Anda di halaman 1dari 32

Presentasi Kasus

MYOMA UTERI DENGAN MENOMETRORAGI DAN ANEMIA GRAVIS

Oleh :
Dezca Nindita

G99122033

Nurini Susanti Y

G99122089

Indah Puspitasari

G99122061

Ariesta Permatasari

G99122018

Pembimbing :
dr. Hermawan Udiyanto., Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2013

ABSTRAK
Seorang P0A0 datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir 4 hari.
Flek-flek (+). Merongkol-merongkol (+). PP test (-). Pasien sudah tidak
menstruasi selama 3 tahun, tapi 2 tahun belakangan sejak tahun 2009, pasien
mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir. Perdarahan keluar banyak, ganti
pembalut 5-6x sehari, nyeri perut tidak dirasakan. Pasien mengeluhkan
menstruasinya selama 1 tahun terakhir menjadi lebih lama 2 minggu, dan
darah menstruasi lebih banyak dari biasanya. Penurunan berat badan (-), nafsu
makan dan minum (+), BAB/BAK (+). Pasien pernah berobat di RS Banyudono
dan RS Brayat tapi belum ada perubahan.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan vulva/uretra tenang, dinding vagina
dalam batas normal, portio utuh dan kenyal, OUE tertutup, erosi (+), darah (+)
flek, discharge (-), sonde 9 cm, corpus uteri sebesar telur bebek, AP kanan kiri
dalam batas normal, dan uterus antefleksi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, compos
mentis, dan gizi kesan cukup. Tekanan darah 120/80 mmHg, Rr = 20x/menit, N =
78x/menit, Suhu = 36,40 C. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb
4,7g/dl; Hct 15,3 %; AE 2,96.106/uL; AL 6,6.103/uL; AT 441.103/uL; PP tes (-);
GDS 105 mg/dL; ureum 15 mg/dL; Creatinin 0,5 mg/dL; Albumin 3,7 g/dL; dan
HbsAg (-).
Dalam kasus ini pasien didiagnosis sementara mioma uteri dengan
menometroragi dan anemia gravis. Pada pasien dilakukan kuretase untuk
menghentikan perdarahan dan biopsi endometrial untuk dilakukan pemeriksaan
PA guna mengetahui ada keganasan atau tidak. Sebelum kuretase, dilakukan
perbaikan keadaan umum pasien dengan pemberian PRC hingga Hb>10gr%.

BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus dan
jaringan ikat sekitarnya. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau
uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga
berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas
termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis. 1,2,3
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma dan pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche,
sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh
wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada
wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun
dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit
kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang
tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.3,4
Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri
mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut
rahim. Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh
didalam otot rahim yang dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini
akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh kedalam mukosa rahim,
keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus
haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang dikenal
dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi
seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah
perut dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila
tumor sudah sangat besar. 4

Menometroragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah


medis dan sosial

pada wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia

reproduktif dan pengobatan yang biasa dilakukan adalah histerektomi, dimana


mioma uteri merupakan indikasi yang paling sering untuk dilakukan histerektomi
di USA (1/3 dari seluruh angka histerektomi). Mioma uteri ini menimbulkan
masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang paling efektif belum didapatkan,
karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu sendiri. 3,4 Oleh
karena itu perlu pengkajian lebih dalam untuk bisa melakukan penatalaksanaan
yang tepat dan efisien untuk pasien mioma uteri, dimana pada pembahasan ini
ditekankan pada pasien mioma uteri dengan menometroragi dan anemia gravis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mioma Uteri
1. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi
padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul sehingga dapat
dilepaskan dari sekitarnya, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel dan
mencapai ukuran besar (100 pon). Penampangnya berbentuk whorled like
trabeculation yang khas seperti konde. Tumor ini juga dikenal dengan
istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri
bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.
Uterus miomatosus adalah uterus yang ukurannya lebih besar daripada
ukuran uterus yang normal yaitu antara 9-12 cm.5,6
2. Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan
lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum
menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang
masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari
seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7%
pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering
ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang
pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering
melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma
ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali
hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita
yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat
apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara.3,4

3. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma
merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik
dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas
kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai
faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : (3,5,6)
a.

Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20


tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.
Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.

b.

Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita


yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil
menyebabkan

mioma

uteri

menyebabkan

infertil,

atau

atau

sebaliknya

apakah

kedua

mioma

uteri

yang

keadaan

ini

saling

mempengaruhi.
c.

Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya


wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari
faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga
ada yang menderita mioma.

d.

Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon


estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah
menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah
menopause.

4. Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari
penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya
perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi
metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten.
Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami
mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian

menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu


t(12;14)(q15;q24).
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam
waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma.
Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon
mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat
bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan
epidermal dan insulin like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen.
Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh
estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin
penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang
meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah
menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadangkadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral
pada usia dini.3,7
5. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang
terkena.4,6
a. Lokasi

Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan


infeksi.

Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus


urinarius.

Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa


gejala.

b. Lapisan Uterus

Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi


menjadi 3 jenis, yaitu :

Mioma Uteri Submukosa


Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt.
Hal ini dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika telah
dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan
gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalahartikan
dengan kanker serviks. Dari sudut klinik mioma uteri submukosa
mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang
lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun
ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang
tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil
selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan
sulit

untuk

dihentikan

sehingga

sebagai

terapinya

dilakukan

histerektomi.

Mioma Uteri Subserosa


Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai
tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan
uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di
dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter.
Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai
suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di
sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari
tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus,
sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang
bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis
parasitik.

Mioma Uteri Intramural


Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel
apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan

menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan


berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang
berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah
perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma
subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam
otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan
otot rahim dominan). Secara makroskopis terlihat uterus berbenjolbenjol dengan permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor
berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor
berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga
tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi
kistik maka konsistensi menjadi lunak.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara
histologik apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari
bekas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorled
like appearrance) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar
yang terdesak karena pertumbuhan.5,7

Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri. ( diunduh dari


http://www.scribd.com/doc/7432183/LAPORAN-KASUS-MIOMA )
6. Gejala klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang

timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks,
intramural, submukus, subserus), besarnya mioma, jenis mioma, perubahan
(degenerasi), dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan
sebagai berikut :6,7,8
a. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Jenis myoma yang sering
menyebabkan perdarahan adalah myoma submukosa. Beberapa faktor
yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :

Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium


sampai adeno karsinoma endometrium.

Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.

Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang


mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik

b. Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas. Nyeri timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada myoma, infeksi, nekrosis, torsi myoma
yang bertangkai atau karena kontraksi myoma subserosa dari cavum uteri.
Rasa nyeri yang diakibatkan infark dari torsi atau degenerasi merah dapat
menyerupai akut Abdomen (disertai enek dan muntah-muntah) .. Pada
mioma submukosum yang akan keluar akan menyebabkan dismenore
karena pada pertumbuhannya, tumor ini menyempitkan kanalis servikalis.
c. Akibat penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra
dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi
dan tenesmia, pada vena cava inferior dan pembuluh limfe dipanggul dapat

menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul, serta myoma pada


cervical dapat menyebabkan sekret vaginal yang serosanguineous,
perdarahan vaginal, dyspareunia dan infertilitas.
d. Gejala sekunder
Merupakan gejala akibat perdarahan yang hebat diantaranya adalah
anemia, lemah, pusing-pusing, dan erythrocytosis pada myoma yang besar.
e. Infertilitas
Myoma dapat menyebabkan infertilitas, tergantung jumlah, ukuran dan
lokasi uterus. Jika terletak pada dinding terluar uterus, tidak akan
menyebabkan infertilitas. Tetapi harus ditekankan bahwa adanya myoma,
jika wanita itu hamil, maka dapat terjadi aborsi. Jika tidak menyebabkan
aborsi, maka akan menimbulkan beberapa masalah saat melahirkan, durasi
persalinan memanjang, mungkin terjadi perdarahan yang lebih banyak
melalui uterus. Jadi myoma harus diangkat dengan pembedahan.
Penilaian

infertilitas

biasanya

termasuk

pemeriksaan

myoma,

khususnya myoma submukosa. USG, HSG, sonohysterography atau


hysteroscopy sering dipakai karena myoma submukosa tidak teraba selama
pemeriksaan pelvis.
Myoma yang menyebabkan infertilitas primer hanya 2-10% dari
pasien. Jenis myoma yang berhubungan dengan infertilitas adalah myoma
submukosa yang bertangkai dan myoma yang terletak di dekat cornu.
Infertilitas sekunder yang disebabkan myoma dikarenakan perdarahan
uteri abnormal, motilitas uterine atau tuba yang berpengaruh dengan
transportasi sperma.
f. Abortus spontan
Insidens abortus spontan yang secara sekunder berhubungan
dengan myoma tidak diketahui tapi insidens ini 2 x lebih banyak daripada
wanita hamil normal. Contohnya, kejadian abortus spontan sebelum
myomaektomi kira-kira 40% dan sesudah myomaektomi kira-kira 20%.
7. Diagnosis3,5,6,7,8
a. Anamnesis

Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma


lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri
dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk
yang tidak teratur, gerakan bebas, dan tidak sakit. Myoma dapat secara
mudah ditemukan dengan pemeriksaan rutin bimanual dari uterus atau
kadang-kadang dengan palpasi pada abdomen bawah. Pemeriksaan
Bimanual akan mengungkapkan tumor padat, keras, teraba berbenjolbenjol, gerakan bebas, tidak sakit, umumnya terletak di garis tengah atau
agak ke samping dan harus dipastikan bahwa tumor merupakan bagian
dari rahim. Myoma submukosa kadang kala dapat teraba dengan jari yang
masuk ke dalam kanalis servikalis dan terasanya benjolan pada permukaan
kavum uteri. Dengan sondase, cavum uteri menjadi luas dan tidak rata
yang terutama terdapat pada myoma intramural. Retroflexi uterus dan
retroversi mungkin menyulitkan pemeriksaan diagnosis fisis walaupun
tumor itu merupakan suatu myoma yang berukuran sedang. Apabila servix
ditarik ke atas dan ke belakang simfisis, biasanya ditemukan suatu
jaringan fibroid yang besar.
c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi.
Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah
Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab
lain disesuaikan dengan keluhan pasien.

Ultrasonography: myoma dapat dideteksi melalui pemeriksaan pelvis.


Jika ada keraguan atau jika ada pembesaran uterus harus dikonfirmasi
atau dibedakan dari massa pelvis, USG berguna. myoma juga dapat
dideteksi dengan CT scan atau MRI, tetapi lebih mahal dan tidak
membantu mengambarkan uterus sebaik USG. USG pelvik umumnya

dapat membantu diagnosis dan menyingkirkan kehamilan sebagai


pembesaran hamil. USG pelvik merupakan pemeriksaan pencitraan
yang paling utama pada kasus myoma tapi bukan berarti USG pelvik
merupakan

pengganti

pemeriksaan

bimanual

dari uterus

dan

pemeriksaan abdomen.

HSG or sonohysterography: dalam penilaian kavitas endometrial, jika


ada kemungkinan kuat adanya myoma dalam kavitas endometrial,
gunakan HSG atau sonohysterography.

MRI (Magnetic Resonans Imaging): sangat tinggi akurasinya dalam


menunjukkan jumlah, besar dan lokasi leiomyoma.

Myomektomi tidak bisa diterima jika pasien memiliki keganasan


endometrial. Biopsi endometrial dilakukan sebelum melakukan
myomaektomi pada pasien diatas 35 tahun yang memiliki riwayat
perdarahan tidak teratur.

Endometrial biopsi: Untuk mencari penyebab lain kelainan perdarahan,


seperti kanker uteri, akan diambil contoh sel dari lapisan uterus untuk
analisis laboratorium. Prosedur ini disebut biopsi endometrium.

Pemeriksaan khusus
Histeroskopi mungkin dapat membantu dalam identifikasi dan juga
untuk mengangkat myoma submukosa. Laparaskopi lebih jelas dalam
menentukan asal dari leiomyoma dan lebih banyak digunakan untuk
myomaektomi. Histeroskopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan
histeroskop, yang merupakan teleskop kecil yang dimasukkan kedalam
serviks sampai ke uterus. Tube mengeluarkan gas atau cairan untuk
melebarkan uterus, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan terhadap
dinding uterus dan membuka tuba fallopi. Histeroskop modern bisa
sangat kecil sehingga dapat mencapai serviks dengan dilatasi minimal
atau tanpa dilatasi. Dengan histeroskop kita dapat melihat myoma,
polip, dan masalah lain yang dapat menyebabkan perdarahan.
Histerosonografi : Menggunakan ultrasound untuk mendapatkan

gambaran kavitas uteri. Histerosalpingografi : Menggunakan pewarna


untuk menerangi kavitas uterine dan tuba fallopi pada gambaran sinar
X.
8. Diagnosis banding4
a. Ca Endometrium
b. Ca Serviks
c. Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)
9. Penatalaksanaan8,9,10,11
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan
mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara
cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara
umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan
operatif. Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan
post menopause tanpa gejala.
Pengobatan

operatif

meliputi

miomektomi

dan

histerektomi.

