Anda di halaman 1dari 48

KEGIATAN I . UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP TN.

HS
DENGAN ASMA INTERMITTEN PADA ASMA TERKONTROL
TAHAP I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga

: Tn. HS

Alamat Lengkap

: Sidomulyo RT 50 RW 15, Sragen Wetan

Bentuk Keluarga

: Extended Family

Tabel 1.Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


No

Nama

Kedudukan

L/P

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Pasien

Ket

1.

Tn. HS

KK

69 tahun

Sekolah

Ya

Asma

2.

Tn. HS

Istri

56 tahun

Rakyat
-

Tidak

3.
4
5

Tn. A
Tn. S
Ny. PH

Anak
Anak
Anak

L
L
P

32 tahun
26 tahun
26 tahun

SMA
STM
SMA

Swasta
Swasta
Swasta

Tidak
Tidak
Tidak

WP

menantu
Cucu

5 tahun

TK

Pelajar

Tidak

Klinik

Sumber: Data primer, Desember 2013


Keterangan:

Permasalahan dalam keluarga ini adalah Tn. Harjo Suwito, umur 69 tahun, jenis
kelamin laki-laki, pengangguran dengan masalah kesehatan asma intermiten
ringan pada asma terkontrol.

TAHAP II

STATUS PASIEN
D. Identitas Pasien
Nama

: Tn. HS

Umur

: 69 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pendidikan

: SR

Agama

: Islam

Alamat

: Sidomulyo, RT 50 RW 15, Sragen Wetan

Suku

: Jawa

Tanggal periksa

: 3, 5, 7 Desember 2013

E.

Keluhan Utama
1. Keluhan Utama : sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh sesak nafas sejak 1 tahun yang lalu dan mulai
berobat sejak satu tahun yang lalu. Saat ini gejala sesak nafas tidak sering
kambuh-kambuhan. Sesak nafas penderita biasanya kambuh terutama saat
cuaca dingin. Keluhan sesak nafas, biasanya didahului batuk berdahak dan
rhinorea. Sebulan terakhir pasien sesak nafas pasien kambuh sebanyak 3
kali. Gejala asma malam kambuh satu kali, pada bulan lalu disertai dengan
mengi. Untuk meringankan keluhan, pasien masih rutin berobat di
puskesmas. Dokter puskesmas Sragen memberikan terapi berupa obat
tablet amoxcicilin, metilprednisolon, GA, dan obat semprot (Ventolin).
Setelah berobat rutin sejak satu tahun yang lalu, keluhan dirasakan
semakin berkurang dan membaik dengan konsumsi obat yang teratur.
Penurunan nafsu makan (-), penurunan berat badan (-), keringat malam (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
a) Riwayat mondok

: -

b) Riwayat alergi

: (+) alergi cuaca dingin.

c) Riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung disangkal.


4. Riwayat Kebiasaan

a) Riwayat merokok

: (+) sejak 20 tahun yang lalu. Sejak 1983

sampai 2011. Setelah tahun 2011, pasien berhenti merokok.


b) Riwayat olah raga teratur : jarang
c) Riwayat minum alkohol dan obat herbal disangkal.
5. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga :
a) Riwayat sakit serupa

: (+) ayah pasien juga menderita sesak nafas.

b) Riwayat alergi, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung disangkal.


6. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah seorang laki-laki 69 tahun dengan seorang istri dan
empat orang anak. Saat ini penderita tinggal dengan keluarga di rumah
milik pribadi dengan istri, dua anak, menantu dan cucu. Sebelumnya
penderita adalah seorang kuli gendong. Tetapi sejak beberapa tahun
penderita sudah tidak bekerja karena faktor usia. Saat ini biaya hidup
sehari-hari berasal dari penghasilan anak penderita yang bekerja di sebuah
restoran. Pendapatan keluarga total per bulan sekitar Rp 1.200.000
7. Riwayat Gizi
Penderita sehari-harinya makan 2-3 kali sehari dengan nasi, sayursayuran, lauk pauk seperti tempe, tahu dan kadang daging. Penderita jarang
mengkonsumsi buah-buahan dan susu.
F.

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum

: sesak nafas.

2. Status Gizi

: BB : 40 kg; TB : 156 cm; IMT: 16,4 (kesan

normoweight)
3. Tanda Vital
a) Tekanan darah

: 150/90; Frekuensi nafas : 20x/menit; Suhu : 36,6 oC

b)Nadi

: 72x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup

4. Mata

: pandangan kabur (-/-)

5. Telinga, hidung, leher, paru, abdomen dalam batas normal


6. Thoraks

: Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal,

retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-)
a) Cor

1) Inspeksi

: ictus cordis tak tampak

2) Palpasi

: ictus cordis tak kuat angkat

3) Perkusi

- batas kiri atas

: SIC II LPSS

- batas kanan atas

: SIC II LPSD

- batas kiri bawah

: SIC V 1 cm medial LMCS

- batas kanan bawah

: SIC IV LPSD

- pinggang jantung

: SIC III LPSS

batas jantung kesan tidak melebar


4) Auskultasi : Bunyi jantung III intensitas normal, regular, bising (-)
b) Pulmo :
1) Inspeksi

: pengembangan dada kanan = dada kiri

2) Palpasi

: fremitus raba kanan = kiri

3) Perkusi

: redup SIC II-IV/ redup SIC III-IV

4) Auskultasi : suara dasar vesikuler (+ N/+ N), ronkhi basah kasar


(-/-), wheezing (-/-)
7. Abdomen

1) Inspeksi

: dinding perut sejajar dinding dada, venektasi (-)

2) Palpasi

: nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

3) Perkusi

: timpani seluruh lapang perut

4) Auskultasi : bising usus (+) normal


8. Ekstremitas

: akral dingin

G.

oedem

Pemeriksaan Penunjang :
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.

H.

Clinical Assesment :
Pasien mengalami asma intermiten pada asma terkontrol.

I. Penatalaksanaan :
Pasien rutin mengkonsumsi obat rawat jalan dari Puskesmas yaitu:
1. Amoxcicillin 500mg 3x1
2. Metilprednisolon 5mg 1x1 sebelum 6 jam
3. GA 2/3 2x1
4. Ventolin inhaler 2 puff

Pasien dianjurkan untuk terus kontrol rutin ke Puskesmas bila obat habis,
menghindari faktor pencetus, dan dilarang menggunakan obat selain dokter.

