Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

UMUM......................................................................................................................................................2
A.IRADIASI..........................................................................................................................................2
B.MUTASI.............................................................................................................................................2
C.INDUKSI MUTAGEN.......................................................................................................................3
D.DOSIS RADIASI..........................................................................................................................3
E. PERUNUT DALAM BIDANG PERTANIAN..............................................................................3
1. Pemuliaan Tanaman Melalui Mutasi.................................................................................................3
a. Jenis Radiasi yang Digunakan...........................................................................................................4
b. Proses Iradiasi pada Pemuliaan Tanaman..........................................................................................4
c. Pemuliaan Tanaman Di Indonesia......................................................................................................5
I. INSTANSI.........................................................................................................................................5
II. MASYARAKAT.............................................................................................................................5
2. Teknik Serangga Mandul....................................................................................................................6
a. Dasar Pengendalian dengan TSM......................................................................................................7
b. Syarat Keberhasilan Penggunaan Teknik Serangga Mandul.............................................................8
c. Metode Teknik Serangga Mandul......................................................................................................9
d. Pengembangan Teknik Serangga Mandul.........................................................................................9
3. Pengawetan Produk Tanaman..........................................................................................................11
a. Radiasi Yang Digunakan..................................................................................................................11
b. Mekanisme Iradiasi Pangan.............................................................................................................11
c. Dosis Radiasi....................................................................................................................................12
d. Efek Iradiasi.....................................................................................................................................13
e. Kelebihan Dan Kekurangan Radiasi................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14

UMUM
Radionuklida atau radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif. Radionuklida mampu
memancarkan radiasi. Radionuklida dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh manusia
dalam reaktor penelitian untuk digunakan sebagai perunut dalam berbagai bidang , salah satunya adalah
dalam bidang pertanian. Penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi didasarkan pada kenyataan
bahwa radiasi yang dihasilkan oleh zat radioaktif dapat mempengaruhi materi maupun makhluk hidup .
Radiasi dapat digunakan untuk memberi efek fisis ; efek kimia, maupun efek biologis.
A. IRADIASI
Iradiasi adalah suatu proses ketika suatu objek dipaparkan pada radiasi. Radiasi tersebut dapat
berasal dari berbagai sumber, termasuk sumber alami dan tingkatan radiasi yang memenuhi kebutuhan
tertentu. Iradiasi dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti sterilisasi, kedokteran, implantasi ion,
iradiasi ion, kimia 2arasite, keamanan, dan pertanian.
Menurut Van Harten (1982), beberapa 2arasit kuat mengapa iradiasi memiliki peran penting
dalam peningkatan keragaman tanaman yang diperbanyak secara 2arasite2g, antara lain :
1.
Iradiasi memungkinkan untuk meningkatkan hanya satu karakter saja pada suatu kultivar, tanpa
mengubah karakter maupun 2arasit yang lainnya.
2.
Sebagian besar tanaman yang diperbanyak secara 2arasite2g memiliki sifat heterozygous,
sehingga dapat menghasilkan karagaman yang tinggi setelah diradiasi.
3.
Teknik pertumbuhan tunas adventif dapat dilakukan secara in vivo maupun in vitro, sehingga
mempermudah dalam proses screening di lapang.
4.
Iradiasi merupakan satu-satunya cara untuk meningkatkan keragaman pada tanaman steril dan
apomiktik.
B. MUTASI
Mutasi adalah perubahan dalam struktur gen yang terjadi secara spontan maupun buatan dengan
menggunakan mutagen fisika atau kimia. Mutasi gen dapat memunculkan fenotipe mutan yang berbeda
dengan fenotipe tetuanya dan bersifat mewaris (heritable).Mutasi dapat terjadi pada setiap bagian
tanaman dan fase pertumbuhan tanaman, namun lebih banyak terjadi pada bagian yang sedang aktif
mengalami pembelahan sel, misalnya pada tunas, biji, dan bagian tanaman yang lain.
Mutasi secara umum dibedakan menjadi dua yaitu mutasi alami dan mutasi buatan. Mutasi
alami terjadi secara spontan di alam (spontaneous mutation) dan berkaitan dengan faktor lingkungan.
Mutasi secara alami ini terjadi secara lambat dan terus-menerus sehingga memerlukan waktu yang
lama untuk mengakumulasikan mutan dalam populasi alami.
C. INDUKSI MUTAGEN
Induksi mutasi merupakan salah satu cara meningkatkan keragaman tanaman. Induksi mutasi
dapat dilakukan dengan perlakuan bahan mutagen terhadap materi reproduktif yang akan dimutasi. Ada
dua jenis bahan mutagen, yaitu:
2

1.

2.

