Anda di halaman 1dari 16

BAB I

Pendahuluan
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan keanekaragaman hayati, misalnya ikan lele
(Clarias Batrachus). Budidaya ikan lele sudah banyak dilakukan oleh masyarakat. Ikan lele sudah sejak lama
menjadi salah satu komoditas perikanan yang sangat populer di kalangan masyarakat.
Sebelum tahun 1990-an, menurut masyarakat, ikan lele merupakan binatang yang mengelikan
dengan bentuk seperti ular dan hidup di tempat yang kotor. Tetapi saat ini pamor ikan lele menjadi naik.
Kepopuleran ikan lele tidak hanya di dalam negeri saja. Menurut warta Pasar Ikan (2006) bahwa di
Melbourne, Australia masyarakat Indonesia mulai memperkenalkan komoditar teresbut pada masyarakat
tersebut.
Kebutuhan masyarakat pada ikan lele mengalami peningkatan. Seiring dengan hal tersebut budidaya
ikan lele mengalami peningkatan dan banyak diminati masyarakat. Karena budidaya ikan lele yang mudah
dan tidak membutuhkan perlakuan khusus seperti ikan lain. Serta memiliki tata niaga yang mudah, pula
memberikan keuntungan yang besar. Budidaya ikan lele yang mudah dan memiliki keuntungan besar banyak
diminati para pengusaha agribisnis.

2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

Untuk mengetahui cara-cara yang baik untuk membudidayakan ikan lele.


Untuk mengetahui cara memperoleh bibit unggul.
3. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan kita tentang
Budidaya Ikan Lele. Dan juga unutk memberikan informasi pada pembaca tentang tata cara pembudidayaan
ikan lele.

BAB II
Kajian Pustaka
Sejarah Singkat Ikan Lele ( Clarias batrachus )
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia
ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan
pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah).
Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura
magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan
walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus
air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif
bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di
tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan.

Klasifikasi dan Jenis Ikan Lele ( Clarias batrachus )


Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986) adalah:
Kingdom

: Animalia

Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum

: Chordata

Sub-phyllum : Vertebrata
Klas

: Pisces

Sub-klas

: Teleostei

Ordo

: Ostariophysi

Sub-ordo

: Siluroidea

Familia

: Clariidae

Genus

: Clarias
Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:

1) Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera
Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
2) Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih
(Padang).
3) Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan),
wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
4) Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan
Selatan).
5) Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan
penang (Kalimantan Timur).
6) Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish, berasal dari Afrika.
2

Penyebaran ikan lele


Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia Tenggara. Penyebutan nama ikan lele di
berbagai negara berbeda-beda yaitu :
Di Malaysia disebut Keli
Di Thailand disebut Plamond
Di Jepang disebut Catre Tang
Di Afrika disebut Mali
Di Srilanka disebut Gura Magura
Di Inggris disebut Ct Fish