G. Flow Sheet
Nama

: Tn. HS

Diagnosis : Asma intermiten pada asma terkontrol


Tabel 2. Flow Sheet Tn. HS tanggal 3 Desember 2013, 5 Desember 2013, dan 7 Desember 2013
Pemeriksaan Fisik
Tanggal

Keluhan

3
Desember
2013

Sesak nafas

Tensi : 150/90
Nadi :72x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,6

Mata, telinga, hidung, leher,


paru, jantung, dan abdomen
dalam batas normal

5
Desember
2013

Sesak nafas
dan batuk
tidak
berdahak

Tensi : 150/90
Nadi :68x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,5

Mata, telinga, hidung, leher,


paru, jantung, dan abdomen
dalam batas normal

Tanda Vital

Px fisik

Terapi

Planning

Amoxcicillin Melanjutkan pengo500mg 3x1


batan sebelumnya
Metilprednisol Edukasi untuk kontrol
on 5mg 1x1
rutin ke Puskesmas
sebelum 6 jam Edukasi anak pasien
GA 2/3 2x1
untuk berhenti
Ventolin
merokok
inhaler 2 puff
Menghindari faktor
pencetus
Amoxcicillin Ambroxol 3x10mg
500mg 3x1
Melanjutkan pengoMetilprednisol
batan sebelumnya
on 5mg 1x1
Edukasi anak pasien
sebelum 6 jam
untuk berhenti
GA 2/3 2x1
merokok
Ventolin
Menghindari faktor
inhaler 2 puff
pencetus
Edukasi teknik bernafas
efektif

Target

Keterangan

Menurunkan
angka
eksaserbasi
akut asma

Menurunkan
angka
eksaserbasi
akut asma

Saran terapi
medikament
osa
diberikan
kepada
dokter di
Puskesmas

21 Sept
2013

Tidak ada
keluhan

Tensi : 150/100
Nadi :65x/menit
RR : 21x/menit
Suhu : 36,7

Mata, telinga, hidung, leher,


paru, jantung, dan abdomen
dalam batas normal

Amoxcicillin Melanjutkan pengo500mg 3x1


batan sebelumnya
Metilprednisol Edukasi anak pasien
on 5mg 1x1
untuk berhenti
sebelum 6 jam
merokok
GA 2/3 2x1
Menghindari faktor
Ventolin
pencetus
inhaler 2 puff
Edukasi teknik bernafas
efektif

Menurunkan
angka
eksaserbasi
akut asma

TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas penderita (Tn. Harjo Suwito, 69 tahun), istri
(Ny. Sriyati, 56 tahun), anak (Tn. Agus, 32 tahun dan Tn. Setiadi, 26
tahun), anak menantu (Ny. Puji Hartini, 26 tahun), cucu (Wasya Putra, 5
tahun). Keenam orang tersebut tinggal dalam satu rumah. Secara umum,
keluarga ini cukup sehat.
2. Fungsi Psikologis
Penderita tinggal serumah dengan istri, anak, anak menantu dan
cucunya. Hubungan penderita dengan istri, anak, anak menantu, dan
cucunya baik. Penyelesaian masalah keluarga yang ada didiskusikan
bersama-sama.
3. Fungsi Sosial Budaya
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat melainkan hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Namun
demikian, keluarga ini masih cukup aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penderita dan istri sudah tidak bekerja. Anak penderita yaitu Tn.
A dan istrinya, Ny. PH bekerja di sebuah restoran. Penghasilan per bulan
diperoleh dari dari pemberian anak-anaknya, kurang lebih sebanyak Rp
1.200.000,- yang digunakan untuk biaya hidup sehari-hari.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Keputusankeputusan penting dalam keluarga dipegang oleh
penderita. Dalam kesehariannya, penderita dan keluarganya tidak ada
masalah dalam berinteraksi dengan masyarakat. Hubungan antar tetangga
sekitar terjalin dengan baik.
Kesimpulan :
Secara keseluruhan fungsi holistik keluarga Tn. HS adalah baik.
Hubungan antar anggota keluarga terjalin harmonis. Dari segi ekonomi
pendapatan keluarga cukup untuk hidup sehari-hari. Keluarga ini bukan
8

merupakan

tokoh

masyarakat

tetapi

cukup

aktif

dalam

kegiatan

kemasyarakatan. Untuk penguasaan masalah dan pengambilan keputusan,


dilakukan diskusi bersama-sama seluruh anggota keluarga.
B. Fungsi Fisiologis Keluarga (Apgar Score)
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGARscore. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari
sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain. APGAR score meliputi :

Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota
keluarga yang lain. Dalam menghadapi masalah selama ini, penderita
cukup mendapatkan perhatian dari anggota keluarga yang lain terutama
istri dan anak-anak penderita. Penyakit yang diidap penderita tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari.

Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut. Hubungan serta komunikasi antara penderita dengan istri dan
anaknya berjalan dengan baik. Aktivitas sehari-hari banyak dihabiskan
penderita untuk beristirahat.

Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut. Saat ini asma penderita sudah
jarang kambuh. Keluarga penderita memberi dorongan dan semangat
agar penderita tidak malas kontrol berobat ke dokter.

Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga. Hubungan kasih sayang antara penderita dengan istri dan anakanaknya cukup baik.

Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan


waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Penderita
merasa puas dengan kebersamaan dan waktu bersama istri. Namun
penderita masih merasa waktu kebersamaan bersama anak-anak kurang.
Skoring :
Hampir selalu

: 2 poin

Kadang kadang

: 1 poin

Hampir tak pernah

: 0 poin

Tabel 3. APGAR Tn. HS terhadap Keluarga


A.P.G.A.R.Tn.HS Terhadap Keluarga
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
dan mendapat mendapat dukungan dari
keluarga
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R
Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama

Rekomendasi nilai APGAR Tn. W terhadap keluarga adalah 9 (baik).


Tabel 4. APGAR Tn. HS terhadap Keluarga
A.P.G.A.R. Tn. HS Terhadap Keluarga
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
dan mendapat mendapat dukungan dari
keluarga
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
10

untuk melakukan kegiatan baru atau arah


hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga


saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian, dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama


Rekomendasi nilai APGAR Tn. HS terhadap keluarga adalah 10.
Tabel 5. APGAR Tn. A Terhadap Keluarga
A.P.G.A.R. Tn. HSm Terhadap Keluarga

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi masalah

dan mendapat mendapat dukungan dari


keluarga
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan

saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah


hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian, dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama


Rekomendasi nilai APGAR Tn. A terhadap keluarga adalah 8.
Tabel 6. APGAR Tn. S terhadap Keluarga
A.P.G.A.R.Tn.HS Terhadap Keluarga
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
dan mendapat mendapat dukungan dari
keluarga
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
11

hidup yang baru


A Saya puas dengan cara keluarga
saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R
Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama

Rekomendasi nilai APGAR Tn. W terhadap keluarga adalah 9 (baik).


Tabel 7. APGAR Ny. PH terhadap Keluarga
A.P.G.A.R. Tn. HS Terhadap Keluarga

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi masalah

dan mendapat mendapat dukungan dari


keluarga
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan

saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah


hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian, dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama


Rekomendasi nilai APGAR Ny. PH terhadap keluarga adalah 9.
Tabel 8. APGAR An. WP Terhadap Keluarga
A.P.G.A.R. An. WP Terhadap Keluarga
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
dan mendapat mendapat dukungan dari
keluarga
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
12

hidup yang baru


A Saya puas dengan cara keluarga
saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian, dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama


Rekomendasi nilai APGAR An. WP terhadap keluarga adalah 10.
Fungsi fisiologis keluarga = (9+10+8+9+9+10)/6 = 56/6 = 9,3 (BAIK)
Kriteria A.P.G.A.R : 8-10 baik
6-7 cukup
<5 buruk
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R. keluarga Tn. HS adalah 30,
sehingga rata-rata A.P.G.A.R. dari keluarga Tn. HS adalah 9. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Tn. W dalam
keadaan baik.
C. Fungsi Patologis
Fungsi patologis dinilai dengan menggunakan SCREEM score dengan rincian
sebagai berikut :
Tabel 6. SCREEM Score keluarga Tn. W
Sumber
Social
Cultural

Religius

Economic

Patologi
Interaksi sosial penderita kurang.
Partisipasi penderita dalam masyarakat
kurang.
Belum mengerti kebudayaan daerah
dengan baik. Namun banyak tradisi
budaya yang masih diikuti. Saat hari
raya, tahun baru, ulang tahun, ada
perayaan khusus meskipun sederhana.
Pemahaman agama baik ditandai
dengan penerapan ajaran agama yang
baik, penderita sudah diajarkan
menjalankan sholat lima waktu dan
berpuasa.