Mutagen kimia
Mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa kimia yang memiliki gugus alkil, seperti
etil metan sulfonat (EMS), dietil sulfat (DES), metil metan sulfonat (MMS), hidroksil amina,
dan nitrous acid.
Mutagen fisika
Mutagen fisika merupakan radiasi energi nuklir, seperti iradiasi sinar gamma. Peran utama
teknologi nuklir dalam pemuliaan tanaman terkait dengan kemampuannya dalam menginduksi
mutasi pada materi genetik. Kemampuan tersebut dimungkinkan karena nuklir memiliki energi
cukup tinggi untuk menimbulkan perubahan pada struktur atau komposisi materi genetic
tanaman. Perubahan tersebut terjadi secara mendadak, acak, dan diwariskan pada generasi
berikutnya.

D. DOSIS RADIASI
Gray adalah satuan SI yang digunakan untuk dosis radiasi. Kesatuan dosis radiasi adalah
banyaknya 3arasi yang diserap terhadap suatu benda atau target. Satuan Gray sebanding dengan 10 rad
(radiation absorbed dose) atau 1 Gy setara dengan 100 rad.
2

E. PERUNUT DALAM BIDANG PERTANIAN


1.

Pemuliaan Tanaman Melalui Mutasi

Mutasi dapat menimbulkan keragaman genetik yang berguna dalam pemuliaan tanaman, tetapi
perubahan genetik itu bukanlah disebabkan oleh perubahan rekombinasi. Berbeda dengan pemuliaan
melalui persilangan, pemuliaan mutasi dapat digunakan untuk memperoleh varietas unggul dengan
memperbaiki beberapa sifat yang diinginkan, tanpa mengubah sebagian besar sifat baiknya. Mutasi
iradiasi pada tanaman dapat menimbulkan abnormalitas.
Hal ini menandakan telah terjadi perubahan pada tingkat genom, kromosom, dan DNA sehingga
proses fisiologis pada tanaman menjadi tidak normal dan menghasilkan variasi-variasi genetik baru.
Abnormalitas atau bahkan kematian pada populasi mutan (M1) merupakan akibat dari terbentuknya
radikal bebas seperti H0, yaitu ion yang bersifat sangat labil dalam proses reaksi sehingga
mengakibatkan perubahan (mutasi) pada tingkat DNA, sel ataupun jaringan. Abnormalitas tidak
diharapkan dalam pemuliaan mutasi. Mutasi yang diharapkan adalah yang dapat menimbulkan
keragaman pada sifat yang akan diseleksi sehingga sifat atau karakter yang lebih baik dapat diseleksi,
sementara karakter yang baik pada tanaman/varietas asal tetap dipertahankan.
Tingkat keberhasilan iradiasi dalam meningkatkan keragaman populasi sangat ditentukan oleh
radiosensitivitas tanaman (genotipe) yang diiradiasi karena tingkat radiosensitivitas antargenotipe dan
kondisi tanaman saat diiradiasi sangat bervariasi. Radiosensitivitas dapat diukur berdasarkan nilai
LD50 (lethal dose 50), yaitu tingkat dosis yang menyebabkan kematian 50% dari populasi tanaman
yang diiradiasi. Dosis optimal dalam induksi mutasi yang menimbulkan keragaman dan menghasilkan
mutan terbanyak biasanya terjadi di sekitar LD50. Selain LD50 radiosensitivitas juga dapat diamati dari
3

adanya hambatan pertumbuhan atau kematian tanaman, mutasi somatik, patahan kromosom, serta
jumlah dan ukuran kromosom. Pada pemuliaan mutasi, selain melihat LD50 pada generasi M1 tanaman
mutan juga dapat diidentifikasi pada tingkat DNA dengan menggunakan marka molekuler seperti SSR,
baik pada populasi M1 maupun pada generasi berikutnya.
a.

Jenis Radiasi yang Digunakan

1.

60

Co (kobalt-60)

Kobalt 60 diproduksi oleh penembakan neutron dalam reaktor nuklir dari logam kobalt-59,
kemudian secara ganda dienkapsulasi di pencils stainless steel untuk mencegah kebocoran
apapun selama penggunaannya dalam Iradiator. Kobalt-60 memiliki paruh 5,3 tahun, sinar
gamma yang dihasilkan sangat tajam dan dapat digunakan untuk disimpan di kotak yang penuh
dengan makanan segar atau beku.
2.

137

Cs (caesium-137)

Cessium-137 dapat diperoleh dengan pendaurulangan, atau penggunaan kembali elemen bakar
nuklir dan telah mencapai waktu paruh 30 tahun. Namun, tidak ada pasokan komersial dalam
jumlah besar dari cesium-137 sehingga kobalt 60 lebih banyak digunakan. Lebih dari 80% dari
kobalt-60 yang tersedia di pasar dunia diproduksi di Kanada. Produsen lainnya adalah Rusia,
China, India dan AfrikaSelatan.
3.

32

b.

