Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi dimana meningkatnya
konsentrasi kolesterol dalam darah yang melebihi nilai normal. (1) Kolesterol
telah terbukti mengganggu dan mengubah struktur pembuluh darah yang
mengakibatkan gangguan fungsi endotel yang menyebabkan lesi, plak, oklusi,
dan emboli. Selain itu juga kolesterol diduga bertanggung jawab atas
peningkatan stress oksidatif.(2) Kolesterol tidak mengandung asam lemak, inti
sterolnya disintesis dari gugus molekul asam lemak, sehingga kolesterol
memiliki banyak sifat fisik dan kimia dari zat lipid lainnya.(1)
Beberapa senyawa kimia di dalam makanan

dan

tubuh

diklasifikasikan sebagai lipid. Lipid ini meliputi: (1) lemak netral, yang
dikenal sebagai trigliserida; (2) fosfolipid; (3) kolesterol; dan (4) beberapa
lipid lain yang kurang penting. Secara kimia, sebagian lipid dasar dari
trigliserida dan fosfolipid adalah asam lemak, yang hanya merupakan asam
organik hidrokarbon rantai panjang.(1)
Abnormalitas kadar lipid dalam darah merupakan salah satu faktor
risiko

timbulnya

penyakit

kardiovaskular

dan

metabolik,

misalnya

aterosklerosis, penyakit jantung koroner, stroke, sindrom metabolik dan


sebagainya. Menurut pedoman NCEP-ATP III, pemeriksaan profil lipoprotein
(kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida) perlu dilakukan berkala setiap 5
tahun sekali pada setiap individu umur 20 tahun. Serangkaian penelitian
mengindikasikan bahwa kadar LDL yang tinggi diduga menjadi penyebab
utama penyakit jantung koroner, sehingga penurunan kadar LDL masih
menjadi target utama penatalaksanaan abnormalitas kadar kolesterol.
Sementara itu, peningkatan kadar trigliserida diketahui sebagai salah satu
faktor risiko independen penyakit jantung koroner dan paling sering dijumpai
pada

penderita

sindrom

metabolik,

yang

menjadi

target

sekunder

penatalaksanaan gangguan profil lipid.(3)


Tingginya kadar kolesterol dalam darah dapat ditangani melalui upaya
preventif dan kuratif baik secara farmakologis maupun non farmakologis.

Terapi farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan, baik


obat sintetis maupun herbal. Obat sintetis memiliki harga yang relatif mahal
dan beberapa efek samping, misalnya golongan statin yang memiliki efek
samping miopati. Obat herbal memiliki harga yang lebih murah, bahannya
mudah didapat, dan efek samping yang relatif lebih sedikit. Salah satu obat
herbal yang mudah didapat dan murah adalah daun seledri.(4)
Seledri adalah salah satu dari sekian khasanah kekayaan alami yang
memiliki berbagai macam manfaat dalam kehidupan manusia. Seledri telah
lama digunakan oleh manusia sebagai penyedap masakan. Selain itu seledri
dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk menurunkan tekanan darah
tinggi dan sebagai sampo yang dapat menghitamkan rambut.(5) Sebagai
antihiperlidemia, seledri mempunyai kelebihan atau keuntungan dibanding
antihiperlidemia yang lain. Keuntungan atau manfaat seledri dibanding obat
antihipelidemia lain antara lain (1) tanaman seledri mudah didapat, (2) proses
meramunya lebih mudah dan cepat, (3) hanya membutuhkan sedikit ketelitian
dan kesabaran.(6)
Kandungan senyawa kimia pada daun seledri adalah apiin, apigenin,
manitol, inositol, asparagin, glutamin, kholin, dan linamarose.(7) Selain itu
kandungan kimia seledri adalah tannin.(8) Penelitian Saragih menunjukkan
pemberian infus daun seledri menyebabkan penurunan kadar kolestrol serum
darah marmot yang hiperkolestrolemi.(9) Penelitian Febrina, dkk

(10)

menunjukkan bahwa aktivitas antihiperlipidemia ekstrak etanol herba seledri


dosis 50 mg/kg BB dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan
LDL-kolesterol plasma secara signifikan, dan meningkatkan kadar HDLkolesterol plasma.(6)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka
penelitian ini akan mengkaji tentang pengaruh pemberian ekstrak daun seledri
(Apium graveolens L.) terhadap kadar LDL, HDL dan trigliserida tikus putih
jantan hiperkolesterol.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraiankan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh pemberian

ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) terhadap kadar LDL, HDL dan
trigliserida tikus putih jantan hiperkolesterol.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun seledri (Apium
graveolens L.) terhadap kadar LDL, HDL dan trigliserida tikus putih
jantan hiperkolesterol.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun seledri
(Apium graveolens L.) dosis 100 mg/kgBB terhadap kadar LDL,
HDL dan trigliserida tikus putih jantan hiperkolesterol.
b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun seledri
(Apium graveolens L.) dosis 200 mg/kgBB terhadap kadar LDL,
HDL dan trigliserida tikus putih jantan hiperkolesterol.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat untuk Ilmu Pengetahuan
Memberi informasi yang bermanfaat untuk pembuatan produk
kesehatan dengan menggunakan bahan dasar daun seledri (Apium
graveolens L.) untuk menurunkan kadar LDL dan trigliserida, serta
menaikkan kadar HDL.
1.4.2 Manfaat untuk Masyarakat
Memberi informasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan daun
seledri (Apium graveolens L.) sebagai alternatif obat untuk menurunkan
kadar LDL dan trigliserida, serta menaikkan kadar HDL.
1.4.3 Manfaat untuk Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam
melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan topik
permasalahan yang sama.
1.5 Orisinalitas Penelitian
Tabel 1. Orisinalitas penelitian
No

Nama Penulis
Judul Penelitian

dan Metode
Penelitian

Juheini
(2002)
Pemanfaatan
Herba
Seledri
(Apium
graveolens L.) Untuk
Menurunkan Kolseterol

Uji analisis varian


(ANOVA) dan Uji
beda nyata terkecil
(BNT)

Hasil Penelitian
Sari air herba seledri dosis 0,14
g/200g bb/hari; 0,72g/200 g bb/hari
dan
3,6
g/200
g bb/hari,
menunjukan
adanya
efek
menurunkan kadar kolesterol dan

Total dan Lipid Dalam


Darah Tikus Putih yang
diberi
Diit
Tinggi
Kolesterol dan Lemak

lipid, namun secara statistik


penurunan kadar kolesterol total
dan lemak total belum bermakna.