Keterangan Patologis

Ekonomi
keluarga
tidak
stabil.
Pemasukan relatif kurang untuk
mencukupi
kebutuhan
sehari-hari
seluruh anggota keluarga. Sehingga

13

Education

Medical

tidak ada sisa uang untuk ditabung.


Pendidikan anggota keluarga kurang
memadai. Tingkat pendidikan dan
pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan
memiliki fasilitas pendidikan seperti
buku-buku, koran terbatas.
Tidak mampu membiayai pelayanan
kesehatan yang lebih baik. Dalam
mencari pelayanan kesehatan, keluarga
ini menggunakan Puskesmas dengan
memakai JAMKESMAS.

Kesimpulan:
Fungsi patologis keluarga : cukup, karena fungsi social, economic, cultural,
dan medical masih baik.
D. Genogram
Fungsi genetik dinilai dari genogram keluarga
Alamat lengkap

: Sidomulyo RT 50 RW 15, Sragen Wetan

Bentuk Keluarga : Extended Family


A

N O

W
Gambar 1. Genogram Keluarga Tn. W
Keterangan:
: Laki-laki masih hidup

: Laki-laki sudah meninggal

14

: Perempuan masih hidup

: Penderita Asma
: keluarga pasien yang

: Perempuan sudah meninggal

menderita penyakit
serupa

Nama Anggota Keluarga :


A : Tn. Hadi

M : Tn. Suratmin

B : Tn. HSutiyem

N : Tn. Ngadimin

C : Tn. Wito

O : Ny. Sriyati

D : Ny. Winarsih

P : Ny. Jum

E : Ny. Rebi

Q : Ny. Nuk

F : Ny. Riyem

R : Giyarsono

G : Ny. Mikem

S : Sriyanto

H : Tn. Harjo Suwito

T: Agus

I : Tn. Ngadiyo

U: Puji Hartini

J : Tn. Diman

V: Setiadi

K : Ny. Maryatun

W: Wasya Putra

L : Tn. Sriyono
Kesimpulan :

Ayah Tn. HS yang sudah meninggal juga menderita sesak nafas.

Penyakit asma diturunkan kepada Tn. HS oleh ayahnya.

Penyakit asma Tn. HS tidak menurun ke anggota keluarga lain.

Terdapat korelasi terhadap faktor genetik

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular.

15

E. Interaksi Keluarga
Tn. HS
(56 tahun)

Tn. A
(32 tahun)

Tn. HS
(69 tahun)

Tn. S
(26 tahun)

An. WP
(5 tahun)

Ny. PH
(26 tahun)

Sumber : Data Primer, Desember 2013


Gambar 2. Pola Interaksi Keluarga Tn. HS
Keterangan :
: Hubungan Harmonis
: Hubungan Tidak Harmonis
Kesimpulan :
Dari diagram di atas pola interaksi 2 arah antar anggota keluarga berjalan
baik dan harmonis yaitu antara kepala keluarga yakni Tn. HS dan anggota
keluarganya yaitu istrinya Tn. HS, anaknya Tn. A dan Tn S, anak menantunya
Ny. PH, dan cucunya An. WS.

F. Faktor Perilaku Keluarga


1) Pengetahuan

17

Tingkat pendidikan pasien dan istri pasien tergolong rendah, tetapi anak-anak
pasien memiliki pendidikan yang cukup baik. Perilaku pasien dan istri pasien
yang berhubungan dengan kesehatan masih belum maksimal. Tetapi, anakanak pasien mulai memperhatikan dan menyadari perilaku hidup sehat
walaupun belum mencapai standar hidup sehat.
2) Sikap
Sikap keluarga dalam menghadapi penyakit pasien tergolong cukup positif.
Keluarga mengusahakan kesembuhan pasien dengan mendorong pasien
untuk segera berobat. Disamping itu, istri dan anak-anak pasien juga
mengingatkan pasien agar meminum obat secara teratur. Namun, terkadang
pasien malas untuk kembali kontrol rutin karena merasa gejala sesak nafas
sudah berkurang.
3) Tindakan
Jika terdapat anggota keluarga yang sakit, maka segera diperiksakan ke
puskesmas Sragen. Dalam menjaga kebersihan rumah, keluarga ini jarang
membersihkan

rumah

karena

merasa

tidak

ada

waktu

untuk

membersihkan rumah..
G. Faktor Non Perilaku Keluarga
1) Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga ini adalah rumah sendiri dengan kondisi kurang
memadai. Luas bangunan 69 m2. Kebersihan lingkungan rumah terjaga
cukup baik, namun kebersihan beberapa bagian rumah kurang terjaga. Lantai
rumah sudah disemen, dinding dari tembok, sumber air berasal dari sumur,
listrik sudah ada, kamar mandi sudah ada. Tetapi pencahayaan ruangan dan
ventilasih masih kurang memadai. Pembuangan limbah keluarga memenuhi
sanitasi lingkungan. Sampah keluarga dibuang di tempat sampah dan setiap
beberapa hari sekali diambil oleh petugas sampah.
2) Pelayanan Kesehatan
Jika berobat pasien dan keluarga menggunakan biaya JAMKESMAS.

18

3) Keturunan
Ayah kandung penderita menderita asma, sehingga salah satu faktor yang
mungkin berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pasien adalah faktor
keturunan.
H. Indoor
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 13 x 6 m menghadap ke
timur, dalam lingkungan pemukiman biasa. Rumah terdiri dari 3 kamar
tidur, 2 dapur, ruang keluarga, ruang tamu, gudang, ruang barang, wc,
kamar mandi. Pekarangan ada di depan rumah. Di belakang rumah terdapat
tempat jemur, kandang ayam dan sumur timba. Lantai rumah sudah
disemen, ventilasi dan pencahayaan rumah masih kurang, dinding rumah
dari tembok, dan atap dari genteng tanpa langit-langit.
Denah Rumah

Sumber: data primer, Desember 2013

Gambar 3. Denah Rumah Tn. W

19

J. Outdoor
Rumah ini dikelilingi rumah tetangga yang letaknya sangat berdekatan. Di
depan rumah teras yang tidak begitu luas dan langsung menuju jalan
pemukiman.
Kesimpulan :
Tabel 7. Kesimpulan Fungsi Keluarga Tn. HS
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7
8

Fungsi
Holistik
Fisiologis
Patologis
Genogram
Pola interaksi
Perilaku
Non Perilaku
Indoor

Keterangan
Baik
Baik
(+) pada faktor education
Terdapat faktor genetik
Baik
Kurang, anak penderita masih merokok
Baik
Kurang, ventilasi dan pencahayaan rumah kurang

Outdoor

memadai.
Baik
Sumber: Data Primer, Desember 2013

Secara keseluruhan, fungsi keluarga Tn. HS cukup baik.