Proses Iradiasi dalam Pemuliaan Tanaman

F (fosfor-32)
Fosfor -32 diperoleh melalui peluruhan beta dari sulfur-32

Secara singkat prosesnya adalah benih induk disinari dengan radiasi gamma Cobalt-60 dengan
dosis 0,20 kilogray (satuan radiasi yang aman untuk bahan makanan). Radiasi mampu menembus biji
tanaman sampai ke lapisan kromoson. Struktur kromosom pada biji tanaman dapat dipengaruhi dengan
sinar radiasi ini. Perubahan struktur karena radiasi dapat berakibat pada perubahan sifat tanaman dan
keturunannya. Fenomena ini digunakan untuk memperbaiki sifat tanaman agar mendapatkan biji
tanaman dengan keunggulan tertentu, misalnya tahan hama, tahan kekeringan, dan cepat panen. Padi
yang diradiasi bersifat aman sepenuhnya, tidak ada unsur radioaktif yang tertinggal.
Selain sinar gamma, fosfor-32 juga berguna untuk membuat benih tumbuhan lebih unggul
dibandingkan dengan induknya. Radiasi radioaktif ini ke tanaman induk akan menyebabkan ionisasi
pada berbagai sel tumbuhan. Ionisasi inilah yang menyebabkan turunan akan mempunya sifat berbeda
dari induknya.

c.

Pemuliaan Tanaman Di Indonesia

I.

INSTANSI

Keragaman tanaman melalui induksi mutasi iradiasi dapat dilakukan pada organ reproduksi
tanaman, seperti biji, setek batang, serbuk sari, akar rizoma, dan kalus. Mutagen fisik atau iradiasi
untuk pemuliaan tanaman yang lazim digunakan adalah sinar gama.
Kegiatan pemuliaan mutasi dengan bantuan nuklir (iradiasi sinar gama) sudah dilakukan secara
intensif di negara-negara lain dan telah menghasilkan sekitar 1.585 varietas unggul mutan, 64% di
antaranya berasal dari mutasi dengan iradiasi sinar gama. Di Indonesia, yaitu di Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN), pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi telah dimulai sejak tahun 1972. Sampai
saat ini, kegiatan pemuliaan mutasi di BATAN telah menghasilkan 22 varietas unggul tanaman yang
terdiri atas 15 padi, 5 kedelai, 1 kacang hijau, dan 1 kapas.
Pemuliaan dengan teknik mutasi juga telah dilaksanakan di Badan Litbang Pertanian. Induksi
mutasi dengan iradiasi sinar gama pada tingkat in vitro pada tanaman pangan (padi dan kedelai toleran
kekeringan, kedelai toleran keracunan Al, dan gandum toleran suhu panas), tanaman buah-buahan
(jeruk untuk kualitas hasil dan pisang untuk tahan penyakit Fusarium), tanaman obat (purwoceng),
tanaman Industri (nilam untuk kualitas hasil minyak), dan tanaman hias (krisan, mawar, melati,
gladiol, anthurium, dan artemisia terutama untuk kualitas bentuk dan warna bunga) telah dilakukan
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB
Biogen), Bogor sejak beberapa tahun yang lalu. Saat ini, mutan-mutan padi generasi lanjut yang tahan
penyakit blas dan toleran kekeringan telah siap untuk diuji daya hasilnya di lapangan. Mutan kedelai
M6 yang toleran Kekeringan dan berdaya hasil tinggi (lebih tinggi dari varietas pembandingnya) telah
diuji daya hasilnya di Lima lokasi.
II.

MASYARAKAT

REPUBLIKA.CO.ID, KEBUMEN Petani di Desa Karangsari, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah,


melakukan panen raya padi hasil radiasi nuklir yang dikembangkan badan tenaga nuklir nasional
(Batan), Senin (21/3/2016). Panen raya petani tersebut dihadiri Menteri Riset dan Teknologi
Muhammad Nasir dan Kepala Batan Djarot Sulistyo Wisnubroto.
Padi yang dipanen adalah varietas Mugibat (Mutasi Unggul Iradiasi Batan). Mugibat berasal
dari varietas cimelati yang diradiasi sinar Gamma untuk membentuk sebuah sifat yang melebihi
indukanya. Varietas ini memiliki keunggulan batang yang kokoh sehingga tahan rebah dan sangat
cocok untuk ditanam pada waktu musim hujan. Selain itu, padi Mugibat juga tahan serangan hama.
Bupati Kebumen Muhammad Yahya Fuad mengatakan, benih padi Mugibat pertama kali
ditanam pada 12 Desember lalu. Menurut dia, varietas tersebut ternyata dapat membuat produksi petani
meningkat. Benih Mugibat dapat menghasilkan rata-rata 11 ton gabah kering per 6arasit, lebih banyak
6arasite6g benih biasa yang hanya mampu menghasilkan delapan ton per 6arasit.
Yahya menyebut, saat ini Kebumen menjadi salah satu daerah penyangga kebutuhan pangan di
Jawa Tengah. Dalam satu tahun, Kebumen surplus 200 ribu ton gabah kering. Dia meyakini, dengan
menggunakan varietas Mugibat, produksi padi akan lebih meningkat dan petani makin sejahtera.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi Muhammad Nasir mengatakan
pemerintah terus melakukan upaya pengembangan varietas padi. Hal ini demi menciptakan padi unggul
sehingga target swasembada pangan dapat tercapai.
Batan sekaligus berupaya memberikan sosialisasi pada masyarakat bahwa nuklir tidak selalu
berdampak buruk. Pengembangan varietas padi dengan teknik mutasi radiasi adalah salah satu contoh
manfaat nuklir, ucap Nasir.
Saat ini, populasi Mugibat di Kebumen baru mencapai 10 persen dari total 39 ribu 6arasit sawah
yang ada. Nasir mengaku telah meminta Batan segera menyebar bibit-bibit Mugibat ke petani agar
produksi padi nasional terus meningkat.
2.

