Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hemoroid adalah suatu pembengkakan yang tidak wajar di daerah rectal
yang terkadang disertai pendarahan. Hemoroid dikenal di masyarakat
sebagai penyakit wasir atau ambeien merupakan penyakit yang sering
dijumpai dan telah ada sejak jaman dahulu. Namun masih banyak
masyarakat yang belum mengerti atau bahkan tidak tahu mengenai gejalagejala yang timbul dari penyakit ini.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat 1,5 juta resep untuk penyakit
hemoroid setiap tahunnya dan disebutkan pula bahwa dari tahun ke tahun,
jumlah penderita hemoroid yang menjalani rawat inap di rumah sakit
semakin berkurang. Berdasarkan statistik jumlah tindakan hemoroidektomi
menurun. Pada tahun 1974 merupakan puncak dimana hemoroidektomi
dilakukan pada sebanyak 117 per 100.000 orang dan menurun 13 tahun
kemudian (1987) yaitu menjadi per 100.000 orang. Angka kejadiaan
hemoroid yang cukup tinggi di masyarakat didukung oleh beberapa hal
diantaranya adalah kebutuhan makan atau kebutuhan eliminasi (Buang Air
Besar/BAB) masyarakat. Pada umumnya klien hemoroid tidak mengetahui
pentingnya makanan tinggi serat dan kebiasaan BAB yang tidak teratur
sering mengejan saat BAB.
Penyebab hemoroid antara lain kongesti, peningkatan tekanan intra
abdominal misal karena adanya fibroma uteri, konstipasi, kehamilan, tumor
rektum, pekerjaan yang terlalu lama duduk, penyakit hati kronik serta
pengaruh hipertensi portal yang bisa mengakibatkan terjadinya aliran balik
karena peningkatan vena portal dan sistemik.

Hal ini memperlihatkan bahwa masih banyak masyarakat yang menderita


hemoroid tapi kurang terdeteksi dini. Dimungkingkan karena faktor
ketidaktahuan masyarakat tentang diagnosis hemoroid, bila tidak segera
ditangani sesuai tingkatan derajatnya beserta pencegahannya, maka akan
mengakibatkan perdarahan hebat, abses, fistula, para anal dan inkarserasi.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui penyebab hemoroid,
diagnosis hemoroid dan tatalaksana hemoroid.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Plexus hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada
mukosa rektum bagian distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi
ketika plexus vaskular ini membesar. Sehingga kita dapatkan pengertiannya
dari hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal
inferior dan superior (Dorland, 2002).
2.2 Anatomi anal canal
Anal canal adalah akhir dari usus besar dengan panjang 4 cm dari rektum
hingga orifisium anal. Setengah bagian ke bawah dari anal canal dilapisi
oleh epitel skuamosa dan setengah bagian ke atas oleh epitel kolumnar. Pada
bagian yang dilapisi oleh epitel kolumnar tersebut membentuk lajur mukosa
(lajur morgagni).

Gambar 1. Anatomi anal canal


Suplai darah bagian atas anal canal berasal dari pembuluh rektal superior
sedangkan bagian bawahnya berasal dari pembuluh rektal inferior. Kedua
pembuluh tersebut merupakan percabangan pembuluh darah rektal yang
berasal dari arteri pudendal interna. Arteri ini adalah salah satu cabang arteri
iliaka interna. Arteri-arteri tersebut akan membentuk pleksus disekitar
orifisium anal.
Hemoroid adalah bantalan vaskular yang terdapat di anal canal yang
biasanya ditemukan di tiga daerah utama yaitu kiri samping, kanan depan,
dan bagian kanan belakang. Hemoroid berada dibawah lapisan epitel anal
canal dan terdiri dari plexus arteriovenosus terutama antara cabang terminal
arteri rektal superior dan arteri hemoroid superior. Selain itu hemoroid juga
menghubungkan antara arteri hemoroid dengan jaringan sekitar. Persarafan
pada bagian atas anal canal disuplai oleh plexus otonom, bagian bawah
dipersarafi oleh saraf somatik rektal inferior yang merupakan akhir
percabangan saraf pudendal.