Perkembangbiakan Ikan Lele


Lele di alam memijah pada awal musim penghujan. Rangsangan memijahnya di alam berhubungan
erat dengan bertambahnya volume air yang biasanya terjadi saat musim hujan, serta ketersediaan jasad renik
(pakan alami), lele terangsang memijah setelah turun hujan lebat dan munculnya bau tanah yang cukup
menyengat (bau ampo) akibatnya tanah kering terkena hujan juga. Karena terjadi peningkatan kedalaman air,
lele suka mijah di tempat teduh dan terlindungi. Lele berkembang biak secara ovipar (eksternal).
Pada pembenihan lele lokal di kolam dapat dengan dua cara yaitu secara perpasangan dan secara
masal, lele lokal biasanya akan setia pada pasangannya yaitu dengan cara meletakkan satu lele jantan dan
betina dalam satu kolam. Dengan lele jantan atau betina yang siap memijah, lele akan bergantian untuk
menjaga telurnya. Lele yang dibudidayakan dapat dikawinkan sepanjang tahun asalkan dikelola dengan baik.
Rangsangan yang dilakukan tidak digunakan dengan menggunakan harman tapi dengan
menjernihkan kolam, menjemur dan mengisinya dan menimbulkan bau ampa. Bau itulah yang merangsang
induk ikan untuk memijah. Pemijahan bisa dilakukan sore atau malam hari, setelah pada hari kakaban akan
dipenuhi telur. Selanjutnya kakaban dipindahkan ke wadah penetasan baru untuk ditetaskan sampai
berukuran benih waktu yang diperlukan untuk menetas sekitar 24 40 jam. Larva yang berumur 1 9 hari
masih memperoleh pakan dari kuning telur yang masih melekat di bagian perunya. Maka larva selanjutnya
disebut cacing sutra. Berikut adalan beberapa jenis lele unggul :
a) Lele Dumbo
Jenis lele yang banyak dibudidayakan dan dijumapi di pasaran saat ini. Sementara lele lokal sudah
jarang ditemukan karena pertumbuhannya lambat dibandingkan lele dumbo. Perbedaan lele dumbo dan lokal
ukuran lele Dumbo lebih besar dari lele lokal. Perbandingan tingkat pertumbuhan lele dumbo dan lele lokal
umur 2 hari. Lele dumbo 1,2 39, sedangkan lele lokal 0,2 29. Umur seminggu lele Dumbo 10 159,
sedangkan lele lokal 1 159.

b) Lele Sangkuriang
Salah satu varietas unggulan dumbo adalah lele sangkuriang. Lele sangkuriang merupakan
perkawinan antara lele dumbo betina F2 dengan lele dumbo jantan F6 menghasilkan lele dumbo jantan F2
6. Lalu dikawinkan kembali dengan lele dumbo betina F2 sehingga menghasilkan lele sangkuriang. Hasil uji
coba dan penelitian terbukti lele jenis sangkuriang lebih unggul dari jenis lele dumbo. Namun lele
sangkuriang masih langka dipasaran.

c) Lele Pithon
Lele pithon merupakan hasil perkawinan antara induk betina lele eks Thailand dengan lele dumbo
jantan F6. Keunggulannya lele pihton lebih cepat pertumbuhannya, tingkat kelulusan hidup tinggi dan relatif
tahan terhadap serangan penyakit.

Morfologi Ikan Lele ( Clarias batrachus )


Tidak seperti ikan lainya, agak sulit untuk mengatakan bentuk badan lele secara tepat. Tengah
badanya mempunyai potongan membulat, dengan kepala pipih kebawah (depressed), sedangkan bagian
belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed), jadi pada lele ditemukan tiga bentuk potongan
melintang ( pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping).
Kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang. Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas
insang. Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan
keempat. Mulut berada diujung moncng (terminal), dengan dihiasi 4 pasang sungut. Lubang hidung yang
depan merupakan tabung pendek berada dibelakang bibir atas, lubang hidung sebelah belakang merupakan
celah yang kurang lebih bundar berada di belakang sungut nasal. Mata berbentuk kecil dengan tepi
orbitalyang bebas.
Sirip ekor membulat, tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip perut
berbentuk membulat dan panjangnya mencapai sirip anal. Sirip dada dilengkapi sepasang duri tajam / patil
yang memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm. Patil ini beracun terutama pada ikan ikan remaja,
sedangkan padaikan yang tua sudah agak berkurang racunya.
4

Ikan ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik (mempunyai pigmen hitam yang berubah menjadi
pucat bila terkena cahaya matahari, dua buah lubang penciuman yang terletak dibelakang bibir atas, sirip
punggung dan dubur memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, panjang
maksimum mencapai 400 mm.
Anatomi Ikan Lele ( Clarias batrachus )
Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut Aborescen organ yang merupakan menbran
yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak didalam ruangan sebelah atas insang. Dalam
sejarah hidupnya lele lele harus mengambil oksigen dari udara langsung, untuk itu ia akan menyembul
kepermukaan air. Oleh karena itu jika pada kolam banyak terdapat eceng gondok ikan ini tidak berdaya.
Pada ikan lele, gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada
salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil dari pada betinanya.
Sedangkan, gonad betina ikan lele berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di
dalamnya, dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Sedangkan organ organ lainya dari ikan lele itu
sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung dan anus.

Kebiasaan Makan
Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam. Lele adalah hewan karnivora
(pemakan daging). Di habitat aslinya, lele makan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik serangga,
kutu air, dll. Pakan tambahan yang baik untuk lele adalah yang banyak mengandung protein hewani. Jika
pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati pertumbuhannya lambat. Lele merupakan hewan
yang suka memakan jenisnya sendiri (kanibalisme) jika lele kekurangan makan. Oleh karena itu jangan
sampai terlambat memberi makan sifat kanibalisme juga timbula karena perbedaan ukuran.

Habitat dan Tingkah Laku


Habitat atau lingkungan hidup lele banyak ditemukan pada perairan air tawar di daerah dataran
rendah yang sedikit payau seperti bekas tambak. Daerah ini banyak warga pantura jawa, seperti Kendal Jawa
Barat banyak digunakan untuk pembesaran ikan lele Dumbo. Di alam ikan lele banyak tinggal di sungaisungai yang alirannya mengalir secara perlahan dan banyak juga hidup di daerah waduk, telaga, rawa, serta
genangan air tawar lainnya, seperti kolam dan lainnya. Karena ikan lele menyukai air yang tenang, seperti
daerah tepian yang dangkal dan terlindungi. Ikan lele memiliki kebiasaan membuat lubang di tepian sungai
atau kolam.
Lele jarang-jarang menampakkan aktivitasnya pada siang hari, lele lebih menyukai tempat yang gelap
dan teduh juga dalam. Karena lele hewan nakturnal yaitu mempunyai kecenderungan beraktivitas dan
mencari makan pada malam hari. Pada siang hari ikan lele memilih bersembunyi di dalam tempat yang gelap.
Ikan lele relatif dapat bertahan pada lingkungan yang jelek dan kandungan oksigennya sangat sedikit.
5

Namun, pertumbuhan ikan lele bakal lebih cepa tdan sehat dipelihara dari sumber air yang cukup bersih,
seperti sungai, mata air, saluran irigasi, ataupun air sumur.
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali ikan lele laut yang tergolong ke dalam
marga dan suku yang berbeda. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk,
sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan
selokan pembuangan.
Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari,
ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim
penghujan. Ada sedikit perbedaan dikalangan ilmuwan dalam menggolongkan ikan lele ini. Ada yang
memasukan ikan lele ini kedalam ikan pemakan daging (karnivora). Adalagi yang memasukanya kedalam
omnivora.

Manfaat Ikan Lele selain untuk Konsumsi


Ikan lele selain untuk konsumsi juga memiliki manfaat lain yaitu :
Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan
pajangan atau ikan hias.
Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air,
karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele.
Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi
(datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-lain

BAB III
Pembahasan
Proses atau Tahapan Budidaya Ikan Lele
Ternak ikan lele relatif lebih mudah apabila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan
mas atau mujair karena lebih tahan terhadap penyakit maupun kondisi lingkungan. Pembenihan lele
mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele
(Rahmat. 1991). Berikut ini adalah tahapan proses budidaya ikan lele:
1. Pembuatan Kolam untuk Pembenihan
Ada dua macam atau tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam
tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe
galian, pembenihan lele harus mempunyai :
1. Kolam tandon
Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini
merupakan sumber air untuk kolam yang lain.
2. kolam pemeliharaan induk,
Induk jantan dan bertina selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus
sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma.
3. Kolam pemijahan,
Kolam mini berfungsi untuk tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia
sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat fertilisasi induk jantan dan betina.
4. Kolam pendedera,
Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan
dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih
menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya.
Hal paling utama untuk membuat kolam terpal tak lain adalah lahan yang digunakan. Seberapa luas
lahan yang dimiliki menjadi salah satu faktor penting seberapa banyak kolam terpal yang akan dibuat.
Perbandingannya adalah 100 ekor ikan lele dibanding dengan ukuran kolam 2x1x0,6 meter. Ada dua teknik
pembuatan kolam yakni kolam terpal di taruh pada galian tanah dan dari rangka kayu. Yang paling mudah
pembuatannya adalah dari rangka kayu tapi yang paling awet dari galian tanah.
a. Lahan yang digunakan berukuran 1,5 x 1,5 m.
b. Gali tanah sedalam 1m . Lalu pasang terpal menutupi tanah yang sudah digali.
c. Isi kolam dengan air kurang lebih setinggi 40 cm untuk ikan lele dumbo ukuran 5-7 cm agar ikan
tidak terlalu capek karena naik turun dari dasar kepermukaan kolam untuk mengambil oksigen.
d. Pemasukan air, dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari
untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele. Pembersihan bak dari kotoran/sisa
pembenihan sebelumnya.

2. Pematangan Gonad
Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 50 s/d 200 m2 dengan kepadatan 2 s/d 4kg/m2. Induk
lele Dumbo sebaiknya dipelihara secara terpisah dalam kolam tanah atau bak tembok dan dengan air
mengalir ataupun air diam. Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pellet sebanyak 3 persen perhari dari
berat tubuhnya.
3. Seleksi Induk
Persyaratan reproduksi induk betina ikan lele Dumbo antara lain: umur minimal dipijahkan 1 tahun,
berat 0,70 1,0 kg dan panjang standar 25 30 cm. Sedangkan induk jantan antara lain: umur 1 tahun, berat
0,5 0,75 kg dan panjang standar 30 35 cm (Sunarma, 2004).
Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad. Secara fisik, hal ini
ditandai dengan perut yang membesar dan lembek. Secara praktis hal ini dapat diamati dengan cara
meletakkan induk pada lantai yang rata dan dengan perabaan pada bagian perut. Sedangkan induk jantan
ditandai dengan warna alat kelamin yang berwarna kemerahan .
Jumlah induk jantan dan induk betina tergantung pada rencana produksi dan sistem pemijahan yang
digunakan. Pada sistem pemijahan buatan diperlukan banyak jantan sedangkan pada pemijahan alami dan
semi alami jumlah jantan dan betina dapat berimbang.
4. Pemberokan
Pemberokan atau memuasakan ikan dilakukan setelah seleksi induk. Induk jantan dan betina yang
memenuhi persyaratan, kemudian dimasukkan ke dalam bak pemberokan dengan luas 4 s/d 6m dan tinggi 1m
secara terpisah dan pemberokan dilakukan selama 1-2 hari. Tujuan dari pemberokan ini adalah mengurangi
lemak pada tubuh induknya agar telur mudah dikeluarkan dan membersihkan saluran pencernaan atau isi
perut.
5. Penimbangan Induk
Penimbangan induk dilakukan untuk mengetahui berat induk sebagai penentu kebutuhan banyaknya
ovaprim yang akan disuntikkan pada induk lele.
6. Penyuntikan Induk
Kelenjar hipofisa banyak sekali mengandung hormon terutama hormon yang berhubungan dengan
perkembangan dan pematangan gonad. Hormon tersebut diantaranya adalah Gonadotropin yaitu GTH I dan
GTH II, sehingga ekstrak kelenjar hipofisa sering digunakan sebagai perangsang pematangan gonad
(Gusrina, 2008). Kelenjar hipofisa banyak mengandung kelemahan diantaranya adalah:
(1) hilangnya ikan donor karena diambil kelenjar hipofisanya. (2) standarisasi ekstrak kelenjar hipofisa ikan
sebagai bahan suntikan untuk induksi pematangan akhir sel telur dan sel sperma tidak tepat. (3) belum
diketahui dengan pasti hormon mana yang sebenarnya berpotensi untuk ovulasi dan kematangan gonad. (4)
penyakit mudah menular( Hardjamulia. 1980).
Ovaprim adalah campuran analog salmon GnRH dan Anti dopamine dinyatakan bahwa setiap 1 ml
ovaprim mengandung 20 ug sGnRHa ( D-Arg6-Trp7, Lcu8, Pro9-NET) LHRH dan 10 mg anti
8

dopamine(Gambar 1). Ovaprim juga berperan dalam memacu terjadinya ovulasi. Pada proses pematangan
gonad GnRH analog yang terkandung didalamnya berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan
gonadotropin. Sedangkan sekresi gonadotropin akan dihambat oleh dopamine. Bila dopamine dihalangi
dengan antagonisnya maka peran dopamine akan terhenti, sehingga sekresi gonadotropin akan meningkat
(Gusrina, 2008).
Dari kedua macam hormon yang dapat digunakan untuk melakukan pemijahan ikan seperti yang
telah dijelaskan, maka pemilihan hormone yang akan digunakan sangat bergantung pada jenis ikan yang akan
dibudidayakan, harga ekonomis dan efisiensi dalam penggunaannya.
Perbandingan penggunaan kelenjar hypofisa dan ovaprim telah diteliti oleh More et.al (2010) yang
mendapatkan persentase pembuahan dan daya tetas telur pada ovaprim yaitu 88.11-97.94% dan 74.7-9592. Sedangkan peda kelenjer hypofisa persentase pembuahan dan daya tetas telur masing 53.19 - 85.48%
dan 60 - 58.82%.
Ovaprim yang akan disuntikkan terlebih dahulu ditentukan dosisnya, yaitu 0,2-0,5 ml/kg berat induk,
jika menggunakan kelenjar hipofisa ikan mas/donor sebanyak 2 dosis ( 1 kg induk membutuhkan 2 kg ikan
mas ). Setelah diketahui jumlah ovaprim yang dibutuhkan, maka dilakukan pengenceran menggunakan
aquades/aquabides hingga volume larutan mencapai 0,5 ml.
Induk lele yang akan disuntik sebaiknya ditutup kepalanya dengan kain lap basah agar tidak stress.
Penyuntikan dilakukan pada induk betina maupun induk jantan secara intramuskuler yaitu pada otot
punggung dengan kemiringan spuit 45 derajat.
7. Inkubasi Induk
Setelah penyuntikan induk ikan, tahap selanjutnya menginkubasi induk, agar hormon dapat bekerja
optimal. Inkubasi ini dilakukan pada wadah atau bak penyimpanan yang telah tersedia selama 8 10 jam.
Wadah sebaiknya ditutup agar induk lele tidak meloncat selama proses inkubasi.
8. Pemijahan
Pada pemijahan secara buatan Langkah pertama adalah menyiapkan larutan sperma . Pada beberapa
jenis ikan, pengambilan sperma dapat dilakukan dengan striping, namun pada ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus), pengambilan sperma dengan cara tersebut tidak bisa dilakukan karena kantong sperma/ gonad
ikan lele berbentuk spiral, sehingga, pengambilannya dengan cara membedahnya. Langkah-langkah
pengambilan kantong sperma:
-

Induk jantan dibunuh terlebih dahulu.


Induk jantan diletakan di atas talenan pada posisi terlentang, kemudian di belah pada bagian perut,

dari anal ke arah kepala dengan menggunakan gunting bedah secara hati-hati.
Keluarkan isi perut ikan, sehingga gonad/ kantong sperma terlihat
Kantong sperma diambil dan dibersihkan dari darah dan lemak menggunakan larutan NaCl fisiologis

(cairan infus) sampai benar-benar bersih, dan dikeringkan menggunakan tisu.


Setelah kantong sperma dibersihkan dan dikeringkan menggunakan tisu, kantong sperma dimasukkan
ke dalam wadah berisi larutan fisiologis/ cairan infus kemudian kantong sperma tersebut digunting
agar sperma keluar seluruhnya. Pengenceran sperma menggunakan larutan NaCl fisiologis tersebut
bertujuan agar telur yang dibuahi lebih banyak dan memperpanjang umur sperma. Banyaknya larutan
NaCl fisiologis yang digunakan ditentukan dengan perbandingan berat induk jantan, untuk satu kg
induk jantan, larutan NaCl fisiologis yang diperlukan 50-100 ml.
9

Striping pada induk betina merupakan proses pengeluaran telur dengan cara mengurut perut induk
betina ke arah lubang genital. Langkah-langkah melakukan striping adalah sebagai beriut :
- Timbang induk terlebih dahulu sebelum distriping untuk mengetahui berat gonad.
- Kepala induk betina ditutupi dengan kain lap dan dipegang untuk menghindari ikan memberontak dan
-

jatuh yang akan menimbulkan stress.