Teknik Serangga Mandul

Ide bahwa populasi hama dapat ditekan dengan cara melepaskan serangga mandul sudah
disampaikannya pada tahun 1937, namun kesempatan untuk menguji keampuhannya baru datang
kurang lebih dari 20 tahun kemudian. Dasar pemikirannya sederhana, yaitu bahwa dari perkawinan
suatu individu yang mandul, dalam hal ini serangga mandul, baik antara serangga jantan mandul
dengan betina normal, serangga jantan normal dengan betina mandul, maupun serangga jantan mandul
dengan betina mandul, tidak akan dihasilkan keturunan. Oleh karena itu bila ditemukan cara untuk
memandulkan serangga maka hasilnya dapat digunakan dalam pengendalian hama, yaitu dengan
melepas sebanyak mungkin serangga mandul untuk mengawini serangga hama di lapangan.
Teknik serangga mandul (TSM) pertama kali digunakan dalam pengendalian hama lalat
ternak Cochliomyia hominivorax (Coquerel) yang banyak menyerang ternak sapi di ranchranch Amerika Serikat. Pengalamannya Edward F. Knipling selama bertahun-tahun bekerja di lapangan
menunjukkan bahwa populasi lalat ternak C. hominivorax sangat rendah pada musim dingin. Namun
karena kemampuannya untuk cepat berkembang-biak , dalam waktu beberapa bulan saja hama ini
populasinya sudah demikian tinggi dan menimbulkan kerugian jutaan dolar di musim panas. Maka
6

timbul ide dari Edward F. Knipling untuk menggagalkan proses perkembang biakkan lalat tersebut
dengan cara mengganggu perkawinannya, yaitu dengan cara melepaskan lalat yang telah dimandulkan.
Hal ini hanya mungkin apabila lalat dalam jumlah yang besar dapat diproduksi dan dimandulkan. C.
hominivorax ketika itu sudah dapat dibiakkan secara massal di laboratorium. Untuk memandulkannya
beliau mengacu pada penelitian MULLER yang dengan menggunakan sinar-X mampu
memandulkan Drosophila. Setelah beberapa kali percobaan, diketahui bahwa ternyata lalat ternak dapat
dimandulkan dengan radiasi gamma 70 Gy, tanpa merusak kemampuan hidupnya.
Pada tahun 1953 dilakukan uji lapang di sebuah pulau kecil Sensible, Florida, yang hanya
berukuran hanya 15 mil persegi. Ke dalam pulau itu rutin setiap minggu selama tiga bulan, dilepas
1.500 ekor lalat mandul, dan dikumpulkan sampel telur untuk diamati penetasannya. Terbukti, setelah
dua bulan 80% telur yang dikumpulkan dari lapangan tidak mampu menetas. Dan tiga bulan setelah
penglepasan ternyata hasilnya sangat mengesankan, tak ditemukan lagi lalat di pulau tersebut yang
berarti, di pulau itu, lalat sudah dapat musnah samasekali.
Itu adalah uji pertama, dan berhasil. Setahun kemudian atas permintaan para peternak setempat
dilakukan uji serupa di lokasi yang lebih luas, yaitu 70 mil persegi, di pulau Curacao, Venezuela.
Hasilnya juga menunjukkan bahwa TSM dapat memusnahkan lalat ternak dari pulau tersebut. Jutaan
dolar kerugian para peternak akibat serangan lalat ternak dapat diselamatkan, dan karena di pulau itu
lalat sudah musnah samasekali, biaya yang perlu dikeluarkan terus menerus setiap tahun untuk
pengendalian tidak lagi diperlukan. Setelah itu, sukses TSM kemudian dilanjutkan dalam program
eradikasi lalat ternak di kawasan lebih luas yaitu di benua Amerika.
a.

Dasar Pengendalian dengan TSM

Telah diuraikan bahwa dalam TSM sejumlah besar serangga mandul dilepas ke lapangan agar
bersaing kawin dengan serangga normal. Pada waktu dilepas di lahan pertanian serangga mandul akan
berbaur dan bersaing untuk memperoleh pasangan kawin dengan serangga lapang. Hasilnya, hanya
perkawinan antar 7arasi serangga lapang saja yang akan menghasilkan keturunan, sedangkan antara
jantan mandul dengan betina lapang ataupun antara jantan lapang dengan betina mandul, dan 7arasi
serangga mandul tidak. Keberadaan serangga mandul dapat mengurangi kesempatan serangga normal
untuk kawin dengan serangga normal yang lain, oleh karena itu dapat mengurangi jumlah
keturunannya.
Orang awam mudah memahami cara pengendalian teknik serangga mandul (TSM) ini sebagai
KB-nya (keluarga berencana) hama. TSM sering disebut juga sebagai pengendalian hama secara
autosida (autocide), karena menggunakan spesies hamanya sendiri untuk mengendalikan. Yang secara
bebas dapat diterjemahkan sebagai cara bunuh diri.
Penurunan populasi akibat penglepasan serangga mandul dapat diterangkan secara hitungan
matematis. Sebagai model dapat dibuat suatu 7arasi bahwa di suatu areal pertanian/peternakan di
dalamnya ada hama satu juta ekor, dengan kemampuan berbiakrate of increase-nya tiap generasi lima
kali. Bila ke dalamnya berulang-ulang dilepas 7arasite juta ekor serangga mandul (atau 7arasite kali
lipat populasi lapang), maka menurut perhitungan akan terjadi penurunan populasi seperti tercantum
dalam Tabel 1.
7

Tabel 1. Perhitungan hipotetis populasi hama satu juta ekor di areal yang dikendalikan dengan cara melepaskan serangga
mandul 8arasite kali lipat populasi awal.

b.
1.
2.

3.
4.
5.

6.
7.
8.

c.
8

Syarat Keberhasilan Penggunaan Teknik Serangan Mandul


Kemampuan pemeliharaan serangga secara massal dengan biaya murah.
Serangga hama sebagai target pengendalian harus dapat menyebar ke dalam populasi serangga
alam sehingga dapat kawin dengan serangga betina 8arasit dan mampu bersaing dengan
serangga jantan alami.
Irradiasi harus tidak menimbulkan pengaruh 8arasite terhadap perilaku kawin dan umur
serangga jantan.
Serangga betina kawin satu kali, bila serangga betina kawin lebih dari satu kali maka produksi
sperma jantan iradiasi harus sama dengan produksi sperma jantan alam.
Serangga hama yang akan dikendalikan harus dalam keadaan populasi rendah. Untuk itu
populasi serangga harus dikendalikan dengan teknik lain agar cukup rendah sehingga TSM
cukup ekonomis untuk digunakan.
Biaya pengendalian dengan teknik serangga mandul harus lebih rendah dibandingkan dengan
teknik konvensional.
Apabila TSM memerlukan biaya yang lebih tinggi dari teknik konvensional, perlu justifikasi
yang kuat misalnya keuntungan dari aspek perlindungan lingkungan dan kesehatan.
Serangga mandul yang dilepas harus tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman, ternak atau
menimbulkan penyakit pada manusia.

Metode TSM

Menurut Knipling ada 2 macam metode Teknik Serangga Mandul, yaitu :


Metode pertama yaitu menerangkan jika ke dalam suatu populasi serangga dilepaskan serangga
mandul, maka kemampuan populasi untuk berkembangbiak akan menurun sesuai dengan perbandingan
antara serangga mandul yang dilepaskan dan populasi serangga di lapangan. Apabila perbandingan
antara serangga jantan mandul dengan serangga jantan normal yang ada di lapangan 1 : 1, maka
kemampuan berkembangbiak populasi tersebut akan menurun sebesar 50%. Jika perbandingan tersebut
adalah 9 : 1, maka kemampuan populasi tersebut untuk berkembang biak akan menurun sebesar 90%
dan seterusnya.
Metode kedua, yaitu metoda tanpa pelepasan serangga yang dimandulkan. Metode ini
dilaksanakan dengan prinsip pemandulan langsung terhadap serangga di lapangan dengan
menggunakan kemosterilan baik pada jantan maupun betina. Dengan metode kedua ini akan diperoleh
dua macam pengaruh terhadap kemampuan berkembang biak populasi. Kedua pengaruh tersebut adalah
kemandulan sebagian serangga lapangan sebagai akibat langsung dari kemosterilan dan pengaruh
kemudian dari serangga yang telah menjadi mandul terhadap serangga sisanya yang masih fertil.
Namun demikian khemosterilan merupakan senyawa kimia yang bersifat mutagenik dan karsinogenik
pada hewan maupun manusia sehingga teknologi ini tidak direkomendasikan untuk pengendalian hama.
d.

