yang buruk.
Mereka membutuhkan pencurahan Roh sehingga luka-luka batin mereka disembuhkan. Karya Roh Kudus bertujuan
untuk mendamaikan diri kita dengan Allah dan sesama kita. Itu sebabnya Roh Kudus yang adalah Penghibur
dikaruniakan kepada umat percaya agar mereka mengalami damai-sejahtera Kristus yang tidak dapat diberikan oleh
dunia ini. Di Yoh. 14:27 Tuhan Yesus berkata: “Damai-sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai-sejahteraKu
Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan
gentar hatimu”. Dengan demikian karya Roh Kudus dikaruniakan kepada kita agar Dia membalut dan
menyembuhkan semua luka-luka batin atau luka-luka dalam emosi kita, sehingga kita dapat mengalami damai-sejahtera
dan pengampunan dari Kristus. Pemulihan dan penyembuhan dari Kristus tersebut memungkinkan kita untuk menjadi
saksi yang menyalurkan damai-sejahteraNya.
Karena itu kehidupan jemaat dapat menjadi potret diri dari para keluarga yang menjadi anggotanya. Jika para keluarga
dalam anggota jemaat tersebut dipenuhi oleh kasih dan pengampunan, maka jemaat secara keseluruhan akan
cenderung mempraktekkan damai-sejahtera Kristus. Sebaliknya ketika para keluarga dalam anggota jemaat tersebut
dipenuhi oleh luka-luka batin dan perasaan sakit hati, maka umummya mereka akan cenderung untuk saling
mengembangkan sikap curiga, bermusuhan, iri-hati dan saling melukai. Karya Roh Kudus pada hari Pentakosta tidak
sekedar berkarya dalam lingkup yang luas seperti gereja atau masyarakat, tetapi dimulai dari kehidupan keluarga dan
komunitas inti lainnya. Bila setiap komunitas inti atau keluarga memperoleh pencurahan Roh Kudus yang menyebabkan
mereka mengalami pembaharuan hidup, maka pembaharuan hidup tersebut akan membawa pengaruh yang sangat
besar dalam lingkup yang lebih luas. Karya Roh Kudus yang utama adalah menghadirkan kasih dan pengampunan,
sehingga terciptalah suatu syaloom yang menyeluruh dalam kehidupan umat.
seluruh aspek kepribadian kita. Sehingga arah dan orientasi hidup kita tertuju kepada keinginan daging dan hawa-nafsu
dunia ini. Kita menjadi budak dan hamba dari hawa nafsu seperti misalnya: hawa-nafsu amarah, serakah, bersikap
sewenang-wenang, nafsu seksuil yang liar, sikap konsumerisme, dan sebagainya. Di Rom. 8:6 merupakan gambaran
bagaimana perbedaan orientasi antara mereka yang hidup menurut daging dan mereka yang hidup menurut Roh, yaitu:
“Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut
Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh”. Karena itu karya Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta ini
bertujuan untuk memulihkan kembali arah dan orientasi hidup kita agar tertuju kepada keinginan Roh belaka. Kita
semua dipanggil untuk tidak bersikap toleran dan tidak berkompromi sedikitpun dengan berbagai keinginan daging.
Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai-sejahtera (Rom. 8:6).
Manakala kita dibebaskan dari keinginan daging, maka oleh kuasa Roh Kudus kita diberi karunia damai-sejahtera.
Dalam hal ini makna damai-sejahtera merupakan lawan dari roh ketakutan dan kecemasan. Firman Tuhan di Rom. 8:14-
15 berkata: “Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh
perbudakan yang membuat kamu takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh
Roh itu kita berseru: ya Abba, ya Bapa”. Ketika kita hidup menurut keinginan daging maka kita terbelenggu oleh
hawa-nafsu dan kuasa dosa sehingga membuat kita terpisah dari persekutuan dengan Allah. Kita dikuasai oleh roh
perbudakan yang membuat kita hidup dalam ketakutan (Rom. 8:14). Kita kehilangan damai-sejahtera di dalam hati kita
karena hidup kita menjadi telah seteru Allah. Padahal damai-sejahtera merupakan suatu kebutuhan rohaniah yang
paling mendasar. Tanpa damai-sejahtera dari Allah, maka hidup kita tidak dapat mengenyam makna bahagia dalam
hidup ini. Tepatnya tanpa damai-sejahtera dari Allah, kita tidak bahagia. Namun kita sering membungkam perasaan
tidak bahagia ini dengan melakukan berbagai keinginan daging. Untuk jangka waktu sementara hati kita memang
terhibur. Tetapi perasaan tidak bahagia yang ditutupi oleh berbagai keinginan daging sesungguhnya makin
memperdalam penderitaan batin kita. Keadaan tersebut seperti seseorang yang sedang kehausan dengan meminum
banyak air laut. Dia akan makin haus ketika minum air laut, tetapi tak lama lagi dia akan mati. Di tengah-tengah dunia
yang berdosa ini Kristus tidak membiarkan diri kita seperti yatim-piatu (Yoh. 14:18), yaitu orang-orang yang kehilangan
kedua orang-tuanya. Karena itu Dia mencurahkan Roh KudusNya agar hubungan kita dengan Allah dipulihkan. Kuasa
Roh Kudus memampukan kita untuk hidup sebagai anak-anak Allah sehingga dalam hidup kita sehari-hari terjalin
hubungan yang mesra dengan Allah. Di dalam kuasa kasih Kristus, kita diperkenankan untuk memanggil Dia yang
kudus dengan “ya Abba, ya Bapa”.
Panggilan
http://yohanesbm.com Powered by Joomla! Generated: 19 May, 2010, 16:41
:: Yohanes B.M Berteologi ::
Jika demikian, karya pencurahan Roh Kudus pada hakikatnya merupakan karunia Allah bagi setiap orang percaya agar
kita mengalami transformasi dalam spiritualitas iman kita. Setiap orang percaya yang hidup menurut Roh senantiasa
ditandai oleh perubahan hidup yang terus-menerus, dan pada saat yang sama setiap orang percaya hidup berdamai
dengan Allah. Karya Roh Kudus bersifat transformatif sekaligus menciptakan rekonsiliasi dengan Allah, sesama dan
dengan diri kita sendiri. Ketika spiritualitas dan kepribadian kita ditransformasi oleh Roh Kudus, sehingga kita juga
dapat mengalami rekonsiliasi dengan Allah, sesama dan diri sendiri; bukankah kita juga dimampukan menjadi para
pribadi yang dapat mengalami damai-sejahtera Allah? Tanda-tanda pencurahan Roh Kudus dapat terlihat pada
kenyataan yang terjadi dalam spiritualitas dan kepribadian kita, yaitu apakah kita telah berdamai dengan Allah, sesama
dan diri kita sendiri. Ketika kita telah diperdamaikan oleh kuasa Roh Kudus, maka kita juga dimampukan untuk
mengasihi Allah, sesama dan diri kita sendiri. Bagaimana dengan kehidupan saudara saat ini? Apakah saudara telah
mengalami damai-sejahtera? Juga apakah hidup saudara sungguh-sungguh bahagia dan penuh makna? Bila belum,
maka pada saat ini Allah menawarkan kasih-karuniaNya kepada kita. Kristus menawarkan Roh KudusNya yang mampu
membebaskan diri kita dari roh perbudakan, yaitu kuasa dosa yang mengikat dan membelenggu diri kita. Amin. Pdt.
Yohanes Bambang Mulyono
www.yohanesbm.com