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan


uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada
myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma
subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila
miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka
kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%. Histerektomi adalah
pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat
dilaksanakan perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan
karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan
dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah
akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya
dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.

Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri.


10. Komplikasi4,7,8
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar
bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada
sarang mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain :
a. Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
b. Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
c. Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak
ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
d. Degenerasi membatu (calcereus degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya
gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada

sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada
foto rontgen.
e. Degenerasi merah (carneus degeneration)
Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis :
diperkirakan

karena

suatu

nekrosis

subakut

sebagai

gangguan

vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging


mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda
disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus
membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada
putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
f. Degenerasi lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri : 4,7
a. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,320,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma
uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi
uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila
mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang
mioma dalam menopause.
b. Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian
terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan,
gangguan akut tidak terjadi.
c. Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.

B. Menometroragi
Siklus menstruasi yang normal mempunyai interval waktu 21 35 hari
dan berlangsung selama 2 7 hari. Perubahan interval maupun lama haid
perlu diperhatikan, karena hal ini sangat penting. Jika terjadi perdarahan yang
berlebihan dengan interval yang normal disebut dengan menoragia
(hipermenorea). Metroragia (polimenorea) adalah perdarahan yang irregular
atau terlalu sering. Sedangkan perdarahan yang terlalu sering atau irregular
dengan volume perdarahan yang berlebihan disebut dengan menometroragia.
3,7

Komplikasi komplikasi pada kehamilan merupakan penyebab umum


dari perdarahan yang abnormal. Abortus inkompletus atau abortus yang
mengancam dan kehamilan ektopik bisa menyebabkan perdarahan abnormal.
Pertumbuhan jinak dalam rongga rahim (seperti polip ataumioma), keganasan
pada saluran reproduksi, servisitis, endometriosis, adenomiosis, kista-kista
fungsional, dan AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim), serta keganasan pada
serviks atau uterus bisa menyebabkan perdarahan abnormal. 7,9
Penyebab non disfungsional dari perdarahan uterus abnormal : 4,7
1. Iatrogenik :
a.
b.
c.
d.
e.

Estrogen eksogen ( kontraspsi oral )


Aspirin
Heparin
Tamoxifen
IUD

2. Diskrasia darah :
a.
b.
c.
d.
e.

Tromobositopenia
Fibrinolisin meningkat
Penyakit autoimune
Leukoemia
Penyakit Von Willebrand

3. Sistemik :
a. Penyakit hepar (metabolisme estrogen terganggu )
b. Penyakit ginjal (hiperprolaktinemia)
c. Penyakit tiroid
4. Trauma :

a. Laserasi
b. Abrasi
c. Benda asing
5. Penyakit organik :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Komplikasi kehamilan
Mioma uteri
Keganasan servik / corpus uteri
Polip endometrium
Adenomiosis
Endometritis
Hiperplasia endometrium

C. Anemia
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah
massa eritrosit (red cell mass) atau massa hemoglobin yang beredar sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen dalam jumlah
yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara
praktis anemia ditunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau
hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar
hemoglobin. Di indonesia kriteria hemoglobin kurang dari 10 g/dL sebagai
awal dari work up anemia. 13
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena: 1). Gangguan
pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang; 2). Kehilangan darah keluar tubuh
(perdarahan); 3). Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum
waktunya (hemolisis). 12,13
Ukuran hemoglobin normal13
- Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram 18 gram
- Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram 16 gram
Tingkat pada anemia
- Kadar Hb 10 gram 8 gram disebut anemia ringan.
- Kadar Hb 8 gram 5 gram disebut anemia sedang.
- Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat (gravis).