Induk betina diurut bagian perutnya ke arah lubang genitalnya dengan hati-hati untuk mengeluarkan
telur, telur tersebut ditampung dalam wadah berupa mangkok besar/ baskom.
Induk betina setelah distriping ditimbang kembali.
Pencampuran telur dengan sperma bertujuan untuk terjadinya pembuahan eksternal. Pembuahan

eksternal adalah proses bertemunya sel telur dengan diluar tubuh ikan. Pembuahan eksternal dilakukan
dengan cara :
- Telur yang ditampung di dalam mangkok selanjutnya dicampur dengan sperma yang sudah
-

diencerkan dengan larutan fisiologis.


Aduk menggunakan bulu ayam yang sudah disterilkan dan kering hingga merata.

9. Penebaran Telur
Telur yang telah dibuahi, ditebar dalam kolam yang berisi air dengan ketinggian 15 20 cm secara
merata, adapun langkah-langkahnya adalah:
- Mematikan aerasi dengan mengangkat selang aerasi dari dalam akuarium.
- Campuran telur dan sperma dituangkan sedikit demi sedikit ke dalam air dan dilakukan pengipasan
-

bulu ayam atau tangan sehingga telur dapat tersebar merata didasar akuarium.
Diamkan beberapa saat hingga telur melekat di dasar wadah.
Langkah terakhir yaitu menyalakan aerasi kembali.

10. Penetasan telur


Setelah proses pembuahan selesai langkah selanjutnya adalah penetasan telur. Penetasan telur
dilakukan pada happa. Penetasan telur berlangsung selama 3 hari terhitung sejak pembuahan dari wadah
penetasan. Santoso (1993), yang menyatakan bahwa telur ikan lele menetas semua dalam tempo 2-3 hari.
Cepat lambatnya penetasan dipengaruhi oleh suhu air. Semakin tinggi suhu air maka semakin lambat waktu
penetasan. Sebaliknya semakin rendah suhu air maka semakin cepat waktu penetasan. Pada suhu 23-26 C
telur ikan lele menetas dalam 2 hari, sedangkan pada suhu 27-30 C, telur menetas dalam 3 hari.
Sebelum telur menetas terlebih dahulu telur tersebut akan dibuahi. Untuk membedakan telur yang
terbuahi dengan telur yang tidak terbuahi dapat dilihat dari warna telurnya, biasanya telur yang terbuahi akan
berwarna bening dan transparan sedangkan untuk telur yang tidak terbuahi yaitu bewarna putih susu dan
berjamur. Jumlah telur yang dibuahi tidak dapat diketahui secara pasti karena sifat telur ikan lele yang
menempel (adesif) sehingga penghitungan menggunakan metode sampling tidak memungkinkan dilakukan.
Dalam kegiatan praktek, tempat penetasan telur merupakan wadah yang juga digunakan untuk
pemeliharaan larva. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1993), yang menyatakan bahwa happa
penetasan sekaligus digunakan sebagai bak pemeliharaan larva.
Penetasan telur dilakukan pada happa yang berukuran 2 m x 1 m dengan ketinggian air 30 cm. Telur
ditebar kedalam happa dengan hati-hati saat penebaran tangan sudah harus berada di air untuk menggusar
telur agar telur tidak mengumpal.
11. Pemeliharaan Larva