Diagram Permasalahan Keluarga Penderita

Pengetahuan dan
perilaku kesehatan
yang kurang
Faktor keturunan
Ada faktor keturunan
dari Ayah Tn. HS

Tn. W, 69 tahun,
asma intermiten
ringan pada asma
terkontrol
Kondisi lingkungan
dan rumah yang
kurang sehat

Gambar 4. Diagram Permasalahan Tn. HS

TAHAP IV
DIAGNOSIS HOLISTIK

20

Kebiasaan merokok
sejak lama

Tn. HS, 69 tahun, extended family, dengan permasalahan asma intermiten


dengan asma terkontrol sejak 1 tahun yang lalu. Dari segi psikologis hubungan Tn.
HS dengan keluarganya terjalin harmonis, walaupun terkadang Tn. HS merasa
waktu berkumpul dengan anak-anaknya kurang. Disamping itu, anak-anaknya
yang tinggal berjauhan dengannya jarang mengunjungi Tn. HS dan istrinya. Dari
segi sosial, keluarga Tn. HS mempunyai status ekonomi yang cukup, tingkat
pendidikan Tn. HS dan istrinya masih rendah, tetapi anak-anaknya sudah
mendapatkan pendidikan yang baik hingga SMA. Lingkungan di dalam rumah
kurang bersih dan kurang sehat, tetapi lingkungan di sekitar rumah sudah termasuk
bersih. Hubungan keluarga Tn. HS dengan masyarakat sekitar termasuk baik.
1. Diagnosis Biologis

: Asma intermiten dengan asma terkontrol.

2. Diagnosis Psikologis : Hubungan antara Tn. HS dengan istri dan anakanaknya cukup baik walaupun Tn. HS sering merasa waktu berkumpul
dengan anak-anaknya kurang terutama anak yang tinggal berjauhan. Tn.
HS merasa kurang mendapat perhatian dari anak-anaknya yang tinggal
yang berjauhan.
3. Diagnosis Sosial

a.

Tingkat pendidikan Tn. HS yang masih rendah

b.

Tempat tinggal kurang bersih dan terawatt.

c.

Kurangnya perhatian dari anak-anak yang tinggal berjauhan.

TAHAP V
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

21

A.

Pembahasan
Asma adalah inflamasi saluran napas kronik yang penting

dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di


berbagai negara di seluruh dunia. Peranan penting yang
menyebabkan terjadinya asma adalah faktor genetic. Tetapi
factor pencetus yang paling dominan berasal dari lingkungan di
luar tubuh, yaitu cuaca, debu, asap rokok, asap kendaraan,
makanan tertentu, dan infeksi. Walaupun tidak menular, asma
dapat

mengganggu

aktivitas

sehingga

menyebabkan

penurunan produktivitas dan berakhir pada penurunan kualitas


hidup (PDPI, 2003).
Pasien Tn. HS berusia 69 tahun adalah seorang suami dan ayah dari
sebuah keluarga yang ditinggali oleh extended family. Tn. HS menderita asma
sejak sekitar 1 tahun yang lalu. Dari fungsi holistik yang mengalami gangguan
adalah fungsi sosial. Pendidikan Tn. HS yang rendah membuat Tn. HS menjadi
kurang memperhatikan kesehatannya sendiri. Kesadaran akan kembali kontrol
bila obat habis masih kurang. Tetapi anak-anak Tn. HS member dorongan dan
semangat agar Tn. HS rutin minum obat dan kontrol berobat. Disamping itu,
dengan adanya JAMKESMAS, kesehatan keluarga Tn. HS terjamin. Sehingga
asma Tn. HS dapat segera ditangani lebih lanjut di Puskesmas. Dengan
demikian, asma yang diderita saat ini lebih terkontrol dan tidak sering kambuh
di malam hari sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari (Ginting, 2013).
Fungsi fisiologis keluarga Tn. HS secara umum sudah baik. Dari
genogram tampak adanya keterlibatan aspek genetik, di mana ayah Tn. HS juga
menderita penyakit asma. Penyumbang penyebab asma, hampir 50 % adalah
faktor genetik dan sisanya adalah pengaruh lingkungan (Palmer et al. (2000).
Dalam patogenesis asma, beberapa gen telah diidentifikasi seperti ekspresi
DPP10, GRPA, SPINK5 pada stadium akhir diferensiasi epitel menunjukkan
bahwa gen mengatasi ancaman atau kerusakan dari lingkungan luar. IL13
memodifikasi produksi mukus, FcRI- memodifikasi pencetus alergi pada sel
mast dan reseptor identifikasi corak mikroba pada sistem imun bawaan.
Rangkaian atogenesis asma terjadi saat adanya gangguan fungsi pada gen-gen
yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan luar (Cookson, 2004).
22

Pola interaksi dalam keluarga Tn. HS cukup harmonis. Hal tersebut


sangat membantu dalam menciptakan lingkungan psikologis yang baik untuk
Tn. HS. Van Lieshout & MacQueen (2008) menyatakan bahwa
variabel psikologis dapat mempengaruhi hasil pada asma melalui pengaruhnya
terhadap kepatuhan pengobatan dan pelaporan gejala. Muncul bukti yang
menunjukkan bahwa hubungan antara asma dan faktor psikologis mungkin
lebih kompleks dari itu. Proses kognitif sentral dapat mempengaruhi tidak
hanya penafsiran gejala asma tetapi juga manifestasi dari perubahan terukur
dalam penanda kekebalan tubuh dan fisiologis asma. Selanjutnya, asma dan
gangguan psikologis memiliki pola yang sama dalam disregulasi sistem kunci
biologis, termasuk respon stres neuroendokrin, sitokin, dan neuropeptida.
Hubungan faktor psikologis dan asma pada Tn. HS dapat terlihat dari sering
munculnya serangan asma ketika Tn. HS stres akibat masalah keluarga
maupun keuangan. Adanya keterkaitan stres dan kekambuhan asma pada Tn.
HS menimbulkan kesadaran bagi anggota keluarga, terutama istri dan anakanak Tn. HS untuk menciptakan suasana keluarga yang kondusif serta
harmonis demi mendukung kesehatan Tn. HS.
Berdasarkan faktor perilaku, keluarga Tn. HS memiliki pemahaman
yang masih kurang terhadap penyakit asma yang diderita Tn. HS. Meskipun
belum ada bukti yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan penderita asma
berpengaruh terhadap kontrol asma yang lebih baik, namun pengetahuan
mengenai penyakit yang diderita ini sangat penting untuk menghindari faktor
pencetus asma, sehingga eksaserbasi lebih jarang terjadi (Roger et al., 2013).
Pemahaman Tn. HS terhadap penyakit asma hanya terbatas pada gejala asma
dan penatalaksanaan asma, sedangkan pemahaman mengenai penyebab
kambuhnya asma, sifat penyakit asma yang menurun dari keluarga dan derajat
kekambuhan masih kurang. Hal tersebut terlihat dari faktor perilaku dari anakanak Tn. HS yang sering merokok sehingga dapat menjadi pencetus serangan
asma Tn. HS. Dari segi tindakan, walaupun Tn. Hs masih kurang
memperhatikan kesehatannya namun anggota keluarga yang lain mulai sering
mengingatkan Tn. HS untuk rajin minum obat dan kontrol di puskesmas bila
obat sudah habis.