BAB III
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESIS
A.Identitas Penderita
Nama

: Nn. SY

Umur

: 46 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Agama

: Islam

Alamat

: Jetis RT 03/10 Bulukan Colomadu Karanganyar

Status Pernikahan

: Menikah

No CM

: 01 22 41 83

Tanggal Masuk

: 11 November 2013

B. Keluhan Utama :
Benjolan di perut
C.Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien P0A0 datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir 4
hari. Flek-flek (+). Merongkol-merongkol (+). PP test (-). Pasien sudah tidak
menstruasi selama 3 tahun, tapi 2 tahun belakangan sejak tahun 2009, pasien
mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir. Perdarahan keluar banyak, ganti
pembalut 5-6x sehari, nyeri perut tidak dirasakan. Pasien mengeluhkan
menstruasinya selama 1 tahun terakhir menjadi lebih lama 2 minggu, dan
darah menstruasi lebih banyak dari biasanya. Penurunan berat badan (-),
nafsu makan dan minum (+), BAB/BAK (+). Pasien pernah berobat di RS
Banyudono dan RS Brayat tapi belum ada perubahan.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi

: disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Alergi Obat / Makanan

: disangkal

Riwayat Minum Obat selama Hamil

: disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Alergi Obat / Makanan

: disangkal

F. Riwayat Fertilitas
Belum dapat dinilai karena belum pernah melahirkan dan abortus.
F. Riwayat Obstetri
Belum dapat dinilai karena belum pernah melahirkan dan abortus.
H. Riwayat Menstruasi
Menarche

: 12 tahun

Lama haid

: 7 hari

Siklus haid

: 28 hari

Darah haid

: normal, 2-3 kali ganti pembalut setiap harinya

Sakit saat haid : tidak


I. Riwayat Perkawinan
Meskipun pasien belum menikah, namun pasien mengatakan sudah pernah
berhubungan intim beberapa kali dengan kekasihnya.
J. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien tidak menggunakan KB
II. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 30 Maret 2011 jam 14:00
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik, Compos mentis, gizi kesan cukup
Vital Sign

: T = 120 / 80 mmHg

Rr = 20x/menit

Suhu = 36,40 C

N = 78x/menit
Kepala

: Mesocephal

Mata

: Conjungtiva Anemis (+/+) , Sklera Ikterik (-/-)

THT

: Tonsil tidak membesar, pharing hiperemis (-)

Leher

: Gld. thyroid tidak membesar, limfonodi tidak membesar

Thorax

: Glandulla mammae dalam batas normal, areola mammae


hiperpigmentasi (-)

Cor

: Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)


Pulmo

: Inspeksi

: Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

: Sonor / sonor

Auskultasi : SD vesikuler (+/+) suara tambahan (-/-)


Abdomen : Inspeksi

: Dinding perut > dinding dada,


stria gravidarum (-)

Palpasi

: Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak membesar, lien


tidak membesar, TFU teraba, massa (-).

Perkusi

: Timpani

pada

daerah

bawah

xyphoideus, redup pada daerah uterus


Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Genital

darah (+)

Ekstremitas : Oedema -

- , akral dingin -

B. Status Obstetri
Inspeksi
Kepala

: Mesocephal

Mata

: Conjunctiva Anemis (+ / +), Sklera Ikterik (- / -)

processus

Wajah

: Kloasma Gravidarum ( - )

Leher

: Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax

Glandula

mammae

hipertrofi

(-),

areola

mammae

hiperpigmentasi (-)
Abdomen

: Dinding perut > dinding dada, striae gravidarum (-)

Genital eksterna : Vulva/uretra tenang, lendir darah (-), darah (+),


peradangan (-), tumor (-)
Palpasi
Abdomen

Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak membesar, lien tidak


membesar, TFU teraba, massa (-).

Ekstremitas :

Oedema -

- , akral dingin -

Perkusi
Tympani pada bawah processus yphoideus, redup pada daerah uterus
Auskultasi
DJJ (-)
Pemeriksaan Dalam:
Inspekulo : vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,
portio utuh, OUE tertutup, erosi (+), darah (+) flek,
discharge (-), sonde 9 cm, uterus antefleksi.
VT

: vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,


portio kenyal, OUE tertutup, corpus uteri sebesar telur
bebek, A/P kanan-kiri dbn, darah (+), discharge (-).

III.

LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 30 Maret 2011


a. Laboratorium Darah
Hb

: 4,7 g/dL

Hct

: 15,3 %

AE

: 2,96 . 106/uL

AL

: 6,6 . 103/uL

AT

: 441 . 103/uL

Gol. Darah : O
PT

: 13,4 detik

APTT

: 28,9 detik

Tes kehamilan : (-)


GDS

: 105 mg/dL

Ureum

: 15 mg/dL

Creatinin

: 0,5 mg/dL

Albumin

: 3,7 g/dL

Na

: 138 mmol/L

: 3,8 mmol/L

Cl

: 110 mmol/L

HBsAg

: (-)

b. USG
VU terisi cukup, tampak uterus ukuran 11 x 10 x 8 cm 3. Tampak gambaran
hyperechoic. Whorle like appearance (+)
Kesan menyokong gambaran mioma uteri.

IV. KESIMPULAN
Seorang P0A0, 46 tahun, riwayat fertilitas dan riwayat obstetri belum
diketahui, mengeluh keluar darah dari jalan lahir. Perdarahan keluar banyak,
ganti pembalut 5-6x sehari, nyeri perut tidak dirasakan. Pasien mengeluhkan
menstruasinya selama 1 tahun terakhir menjadi lebih lama 2 minggu, dan
darah menstruasi lebih banyak dari biasanya. Penurunan berat badan (-),
nafsu makan dan minum (+), BAB/BAK (+). Hb 4,7 g/dL, Hct 15,3 %, AE

2,96 . 106/uL, PP test (-), Ureum 15 mg/dL, Creatinin 0,5 mg/dL, Albumin
3,7 g/dL.
V.

DIAGNOSIS
Mioma uteri + metromenoragi + anemia gravis (Hb 4,7)

VI. PROGNOSIS
Dubia
VII. TERAPI
-

Mondok bangsal

Infus RL 12 tpm

Transfusi s/d Hb 10 gr%

Kuretase diagnosis dilakukan jika KU baik

Usul pemeriksaan staf bangsal

Inj. Asam Tranexamat 1 gr/6 jam

VIII. FOLLOW UP
Tanggal 31 Maret 2011 jam 06.00
Keluhan

: -

Keadaan umum

: sedang, compos mentis, gizi cukup

Vital sign

: T = 1820/80mmHg
N = 90x/menit

Rr = 19x/menit
Suhu = 36,80C

Mata

: Conjungtiva anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba, massa (-)

Genital

: darah (+), discharge (-)

Dx

: Mioma uteri + metromenoragi + anemia gravis (Hb 4,7)

Tx

: Kuret dilakukan jika KU baik


Inj. As. Tranexamat 1 g / 6 jam
As. Mefenamat 3 x 500 mg

Perbaikan KU
Tunggu hasil GOT
Laboratorium Darah tanggal 31 Maret 2011
Hb

: 6,5 g/dL

Hct

: 23,2 %

AE

: 4,07 . 106/uL

AL

: 12,9 . 103/uL

AT

: 473 . 103/uL

Tanggal 1 April 2011 jam 06:00


Keluhan

:-

Keadaan umum

: sedang, compos mentis, gizi cukup

Vital sign

: T = 120/80 mmHg
N = 80x/menit

Rr = 20x/menit
Suhu = 36,80C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba, massa (-)

Genital

: darah (+), discharge (-)

Dx

: Mioma uteri + metromenoragi + anemia gravis (Hb 4,7)

Tx

: Kuret dilakukan jika KU baik


Inj. As. Tranexamat 1 g / 6 jam
As. Mefenamat 3 x 500 mg
Lanjutkan perbaikan KU

Tanggal 2 April 2011 jam 06:00


Keluhan

:-

Keadaan umum

: sedang, compos mentis, gizi cukup

Vital sign

: T = 120/80 mmHg
N = 72x/menit

Mata

Rr = 24x/menit
Suhu = 370C

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba, massa (-)

Genital

: darah (+), discharge (-)

Dx

: Mioma uteri + metromenoragi

Tx

: Kuret dilakukan jika KU baik


Inj. As. Tranexamat 1 g / 6 jam
As. Mefenamat 3 x 500 mg
Lanjutkan perbaikan KU

Tanggal 3 April 2011 jam 06:00


Keluhan

:-

Keadaan umum

: sedang, compos mentis, gizi cukup

Vital sign

: T = 120/80 mmHg
N = 80x/menit

Rr = 20x/menit
Suhu = 36,50C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba, massa (-)