Sianipar
J
(2010)
Pengaruh
Pemberian
Infus Segar Terhadap
Penurunan Trigliserida
dan VLDL (Very Low
Density Lipoprotein)
Serum Darah Marmot
Jantan

Uji analisis varian Pemberian infus daun seledri segar


(ANOVA)
dan dosis 800 mg/kgBB sudah dapat
Tukey
HSD memberikan
efek
penurunan
(Honestly
trigliserida
yang
ditunjukkan
Significant
dengan data statistik sehingga dosis
Different)
800 mg/kgBB sudah cukup
memberikan
efek
penurunan
trigliserida dalam darah.

Umarudin, Susanti R,
Yuniastuti A (2012)
Efektivitas Ekstrak Tanin
Seledri Terhadap Profil
Lipid
Tikus
Putih
Hiperkolesterolemi

Post Randomized
Controlled Group
Design dianalisis
dengan Uji analisis
varian (ANOVA),
dan Uji analisis
antar
kelompok
perlakuan dengan
LSD

Pemberian ekstrak tanin seledri


pada tikus putih hiperkolesterolemi
secara oral selama 14 hari dapat
menurunkan secara signifikan kadar
kolesterol total dan LDL, akan
tetapi tidak berpengaruh signifikan
terhadap kadar trigliserida dan
HDL. Dosis yang paling efektif
untuk menurunkan kadar kolesterol
total dan LDL adalah dosis 75
mg/kgBB/hari.

Arifin H, Fahrefi M,
Dharma
S
(2013)
Pengaruh Fraksi Air
Herba Seledri (Apium
graveolens L.) Terhadap
Kadar Kolesterol Total
Mencit Putih Jantan
Hiperkolesterol

Pre and Post-test


Control
Group
Design di analisis
dengan uji analisis
varian (ANOVA)
dan Uji wilayah
berganda Duncan
(Duncans
Multiple
Range
Test)

Fraksi air herba seledri dapat


menurunkan kadar kolesterol total
pada keadaan hiperkolesterol. Efek
penurunan kadar kolesterol total
pada dosis 50 mg/kgBB dan 100
mg/kgBB dapat menurunkan kadar
kolesterol total secara bermakna.

Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian


sebelumnya, atara lain :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Juheini (2002) dengan judul Pemanfaatan
Herba Seledri (Apium graveolens L.) Untuk Menurunkan Kolesterol Total
dan Lipid Dalam Darah Tikus Putih yang diberi Diit Tinggi Kolesterol dan
Lemak. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang diteliti
adalah kolesterol total dan lipid.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sianipar, J. (2010) Dengan judul Pengaruh


Pemberian Infus Segar Terhadap Penurunan Trigliserida dan VLDL (Very
Low Density Lipoprotein) Serum Darah Marmot Jantan. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah subyek yang digunakan adalah marmot jantan dan
variabel yang diteliti kadar Trigliserida dan VLDL.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Umarudin, Susanti R, Yuniastuti A (2012)
Efektivitas Ekstrak Tanin Seledri Terhadap Profil Lipid Tikus Putih
Hiperkolesterolemi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah hanya
kandungan tannin ekstrak seledri yang digunakan dan variabel yang diteliti
adalah profil lipid.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Arifin H, Fahrefi M, Dharma S (2013)
Pengaruh Fraksi Air Herba Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap Kadar
Kolesterol Total Mencit Putih Jantan Hiperkolesterol. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah variabel yang diteliti adalah kadar kolesterol total
sedangkan dosis ekstrak seledri yang digunakan adalah 25, 50 dan 100
mg/kgBB.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Seledri
2.1.1 Taksonomi Tanaman Seledri
Klasifikasi Tanaman :
Kingdom
: Plantarum
Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Umbelliferales
Famili
: Umbelliferae
Genus
: Apium
Species
: Apium graveolens L.(11)
2.1.2 Morfologi Tanaman Seledri

Seledri merupakan tanaman setahun atau dua tahun yang


berbentuk semak atau rumput. Susunan tubuh tanaman seledri terdiri
dari daun, tangkai daun, batang dan akar.(12)
Daun seledri bersifat majemuk, menyirip ganjil dengan
anak daun antara 3-7 helai. Tepi daun pada umumnya beringgit
dengan pangkal maupun ujungnya runcing. Tulang-tulang daun
menyirip dengan ukuran panjang 2-7,5 cm dan lebarnya 2-5 cm.
Tangkai daun tumbuh tegak ke atas atau ke pinggir batang,
panjangnya sekitar 5 cm, berwarna hijau atau hijau keputih putihan.(12)
Batang seledri amat pendek, sehingga seolah-olah tidak
keliatan. Sistem perakaran menyebar ke semua arah pada kedalaman
30-40 cm.(12)
Gambar 1.