23

Faktor non perilaku memberikan dampak yang kurang baik terhadap


kesehatan Tn. HS. Lingkungan dalam rumah yang banyak mengandung debu
karena jarang rumah jarang dibersihkan. Ventilasi rumah tidak begitu
memadai, disamping itu jendela rumah pasien adalah tipe jendela yang tidak
bisa dibuka, sehingga sirkulasi udara tidak begitu baik. Di luar rumah terdapat
kandang ayam, bulu-bulu ayam di sekitar kandang tidak selalu dibersihkan
setiap hari. Padahal seperti yang dijelaskan Palmer et al. (2000), lingkungan
memegang peranan 50% dalam mencetuskan asma, di samping kecenderungan
genetik yang memang telah dimiliki oleh Tn. HS.
B. Saran Komprehensif
Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluarganya adalah:
1.

Promotif
Edukasi kepada keluarga pasien untuk:

Lebih memperhatikan penyakitnya, terutama mengetahui tentang


penyakit asma dan pengendalian penyakit tersebut.

Menghentikan kebiasaan merokok yang masih dimiliki anak-anak


penderita.

Segera memeriksakan diri jika mengalami gejala yang serupa dengan


pasien dan mengamati kira-kira faktor apa yang mungkin
mencetuskan gejala asma.

Memenuhi kecukupan gizi.

Edukasi keluarga untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat


dalam keluarganya.

2.

Preventif

Penderita menggunakan alat perlindungan diri (menutup mulut


dengan kain atau masker) terutama saat terpapar debu dan asap
rokok, baik saat bekerja maupun saat di rumah.

Mengusahakan ventilasi rumah yang baik agar sirkulasi udara


berjalan lancar dan debu tidak menumpuk di dalam rumah.

Tn. S dan Tn. G hendaknya menghentikan merokok atau minimal


tidak merokok di sekitar Tn. HS dan anggota keluarga yang lain.

24

3.

Kuratif
a) Non medikamentosa
Kontrol teratur satu bulan sekali untuk mengetahui efektivitas
terapi.
Latihan menggunakan inhaler dengan benar.
Obat-obatan yang diberikan oleh tenaga medis diminum secara
teratur.
Penggunaan obat-obatan di luar resep tenaga medis sebaiknya
dihindari karena penderita sedang menyusui.
b) Medikamentosa

4.

Amoxcicillin 500mg 3x1


Metilprednisolon 5mg 1x1 sebelum 6 jam
GA 2/3 2x1

Ventolin inhaler 2 puff


Rehabilitatif

Mengurangi aktivitas berat.

Melakukan latihan pernapasan efektif.

25

DAFTAR PUSTAKA

Cookson W. 2004. The immunogenetics of asthma adn eczema: A new focus on


the epithelium. Nat Rev Immunol; 4: 978-88
Ginting

AKS.

2013.

Tujuh

langkah

praktis

mengendalikan

asma.

http://www.mitrakeluarga.com/gading/tujuh-langkah-praktismengendalikan-asma/ - Diunduh Desember 2013


Palmer LJ, Burton PR, Faux JA, James AL, Musk AW, Cookson WO. 2000.
Independent inheritance of serum immunoglobulin E concentrations and
airway responsiveness. Am J Respir Crit Care Med; 161: 1836-43
PDPI. 2003. Asma: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. PDF
Roger A, Vzquez R, Almonacid C, Padilla A, Serrano J, Garca-Salmones
M, Molina F, et al. 2013. Knowledge of their own allergic sensitizations in
asthmatic patients and its impact on the level of asthma control. Arch
Bronconeumol; 49(7): 289-96
Van Lieshout R, MacQueen G. 2008. Psychological factors in asthma. Allergy,
Asthma, and Clinical Immunology; 4(1): 1228

26

KEGIATAN II. UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP NY. SH


DENGAN STROKE INFARK REKUREN
TAHAP I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga

: Ny. SH

Alamat Lengkap

: Widoro RT 41 RW 12, Sragen Wetan, Sragen

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

Tabel 8. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah


No Nama

Kedudukan L/P

Umur

Pendidikan Pekerjaan

Pasien

1.

(KK)

53 th

S1

Klinik
Ya

Tn. SH

Guru SD

Ket

Sumber: Data primer, Desember 2013


Keterangan:
Permasalahan keluarga ini adalah Ibu Sri Hartati, usia 53 tahun, jenis
kelamin perempuan, seorang guru SD dengan masalah stroke, yang tinggal
sendirian di rumah.

27

TAHAP II
STATUS PASIEN

A.

Identitas Pasien
Nama

: Ny. SH

Umur

: 53 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Widoro RT 41 RW 12, Sragen Wetan, Sragen

Suku

: Jawa

Tanggal periksa

: 5, 8, 12 Desember 2013

B.

Anamnesis
1. Keluhan Utama

: Kelemahan pada anggota gerak sebelah

kiri.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan kelemahan anggota gerak sebelah kiri setelah
mengendarai sepeda pada 7 hari yang lalu. Keluhan berupa lemah pada
tangan kiri dan kaki kiri yang menetap yang didahului kesemutan. Keluhan
serupa pernah dialami oleh penderita dan oleh dokter yang dulu menangani
pasien, mengatakan bahwa pasien terkena stroke sumbatan. Oleh tetangga
pasien dibawa ke puskesmas Sragen tetapi karena keterbatasan dirujuk ke
RSUD Sragen dengan diagnosis stroke infark rekuren dan mondok selama
seminggu. Pasien tidak merasakan adanya nyeri kepala, muntah (-), kejang
(-), pandangan dobel (-).BAB dan BAK dalam batas normal, BAK 5-6
kali/hari, BAB 1x/hari tanpa ada kelainan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat mondok

: (+) pada 28 November 2013 di RSUD Sragen

dengan diagnosis stroke infark rekuren.


b. Riwayat hipertensi

: (+) 10 tahun yang lalu

c. Riwayat DM

: disangkal

d. Riwayat penyakit jantung, asma, alergi disangkal


4. Riwayat Kebiasaan

28

a. Riwayat minum obat herbal

: (+) sejak 5

Desember 2013.
b. Riwayat

merokok,

minum

alkohol

dan

olahraga teratur disangkal


5. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga
a.

Riwayat hipertensi

: (+) ayah dan ibu pasien

b.

Riwayat sakit gula

:-

c.

Riwayat stroke

d.