Genital

: darah (+), discharge (-)

Dx

: Mioma uteri + metromenoragi

Tx

: Kuret dilakukan jika KU baik


Inj. As. Tranexamat 1 g / 6 jam
As. Mefenamat 3 x 500 mg
Lanjutkan perbaikan KU
Plan DR3 apaaa gt

Pukul 16.00
Keluhan

: perdarahan dari jalan lahir

Vital sign

: T = 120/70 mmHg
N = 80x/menit

Rr = 20x/menit
Suhu = 36,40C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba, massa (-)

Genital

: darah (+), discharge (-)

Dx

: Mioma uteri + metromenoragi

Tx

: Inj. As. Tranexamat 1 g / 8 jam


Transfusi 2 PRC (Hb 6,0) setelah inj Ca Gluconas 1 amp
(post transfusi 4 colf WB)
Inj. Dexamethason 1 amp

Laboratorium Darah tanggal 3 April 2011


Hb

: 6,0 g/dL

Hct

: 21,2 %

AE

: 2,9 . 106/uL

AL

: 7,1 . 103/uL

AT

: 425 . 103/uL

Tanggal 4 April 2011 jam 06:00


Keluhan

: perdarahan belum berkurang

Keadaan umum

: baik, compos mentis, gizi cukup

Vital sign

: T = 110/65 mmHg
N = 60x/menit

Rr = 20x/menit
Suhu = 360C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba, massa (-)

Genital

: darah (+), discharge (-)

Dx

: Mioma uteri + metromenoragi

Tx

: Inj. As. Tranexamat 1 g / 8 jam


As. Mefenamat 3 x 500 mg
Usul kuret diagnosis/terapi dilakukan jika KU baik

Tanggal 5 April 2011 jam 06:00


Keluhan

: perut mules

Keadaan umum

: baik, compos mentis, gizi cukup

Vital sign

: T = 120/70 mmHg
N = 92x/menit

Rr = 20x/menit
Suhu = 36,30C

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

Thorax

: Cor/Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba, massa (-)

Genital

: darah (+), discharge (-)

Dx

: Mioma uteri + metromenoragi

Planning

: Pemeriksaan staf bangsal


Usul kuret diagnosis dilakukan jika KU baik
Cek DR3 post transfusi

Tx

: Inj. As. Tranexamat 1 g / 8 jam


As. Mefenamat 3 x 500 mg

BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus ini diagnosa myoma uteri dengan menometroragi dan anemia
gravis pada seorang wanita 46 th dengan P 0A0 ditegakkan berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pada anamnesa pasien mengeluh perdarahan keluar banyak, ganti


pembalut 5-6x sehari, nyeri perut tidak dirasakan. Pasien mengeluhkan
menstruasinya selama 1 tahun terakhir menjadi lebih lama 2 minggu, dan
darah menstruasi lebih banyak dari biasanya. juga terjadi perdarahan dari vagina
di luar siklus haid. Hal ini menunjukkan menometroragi yaitu keadaan dimana
perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih dari normal dan perdarahan
juga terjadi di luar siklus haid. Keluhan mual, nyeri, sering kencing, konstipasi
tidak dialami pasien. Pada sumber kepustakaan didapatkan bahwa gejala subjektif
pada myoma uteri hanya dirasakan oleh 35-50% penderita, dan sebagian besar
umumnya asimptomatik serta ditemukan secara kebetulan pada saat USG. Nyeri
perut, mual, konstipasi dan miksi merupakan salah satu dari gejala mioma
meskipun tidak khas. Biasanya gejala nyeri perut disebabkan infark akibat
gangguan sirkulasi darah yang menyerupai gejala acute abdomen (termasuk mual
dan muntah). Terkadang dapat menyebabkan penekanan kandung kemih, sehingga
timbul bladder irritability, polakisuria dan disuria. Pasien juga mengeluh lemas,
sering pusing, mata berkunang-kunang dan mudah lelah. Hal ini merupakan gejala
subjektif anemia karena perdarahan yang lama dan banyak.
Pada pemeriksaan fisik status generalis pasien ini didapatkan kedua
conjuctiva mata pasien anemis. Pasien juga pucat dan terlihat lemah dan lesu. Hal
ini merupakan gejala anemia. Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan massa.
Pada perkusi abdomen didapatkan redup pada abdomen bawah. Pada pemeriksaan
dalam vulvovagina tidak ada kelainan, liang vagina tak ada kelainan, portio utuh
dan kenyal, OUE tertutup, erosi (+), darah (+) flek, discharge (-), sonde 9 cm,
uterus antefleksi dengan corpus uteri sebesar telur bebek, dan A/P kanan-kiri dbn
Pada pemeriksaan penunjang, didapatkan kadar hemoglobin yang rendah,
yaitu 4,6 gr/dl yang artinya di bawah normal, sehingga anemia yang terjadi adalah
anemia berat (gravis) akibat perdarahan yang lama dan banyak. Pada pemeriksaan
ultrasonografi perabdominal didapatkan VU terisi cukup, tampak uterus ukuran 11
x 10 x 8 cm3. Tampak gambaran hyperechoic. Whorle like appearance (+) dan
kesan menyokong gambaran mioma uteri.