Tanaman Seledri dan Bagian-bagiannya (11)


2.1.3 Kandunguan Gizi dan Manfaat Tanaman Seledri
Daun seledri mengandung flavonoid, saponin, tanin,
minyak atsiri, flavo-glukosida (apiin), apigenin, kolin, lipase,
asparagin, alkaloid serta vitamin. Seluruh herba seledri mengandung
glikosida apiin (glikosida flavon), isoquersetin dan umbelliferon,
juga mengandung mannite, inosite, asparagine, glutamine, choline,

linamarose, provitamin A, vitamin C dan vitamin B. Kandungan


asam-asam dalam minyak atsiri pada biji, antara lain : asam-asam
resin, asam-asam lemak terutama palmitat, oleat, linoleat, dan
petroselinat. Senyawa kumarin lain ditemukan dalam biji, yaitu
bergapten, seselin, isomperatorin, osthenol, dan isopimpinelin.(13)
Kandungan flavonoid yang berkhasiat antioksidan dan
apigenin yang berkhasiat menurunkan tekanan darah, serta sejumlah
vitamin A, B dan C sehingga memungkinkan pengunaan tanaman
tersebut sebagai obat penurun kadar trigliserida dan VLDL. (13)

Tabel 2. Kandungan gizi dalam 100 gram daun seledri (14)


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Zat Gizi
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Zat Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
Air

Jumlah
20,00 kal
1,00 g
0,10 g
4,60 g
50,00 mg
40,00 mg
1,00 mg
130,00 SI
0,03 mg
11,00 mg
93,00 g

Kandungan yang ada pada daun seledri dipercaya dapat


menyembuhkan beberapa keluhan dan penyakit seperti berikut :
1. Wajah Berminyak
Ambil 3 batang seledri, lalu cuci dan iris kecil-kecil.
Masukan ke dalam air panas, lalu tutp. Bila sudah dingin,
segera simpan dalam lemari es. Menjelang tidur, oleskan air
sari seledri ke wajah dan tunggu sampai kering. Setelah
kering, bilas dengan air bersih. Lakukan secara teratur.(14)
2. Menyuburkan Rambut

Lumatkan 5 batang seledri, tambahkan 3 sdm air, lalu peras.


Oleskan airnya pada kulit kepala. Lakukan setiap hari.(14)
3. Asma
Cuci 3 tangkai seledri dan 9 lembar daun kapuk, lalu
lumatkan. Tambahkan gula aren secukupnya, sedikit garam,
dan setengah gelas air. Aduk sampai rata, lalu saring. Minum
1 kali sehari selama 3 hari berturut-turut pagi hari sebelum
sarapan.(14)
4. Menurunkan Hipertensi
Siapkan daun seledri secukupnya, tambahkan sedikit air,
remas-remas, peras, lalu saring. Minum 2 sdm sebanyak 3
kali sehari. Lakukan secara teratur.(14)
5. Rematik
Ambil setangkai daun seledri, lantas cuci bersih pada air
mengalir. Daun-daun seledri ini dihidangkan sebagi lalapan
setiap kali makan.(14)
6. Sakit Mata
Siapkan 2 tangkai daun bayam, dan 1 tangkai daun kemangi.
Tumbuk semua bahan, lalu seduh dengan segelas air panas.
Saring, lalu minum airnya.(14)
7. Asam Urat
Ambil 2 gram biji seledri, lalu masukkan ke dalam 110 ml
air. Didihkan selama 15 menit, kemudian saring dengan kain
bersih. Minum ramuan ini sehari sekali.(14)
8. Menurunkan Kolesterol
Siapkan 30 gram seledri lalu dicuci bersih. Rebus dengan 2
gelas air bersih hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin, air
disaring, minum sekaligus.(15)
2.2 Kolesterol
2.2.1 Kolesterol
Kolesterol adalah zat dengan sifat fisik serupa lemak tetapi
memiliki rumus steroid. Kolesterol terdapat dalam jaringan, terutama
otak, sumsum tulang belakang, hati dan empedu. Hati membuat
kolesterol, sangat banyak, sekitar gram sehari, dari berbagai
sumber, termasuk asetat, suatu garam organik yang terbentuk pada

metabolisme normal, kolesterol diet dan asam empedu yang diserap


kembali oleh usus halus.(16)
Pada dasarnya kolesterol disintesis dari asetil koenzim A
melalui beberapa tahapan reaksi. Secara garis besar dapat dikatakan
bahwa asetil koenzim A diubah menjadi isopentenil piroposfat dan
dimetalil pirofospat melalui beberapa reaksi yang melibatkan
beberapa enzim. Selanjutnya isopentenil pirofosfat dan dimetalil
pirofosfat bereaksi membentuk kolesterol. Pembentukkan kolesterol
ini juga berlangsung melalui beberapa reaksi yang membentuk
senyawa-senyawa antara, yaitu geranil pirofosfat, squalen dan
lanosterol.(17)
Kecepatan pembentukkan kolesterol dipengaruhi oleh
konsentrasi kolesterol yang ada dalam tubuh. Apabila dalam tubuh
terdapat kolesterol dalam jumlah yang telah cukup, maka kolesterol
akan menghambat sendiri reaksi pembentukkannya (hambatan
umpanbalik), sebaliknya bila kadar kolesterol sedikit karena
berpuasa, kecepatan pembentukkan kolesterol meningkat.(17)
Proses sirkulasi kolesterol dalam tubuh :
1. Kolesterol disintesis di hati
2. Kolesterol berikatan dengan lipoprotein membentuk LDL
(Low Density Lipoprotein) dibawa dalam peredaran darah.
Inilah tahap pengedaran sehingga kolesterol dapat menumbuk
dan menempel dalam pembuluh arteri
3. Kolesterol berikatan dengan lipoprotein lain membentuk
HDL dibawa ke kandung empedu , tempatnya diubah
menjadi asam empedu , yang kemudian dibuang melalui usus
halus.
4. Beberapa bentuk asam empedu diserap kembali dari usus
halus, dikonversikan kembali menjadi kolesterol, dan
kemudian dibawa lagi dalam pengedaran kolesterol.(18)
Kolesterol yang kita makan dari makanan jelas merupakan
sebagian dari "pool" kolesterol dalam tubuh; tingkat konsumsi yang
dianjurkan 25-300 mg, berarti kurang dari 10 % dari kolesterol yang
dibentuk oleh hati. Lebih lagi, ada mekanisme balik yang akan