Riwayat sakit jantung disangkal

:-

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita adalah seorang guru SD yang masih bekerja dan tinggal
sendiri. Suami penderita meninggal 1,5 tahun yang lalu akibat gagal ginjal.
Kedua anaknya bekerja dan hidup di luar kota sebagai guru dan
wiraswasta. Biaya hidup sehari-hari berasal dari penderita yang
berpendapatan Rp 3.300.000,.
7. Riwayat Gizi
Penderita sehari-harinya makan 2-3 kali sehari dengan nasi, sayursayuran, lauk pauk seperti tempe dan tahu yang dimasakkan oleh
tetangganya. Penderita jarang makan dengan ikan, daging dan telur.
Penderita jarang makan buah dan minum susu.
C.

Pemeriksaan Fisik
4. Keadaan Umum :

Compos mentis, gizi kesan

baik
5. Status Gizi

BB : 45 kg; TB : 155 cm;

IMT: 24.9 (kesan normoweight)


6. Tanda Vital
Tekanan darah :160/90mmHg; Frekuensi nafas: 18x/menit; Suhu :36,6oC
Nadi
7. Mata

: 85x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup


: pandangan kabur (-/-)

8. Telinga, hidung, leher, paru, abdomen dalam batas normal


9. Jantung

Inspeksi : ictus cordis tak tampak

29

Palpasi

: ictus cordis tak kuat angkat

Perkusi

- batas kiri atas

: SIC II LPSS

- batas kanan atas

: SIC II LPSD

- batas kiri bawah

: SIC V 1 cm medial LMCS

- batas kanan bawah

: SIC IV LPSD

- pinggang jantung

: SIC III LPSS

batas jantung kesan tidak melebar


Auskultasi

: Bunyi jantung III intensitas normal, regular, bising (-)

10. Ekstremitas

: akral dingin
-

oedem

D. Pemeriksaan Neurologis
1. Kesadaran

: GCS E4 V5 M6

2. Fungsi luhur dan vegetatif : dalam batas normal


3. Fungsi sensorik

N
N

4. Fungsi motorik

N
N

Kekuatan :
+5

+4

+5

+4

Tonus :
N
N

N
N

Reflek fisiologi :
+2
+2

+2
+2

Reflek patologi :
-

5. Nervus cranialis:
N II, III : pupil isokor (3mm/3mm), RC (+/+)
30

N III, IV, VI : pergerakan bola mata normal


N V : reflek kornea (+/+)
N VIII : pendengaran dbn
6. Meningeal sign :
Kaku kuduk (-)
Brudinzki I (-)
Brudinzki II (-)
Kernig sign (-)
E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
F. Clinical Assesment
Pasien mengalami stroke infark
G. Penatalaksanaan
Pasien rutin mengkonsumsi obat rawat jalan dari Puskesmas yaitu:
1. Metilprednisolon 5mg 1x1 sebelum 6 jam
2. GA 2/3 2x1
3. Ventolin inhaler 2 puff
Pasien dianjurkan untuk kontrol rutin ke Puskesmas, menghindari faktor
pencetus, dan dilarang menggunakan obat selain dokter.

H. Flow sheet follow up


Nama

: NY. SH

Diagnosis

: Stroke Infark Rekuren

31

32

G. Flow Sheet
Nama

: Ny. SH

Diagnosis : Stroke Infark Rekuren


Tabel 2. Flow Sheet Tn. HS tanggal 5 Desember 2013, 8 Desember 2013, dan 12 Desember 2013
Pemeriksaan Fisik
Tanggal

Keluhan

3
Desember
2013

Sesak nafas

Tensi : 150/90
Nadi :72x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,6

Mata, telinga, hidung, leher,


paru, jantung, dan abdomen
dalam batas normal

5
Desember
2013

Sesak nafas
dan batuk
tidak
berdahak

Tensi : 150/90
Nadi :68x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,5

Mata, telinga, hidung, leher,


paru, jantung, dan abdomen
dalam batas normal

Tanda Vital

Terapi

Px fisik

33

Planning

Amoxcicillin Melanjutkan pengo500mg 3x1


batan sebelumnya
Metilprednisol Edukasi untuk kontrol
on 5mg 1x1
rutin ke Puskesmas
sebelum 6 jam Edukasi anak pasien
GA 2/3 2x1
untuk berhenti
Ventolin
merokok
inhaler 2 puff
Menghindari faktor
pencetus
Amoxcicillin Ambroxol 3x10mg
500mg 3x1
Melanjutkan pengoMetilprednisol
batan sebelumnya
on 5mg 1x1
Edukasi anak pasien
sebelum 6 jam
untuk berhenti
GA 2/3 2x1
merokok
Ventolin
Menghindari faktor
inhaler 2 puff
pencetus
Edukasi teknik bernafas
efektif

Target

Keterangan

Menurunkan
angka
eksaserbasi
akut asma

Menurunkan
angka
eksaserbasi
akut asma

Saran terapi
medikament
osa
diberikan
kepada
dokter di
Puskesmas

21 Sept
2013

Tidak ada
keluhan

Tensi : 150/100
Nadi :65x/menit
RR : 21x/menit
Suhu : 36,7

Mata, telinga, hidung, leher,


paru, jantung, dan abdomen
dalam batas normal

34

Amoxcicillin Melanjutkan pengo500mg 3x1


batan sebelumnya
Metilprednisol Edukasi anak pasien
on 5mg 1x1
untuk berhenti
sebelum 6 jam
merokok
GA 2/3 2x1
Menghindari faktor
Ventolin
pencetus
inhaler 2 puff
Edukasi teknik bernafas
efektif

Menurunkan
angka
eksaserbasi
akut asma

TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
E. Fungsi Holistik
6. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas penderita (Ny. SH, 53 tahun), alm. Suami
(Tn. S), dan kedua anaknya (Nn. Lastri, 23 tahun). Setelah suami
penderita meninggal 1,5 tahun yang lalu, penderita tinggal sendiri di
rumahnya karena kedua anaknya bekerja dan menetap di luar kota .
Secara umum, penderita tidak begitu sehat.
7. Fungsi Psikologis
Penderita tinggal sendiri di rumah. Hubungan penderita dengan
anak-anaknya kurang begitu baik. Anak-anak penderita jarang menjenguk
penderita karena bekerja dan menetap di luar kota. Jika ada masalah,
penderita biasanya dibantu oleh tetangga depan rumah.
8. Fungsi Sosial Budaya
Penderita tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat melainkan hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Saat ini
penderita tidak begitu aktif dalam kegiatan kemasyarakatan karena
kelemahan anggota gerak tubuhnya.
9. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Sampai saat ini penderita masih bekerja sebagai guru di Sekolah
Dasar. Penghasilan per bulan diperoleh dari gaji sebagai seorang guru,
kurang lebih sebanyak Rp 3.300.000,00 yang digunakan untuk biaya
hidup sehari-hari.
10. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Keputusankeputusan penting dalam keluarga dipegang oleh
penderita. Dalam kesehariannya, penderita tidak ada masalah dalam
berinteraksi dengan masyarakat. Hubungan antar tetangga sekitar terjalin
dengan baik.
Kesimpulan :
Secara keseluruhan fungsi holistik keluarga Tn. W adalah kurang
baik. Penderita tinggal dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Sedangkan anak35

anak penderita tinggal berjauhan dan jarang menghubungi penderita.