Penatalaksanaan pada myoma uteri diberikan berdasarkan beberapa


pertimbangan yaitu berat keluhan, faktor usia, keinginan untuk memiliki anak,
keadaan umum pasien dan karakteristik myoma serta ada atau tidaknya keganasan
pada massa myoma. Dikarenakan usia pasien masih 46 tahun dengan masa
kesuburannya yang masih lama, serta efek samping hipertensi pada histerektomi,
maka dipertimbangkan untuk dilakukan myomektomi pada pasien jika keadaan
memungkinkan. Untuk itu harus dipastikan bahwa tidak ada keganasan
endometrium, maka dilakukan curettage diagnosis dan terapi terlebih dahulu guna
biopsi endometrial dan menghentikan perdarahan. Karena pasien mengalami
anemia berat, keadaan umum pasien diperbaiki terlebih dahulu, sehingga
dilakukan transfusi PRC hingga kadar hemoglobin mencapai batas normal
(Hb>10 gr%) dan keadaan pasien stabil. Curettage biopsy endometrial dilakukan
pada tanggal 6 April 2011 dan hasil pemeriksaan belum ada. Setelah hasil biopsi
sudah ada, pasien kembali ke RS untuk direncanakan tindakan selanjutnya yang
akan ditempuh. Sementara itu pasien dipulangkan agar dapat beristirahat di rumah
dan mencegah infeksi nosokomial pada pasien. Jika hasil PA menunjukkan hasil
jinak maka bisa dilakukan pro histerektomi dan jika mengarah pada keganasan
bisa dilakukan pro surgical staging.

DAFTAR PUSTAKA
1. Yuad H., 2007. Miomectomi Pada Kehamilan. Diunduh dari :
http://www.ksuheimi.blogspot.com. Accested : Aprl 06, 2011
2. Santoso,
2007.
Mioma
Uteri.
Diunduh
dari
http://www.pinkerzzz03.blogspot.com. Accested : Aprl 06, 2011

3. Berek, Jonathan S. 2002. Berek & Novak's Gynecology, 14th Edition.


Copyright 2007 Lippincott Williams & Wilkins
4. Wiknjosastro, H. ,dkk. 2005. Ilmu kebidanan edisi ketiga. Cetakan kelima.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, FK UI
5. Suwiyoga K, 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi
dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah,
Denpasar. 201-206
6. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku
Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo
7. Curtis, Michele G.; Overholt, Shelley; Hopkins, Michael P. 2006. Glass'
Office Gynecology 6th Edition. Copyright Lippincott Williams &
Wilkins
8. DeCherney, Alan H; Nathan Lauren. 2003. Current Obstetric &
Ginecologic Diagnosis & Treatment 9 th Edition. International Edition. The
McGraw-Hill Companies, Inc
9. Fortner, Kimberly B.; Szymanski, Linda M.; Fox, Harold E.; Wallach,
Edward E. 2007. Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics The
3rd Edition. Copyright Lippincott Williams & Wilkins
10. Kurniawati, W. 2007. Penerapan konsep dan teori keperawatan pada klien
mioma uteri dengan rencana operasi histerektomi. Jakarta: FIK UI
11. Edward E., 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available from
: http://www.gynalternatives.com. Accested : Aprl 05, 2011
12. Stovall et all., 1992. Benign Diseases of the Uterus Leiomyoma Uteri and
the Hysterectomy. Clinical Manual Gynecology, Second Edition. Mc. GrawHill International, Singapore.
13. Bakta, I Made. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai