Anda di halaman 1dari 2

3 Pedagang Jual Ikan dan Bakso

Berformalin
A. Latar belakang
Bakso sudah menjadi makanan sangat umum dikonsumsi oleh seluruh masyarakat
indonesia sehari-hari, disamping banyak sekali makanan yang lain. Bakso sudah menjadi
makanan favorit bagi sebagian besar masyarakat indonesia. Namun sudahkah kita yakin jika
bakso yang kita makan adalah bakso yang sehat, yang bebas dari bahan-bahan yang
membahayakan.
Seperti yang telah dilakukan oleh ketiga pedagang berinisial, Yoh (50), Ain (36) dan Ana
(36) yang terpaksa harus berurusan dengan petugas. Ketiganya didapati menjual ikan dan bakso
berformalin di Pasar Rawa Badak, Jakarta Utara. Petugas pun akhirnya menyita dagangan
mereka yang mengandung pengawet berbahaya, dan meminta mereka membuat pernyataan
untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut.
Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Jakarta Utara, Muhammad Mikron mengatakan, dari 240 sampel yang diperiksanya di
3 Pasar, Rawa Badak, Koja dan Tugu. Hasilnya sebanyak, 5 jenis ikan segar dan 1 jenis bakso
ditemukan mengandung formalin.
Dikatakan Mikron, ikan tersebut sudah dalam keadaan diformalin dari penyuplainya. Karena itu,
pihaknya akan menyisir penyuplai ikan tersebut ke kawasan Muara Baru. Sedangkan
penyelidikan untuk produk bakso ikan berformalin akan dikoordinasikan ke dinas. Sebab,
perusahaan pembuat bakso tersebut berada di Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jatinegara,
Jakarta Timur.
B. Analisis Kasus

Formalin merupakan zat yang berbahaya bagi tubuh, yang merupakan zat yang berfungsi
sebagai pengawet. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di
dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol
hingga 15% sebagai pengawet.
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya
dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan
fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.

Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah
survey dan pemeriksaan laboratorium,ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan
formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola
pangan yang tidak bertanggung jawab.
Dari hal tersebut diatas kita dapat menghubungkan dengan etika. Sudah jelas yang
dilakukan bagi penjual dan penyuplai merupakan kegiatan yang tidak etis. Bisnis yang
dijalankan bukanlah bisnis yang etis karena tidak memiliki moral diri bagi si penjual dan
penyuplai dan

begitu pula moral sosial bagi seluruh masyarakat. Bisnis yang dilakukan

merupakan bisnis yang berbahaya bagi orang lain khususnya para konsumen.
Dampak buruk bagi pengkonsumsinya kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga
menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat
mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan
muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan
adanya kegagalan peredaran darah. Pada skenario terburuk akan menyebabkan kematian bagi
pengkonsumsinya.

Anda mungkin juga menyukai