10

Kolam atau tempat penetasan telur biasanya sekaligus dijadikan sebagai tempat pemeliharaan larva,
agar kegiatan pembenihan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, benih-benih lele dumbo yang baru
menetas harus dirawat atau dipelihara dengan baik. Telur yang menetas menjadi larva dibiarkan larva di bak
penetasan selama 3 hari larva tersebut belum diberi pakan karena masih mempunyai kuning telur Santoso
(2007), menyatakan bahwa sampai hari ke 3 larva lele belum membutuhkan pakan tambahan karena masih
mempunyai cadangan makanan berupa kantong kuning telur setelah berumur 4-6 hari larva harus diberi
pakan tambahan berupa kuning telur karena kuning telur yang menjadi makanannya sudah habis. Pada fase
ini larva sangat rentan akan sifat kanibal, dengan demikian untuk meminimalisir tingkat kanibalisme tersebut
larva harus diberi pakan yang cukup. Dilapangan pakan larva yang diberikan yaitu tepung udang. Pakan
diberikan 2 kali sehari yaitu pada pukul 7.00 dan sore pada pukul 17.00 dengan cara pakan tepung udang
tersebut dituangkan kedalam serok untuk diberikan yang halusnya saja sehinga pakan yang kasar tersaring
kemudian ditebar dari bagian piggir hingga merata. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama
pemeliharaan larva, yakni kualitas air dan pemberian pakan yang berkualitas.

12. Penebaran Benih


Benih lele sudah dapat didederkan atau ditaburkan di bak atau tempat terbuka setelah benih berumur
3 minggu. Saat penebaran benih ikan ketinggian air kolam sekitar 20 30 cm, karena benih masih kecil.
Cara penebaran benih lele adalah dengan cara aklimatisasi yaitu wada berisi benih lele dan
diletakkan pelan-pelan, setelah itu benih merasa beradaptasi, benih akan lepas dengan sendirinya. Kepadatan
benih berkisar 300 600 ekor / m2.

13. Pemberian Pakan


Setelah benih berada di dalam kolam, benih lele diberi pakan pelet berbentuk tepung dengan
kandungan protein minimal 40 % (Charoen Pokphand Kode 581). Setelah benih agak besar, pemberian
pakan berupa palet berbentuk butiran kecil dengan kandungan protein 38 % kode FF 999. Semakin besar
ukuran tubuh dan bukaan mulut. Semakin besar ukuran pakan, frekuensi pemberian pakan lele yang masih
kecil yaitu 4 5 kali sehari, yaitu pagi, siang, sore dan malam hari.

Pakan anakan lele berupa :


- Pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil
(paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 4 hari.
11

- Pakan buatan untuk umur diatas 3 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi,
terutama kadar proteinnya
- Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur
dengan POC NASA dengan dosis 1 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan
pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan
vitamin dalam jumlah yang optimal.

Cara Pemeliharaan Kolam

1. Manajemen Air
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
- air harus bersih
- berwarna hijau cerah
- kecerahan/transparansi sedang (30 40 cm).
- mempunyai suhu optimal (22 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat
diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam
humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacingcacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON
dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta
pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah
25 g/100m2.

2. Manajemen Kesehatan

12

Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang
tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi
air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur,
bakteri dan lain-lain.
Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah
penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah,peranan TON dan POC
NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan
pengobatan yang sesuai (Komar, 1981).
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan
formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati
dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.
3. Pembersihan
Berikut langkah-langkah pembersihan kolam:

Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:


Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m 2

pada dinding kolam sampai rata.


Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan

cara yang sama.


Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari langsung.
Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di kolam.

Cara Panen Lele Hasil Pembesaran


Cara memanen lele ukuran konsumsi tergantung sistem kolam. Jika di kolam semen umumnya
menggunakan model pipa goyang atau sistem sipon.
Mekanisme kerja seperti sistem pipa U. sistem ini mempermudah penggantian air, pipa tersebut dari
paralon dengan diameter 3 4 inchi. Digunakan untuk mengatur ketinggian air saat pemeliharaan serta
sebagai saluran pembuangan air saat pemanenan.
Lama pendederan benih lele untuk menghasilkan benih lele siap terbar (ukurang 5 7 cm / ekor)
sekitar 5 6 minggu. Pemanenan benih bisa dilakukan sore atau pagi hari sewaktu suhunya tidak terlalu
panas.
Cara pemanenan dengan mengurangi air pelan-pelan hingga air berada pada kemalir. Air pelanpelan disurutkan hingga air akan mengumpul pada kubangan dekat pintu pengeluaran. Pemanenan dilakukan
dengan secara bertahap dengan menggunakan seser halus. Usahakan benih lele tidak luka. Pada saat
pemanenan benih berukuran berkisar 5 7 cm / ekor.