10

menurunkan jumlah sintesis kolesterol baru bila kita mengkonsumsi


lebih banyak kolesterol dari normal. Dalam penelitian Framingham,
tak ada perbedaan dalam tingkat kolesterol serum pada pria dan
wanita yang mengkonsumsi kolesterol tinggi atau rendah dalam
makanannya. Jumlah kolesterol dalam darah ditentukan oleh
interaksi 4 faktor :
1. Laju pembuatan kolestetol oleh hati dari asetat
2. Laju kolesterol diperoleh dari makanan
3. Laju kolesterol yang diubah ke asam empedu dan dibuang
melalui usus halus
4. Laju asam empedu yang diserap kembali dan diubah menjadi
kolesterol
Biokimiawi dan fungsi kedua lipoprotein , LDL dan HDL,
sangat penting dalam memahami siklus kolesterol. LDL membawa
kolesterol dalam aliran darah, mendorong kolesterol sehingga
menempel pada sel pembuluh. LDL adalah "kolesterol jahat". HDL
sebaliknya membawa kolesterol kembali ke kandung empedu,
tempatnya diubah menjadi asam empedu dan dibuang melalui usus
halus. HDL dengan demikian disebut sebagai "kolesterol baik"
karena mereka membantu memusnahkan kolesterol. Fakta kini
menunjukkan bahwa total kolesterol, ukuran LDL dan HDL
sesungguhnya

merupakan

indeks

kolesterol

yang

handal

dibandingkan hanya total kolesterol saja. Tingginya kadungan


kolesterol dan LDL berhubungan erat dengan penyakit jantung,
tinginya HDL berhubungan dengan rendahnya penyakit jantung.(19)
2.2.2 Hiperkolesterol
Hiperkolesterolemia

adalah

suatu

kondisi

dimana

meningkatnya konsentrasi kolesterol dalam darah yang melebihi


nilai normal.(1) Kolesterol telah terbukti mengganggu dan mengubah
struktur pembuluh darah yang mengakibatkan gangguan fungsi
endotel yang menyebabkan lesi, plak, oklusi, dan emboli. Selain itu
juga kolesterol diduga bertanggung jawab atas peningkatan stress
oksidatif.(2)

11

Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita


makan akan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah yang
berakibat hiperkolesterolemia.(20) Salah satu penyakit tersering yang
disebabkan oleh meningkatnya kadar kolesterol dalam darah adalah
aterosklerosis.(1)
Tingkat kolesterol yang tinggi sangat berbahaya dan
berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit jantung. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh National Heart Institute, yang dalam
penelitian ini kolesterol darah dikurangi 8,5 %, kematian oleh
penyakit jantung menurun 25 %. Tetapi konsumsi kolesterol tidak
perlu merupakan penentu dari tingkat kolesterol. Dengan mengubah
konsumsi kolesterol dalam diit saja tidak mesti memperoleh tingkat
kolesterol yang rendah.(18)
Abnormalitas kadar lipid juga merupakan salah satu faktor
risiko timbulnya penyakit kardiovaskular dan metabolik, misalnya
aterosklerosis, penyakit jantung koroner, stroke, sindrom metabolik
dan sebagainya. Menurut pedoman NCEP-ATP III, pemeriksaan
profil lipoprotein (kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida) perlu
dilakukan berkala setiap 5 tahun sekali pada setiap individu umur
20 tahun. Serangkaian penelitian mengindikasikan bahwa kadar
LDL yang tinggi diduga menjadi penyebab utama penyakit jantung
koroner, sehingga penurunan kadar LDL masih menjadi target utama
penatalaksanaan abnormalitas kadar kolesterol. Sementara itu,
peningkatan kadar trigliserida diketahui sebagai salah satu faktor
risiko independen penyakit jantung koroner dan paling sering
dijumpai pada penderita sindrom metabolik, yang menjadi target
sekunder penatalaksanaan gangguan profil lipid.(3)
2.2.3 LDL dan HDL
Kolesterol adalah turunan lemak yang beredar dalam tubuh,
yang memang diperlukan tubuh, tetapi dalam jumlah sedikit. Karena
tidak larut dalam air, agar bisa diangkut kolesterol harus bergabung

12

dengan molekul lemak dan protein sehingga gabungan ini dinamakan


lipoprotein, yang kepadatanya berbeda-beda sesuai komposis dan
kekompakan kandungannya yang terdiri dari kolesterol, trigiserida,
dan protein sehingga dikenal adanya kolesterol berkepadatan rendah
(LDL/low density lipoprotein), dan kolesterol berkepadatan tinggi
(HDL/high density lipoprotein).(15)
LDL dikenal sebagai kolesterol jahat, karena setelah
beredar dalam tubuh mengangkut 60-80% kolesterol yang diperlukan
oleh tubuh, LDL akan diserap sel-sel tubuh sebagai bahan pembuat
hormon dan sel-sel tubuh.(16) Karena tidak semua LDL digunakan,
maka sisanya terbuang dan tetap mengalir dalam darah yang karena
sifat kepadatan/densitasnya rendah kemudian menumpuk dan
menempel didinding pembuluh darah, dan menjadikan pembuluh
darah tersebut menyempit, sehingga mengurangi volume darah yang
mengalir membawa nutrisi maupun oksigen keseluruh jaringan
tubuh.(17)
Ester kolesterol ditranspor oleh beberapa jenis partikel
lipoprotein, yang semuanya mempunyai struktur tertentu. Kolesterol
yang ditranspor terdapat dalam inti nonpolar. Kelarutan partikel ini
dalam air dibuat oleh selapis permukaan lipid amfipatik (kolesterol)
dengan posisi gugus polarnya terletak di luar. Sejumlah protein, yang
dinamakan apolipoprotein, terikat pada permukaan atau terintegrasi
dalam partikel, terdapat empat kelas utama partikel lipoprotein yaitu
VLDL, LDL, dan HDL.(17)
1.
LDL (low density

lipoprotein)

merupakan

partikel

lipoprotein utama pembawa kolesterol dalam sirkulasi,


2.

mengirimkan kolesterol dari hati ke sel-sel perifer.


HDL (high density lipoprotein) membentuk suatu kelompok
partikel heterogen yang berperan pada proses yang
dinamakan transpor sentripetal. Pada proses ini HDL
mentranspor kolesterol yang berlebihan menjauhi jaringan
perifer.(17)

13

HDL yang terdiri dari protein dan sedikit lemak, dikenal


sebagai

kolesterol

baik,

karena

fungsinya

dapat

menghancurkan kelebihan LDL yang beredar, memperbaiki


kerusakan yang ditimbulkannya, termasuk merontokkan
LDL yang menempel didinding pembuluh darah.(17)
2.2.4 Trigliserida
Trigliserida adalah senyawa yang terdiri dari tiga molekul
asam lemak teresterifikasi menjadi gliserol, juga merupakan lemak
netral yang disintesis dari karbohidrat untuk disimpan dalam sel
lemak. Pada hidrolisis enzimatik, trigliserida melepaskan asam-asam
lemak bebas ke dalam darah.(21)
Trigliserida atau trigliserol adalah ester trihidrat alkohol
gliserol dan asam lemak. Mono dan diasilgliserol, tempat satu atau
dua asam lemak teresterifikasi dengan gliserol, juga ditemukan di
jaringan. Senyawa-senyawa ini penting dalam sintesis dan hidrolisis
triasilgliserol.(22)

Gambar 2.
Struktur Kimia Tristearin (1)
Tiga molekul asam lemak rantai panjang diikat oleh satu
molekul gliserol. Tiga asam lemak yang paling sering terdapat dalam
trigliserida di tubuh manusia adalah asam stearat (yang ditunjukan
pada struktur tristearin di atas), yang mempunyai 18 rantai karbon
dan sangat jenuh dengan atom hidrogen. Asam oleat, yang juga
mempunyai 18 rantai karbon dan tetapi mempunyai 1 ikatan ganda
di bagian tengah rantai, dan asam pulminat, yang mempunyai 16
atom karbon dan sangat jenuh.(1)
Trigliserida
kilomikron

dari

ini

usus

diangkut
menuju

terutama

hepar,

sebagai

kemudian

sebagai

mengalami

metabolisme disini dan dalam jumlah besar sebagai VLDL diangkut

14

dari hepar menuju ke seluruh jaringan tubuh. Oleh karena itu


trigliserida yang tinggi cenderung disertai dengan VLDL dan LDL
yang tinggi pula, sementara HDL justru rendah.(18)
Trigliserida sangat erat hubungannya dengan obesitas.
Umumnya orang-orang gemuk mempunyai kadar trigliserida yang
tinggi dalam plasma. Trigliserida banyak disimpan dibalik lipatan
kulit. Makin gemuk sesorang, makin banyak trigliserida yang
terdapat dalam tubuhnya dan membuat kulit menjadi berlipat-lipat.
Tidak jarang ditemukan pula, banyka orang gemuk mempunyai
kadar trigliserida plasma yang normal-normal saja. Ini membuktikan
bahwa pada obesitas, walaupun trigliserida banyak disimpan
dibawah lipatan kulit, tetapi trigliserida dalam darah tidak selamanya
tinggi pula. Simapanan trigliserida yang berlebihan itu sewaktuwaktu potensial sebagai bahan pembentukkan VLDL dan LDL di
hepar.(23)
Pada
dibandingkan

wanita,
dengan

trigliserida
pria.

Tetapi

umumnya
pada

lebih

waktu

rendah

menopause,

trigliserida wanita cenderung meningkat dan insiden terjadinya


penyakit koroner pada wanita makan meningkat juga. Konsumsi
alkohol, asam lemak jenuh, karbohidrat, dan jumlah kalori yang
tinggi dapat meningkatkan trigliserida.(19)
Besar kemunkinan bahwa kadar trigliserida yang tinggi
dapat juga menyebabkan serangan jantung. Naiknya

kadar

trigliserida mendorong timbulnya serangan-serangan jantung dengan


mempercepat pembentukkan ateroma dan membuat darah menjadi
lebuh mudah menggumpal. Tingginya kadar trigliserida disebabkan
oleh gangguan turunan langka terhadap metabolisme dimana
trigliserida-trigliserida darah terlalu tinggi (lebih besar daripada 4
mmol/l). Namun, yang jauh lebih umum, suatu kadar trigliserida
yang tinggi merupakan gejala sekunder suatu faktor penyakit lain
seperti : diet, kegemukan, diabetes mellitus, masukkan alkohol,
gout.(20)

15

Trigliserida adalah komponen lain dari lemak dalam darah


dan seperti halnya kolesterol, trigliserida dapat berasal dari makanan
atau dibuat sendiri oleh tubuh. Kadar trigliserida dalam darah yang
diinginkan maksimal 150 mg/dl. Makanan yang mengandung lemak
terutama lemak jenuh meningkatkan tingkat trigliserida di dalam
darah dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol jahat. Lemak
yang berasal dari buah-buahan seperti kelapa, durian dan alpokat
tidak mengandung kadar kolesterol tetapi kadar trigliserida relative
tinggi.
2.2.5 Kadar Kolesterol Total, LDL/HDL dan Trigliserida
Tabel 3. Kadar Lipid Serum Normal (24)
Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol
HDL, dan trigliserida menurut NCEP-ATP III 2001
mg/dl
Kolesterol total
< 200
Optimal
200-239
Diinginkan
240
Tinggi
Kolesterol LDL
< 100
Optimal
100-129
Mendekati optimal
130-159
Diinginkan
160-189
Tinggi
190
Sangat tinggi
Kolesterol HDL
40
Rendah
41-59
Risiko Tinggi
60
Tinggi
Trigliserida
< 150
Optimal
150-199
Diinginkan
200-499
Tinggi
500
Sangat tinggi

2.3 Kerangka Teori

Abnormalitas Kadar Lipid

Aterosklerosis

Penyakit Jantung

Stroke

Koroner
Ekstrak Daun Seledri
(Apium graveolens L.)

Sindrom
Metabolik

16

Flavonoid
Saponin
Tanin
Minyak atsiri
Apiin
Apigenin
Kolin
Lipase
Asparagin
Alkaloid
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C

Kadar LDL
2.4 Kerangka Konsep

SkemaKadar
1. Kerangka
HDL Teori

Kadar Trigliserida

Kadar LDL
Dosis Ekstrak Daun Seledri

Kadar HDL

(Apium graveolens L.)


Kadar Trigliserida
Skema 2. Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis
2.5.1 Hipotesis Mayor
Terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun seledri (Apium
graveolens L.) terhadap kadar LDL, HDL dan trigliserida tikus putih
jantan hiperkolesterol.
2.5.2 Hipotesis Minor
1. Terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun seledri (Apium
graveolens L.) dosis 100 mg/kgBB terhadap kadar LDL,
HDL dan trigliserida tikus putih jantan hiperkolesterol.
2. Terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun seledri (Apium
graveolens L.) dosis 200 mg/kgBB terhadap kadar LDL,
HDL dan trigliserida tikus putih jantan hiperkolesterol.

17

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian adalah ilmu patologi klinik dan ilmu
farmakologi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi
Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan waktu
penelitian berlangsung selama 2 bulan antara lain persiapan, perlakuan dan
analisis data, dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November
2015.
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Group
Design yang menggunakan hewan coba sebagai objek penelitian.
Penelitian ini menggunakan 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol positif,
1 kelompok kontrol negatif dan 2 kelompok perlakuan. Penelitian ini
membandingkan hasil observasi kelompok tikus putih setelah diberi
perlakuan.

Tikus Putih Jantan

K1

K2

P1

P2

OK
1

2 minggu
OK
O1
1

O2

18

Skema 3. Rancangan Penelitian


Keterangan :
K1 : Kelompok tikus jantan kontrol negatif yang hanya diberi pakan
K2

standar.
: Kelompok tikus jantan kontrol
19 positif yang telah diberi makan
standar + induksi makanan tinggi kolesterol, selanjutnya diberi

P1

makan standar selama 2 minggu.


: Perlakuan tikus jantan kelompok I yang telah diberi makan standar
+ induksi makanan tinggi kolesterol, selanjutnya diberi makan
standar + ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) dosis 100

P2

mg/kgBB selama 2 minggu.


: Perlakuan tikus jantan kelompok II yang telah diberi makan standar
+ induksi makanan tinggi kolesterol, selanjutnya diberi makan
standar + ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) dosis 200

mg/kgBB selama 2 minggu.


OK1 : Observasi akhir tikus jantan kelompok kontrol negatif.
OK2 : Observasi akhir tikus jantan kelompok kontrol positif.
O1 : Observasi akhir tikus jantan kelompok I setelah diberikan makan
standar + ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) dosis 100
O2

mg/kgBB.
: Observasi akhir tikus jantan kelompok II setelah diberikan makan
standar + ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) dosis 200
mg/kgBB.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah tikus putih galur Wistar
(Rattus norvegicus).
3.4.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah tikus putih galur Wistar
(Rattus norvegicus) jantan.
3.4.3 Sampel Penelitian
3.4.3.1 Kriteria Inklusi
1. Tikus putih berusia 3 bulan.
2. Tikus putih galur Wistar.
3. Jenis kelamin jantan.

19

4. Berat badan 200-250 gram.


3.4.3.2 Kriteria Eksklusi
1. Selama adaptasi bobot tikus menurun hingga kurang dari
200-250 gram.
2. Tikus putih

mengalami

cacat

selama

penelitian

berlangsung.
Drop out apabila tikus putih mati selama penelitian
berlangsung, bila ada tikus putih yang drop out diganti
dengan tikus putih lain sesuai kriteria inklusi sehingga
jumlah tikus putih sesuai dengan yang diinginkan.
3.4.4 Cara Sampling
Metode pengambilan sampel dari penelitian ini dengan cara
simple random sampling untuk menghindari bias karena variasi umur
dan berat badan.
3.4.5 Besar Sampling
Sampel penelitian ini adalah 24 ekor tikus putih, yang dibagi
menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol positif, 1 kelompok
kontrol negatif dan 2 kelompok perlakuan sehingga dalam setiap
kelompok terdiri dari 6 ekor tikus karena penentuan besar sampel
menurut WHO menyebutkan bahwa jumlah sampel dalam penelitian
eksperimental menggunakan hewan coba adalah 5 ekor hewan per
kelompok perlakuan ditambah 10% untuk mengantisipasi drop out
atau mati. Semuanya dikandangkan secara terpisah di Laboratorium
Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Semua sampel penelitian dipelihara pada suhu ruangan 27 0C dengan
siklus 12 jam terang dan 12 jam gelap.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis pemberian
ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.).
3.5.2 Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar LDL, HDL dan
trigliserida dalam darah tikus putih.
3.6 Definisi Operasional
Penelitian ini memiliki definisi operasional sebagai berikut :

20

Tabel 4. Definisi Operasional


No

Variabel

Skala

Ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) yang


diberikan kepada tikus putih jantan secara oral,
dengan dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB pada
dua kelompok perlakuan

Nominal

Kadar LDL, HDL dan trigliserida pada tikus putih Ratio


jantan yang diukur dengan alat pengukur kolesterol
lengkap, darah tikus putih didapatkan dari vena
lateralis pada ekor tikus putih.