2.3 Etiologi
Menurut Villalba dan Abbas, etiologi hemoroid sampai saat ini belum
diketahui secara pasti, beberapa faktor pendukung yang terlibat diantaranya
adalah:
a. Penuaan
terjadi proses degenerasi dari jaringan tubuh, otot sfingter menjadi tipis
dan atonis.karena sfingternya mengalami kelemahan, maka dapat timbul
prolaps.
b. Kehamilan
Kehamilan dapat menyebabkan stasis vena pada daerah pelvis, meskipun
etiologinya masih belum diketahui secara pasti. Ada juga yang
mengatakan bahwa ini berhubungan dengan hormonal.
c. Hereditas
d. Konstipasi atau diare kronik

Konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan


BAB sehingga terkadan harus mengejan dikarenakan feses yang
mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari biasanya.
Pada kontipasi dibutuhkan waktu mengejan yang lama.
e. Penggunaan toilet yang berlama-lama
Hal ini akan meningkatkan tekanan vena yang akhirnya akan
mengakibatan pelebaran vena.
f. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama
g. Obesitas.
2.4 Patofisiologi
Hemoroid adalah bagian normal dari anorektal manusia dan berasal dari
bantalan jaringan ikat subepitelial di dalam kanalis analis. Sejak berada
didalam kandungan, bantalan tersebut mengelilingi mengelilingi dan
mendukung anastomosis distal antara a. rectalis superior dengan v. rectalis
superior, media, dan inferior. Bantalan tersebut sebagian besar disusun oleh
lapisan otot halus subepitelial. Jaringan hemoroid normal menimbulkan
tekanan didalam anus sebesar 15-20 % dari keseluruhan tekanan anus pada
saat istirahat (tidak ada aktivitas apapun) dan memberikan informasi
sensoris penting yang memungkinkan anus untuk dapat memberikan
presepsi berbeda antara zat padat, cair, dan gas.
Pada umumnya, setiap orang memiliki 3 bantalan jaringan ikat subepitelial
pada anus. Bantalan bantalan tersebut merupakan posisi-posisi dimana
hemoroid bias terjadi. Ada 3 posisi utama, yaitu: jam 3 (lateral kiri), jam 7
(posterior kanan), dan jam 11 (anterior kanan). Sebenarnya hemoroid dapat
juga menunjuk pada posisi lain, atau bahkan dapat sirkuler, namun hal ini
jarang terjadi. Mengenai jam tersebut, pemberian angka angka berdasarkan
kesepakatan: angka 6 (jam 6) menunjukan arah posterior / belakang, angka
12 (jam 12) menunjukan arah anterior / depan, angka 3 (jam 3) menunjukan
arah kiri, angka 9 (jam 9) menunjukan arah kanan. Dengan pedoman
tersebut kita bisa tentukan arah jam lainnya. Secara umum gejala hemoroid
timbul ketika hemoroid tersebut menjadi besar, inflamasi, trombosis, atau

bahkan prolaps. Adanya pembengkakan abnormal pada bantalan anus


menyebabkan dilatasi dan pembengkakan pleksus arterivenous. Hal ini
mengakibatkan peregangan otot suspensorium dan terjadi prolaps jaringan
rectum melalui kanalis analis. Mukosa anus yang berwarna merah terang
karena kaya akan oksigen yang terkandung di dalam anastomosis
arterivenous.
2.5 Klasifikasi
2.5.1 Hemoroid interna
Hemoroid interna berasal dari bagian proksimal dentate line dan
dilapisi mukosa.
Menurut Person (2007), hemoroid internal diklasifikasikan menjadi
beberapa tingkatan yakni:
a Derajat I, hemoroid mencapai lumen anal canal.
b Derajat II, hemoroid mencapai sfingter eksternal dan tampak pada
c

saat pemeriksaan tetapi dapat masuk kembali secara spontan.


Derajat III, hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya dapat

masuk kembali secara manual oleh pasien.


Derajat IV, hemoroid selalu keluar dan tidak dapat masuk ke anal
canal meski dimasukkan secara manual. Benjolan dapat terjepit
diluar, dapat mengalami iritasi, inflamasi, edema dan ulserasi,
sehingga menyebabkan rasa nyeri.

