Anda di halaman 1dari 4

Hormon Tiroid

Kelenjar tyroid terletak di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea. Tiroid
mensekresikan dua hormon utama, yaitu tiroksin (T4 ) dan triiodotironin (T3), serta hormon
kalsitonin yang mengatur metabolisme kalsiam bersama dengan parathormon yang dihasilkan
oleh kelenjar paratiroid (Guyton and Hall, 2007).
Tahap pertama pembentukan hormon tiroid adalah pompa iodida dari darah ke dalam sel
dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal sel tiroid memompakan iodida masuk ke dalam sel
yang disebut dengan penjeratan iodida (iodide trapping). Sel-sel tiroid kemudian membentuk dan
mensekresikan tiroglobulin dari asam amino tirosin. Tahap berikutnya adalah oksidasi ion iodida
menjadi I2 oleh enzim peroksidase. Selanjutnya terjadi iodinasi tirosin menjadi monoiodotirosin,
diiodotirosin, dan kemudian menjadi T4 dan T3 yang diatur oleh enzim iodinase. Kemudian,
hormon tiroid yang telah terbentuk ini disimpan di dalam folikel sel dalam jumlah yang cukup
untuk dua hingga tiga bulan. Setelah hormon tiroid terbentuk di dalam tiroglobulin, keduanya
harus dipecah dahulu dari tiroglobulin, oleh enzim protease. Kemudian, T4 dan T3 yang bebas
ini dapat berdifusi ke pembuluh kapiler di sekitar sel-sel tiroid. Keduanya diangkut dengan
menggunakan protein plasma. Karena mempunyai afinitas yang besar terhadap protein plasma,
hormon tiroid, khususnya tiroksin, sangat lambat dilepaskan ke jaringan. Kira-kira tiga perempat
dari tirosin yang teriodinasi dalam tiroglobulin tidak akan pernah menjadi hormon tiroid, hanya
sampai pada tahap monoiodotirosin atau diiodotirosin. Yodium dalam monoiodotirosin dan
diiodotirosin ini kemudian akan dilepas kembali oleh enzim deiodinase untuk membuat hormon
tiroid tambahan (Guyton and Hall, 2007).
Regulasi hormon tiroid adalah sebagai berikut. Hipotalamus sebagai master gland
mensekresikan TRH (Tyrotropine Releasing Hormone) untuk mengatur sekresi TSH oleh
hipofisis anterior. Kemudian tirotropin atau TSH (Thyroid Stimulating Hormone) dari hipofisis
anterior meningkatkan sekresi tiroid dengan perantara cAMP. Mekanisme ini mempunyai efek
umpan balik negatif, bila hormon tiroid yang disekresikan berlebih, sehingga menghambat
sekresi TRH maupun TSH. Bila jumlah hormon tiroid tidak mencukupi, maka terjadi efek yang
sebaliknya (Guyton and Hall, 2007).
Fungsi dari kelenjar tiroid adalah membuat, menyimpan dan mengeluarkan sekresi yang
terutama berhubungan dengan pengaturan laju metabolisme. Sedangkan menurut Hafiz Soewoto

dari Dep. Biokimia dan Biology molekuler Fakultas Kedokteran UI hormon tiroid juga berperan
dalam pengaturan metabolisme, antara lain :

Mempertahankan keseimbangan energi metabolik


Merupakan pencetus untuk fungsi normal dari semua sel termasuk sel otot jantung
Dan menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi.
Di dalam plasma, sebagian besar hormon tiroid yang berikatan dengan protein. Hormon

tiroid tersebut berperanan sebagai cadangan dan bila diperlukan akan dapat dibebaskan untuk
memenuhi kebutuhan hormon tiroid bebas dalam sel. Secara kuantitatif kadar T4 di dalam
plasma lebih besar dibanding T3, akan tetapi T3 mempunyai aktivitas 3 sampai 5 kali lebih besar
dari T4
Mekanisme Respon Fisiologinya
Berikut adalah respon atau efek fisiology hormon tiroid pada berbagai mekanisme tubuh :
Efek pada laju metabolisme basal
Efek ini karena hormon tiroid meningkatkan metabolisme pada sebagian besar sel tubuh
(kecuali otak, retina, limpa, testes, dan paru-paru), jumlah hormon yang berlebihan kadangkadang dapat meningkatkan laju metabolisme basal samapi sebanyak 100% di atas normal.
Kesimpulannya, dibutuhkan hormon yang sangat tinggi dan jumlah yang besar untuk
menyebabkan terjadinya metabolisme yang cepat.
Efek pada berat badan
Pembentukan hormon tiroid yang meningkat banyak sekali hampir selalu mengurangi
berat badan, dan pengurangan pembentukan yang besar hampir selalu menambah berat
badan, tetapi efek ini tidak selalu terjadi karena hormon tiroid meningkatkan nafsu makan
dan hal ini melebihi keseimbangan perubahan pada kecepatan metabolisme.
Efek pada pertumbuhan
Efek pada pertumbuhan karena sintesis protein tidak dapat berlangsung normal tanpa
adanya hormon tiroid, efek pertumbuhannya pada hormon pertumbuhan dari hipofisis tidak
bermakna tanpa disertai adanya hormon tiroid dalam cairan tubuh, jadi tanpa tiroid ataupun
kelebihan tiroid, pertubuhan suatu individu akan tergantung sesuai kelainannya.
Efek pada sistem kardiovaskuler