Pengembangan TSM

Kemandulan yang diwariskan (inherited sterility)

Kemandulan yang diwariskan kepada keturunan pertama, menurut Knipling disebabkan oleh
terjadinya translokasi kromosom pada gamet. Pada individu yang 9arasite9gy9 akan mati dan individu
yang 9arasite9g masih dapat hidup. Walaupun perubahan yang terjadi pada gen tidak dapat dilihat
dengan mikroskop, namun fenomena pada level kromosom kemungkinan besar dapat dilihat yaitu
beberapa saat sebelum pembelahan sel. Perubahan yang dapat terjadi pada level kromosom sebagai
akibat radiasi ialah terjadinya aberrasi pada kromosom. Pada hewan dan tumbuh-tumbuhan terjadi
sekitar 90% aberrasi pada kromosom terutama terjadinya pematahan kromosom. Kromosom yang patah
ini dapat bergabung kembali dalam waktu setengah jam dengan potongannya sendiri atau potongan
yang lain yang selanjutnya proses ini menentukan nasib sel itu sendiri pada pembelahan berikutnya,
yaitu sel itu abnormal, mati atau normal dengan memiliki kelebihan tertentu (mutasi). Untuk
memandulkan serangga hama ordo 9arasite9gy diperlukan dosis radiasi yang tinggi sehingga terjadi
kerusakan 9arasit yang mengakibatkan penurunan daya saing kawin. Pada kondisi serangga jantan
mandul penuh (full sterile) daya saing kawin kurang lebih setengahnya yang normal sehingga aplikasi
TSM pada ordo Lepidoptera kurang efektif. Dengan ditemukannya fenomena kemandulan yang
diwariskan pada Lepidoptera oleh Proverbs pada tahun 1962 maka masalah menurunnya daya saing
kawin serangga Lepidoptera yang diiradiasi tersebut dapat diatasi karena telah ditemukan bahwa
keturunan pertama ngengat apel Laspeyresia pomonella yang berasal dari induk yang diradiasi dosis

substeril ternyata mandul penuh (full sterile). Gejala ini disebut kemandulan yang diwariskan
(inherited sterility).
Model serangga hama yang digunakan untuk dikendalikan dengan teknologi kemandulan yang
diwariskan ialah antara lain hama apel L. pomonella, hama tembakau S. littoralis, hama jagung
Ostrinia nubilaris Hubner dan hama kubis P. xylostella.

Kemandulan bastar antar spesies (interspecific hybride sterility)

Fenomena kemandulan bastar antar spesies pertama kali ditemukan oleh Laster pada
perkawinan antara Heliothis virescens jantan dan Heliothis subflexa Guenee betina. Ngengat jantan
keturunan pertama dari hasil perkawinan antara H. virescens dan H. subflexa menjadi mandul dan yang
betina tetap 10arasit. Bila ngengat betina keturunan pertama ini dikawinkan secara back cross dengan
H. virescens jantan maka kejadian akan berulang kembali yaitu keturunan yang jantan mandul dan yang
betina fertil jantan menjadi mandul dan yang betina fertil). Seterusnya kondisi ini berlangsung sampai
generasi tak terbatas secara berlanjut yaitu bila terjadi perkawinan back cross antara H. virescens jantan
dan betina bastar selalu menunjukkan fenomena seperti yang terjadi pada F1 dan F2 tersebut di atas.

Teknik Serangga Mandul merupakan teknik pengendalian hama untuk kawasan yang
luas (area-wide)

Oleh karena hama tidak mengenal batas wilayah atau batas kepemilikan maka Teknik Serangga
Mandul sangat cocok untuk konsep pengendalian pada daerah yang luas ( are-wide).Teknik Serangga
Mandul kompatibel dengan semua teknik pengendalian yang lain termasuk pengendalian dengan
insektisida yaitu pada saat populasi tinggi perlu diturunkan dengan penyemprotan insektisida dan
berikutnya baru digunakan Teknik Serangga Mandul, karena TSM lebih efektif dan efisien untuk
pengendalian populasi serangga hama yang relatif rendah. Penggunaan insektisida dengan spektrum
luas (broad spectrum insecticides) yang dimulai sejak berakhirnya perang dunia ke dua dan telah
terbukti menunjukkan kurang efektif dan tidak ramah lingkungan serta menunjukkan bahwa
pengendalian tunggal dengan insektisida bukan merupakan satu-satunya cara untuk mengatasi masalah
hama. Dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka alternatif teknik
pengendalian yang lain menunjukkan potensi untuk dapat diaplikasikan sehingga terminologi seperti
pengendalian hama terpadu (integrated pest control), pengelolaan hama terpadu (integrated pest
management), pengendalian secara kimiawi dan biologi mulai timbul yang secara konseptual prinsip
dasarnya melekat sesuai terminologi tersebut.
Pengelolaan hama terpadu (integrated pest management) adalah pemilihan, integrasi dan
implementasi teknik pengendalian hama agar supaya secara ekonomis, ekologis, sosiologis
menguntungkan . Salah satu model program nasional pengendalian hama terpadu (PHT) di Indonesia
ialah PHT hama kubis dengan menggunakan parasit Diadegma. Teknik Serangga Mandul dapat
diintegrasikan dan kompatibel dengan teknik pengendalian secara biologis ini.