Gambar 2. Derajat hemoroid interna

2.5.2

Hemoroid eksterna
Hemoroid eksterna berasal dari dari bagian distal dentate line dan
dilapisi oleh epitel skuamos yang telah termodifikasi dan tertutup oleh
kulit.

Gambar 3. Hemoroid eksterna


2.5.3

Hemoroid interna- eksterna


Hemoroid interna-eksterna dilapisi oleh mukosa di bagian superior
dan kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri

2.6 Manifestasi klinis


Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Villalba
dan Abbas, 2007) yaitu:
a. Hemoroid internal
1. Prolaps dan keluarnya mukus.
Benjolan/prolap terjadi pada grade 2-4. Benjolan akan nampak tapi
bila diraba akan menghilang. Hal ini dikarenakan pada saat perabaan,
jari akan menekan vasa sehingga darah dalam vasa akan mengalir.
Akibatnya, benjolan menjadi kempis. Benjolan hanya akan teraba
apabila telah terjadi trombus. Disini, benjolan teraba keras.
2. Perdarahan.
Perdarahan bisa terjadi pada grade 1-4, perdarahan merupakan
penentu utama kecurigaan adanya hemoroid pada grade I. Perdarahan

pada hemoroid berhubungan dengan proses mengejan. Ini menjadi


pembeda dengan perdarahan yang diakibatkan oleh hal lain, misalnya
tumor. Pada hemoroid, darah keluar saat pasien mengejan dan berhenti
bila pasien berhenti mengejan, sedangkan perdarahan karena sebab
lain tidak mengikuti pola ini. Darah yang keluar adalah darah segar
yang tidak bercampur dengan feses (hematoshezia). Perdarahan
kadang menetes tapi dapat juga mengalir deras. Sebab utama
perdarahan adalah trauma feses yang keras. Perdarahan yang
berulang- ulang dapat menimbulkan anemia
3. Rasa tak nyaman.
4. Gatal.
b. Hemoroid eksternal
1. Rasa terbakar.
2. Nyeri ( jika mengalami trombosis).
Nyeri hebat hanya terjadi pada hemoroid eksterna dengan trombosis
nyeri tidak berhubungan dengan hemoroid interna, tetapi bila pada
hemoroid interna terjadi nyeri, ini merupakan tanda adanya radang.
3. Gatal
2.7 Penegakkan Diagnosis
Diagnosis hemoroid dapat dilakukan dengan melakukan:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan penunjang.
2.7.1

Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapati bahwa pasien menemukan adanya
darah segar pada saat buang air besar. Selain itu pasien juga akan
mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus. Pada derajat II
hemoroid internal pasien akan merasakan adanya masa pada anus dan
hal ini membuatnya tak nyaman. Pasien akan mengeluhkan nyeri pada
hemoroid derajat IV yang telah mengalami trombosis (Canan, 2002).
Perdarahan yang disertai dengan nyeri dapat mengindikasikan adanya
trombosis hemoroid eksternal, dengan ulserasi thrombus pada kulit.
Hemoroid internal biasanya timbul gejala hanya ketika mengalami
prolapsus sehingga terjadi ulserasi, perdarahan, atau trombosis.
Hemoroid eksternal bisa jadi tanpa gejala atau dapat ditandai dengan
8

rasa tak nyaman, nyeri akut, atau perdarahan akibat ulserasi dan
trombosis ( Wexner, Person, dan Kaidar-person, 2006).
2.7.2

Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan
vena yang mengindikasikan hemoroid eksternal atau hemoroid
internal yang mengalami prolaps. Hemoroid internal derajat I dan
II biasanya tidak dapat terlihat dari luar dan cukup sulit
membedakannya dengan lipatan mukosa melalui pemeriksaan
rektal kecuali hemoroid tersebut telah mengalami trombosis
(Canan, 2002).
Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya
fisura, fistula, polip, atau tumor. Selain itu ukuran, perdarahan, dan
tingkat keparahan inflamasi juga harus dinilai (Nisar dan
Scholefield, 2003).