Tahap-tahapnya :
1) Cabut pipa paralon yang menghubungkan saluran pembuangan mendatar untuk pengurasan.
2) Pasang saringan atau kasa kawat pada ujung paralon bagian dalam saluran pembuangan agar lele tidak
ikut arus.
13

3) Hentikan pengurasan jika ketinggian air mencapai 20 30 cm.


4) Ambil lele dengan menggunakan jaring / seser.
5) Masukkan lele ke dalam ember krak (ember berlubang).
6) Angkat dan masukkan ke ember penampungan.
7) Sortir kembali lele berdasarkan ukuran yang diinginkan (8 12 ekor / kg), kemudian timbang dan
masukkan ke wadah pengangkutan.
8) Pelihara kembali lele yang berukurang kecil hingga mencapai ukuran pasar.
9) Jadikan lele berukurang besar sebagai indukan atau jual ke tempat pemancingan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:


a. Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktuwaktu dapat dipanen.
b. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
c. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan,
lambit, tangguh atau jaring.
d. Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi
makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
e. Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.

14

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah kita mengetahui teknologi pembudidayaan ikan lele, kini sampailah pada bab terakhir
tentang analisis budidaya ikan lele. Ikan lele sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini
didorong oleh semakin banyaknya dibuka warung pecel lele. Semakin hari peminat pecel lele semakin
meningkat, hal ini mungkin disebabkan karena rasa pecel lele yang sangat lezat. Padahal sebelum tahun
1990-an masyarakat menganggap bahwa ikan lele sebagai binatang yang menggelikan. Tetapi pada saat ini
keadaan itu berubah. Pamor ikan lele menjadi meningkat, bahkan menurut Warta Pasar Ikan (2006) bahwa di
Melbourne Australia masyarakat Indonesia sudah mulai memperkenalkan komoditas tersebut pada
masyarakat tersebut.
Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang
cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik
pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen. Oleh
karena itu Pembudidayaan ikan Lele sangat baik untuk dilakukan mengingat output yang dihasilkan juga
lumayan besar.

Saran
Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa pembudidayaan ikan lele saat ini masih memiliki
banyak kekurangan baik itu dari segi potensi telur ikan lele yang dihasilkan dan sebagainya. Maka dari itu
penulis sangat mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang Budidaya Ikan Lele. Penulis sangat
berharap agar budidaya ikan lele bisa terus dilestarikan. Diharapkan dalam melakukan pembudidayaan ikan
lele juga harus memperhatikan faktor fisik kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
ikan lele pada kolam terkontrol agar menghasilkan produksi ikan lele yang lebih baik lagi dan maksimal.

15

DAFTAR PUSTAKA
Gusrina., 2008. Budaya Ikan Untuk Smk. Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008
Hardjamulia. 1980. Pembenihan dan Teknik Hipofisasi. BBAT, Sukabumi
Khairuman dan Amri, K, 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. PT. Agromedi Pustaka
Lesmana D.S., 2007. Reproduksi dan pembenihan ikan hias air tawar. Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air
Tawar Pusat Riset Perikanan Budidaya BRKP Jakarta
More.P.R., R.Y. Bhandare, S.E. Shinde,T.S. Pathan and D.L. Sonawane. 2010. Comparative Study of
Synthetic Hormones Ovaprim and Carp Pituitary Extract Used in Induced Breeding of Indian Major
Carps. Libyan Agriculture Research Center Journal Internation 1 (5): 288-295
Noga, E. J. 1996. Fish Disease Diagnosis and Treatment. Mosby. St. Louis. Weisbaden
Santoso, Heru. 2002. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunarma, A., 2004. Peningkatan Produktifitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias sp.). Departemen Kelautan
dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi
Ubah, S.A.,M.A. Ogunbodede dan S. Mailafia., 2011. Selection of Broodstocks and management of
fingerlings of Clarias Gariepinus under Dark and Light Enviroment journal Of Agriculture and
veterinary sciences. Vol 3. March 2011.

16

Anda mungkin juga menyukai