Hubungan antar penderita dengan anak-anak penderita kurang harmonis. Dari
segi ekonomi pendapatan penderita cukup untuk hidup sehari-hari. Penderita
bukan merupakan tokoh masyarakat tetapi cukup aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan. Untuk penguasaan masalah dan pengambilan keputusan,
ditentukan oleh penderita.
F. Fungsi Fisiologis Keluarga (Apgar Score)
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGARscore. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari
sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain. APGAR score meliputi :

Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota
keluarga yang lain. Dalam menghadapi masalah selama ini, penderita
menyelesaikan sendiri karena tinggal berjauhan dari anak-anak penderita.
Penyakit penderita mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi penderita
masih dapat mengajar sebagai guru. Penderita belum pernah mendapat
penyuluhan tentang penyakit yang diidap penderita dari petugas
kesehatan.

Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut. Hubungan serta komunikasi antara penderita dengan anaknya
kurang baik. Anak-anak penderita jarang menghubungi lewat telepon dan
jarang menengok penderita. Aktivitas sehari-hari banyak dihabiskan
penderita untuk beristirahat.

Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut. Dukungan anak-anak penderita agar
penderita rutin berobat masih kurang. Hal ini terlihat dari penderita yang
masih tidak rutin kontrol berobat ke dokter.
36

Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga. Hubungan kasih sayang antara penderita dengan istri dan anakanaknya kurang baik. Interaksi penderita dengan kedua anaknya sangat
kurang karena anak penderita menetap di kota lain dan jarang
mengunjungi penderita.

Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan
waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Penderita
tinggal di sendiri di rumahnya dan berjauhan dari kedua anaknya,
sehingga jarang bertemu. Penderita merasa tidak puas karena sangat
jarang sekali penderita bisa berkumpul dengan anak-anaknya.
Skoring :
Hampir selalu

: 2 poin

Kadang kadang

: 1 poin

Hampir tak pernah

: 0 poin

Tabel 3. APGAR Tn. W terhadap Keluarga


A.P.G.A.R.Tn.Sp Terhadap Keluarga
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
dan mendapat mendapat dukungan dari
keluarga
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R
Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama

Rekomendasi nilai APGAR Tn. W terhadap keluarga adalah 3 (buruk).

37

Fungsi fisiologis keluarga = 3 (BURUK)


Kriteria A.P.G.A.R : 8-10 baik
6-7 cukup
<5 buruk
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R. keluarga Ny. SH adalah 3,
sehingga. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga
Ny. HS dalam keadaan buruk.
G. Fungsi Patologis
Fungsi patologis dinilai dengan menggunakan SCREEM score dengan rincian
sebagai berikut :
Tabel 6. SCREEM Score keluarga Tn. W
Sumber
Social
Cultural

Religius

Economic

Education

Medical

Patologi
Interaksi sosial penderita kurang.
Partisipasi penderita dalam masyarakat
kurang.
Penderita sudah mengerti kebudayaan
daerah dengan baik. Banyak tradisi
budaya yang masih diikuti. Saat hari
raya, tahun b.
Pemahaman agama baik ditandai
dengan penerapan ajaran agama yang
baik, penderita sudah diajarkan
menjalankan sholat lima waktu dan
berpuasa.
Ekonomi keluarga stabil. Pemasukan
sangat cukup untuk mencukupi
kebutuhan
sehari-hari
penderita.
Dengan gaji yang diterima, penderita
masih bisa menabung.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan
penderita baik. Kemampuan untuk
memperoleh dan memiliki fasilitas
pendidikan seperti buku-buku, koran
cukup.
Tidak mampu membiayai pelayanan
kesehatan yang lebih baik. Dalam
mencari pelayanan kesehatan, keluarga
ini menggunakan Puskesmas dengan
memakai ASKES

38

Keterangan Patologis
+

Kesimpulan:
Fungsi patologis keluarga : cukup, karena fungs cultural,religious, economic,
education dan medical masih baik.
H. Genogram
Fungsi genetik dinilai dari genogram keluarga
Alamat lengkap : Widoro RT 41 RW 12, Sragen Wetan, Sragen
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Gambar 1. Genogram Keluarga Ny. SH


Keterangan:
: Laki-laki masih hidup

: keluarga pasien yang


menderita penyakit serupa

: Laki-laki sudah meninggal

A : Tn. Wahidi Setiabudi

: Perempuan masih hidup

B : Sri Hartati
C : Fajar

: Perempuan sudah meninggal

D : Singgih
: Penderita Asma

39

Kesimpulan :

I.

Ibu dan Ayah Ny. SH yang sudah meninggal menderita hipertensi.

Penyakit hipertensi diturunkan kepada Ny. SH oleh ayah dan ibunya.

Penyakit hipertensi Ny. HS tidak menurun ke anggota keluarga lain.

Terdapat korelasi terhadap faktor genetik.

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular

Interaksi Keluarga
Ny SH, 53
tahun

Tn. F, 34
tahun

Tn S, 28
tahun
Sumber : Data Primer, Desember 2013
Gambar 2. Pola Interaksi Keluarga Ny. HS
Keterangan :
: Hubungan Harmonis
: Hubungan Tidak Harmonis
Kesimpulan :
Dari diagram di atas pola interaksi 2 arah antar anggota keluarga berjalan
tidak baik dan tidak harmonis yaitu antara Ny. HS dengan anak-anaknya Tn. S
dan Tn. F.
J. Faktor Perilaku Keluarga
1) Pengetahuan

40

Perilaku di dalam keluarga ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pasien


yang cukup baik, namun perilaku yang berhubungan dengan kesehatan masih
belum maksimal. Pasien kurang menyadari arti penting kesehatan.
2) Sikap
Setelah kematian suaminya, sikap penderita terhadap penyakit yang
dideritanya kurang positif

yakni tidak memiliki semangat untuk

mengusahakan kesembuhan dan tidak memiliki dorongan untuk berobat.


Kurangnya kesadaran pasien untuk berobat sehingga pasien sering tidak
kontrol rutin.
3) Tindakan
Jika pasien sakit akan berobat ke puskesmas. Pasien jarang membersihkan
rumah karena mengalami kelemahan pada anggota gerak kiri sehingga
aktivitas membersihkan rumah kurang dapat dilakukan secara maksimal.
K. Faktor Non Perilaku Keluarga
1) Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga ini sudah cukup memadai, hanya terlihat
kurang terawat karena jarang dibersihkan. Lantai sudah disemen, dinding
dari tembok. Sumber air berasal dari PAM, listrik sudah ada, kamar mandi
sudah ada. Pencahayaan dan ventilasi cukup baik. Pembuangan limbah
keluarga memenuhi sanitasi lingkungan. Sampah keluarga dibuang di
tempat sampah depan rumah dan setiap beberapa hari sekali diambil
petugas sampah.
2) Pelayanan Kesehatan
Jika berobat pasien menggunakan ASKES.
3) Keturunan
Ayah dan ibu pasien menderita hipertensi.
L.Indoor
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 7mx 9m menghadap ke
timur, dalam lingkungan pemukiman biasa. Rumah terdiri dari 2 kamar
tidur, dapur,, ruang tamu, gudang, ruang shalat, ruang jemur, ruang barang,
dan 2 kamar mandi. Pekarangan ada di depan rumah. Lantai rumah sudah

41

disemen, ventilasi rumah cukup, penerangan kurang, dinding rumah dari


tembok, atap dari genteng dengan langit-langit.
Denah Rumah

Sumber: Data Primer, September 2013


Gambar 3. Denah Rumah Tn. W
K. Outdoor
Rumah ini dikelilingi rumah tetangga yang letaknya sangat dekat. Di depan
rumah terdapat teras, langsung menuju jalan pemukiman yang tidak begitu
lebar. Di samping kiri rumah terdapat kebun milik tetangga.