2.7.3

Pemeriksaan penunjang
a. Rectal toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak
nyeri, hemoroid ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau
fibrosis. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dengan dasar yang lebar. Rectal toucher (RT) diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.
b. Anoskopi
Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang
belum prolaps. Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat
kuadran dan akan terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol
kedalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka
ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps
akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya,
dan keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus
diperhatikan.

Gambar 4. Anoskopi
2.8 Diagnosis Banding
Menurut Kaidar-Person dkk (2007) selama evaluasi awal pasien
kemungkinan penyebab lain dari gejala-gejala seperti perdarahan rektal,
gatal pada anus, rasa tak nyaman, massa serta nyeri dapat disingkirkan.
Kanke kolorektal dan anal, dan melanoma anorektal merupakan contoh
penyebab gejala tersebut. Dibawah ini adalah diagnosa banding untuk
gejala-gejala diatas:
a. Nyeri
Antara lain fisura anal, herpes anal, proktitis ulseratif dan proctalgia fugax.
b. Massa
Antara lain karsinoma anorektal atau prolaps recti / procidentia. Pada
procidentia, seluruh dinding akan prolaps, sedangkan pada hemoroid hanya
mukosa saja yang prolaps.
c. Nyeri dan massa
antara lain hematom periana;, abses dan pilonidal sinus.
d. Nyeri dan perdarahan
Antara lain fisura anal dan proktitis
e. Nyeri, massa, dan perdarahan
Hematom perianal ulseratif
f. Massa dan perdarahan

10

Karsinoma anal
g. Perdarahan
Antara lain karsinoma kolon-rektal, penyakit divertikel seperti karsinoma
kolorektal, karsinoma anal, diverkulitas, colitis ulserosa, dan polip. Bila
dicurigai adanya penyakit- penyakit tersebut maka diperlukan pemeriksaan
sigmoidoskopi atau kolon in loop.
2.9 Penatalaksanaan
Menurut Acheson dan Scholefield (2006), penatalaksanaan hemoroid dapat
dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis dan derajat daripada
hemoroid.
2.9.1

Terapi konservatif
Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan
pengobatan konservatif. Tatalaksana tersebut antara lain koreksi
konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti
kodein (Daniel, 2010).
- Pengelolaan dan modifikasi diet Diet
Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi
cairan, menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat
buang air besar dilakukan pada penatalaksanaan awal dan dapat
membantu pengobatan serta pencegahan hemoroid. Diet berserat,
buah-buahan dan sayuran, dan intake air ditingkatkan. Diet serat
yang dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa yang
tinggi. Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa
bersifat menyerap air sehingga feses menjadi lunak. Makananmakanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar
namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
-

keharusan mengejan secara berlebihan.


Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid
derajat awal. Obat-obatan yang sering digunakan adalah;

11

a. Stool Softener, untuk mencegah konstipasi sehingga


mengurangi

kebiasaan

mengejan,

misalnya

Docusate

Sodium.
b. Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya
Lidocaine ointmenti 5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang
penting untuk diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan
topikal per rectal dapat menimbulkan efek samping
sistematik.
c. Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah
perianal
d. Analgesik,

untuk

mengatasi

rasa

nyeri,

misalnya

Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Free Anacin dan Feverall)


yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi pasien yang
memiliki hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau
pasien dengan penyakit saluran pencernaan bagian atas atau
pasien yang sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
e. Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat
supositorial anti hemoroid masih diragukan khasiatnya
karena hasil yang mampu dicapai hanya sedikit. Obat
terbaru di pasaran adalah Ardium. Obat ini mampu
mengecilkan hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan.
Namun bila konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan
kambuh lagi.
2.9.2

Terapi Tindakan Non Operatif Elektif


- Sklerotrapi
Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam
minyak nabati sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya,
vasa darah yang menggelembung akan berkontraksi / mengecil.
Untuk itu injeksi dilakukan ke dalam submukosa pada jaringan
ikat longgar di atas hemoroid interna agar terjadi inflamasi dan
berakhir dengan fibrosis. Untuk menghindari nyeri yang hebat,
suntikan harus di atas mucocutaneus juction (1-2 ml bahan
diinjeksikan kekuadran simptomatik dengan alat hemoroid
panjang dengan bantuan anoskopi). Komplikasi : infeksi,

12

prostitis akut dan reaksi hipersensitifitas terhadap bahan yang


disuntikan. Skleroterapi dan diet serat merupakan terapi baik
untuk derajat 1 dan 4.