3.7 Pengumpulan Data


3.7.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Beaker glass
2. Gelas Ukur
3. Lumpang
4. Stamfer
5. Sudip
6. Corong pisah
7. Wadah maserasi
8. Rotary evaporator
9. Timbangan analitik
10. Oven
11. Kandang tikus
12. Pipet tetes
13. Jarum oral
14. Spatel
15. Tabung reaksi
16. Rak tabung reaksi
17. Kaca arloji
18. Sonde
19. Label
20. Gunting bedah
21. Alat ukur kolesterol
22. Striptest LDL, HDL dan Trigliserida
b. Bahan
1. Hewan coba berupa tikus putih jantan galur Wistar yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
2. Bahan perlakuan berupa :

21

a) Makanan

yang

mengandung

kolesterol

tinggi

yang

diberikan pada tikus putih, diharapkan dapat meningkatkan


kadar kolesterol pada tikus putih.
b) Ekstrak etanol 70% daun seledri (Apium graveolens L.)
yang diberikan kepada tikus putih sebagai perlakuan dan
diberikan secara oral.
3.7.2 Prosedur Penelitian
3.7.2.1 Persiapan Hewan Coba
Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu dipersiapkan
tempat pemeliharaan hewan coba, yaitu kandang (bak plastik,
sekam, tempat makan, minum dan pakan tikus putih. Setelah itu
dilakukan aklimatisasi di laboratorium selama 1 minggu. 18 ekor
tikus putih diberi makan standar + makanan tinggi kolesterol yang
diharapkan dapat meningkatkan kadar kolesterol tikus putih dan 6
ekor tikus diberi makan standar.
3.7.2.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Seledri
Daun seledri segar 1 kg disortirasi, lakukan pencucian
sampai bersih dari tanah dan kotoran kemudian dikeringkan
dengan oven pada suhu 400C, selanjutnya dihaluskan dengan
menggunakan gerinder. Setelah itu diekstraksi dengan metode
maserasi dimana sampel dimasukkan ke dalam wadah yang
tertutup baik dan terlindung cahaya lalu ditambahkan etanol 70%
sampai terendam sempurna selama 6 jam pertama sambil sesekali
diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam.(25) Proses maserasi
dilakukan selama 5 hari dan 3 kali pengulangan. Maserat disaring
dan diuapkan secara in vacuo dengan rotary evaporator sehingga
diperoleh ekstrak kental.(26)
3.7.2.3 Prosedur Perlakuan Sampel
1. Penelitian menggunakan 24 ekor tikus putih jantan galur
Wistar

yang

telah

mengalami

masa

adaptasi

yang

dikandangkan secara terpisah, diberi pakan standar dan


minuman secara ad libitium selama 1 minggu.
2. 24 ekor tikus putih jantan dibagi menjadi 4 kelompok, 1
kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih, yaitu :

22

a) Kelompok kontrol negatif: 6 ekor tikus putih jantan


diberi makan standar selama 3 minggu.
b) Kelompok kontrol positif: 6 ekor tikus putih jantan diberi
makan standar + induksi makanan tinggi kolesterol
selama 1 minggu, selanjutnya diberi makan standar
selama 2 minggu.
c) Kelompok perlakuan 1 : 6 ekor tikus putih jantan diberi
makan standar + induksi makanan tinggi kolesterol
selama 1 minggu, selanjutnya diberi makan standar +
ekstrak etanol 70% daun seledri (Apium graveolens L.)
dosis 100 mg/kgBB selama 2 minggu.
d) Kelompok perlakuan 2 : 6 ekor tikus putih jantan diberi
makan standar + induksi makanan tinggi kolesterol
selama 1 minggu, selanjutnya diberi makan standar +
ekstrak etanol 70% daun seledri (Apium graveolens L.)
dosis 200 mg/kgBB selama 2 minggu.
3. Pemeriksaan kadar LDL, HDL dan trigliserida pada 24 ekor
tikus putih jantan dilakukan setelah 2 minggu diberi makan
standar + ekstrak etanol 70% daun seledri (Apium graveolens
L.) untuk mengetahui kadar LDL, HDL dan

trigliserida

dengan menggunakan alat pengukur kadar kolesterol.


3.8 Alur Penelitian
24 ekor tikus putih jantan

6 ekor tikus putih

6 ekor tikus putih

6 ekor tikus putih

6 ekor tikus putih

diberi pakan standar

diberi pakan standar

diberi pakan standar

diberi pakan standar

+ induksi makanan

+ induksi makanan

+ induksi makanan

tinggi kolesterol

tinggi kolesterol +

tinggi kolesterol +

ekstrak etanol 70%

ekstrak etanol 70%

Perlakuan selamadaun
2 minggu
seledri dosis

daun seledri dosis

100 mg/kgBB
mg/kgBB
Periksa kadar LDL, HDL dan trigliserida tikus
putih masing-masing 200
kelompok
Skema 4. Alur Penelitian
setelah diberi perlakuan.

23

3.9 Analisis Data


Data yang telah terkumpul sebelum diolah menggunakan alat penguji,
bias diolah dengan cara manual. Tahap-tahap pengolahan data adalah
sebagai berikut :
a. Tahap editing, yaitu dengan memasukkan data ke dalam file
b.

komputer.
Tahap cleaning data, untuk meneliti kembali kesalahan-kesalahan

c.

yang terjadi.
Tahap tabulating data, yaitu dengan menyajikan data dalam tabel

yang telah disediakan.