10

3.

Pengawetan Produk Tanaman

Kita mengetahui bahwa bahan makanan seperti kentang dan bawang jika disimpan lama akan
bertunas. Radiasi dapat menghambat pertumbuhan bahan-bahan seperti itu. Jadi sebelum bahan
tersebut di simpan diberi radiasi dengan dosis tertentu sehingga tidak akan bertunas, dengan dernikian
dapat disimpan lebih lama.
Mikroba akan inaktif dengan bermacam-macam radiasi, misalnya radiasi sinar ultraviolet atau
radiasi pengion. Radiasi pengion yang digunakan untuk sterilisasi dan inaktivasi enzym, jika dosisnya
berlebihan dapat mengakibatkan perubahan cita rasa, warna, tekstur dan dapat membayakan kesehatan.
Oleh karena itu dosis radiasi pengion yang lebih rendah banyak digunakan untuk mengawetkan bahan
pangan.
Iradiasi pangan adalah proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan radiasi pengion
(ionizing radiation). Radiasi pengion adalah energi yang dapat ditransmisikan tanpa adanya kontak
langsung (radiasi) yang mampu membebaskan elektron dari ikatan atom (ionisasi) dengan makanan
sebagai targetnya. Hal ini dapat dilakukan pada makanan mentah , untuk menghilangkan resiko
pembusukan dan tumbuhnya tunas. Makanan yang di iradiasi tidak akan menjadi radioaktif. Iradiasi
dilakukan untuk menghilangkan pathogen pada makanan. Bergantung pada dosisnya, dapat
menghilangkan mikroorganisme, bakteri dan virus.
a.

Radiasi yang Digunakan

Apabila suatu zat dilalui radiasi pengion, energi yang melewatinya akan diserap dan
menghasilkan pasangan ion. Energi yang diserap oleh tumbukan radiasi dengan partikel bahan pangan
akan menyebabkan eksitasi dan ionisasi beribu-ribu atom dalam lintasannya yang akan terjadi dalam
waktu kurang dari 0,001 detik.
Iradiasi pangan biasanya dilakukan menggunakan sinar gamma, tetapi penggunaan pancaran
elektron dan X-ray juga mulai populer. Sinar gamma dan X-rays lebih banyak digunakan karena dapat
menembus jauh ke dalam makanan sedangkan pancaran elektron hanya pada bagian luarnya saja
sehingga lebih sering digunakan untuk makanan yang dikemas tipis. Sinar gamma mengeluarkan energi
sebesar 1 Mev untuk dapat menembus air dengan kedalaman 20 30 cm, sedangkan berkas elektron
mengeluarkan energi sebesar 10 Mev untuk dapat menembus air sedalam 3,5 cm.
b.

Mekanisme Iradiasi Pangan

Makanan yang di iradiasi akan putus ikatan-ikatan kimia yang ada didalamnya dan
menghasilkan suatu komponen ion atau radikal bebas . Komponen ini dapat bereaksi dengan bahan
makanan yang dikenal dengan radiolysis. Komponen ion akan mempengaruhi aktivitas enzim
metabolic, mengubah struktur sel dan mempengaruhi DNA / RNA dalam inti sel sehingga mikroba dan
bakteri yang ada pada bahan makanan tersebut mati dan mencegah pembusukan atau pentunasan.
Contohnya adalah makanan yang mengandung kadar air yang tinggi seperti buah-buahan. Air
akan terionisasi karena radiasi. Elektron akan dikeluarkan dari molekul air dan memecah ikatan kimia.
Produk kemudian bergabung kembali membentuk radikal (H), radikal hidroksi (OH) dan hidroperoksil
radikal (HO2) . Umur radikal sangat singkat ( < 10-5 detik) tapi cukup untuk membunuh sel bakteri.
11

c.

Dosis Iradiasi

Pengukuran dosis agar bahan pangan dapat menerima dosis iradiasi secara tepat, dilakukan
dengan menggunakan suatu sistem dosimetri. Dosimetri merupakan suatu metode pengukuran dosis
serap (absorbsi) radiasi terhadap produk dengan teknik pengukuran yang didasarkan pada pengukuran
ionisasi yang disebabkan oleh radiasi menggunakan dosimetri.
Menurut Hermana (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam
bahan pangan dan merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan. Seringkali untuk tiap jenis pangan
diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang
digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai.Sebaliknya jika
dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen.Besarnya dosis
radiasi yang dipakai dalam pengawetan makanan tergantung pada jenis bahan makanan dan tujuan
iradiasi. Persyaratan dosis yang dibutuhkan untuk mengiradiasi jenis pangan tertentu dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.

d.

Efek Iradiasi pada Pangan

Tindakan pencegahan khusus dilakukan karena sinar gamma secara terus menerus di emisikan
oleh zat yang radioaktif. Pada kebanyakan model, untuk menghilangkan efek dari radiasi , radioisotope
dimasukkan kedalam kolam penuh berisi air, yang akan menyerap radiasi tersebut namun tidak jadi
12

bersifat radioaktif. Untuk pancaran elektron dan X-ray hal ini tidak perlu dilakukan karena sumber
radiasi nya dapat dihentikan.
Hasil penelitian mengenai efek kimia iradiasi pada berbagai macam bahan pangan hasil iradiasi
(1 5 kGy) belum pernah ditemukan adanya senyawa yang toksik. Pengawetan makanan dengan
menggunakan iradiasi sudah terjamin keamanannya jika tidak melebihi dosis yang sudah ditetapkan,
sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh FAO-WHO-IAEA pada bulan november 1980.
Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa semua bahan yang diiradiasi tidak melebihi dosis 10 kGy
aman untuk dikonsumsi manusia.
e.

Kelebihan Iradiasi Pangan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bahan tetap dalam keadaan segar


Kenaikan suhu bahan yang disterilkan tidak melebihi 40C
Dapat ditempatkan dalam wadah atau kaleng
Tidak meninggalkan residu dan dapat dilakukan pada produk akhir
Dapat membunuh mikroba secara efektif dan prosesnya mudah dikontrol.
Tidak ada atau sedikit sekali proses pemanasan pada makanan sehingga hampir tidak ada
perubahan dalam sensor karakteristik makanan,
Hanya membutuhkan sedikit energi,
Proses dapat digunakan untuk mengeliminasi bakteri dalam jumlah besar sehingga dapat
membuat makanan yang tidak layak makan menjadi layak jual.

7.
8.

f.

Kelemahan Iradiasi Pangan

1.

Proses dapat digunakan untuk mengeliminasi bakteri dalam jumlah besar sehingga dapat
membuat makanan yang tidak layak makan menjadi layak jual,
Jika mikro-organisme pembusuk dimusnahkan tetapi bakteria patogen tidak, konsumen tidak
bisa melihat indikasinya dari bentuk makanan,
Makanan akan berbahaya bagi kesehatan jika bakteri penghasil racun dimusnahkan setelah
bakteri tersebut mengkontaminasi makanan,
Kemungkinan perkembangan resistensi mikroorganisme terhadap radiasi,
Hilangnya sebagian nilai nutrisi makanan,
Sampai sekarang, prosedur analitik dalam mendeteksi apakah makanan telah diirradiasi belum
Terbentuknya senyawa radikal yang sensitive terhadap protein, berbahaya bagi tubuh

2.
3.
4.
5.
6.
7.

13

DAFTAR PUSTAKA

Anangkili, Achmad Nasroh. (2015). [Online]. Teknik Nulir Sebagai Alternatip (Teknik Serangga
Mandul). Tersedia : http://anekacarakendalihama.blogspot.co.id/2015/03/teknik-nuklirsebagai-alternatip-teknik.html?m=1.
Anonim. (2016). [Online]. Food Irradiation. Tersedia :
https://en.wikipedia.org/wiki/Food_irradiation. [22 April 2016]
Aurora. (2011). [Online]. Salah Satu Manfaat Radiokimia Dalam Bidang Pertanian. Tersedia :
http://art-aurora.blogspot.co.id/2011/10/salah-satu-manfaat-radiokimia-dalam.html?m=1. [22
April 2016]
Melina, Ria. (2008). Pengaruh Mutasi Induksi Terhadap Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Keragaman
Dua Spesies Philodendron. Bogor : IPB.
Murdaningsih, Dwi. (2016). [Online]. Petani Panen Hasil Radiasi Nuklir. Tersedia :
www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/03/21/o4s6g368-petani-panen-padi-hasilradiasi-nuklir. [22 April 2016]
Sutrisno, Singgih. (2006). Prinsip Dasar Penerapan Teknik Serangga Mandul Untuk Pengendalian
Hama Pada Kawasan yang Luas. Prinsip Dasar Penerapan Teknik Serangga Mandul Untuk
Pengendalian Hama Pada Kawasan yang Luas. 2, (2), 35-47.

14

Anda mungkin juga menyukai