Gambar 5. Skleroterapi
-

Ligasi dengan cincin karet (Rubber band Ligation) Teknik


Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa
dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang mengalami
prolaps. Tonjolan ditarik dan pangkalnya (mukosa pleksus
hemoroidalis) diikat dengan cincin karet. Akibatnya timbul
iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya terlepas. Pada
bekasnya akan mengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada
satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid sedangkan
ligasi selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu dua sampai
empat minggu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah nyeri
yang hebat terutama pada ligasi mucocutaneus junction yang
kaya reseptor sensorik dan terjadi perdarahan saat polip lepas
atau nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi.

13

Gambar 6. Rubber Band Ligation


-

Bedah Beku (Cryosurgery)


Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga
terjadi nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai
karena mukosa yang akan dibekukan (dibuat nekrosis) sukar
untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok untuk terapi paliatif
pada karsinoma recti inoperabel.

IRC (Infra Red Cauter)


Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra merah.
Sehingga terjadilah nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini
diulang tiap seminggu sekali.

2.9.3

Terapi operatif
- Hemoroidektomi
Banyak pasien yang sebenarnya belum memerlukan operasi
minta untuk dilakukan hemoroidektomi. Biasanya jika ingin
masuk militer, pasien meminta dokter untuk menjalankan operasi
ini. Indikasi operasi untuk hemoroid adalah sebagai berikut:
a) Gejala kronik derajat 3 atau 4.
b) Perdarahan kronik yang tidak berhasil dengan terapi
sederhana.
c) Hemoroid derajat 4 dengan nyeri akut dan trombosis serta
gangren.
Prinsip hemoroidektomi :
a) Eksisi hanya pada jaringan yang benar-benar berlebih.

14

b) Eksisi sehemat mungkin dilakukan sehingga anoedema dan


kulit normal tidak terganggu Spinchter ani.
Ada beberapa macam metode yang digunakan adalah :
a) Metode Langenbeck
Untuk tonjolan yang soliter (hanya satu). Caranya dengan
menjepit radiair hemoroid internus, mengadakan jahitan
jelujur di bawah klem dengan catgut chromic No. 2/0 dan
melakukan eksisi Diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan
jahitan di bawah klem diikat diikuti kontinuitas mukosa.
b) Metode Miligan Morgan
Untuk tonjolan pada tiga tempat utama (jam 3, 7, 11).
Caranya dengan mengangkat vena yang varises kemudian
dijahit walaupun sebenarnya metode miligan morgan
originalnya tanpa jahitan. Sesuai prosedur aslinya, benjolan
hemoroid dijepit kemudian dilakukan diseksi. Pedikel
vaskuler diligasi dan luka dibiarkan terbuka agar terjadi
granulasi. Metode ini sangat sering digunakan di Inggris.
c) Metode Whitehead
Untuk hermoroid sirkuler / berat. Caranya dengan
melakukan incisi secara sirkular, mengupas seluruh v.
hemoriodalis dengan membebaskan mukosa dari submukosa,
bagian yang prolaps dipotong, kemudian dijahit kembali. Ini
merupakan operasi hemoroid yang radikal.
d) Metode Ferguson
Yaitu benjolan hemoroid ditampakkan melalui anoskopi
kemudian dilakukan eksisi dan ligasi pada posisi anatomic
hemoroid tersebut. Metode ini digunakan di Amerika Serikat
Metode hemoroidektomi yang sering dilakukan adalah
metode langenbeck karena mudah untuk dilakukan dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sirkuler
yang dapat menimbulkan stenosis.
-

Stapled Hermorrhoid Surgery (Procedure for prolapse and


hemorrhoids/ PPH)