Analisis data dilakukan dengan menggunakan software computer.
Penentuan uji yang digunakan, melalui langkah berikut :
a. Menentukan variabel yang dihubungkan :

variabel

yang

dihubungkan adalah kadar trigliserida pada tikus sesudah


pemberian ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) pada 2
b.
c.
d.

kelompok perlakuan.
Menentukan jenis hipotesis : komparatif
Menentukan masalah skala variabel : nominal dan rasio
Menentukan berpasangan / tidak berpasangan : tidak berpasangan

Langkah

pertama

adalah

data

diuji

normalitasnya

dengan

menggunakan uji Saphiro-Wilk dengan tingkat kepercayaan 95%. Distribusi


data dianggap normal jika p>0,05. Uji homogenitas digunakan untuk
mengetahui apakah varian populasi homogen atau tidak. Suatu data
dikatakan memilki varian populasi homogen secara signifikan jika nilai
p>0,005.
Uji One Way ANOVA adalah uji untuk membandingkan mean lebih
dari dua kelompok. Syarat untuk uji One Way ANOVA adalah data dengan
normalitas dan varians data sama. Kemudian dapat dilihat hasilnya apakah
terdapat pengaruh yang bermakna atau tidak. Data signifikan jika p<0,05.
Jika syarat uji One Way ANOVA tidak terpenuhi, maka harus dilakukan
transformasi data agar data diperoleh varian sama. Namun, jika setelah data
ditransformasi dan tetap tidak diperoleh varian yang sama, maka digunakan
pengujian alternatif berupa uji non-parametrik Kruskal-Wallis.

24

3.10 Etika Penelitian


Seluruh hewan coba dirawat sesuai standar pemeliharaan binatang.
Seluruh tindakan yang bersifat invasif termasuk terminasi hewan coba
dilakukan dibawah anestesi. Hal yang perlu dilaksanakan sesuai dengan
animal ethics antara lain perawatan dalam kandang, pemberian makan dan
minum (ad libitium), aliran udara dalam ruang kandang, perlakuan saat
penelitian, menghilangkan rasa sakit, pengambilan unit analisis penelitian
dan pemusnahannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC;
2008.
2. Stapleton PA, Goddwill AG, James ME, Brock RW, Frisbee J.
Hypercholesterolemia and microvascular dysfunction: interventional
strategies. Journal of Inflammation. 2010.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
4. Retnaninggalih AP. Perbandingan Efek Infusa Daun Salam (Syzygium

25

polyanthum) dan Daun Seledri (Apium graviolens L.) Terhadap Penurunan


Kadar LDL Darah Tikus Wistar Model Dislipidemia [skripsi]. Jember:
Universitas Jember; 2014.
5. Raina. Ensiklopedia Tanaman Obat Untuk Kesehatan Yogyakarta: Absolut
Jogja; 2011.
6. Umarudin, Susanti R, Yuniastuti A. Efektifitas Ekstrak Tanin Seledri Terhadap
Profil Lipid Tikus Putih Hiperkolesterolemi. Semarang: Unnes Journal of Life
Science. 2012.
7. Perry LM. Medicinal Plant of East and SouthEast Asia London: The MIT
Press; 1980.
8. Dalimarta. 36 Resep Tumbuhan Obat Untuk Menurunkan Kolesterol Jakarta:
Penebar Swadaya; 2010.
9. Saragih. Pengaruh Pemberian Infus Daun Seledri (Apium graviolens L.)
Terhadap Kadar Kolesterol Serum Darah Marmut (Cavia cobaya) [skripsi].
Medan: Universitas Sumatera Utara; 2009.
10. Febriana E. Aktivitas Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol Herba Seledri (Apium
graveolens L.) Dari Daerah Bandung Barat [skripsi]. Bandung: Universitas
Padjajaran; 2009.
11. Najib A. Seledri Penyedap Masakan Kaya Manfaat. Makassar: Universitas
Muslim Indonesia; 2009.
12. Rahmat R. Bertanam Seledri. Yogyakarta: Kanisius; 1995.
13. Sudarsono. Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 1996.
14. Santoso HB. Ragam & Khasiat Tanaman Obat Jakarta: Agromedia; 2008.
15. Kisanti A. Aneka Resep Tanaman Obat Super Mujarab Untuk Mengobati Asam
Urat dan Menurunkan Kolesterol Yogyakarta: Araska; 2013.
16. Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan EfekEfek Sampingnya. 6th ed. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media; 2002.
17. Poedijadi A. Dasar-dasar Biokimia Jakarta: UI Press; 1994.
18. Goodman, Gilmans. The Pharmacological Basic of Theurapeutics. 10th ed.
New York: Mc Graw Hills; 2000.

26

19. Linder MC, Azam MH. Copper Biochemistry and Molecular Biology. The
American Journal of Clinical Nutrition; 1996.
20. Soeharto I. Jantung Koroner dan Serangan Jantung Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama; 2004.
21. Dorland N. Kamus Kedokteran Dorland. 31st ed. Jakarta: EGC; 2010.
22. Murray RK. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC; 2009.
23. Payne M. Kiat Menghindari Penyakit Jantung Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama; 1995.
24. John MF, Adam. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Setiadi S, Alwi I,
Sudoyo AW, Marcellus SK, Setiyadi B, Syam AF, editor. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.
25. Kemenkes RI. Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
26. Arifin H, Fahrefi M, Dharma S. Pengaruh Fraksi Air Herba Seledri Terhadap
Kadar Kolesterol Total Mencit Putih Jantan Hiperkolesterol. Padang:
Universitas Andalas; 2011.

Anda mungkin juga menyukai