Kesimpulan :
Tabel 7. Kesimpulan Fungsi Keluarga Ny. SH
No.
1.
2.
3.

Fungsi

Keterangan
Kurang baik
Buruk
(+) social, Partisipasi penderita

Holistik
Fisiologis
Patologis

dalam masyarakat kurang.

42

4.
5.
6.

Genogram
Pola interaksi
Perilaku

Terdapat faktor genetik


Tidak harmonis
Kurang, tidak rutin kontrol ke

7
8
9

Non Perilaku
Indoor
Outdoor

puskesmas.
Baik
Baik
Baik

Sumber: Data Primer, September 2013


Secara keseluruhan, fungsi keluarga Ny. SH kurang baik.
Diagram Permasalahan Keluarga Penderita
Keterbatasan dalam beraktivitas sehari - hari

Ny. SH, 53 tahun, Stroke


Hubungan
infark recurent
dengan anak-anak yang kurang harmonis
Faktor keturunan

kurangnya kesadaran mengusahakan kesehatan

Gambar 4. Diagram Permasalahan Ny. SH

TAHAP IV
DIAGNOSIS HOLISTIK

43

Ny. SH, 53 tahun, nuclear family, dengan permasalahan stroke infark


recurren. Serangan stroke pertama pada 3 tahun yang lalu dan berulang pada awal
bulan Desember 2013. Ny. SH memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang
lalu. Riwayat hipertensi juga dimiliki oleh ayah dan ibu Ny. SH. Dari segi
psikologis hubungan Ny. SH dengan anak-anaknya kurang harmonis. Ny. SH
merasa kurang mendapat perhatian dari anak-anak yang tinggal berjauhan
dengannya. Anak-anak Ny. SH jarang menghubungi lewat telepon dan jarang
berkunjung. Dari segi sosial, Ny. SH mempunyai status ekonomi yang baik,
tingkat pendidikan baik dengan lingkungan yang cukup sehat, namun perilaku
kurang sehat. Hubungan Ny. SH dengan masyarakat sekitar sangat baik.
11. Diagnosis Biologis

: Stroke infark recurent

12. Diagnosis Psikologis : Hubungan antara Ny. SH dan anak-anaknya


kurang harmonis karena kurang mendapat perhatian dari anak-anaknya
yang tinggal yang berjauhan.
13. Diagnosis Sosial

d.

Kesadaran untuk mengusahakan kesehatan kurang.

e.

Tempat tinggal kurang terawat.

f.

Kurangnya perhatian dari anak-anak.

TAHAP V
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

44

D.

Pembahasan
Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat

gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung


selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vascular (Sjahrir, 2003). Stroke iskemik terjadi
akibat penutupaan aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka terjadi
serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari
tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan
kerusakan fungsi dan integritas susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan
kematian neuron.
Faktor risiko hipertensi antara lain usia, faktor keturunan, jenis kelamin,
kebiasaan merokok, konsumsi makanan dengan kadar garam tinggi, konsumsi
makanan dengan kadar lemak jenuh yang tinggi, dan konsumsi minuman
beralkohol. Tn. W memiliki usia diatas 40 tahun, memiliki ibu yang menderita
hipertensi, dan memiliki kebiasaan merokok sejak lama. Hal tersebut yang
menjadi pemicu terjadinya hipertensi pada Tn. W. Faktor usia dan genetik
adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan, namun merokok adalah faktor
yang masih dapat dikendalikan. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan
karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah
dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan menyebabkan hipertensi.
Hipertensi sendiri juga merupakan faktor resiko untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler dan stroke. Pada Tn. W saat ini pun telah terjadi pembesaran
jantung kiri dan Tn. W juga pernah mengalami serangan stroke ringan (TIA)
yang mana kedua hal tersebut penyebab utamanya adalah tekanan darah yang
tinggi.
Fungsi holistik dan fungsi fisiologis keluarga Tn. W secara umum sudah
baik. Namun, pada fungsi patologis terdapat permasalahan dalam hal edukasi
yaitu, Tn. W dan istrinya merupakan lulusan SD. Hal ini mempengaruhi
perilaku keluarga dalam menerapkan gaya hidup sehat. Tn. W dan keluarga
menyadari pentingnya hidup sehat namun belum menerapkan gaya hidup sehat
secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari penuturan penderita yang jarang
kontrol rutin di Puskesmas dan hanya berobat jika merasa ada keluhan. Selain

45

itu lingkungan rumah Tn. W kurang memenuhi syarat kesehatan karena


kurangnya ventilasi dan pencahayaan.
Tn. W juga sempat mencoba obat-obatan herbal, namun karena dirasa
tidak berhasil dalam menurunkan tekanan darahnya, maka herbal pun
dihentikan. Pasien juga jarang kontrol ke Puskesmas karena merasa tidak ada
keluhan. Puskesmas sendiri hanya memberikan captopril 2x25 mg dan vitamin
B complex. Puskesmas tidak dapat memberikan obat lain karena terbatasnya
jenis obat yang terdapat di Puskesmas. Pada Tn. W yang menderita hipertensi
stage II yang sudah bertahun-tahun, sebaiknya jenis obat diganti atau diberikan
kombinasi dengan obat antihipertensi lain seperti golongan diuretik, CCB, atau
ARB. Maka, dengan persetujuan dari dokter di Puskesmas, resep Tn. W dicoba
diganti dengan nifedipin 2x10 mg, dan setelah seminggu terdapat penurunan
tekanan darah sebanyak 10mmhg. Diharapkan dengan terapi dan perubahan
gaya hidup, tekanan darah Tn. W akan turun secara bertahap hingga mendekati
batas normal.
E. Saran Komprehensif
Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluarganya adalah:
Promotif
Edukasi kepada keluarga pasien untuk:

Menghentikan kebiasaan merokok.

Makan cukup buah dan sayur cukup kalori serta tidak konsumsi
makanan yang berkolesterol tinggi.

Mengurangi makanan yang mengandung natrium seperti


monosodium glutamate

Mengurangi makanan yang banyak mengandung lemak seperti


gorengan, jeroan, santan, daging merah, dll.

Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara optimal.

Menasehati pasien untuk kontrol rutin ke Puskesmas.

Preventif

Menghindari stress

Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari.

46

Memeriksa kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter

Mengatur pola makan dan menghindari makanan berlemak.

Kuratif
Non Medikamentosa

Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan mengurangi


asupan kue-kue, makanan yang digoreng dan mentega, dan
makanan tinggi garam dan MSG.

Melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki pada pagi atau sore
hari.

Medikamentosa

Nifedipin 2 x 10 mg

Vit B Complex

47

DAFTAR PUSTAKA

Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 2003

48

Anda mungkin juga menyukai