15

Prosedur penanganan hemoroid ini terhitung baru karena baru


dikembangkan sekitar tahun 1990-an. Prinsip dari PPH adalah
mempertahankan fungsi jaringan hemoroid serta mengembalikan
jaringan ke posisi semula. Jaringan hemoroid ini sebenarnya
masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB sehingga tidak
perlu dibuang semua. Prosedur tidak bisa diterapi secara
konservatif maupun terapi non operatif. Mula- mula jaringan
hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator lalu dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus.
Kemudian dengan menggunakan alat yang disebut circular
stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat,
maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara
otomatis. Dengan terpotongnya jaringan tersebut maka suplay
darah ke jaringan tersebut akan terhenti sehingga jaringan
hemoroid akan mengempis dengan sendirinya. Kerjasama
jaringan dan m. sphincter ani untuk melebar dan mengerut
menjamin control keluarnya cairan dan kotoran dari dubur.
Keuntungan penanganan dengan PPH antara lain nyeri minimal
karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitive, tindakan
berlangsung cepat sekitar 20- 45 menit, dan pasien pulih lebih
cepat sehingga rawat inap di rumah sakit lebih singkat. Penyulit
pada PPH dan operasi konvensional lainnya tidak jauh berbeda.
Tetapi ada kemungkinan terjadi perdarahan, trombosis, serta
penyempitan kanalis analis. Jika terlalu banyak jaringan otot
yang ikut terbuang akan mengakibatkan kerusakan dinding
rectum jika m. sphincter ani internus tertarik dapat menyebabkan
disfungsi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka
panjang. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar
kerena sulit untuk memperoleh jalan masuk ke kanalis analis dan
kalaupun bisa, jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke
dalam stapler.

16

Gambar 7. Stapled Hemoroidektomi


2.10 Pencegahan
Pencegahan hemoroid dapat dilakukan dengan:
a Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buahbuahan, sayur-mayur, dan kacang-kacangan menyebabkan feses
menyerap air di kolon. Hal ini membuat feses lebih lembek dan besar,
b
c

sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan pada vena anus.


Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari
Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat
merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras

feses. Usahakan BAB sehari sekali.


d Hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi lokal ( makanan
pedas, alkohol ) atau merangsang pencernaan ( kopi, teh ).Berdasarkan
penelitian mengkonsumsi makanan pedas memiliki resiko terkena
hemoroid sebanyak 4,95 kali, sedangkan orang yang mengkonsumsi
e

alkohol memiliki resiko 1,99 kali menderita hemoroid.


Hindari stress, karena berdasarkan penelitian seseorang yang stress
memiliki resiko 0,49 kali terkena hemoroid walaupun resikonya kecil
tetapi hubungannya cukup signifikan.
17

Olah raga yang teratur seperti senam, berjalan, berenang, dan

menungging pada saat menjelang tidur.


Hindari mengangkat beban yang berat.

18

BAB III
KESIMPULAN

1. Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal inferior


dan superior.
2. Penegakkan diagnosis

hemoroid

didapatkan

melalui

anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Rectal toucher dan


anoskopi).
3. Pengobatan yang dapat diberikan pada penderita hemoroid berupa terapi
konservatif, terapi tindakan non operatif elektif dan terapi operatif.
4. Hemoroid dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup dari penderita
hemoroid.

DAFTAR PUSTAKA

19

Corman, M.L. 2004. Colon and Rectal Surgery. 5th edition. J.B. Philadelphia :
J.B. Lippincott Company. 54-111
Dorland. 2002. Kamus Saku kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.
Oswari, J. 1991. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa kedokteran. Edisi 3. Bagian 2.
Jakarta : EGC. 36-40.
Robbins, S.L., Cotran, R.S., Kumar, V. 2004. Robbins and Cotran Pathologic
Basis of Disease. 7th edition. Philadelphia : W.B. Saunders Company. 823.
Sadikin, V., Saputra, V. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.
Silvia A.P, Lorraine M.W,1995, Patofisiologi, Konsep konsep Klinis Proses
Penyakit Edisi IV. EGC: Jakarta. pemeriksaan penunjang: 420 421.
Snell, R.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed.6. Jakarta:
EGC.
Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma
( alih bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat Alat
Dalam,p:232 Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selecta Kedokteran. Jilid II.
Edisi III. FK UI: Jakarta. pemeriksaan penunjang: 321 324
Linchan W.M. 1994. Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II. EGC: Jakarta. hal 56
59.

20

Anda mungkin juga menyukai