Efek ini terjadi karena peningkatan metabolisme yang diakibatkan oleh hormon tiroid
meningkatkan kebutuhan kebutuhan jaringan akan zat-zat gizi, efek berikut terjadi pada
sistem kardiovaskuler pada hipertiroidisme dan efek yang berlawanan terjadi di
hipotiroidisme.
Efek pada aliran darah dan curah jantung
Peningkatan metabolisme pada jaringan menyebabkan penggunaan oksigen lebih cepat
daripada normal dan menyebabkan hasil-hasil metabolisme yang harus dikeluarkan dari
jaringan jumlahnya lebih besar dari yang normal. Efek ini menyebabkan efek vasodilatasi
pada sebagian besar jaringan tubuh, jadi meningkatkan aliran darah kehampir daerah tubuh,
khususnya curah darah akan meningkat pada bagian kuliat untuk pembuangan panas. Karena
hal itu curah jantung secara otomatis akan menjadi meningkat.
Efek frekuensi jantung
Efek ini merupakan tindak lanut dari efek aliran darah dan curah jantung, karena secara
tidak langsung hormon tiroid akan berpengaruh pada frekuensi jantung. Semakin cepat
metabolisme aliran darah dan curah jantung semakin cepat dan secara otomatis frekuensi
jantung jadi meningkat.
Efek denyut jantung
Sejalur dengan dua efek yang diatas, antara lain efek aliran darah dan curah jantung serta
efek frekuensi jantung akan berdampak pada denyut jantung yang semakin gencar dilakukan
karena pengaruh faktor-faktor yang kita sebutkan di atas, dan bahayanya bagi para penderita
tiroksikosis berat akan berdampak kematian karena meningkatnya beban jantung secara
tidak normal.
Efek volume darah
Hormon tiroid juga menyebabkan volume darah meningkat karena vasodilatasi yang
terjadi pada sistem sirkulasi.
Efek tekanan pada arteri
Peningkatan curah jantung secara langsung akan menyebabkan tekanan arteri. Dan
sebaliknya, dilatasi pembuluh-pembuluh darah perifer akibat efek lokal hormon tiroid dan
panas tubuh berlebihan cenderung menurunkan tekanan.
Efek pada respirasi

Peningkatan kecepatan metabolisme yang disebabkan oleh hormon tiroid meningkatkan


penggunaan oksigen dan pembentukan karbon dioksida dan hal ini meningkatkan
mekanisme dalam respirasi agar lebih cepat dari keadaan normal.
Efek pada saluran cerna
Efek pada saluran cerna yang diakibatkan oleh hormon tiroid antara lain, absorbsi
makanan semakin cepat serta sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran cerna
semakin meningkat, hal inilah yang memungkinkan terjadinya diare.
Efek pada susunan saraf pusat
Efek pada susunan saraf pusat berdampak pada kecepatan serebrasi sehingga individu
yang bersangkutan mudah gelisah, kuatir berlebihan dan sebagainya. Namun hormon ini
tidak mempengaruhi aktifitas saraf perifer namun hanya aktifitas sinaps.
Efek pada fungsi otot
Peningkatan hormon tiroid akan berdampak pada kekuatan otot yang semakin kuat,
namun jika hormon ini berlebihan makan otot akan melemas karena katabolisme dari protein
yang cukup berlebihan dan sebaliknya jika kekurangan dari hormon tiroid makan akan
berakibat otot akan lamban.
Efek pada tidur
Efek yang melelahkan yang diberikan oleh hormon tiroid pada otot dan sistem saraf
pusat, akan menimbulkan perasaan capek yang konstan, tetapi karena perangsangan yang
dilakukan oleh hormon tiroid pada sinaps berakibatkan susah tidur

Dorland, W. A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta:


EGC.
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai