Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENGKAJIAN TINGKAT KESADARAN

DISUSUN OLEH
Nama : Nila Kesumah
NIM
:-

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
pengkajian tingkat kesadaran
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari adanya bimbingan serta bantuan
dari berbagai pihak baik itu secara langsung maupun tidak langsung, baik berupa
moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes selaku dosen reseptor pada materi ini, dan kepada
teman-teman yang telah membantu
Semoga makalah ini dapat membantu kita dalam memahami materi tentang
mengakaji kesadaran pasien.
Wassalamualaikum wr.wb
Indralaya,
Penulis

DAFTAR ISI

Oktober 2015

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Pengertian Tingkat Kesadaran ...........................................................................3
B. Jenis- Jenis Tingkat Kesadaran...........................................................................3
C. Faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran...................................................4
D. Penyebab Penurunan Kesadaran.........................................................................5
E

Mengukur Tingkat Penurunan Kesadaran.........................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................13


A. Simpulan...........................................................................................................13
B. Saran.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem persarafan berfungsi sebagai pengatur berbagai aktivitas
tubuh. Sistem persarafan terdiri atas saraf pusat dan saraf perifer. Dalam
pengkajian sistem persarafan, pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan fungsi
kesadaran, mental ,dan gerakan sensasi. Pengkajian terhadap riwayat cedera
kepala, pembedahan pada persarafan, pingsan, maupun stroke perlu ditanyakan.
Gangguan persarafan dapat menyebabkan gangguan dalam beraktivitas. Dalam
rangka

menegakkan

diagnosis

anamnesis, pemeriksaan

fisik,

penyakit

saraf

pemeriksaan

diperlukan

mental

dan

pemeriksaan
laboratorium

(penunjang). Pemeriksaan neurologis meliputi :pemeriksaan kesadaran, rangsang


selaput otak, saraf otak, sistemmotorik, sistem sensorik refleks dan pemeriksaan
mental.
Pemeriksaan kesadaran pasien dapat dikaji dengan menggunakan cara
cara yang mudah yaitu denggan menggunakan Glasglow Coma Scale (GCS).
Agar pembaca lebih memahami tentang pengkajian tingkat kesadaran maka
makalah ini akan menguraikan bagaimana cara mengukur tingkat kesadaran
pasien menggunakan GCS.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan,
dirumuskan masalah umum makalah ini sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Apa yang dimaksud dengan tingkat kesadaran?


Apa saja jenis-jenis tingkat kesadaran?
Apa saja faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran?
Apa penyebab penurunan kesadaran ?
Bagaimana cara mengukur tingkat kesadaran?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari tingkat kesadaran
2. Untuk mengetahui jenis-jenis tingkat kesadaran
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat
kesadaran
4. Untuk mengetahui penyebab penurunan kesadaran
5. Untuk menjelaskan cara mengukur tingkat kesadaran

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tingkat Kesadaran


Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu.

(Corwin, 2001). Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan


dimana seseorang mengenal /mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.
(Padmosantjojo, 2000).
Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai kewaspadaan, yaitu
aksi dan reaksi terhadap apa yang diserap (dilihat, didengar, dihidu, dikecap, dan
seterusnya) bersifat sesuai dan tepat. (Mutaqqin, 2008).
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa tingkat kesadaran
adalah Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang
terhadap rangsangan dari lingkungan.

B. Jenis-jenis tingkat kesadaran


Berdasarkan penilaian kualitatif tingkat kesadaran dibagi menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang

(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban


verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
C. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tingkat Kesadaran
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor,
termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan
oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di
dalam rongga tulang kepala. Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan
adanya hemiparese serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami injuri.
Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas
(kecacatan) dan mortalitas (kematian). Jadi sangat penting dalam mengukur
status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran ini bisa dijadikan salah
satu bagian dari vital sign.

D. Penyebab Penurunan Kesadaran

Menurut Harsono, 1996 untuk memudahkan mengingat dan menelusuri


kemungkinan kemungkinan penyebab penurunan kesadaran dengan istilah
SEMENITE yaitu :
1. S : Sirkulasi
Meliputi stroke dan penyakit jantung, Syok (shock) adalah kondisi
medis tubuh yang mengancam jiwa yang diakibatkan oleh kegagalan sistem
sirkulasi darah dalam mempertahankan suplai darah yang memadai.
Berkurangnya suplai darah mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke
jaringan tubuh. Jika tidak teratasi maka dapat menyebabkan kegagalan
fungsi organ penting yang dapat mengakibatkan kematian. Kegagalan
sistem sirkulasi dapat disebabkan oleh Kegagalan jantung memompa darah,
terjadi pada serangan jantung.
2. E : Ensefalitis
Dengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik / sepsis yang
mungkin melatarbelakanginya atau muncul secara bersamaan.
3. M : Metabolik
Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma
hepatikum. Etiologi hipoglikemia pada DM yaitu hipoglikemia pada DM
stadium dini, hipoglikemia dalm rangka pengobatan DM yang berupa
penggunaan insulin, penggunaan sulfonil urea, bayi yang lahir dari ibu pasien
DM, dan penyebab lainnya adalah hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan
DM berupa hiperinsulinisme alimenter pos gastrektomi, insulinoma, penyakit
hati yang berat, tumor ekstrapankreatik, hipopitiutarism

Gejala-gejala yang timbul akibat hipoglikemia terdiri atas 2 fase. Fase


1 yaitu gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormon efinefrin. Gejalanya berupa
palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual.
gejala ini timbul bila kadar glukosa darah turun sampai 50% mg. Sedangkan
Fase 2 yaitu gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan
fungsi otak , karena itu dinamakan juga gejala neurologi. Gejalanya berupa
pusing, pandang kabur, ketajam mental menurun, hilangnya keterampilan
motorik halus, penurunan kesadaran, kejang-kejang dan koma.gejala
neurologi biasanya muncul jika kadar glukosa darah turun mendekati 20%
mg.
Pada pasien ini menurut gejalanya telah memasuki fase 2 karena telah
terjadi gangguan neurologik berupa penurunan kesadaran, pusing, dan
penurunan kadar glukosa plasma mendekati 20 mg%.dan menurut stadiumnya
pasien telah mengalami stadium gangguan otak karena terdapat gangguan
kesadaran. Pada pasien DM yang mendapat insulin atau sulfonilurea diagnosis
hipoglikemia dapat ditegakan bila didapatkan gejala-gejala tersebut diatas.
Keadaan tersebut dapat dikonfirmasikan dengan pemeriksaan glukosa darah.
Bila gejalanya meragukan sebaiknya ambil dulu darahnya untuk
pemeriksaan glukosa darah. Bila dengan pemberian suntik bolus dekstrosa
pasien yang semula tidak sadar kemudian menjadi sadar maka dapat
dipastiakan koma hipogikemia.sebagai dasar diagnosis dapat digunakan trias

whipple, yaitu gejala yang konsisten dengan hipoglikemia, kadar glukosa


plasma rendah, gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat
Prognosis dari hipoglikemia jarang hingga menyebabkan kematian.
Kematian dapat terjadi karena keterlambatan mendapatkan pengobatan,
terlalu lama dalam keadaan koma sehingga terjadi kerusakan jaringan otak.
4. E : Elektrolit
Misalnya diare dan muntah yang berlebihan. Diare akut karena infeksi
dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut
dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama
tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa
asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan
merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi
tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan
asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan
lebih dalam (pernapasan Kussmaul). Gangguan kardiovaskuler pada tahap
hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi
cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien
mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
7

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai


timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul
penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal
akut.
5.

N : Neoplasma
Tumor otak baik primer maupun metastasis, Muntah : gejala muntah
terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering
dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektil
dan tak disertai dengan mual. Kejang : bangkitan kejang dapat merupakan
gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada
stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor
otak. Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien
dengan astrositoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25% pada
glioblastoma.
Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial (TTIK) : berupa keluhan nyeri
kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam
hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
diketemukan papil udem.

6.

I : Intoksikasi
Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks secara
menyeluruh misalnya pada gangguan metabolik, dan dapat pula disebabkan
oleh gangguan ARAS di batangotak, terhadap formasio retikularis di
thalamus, hipotalamus maupun mesensefalon Pada penurunan kesadaran,
8

gangguan

terbagi

menjadi

dua,

yakni

gangguan

derajat(kuantitas,

arousal wake f ulness) kesadaran dan gangguan isi (kualitas, awareness


alertness kesadaran). Adanya lesi yang dapat mengganggu interaksi ARAS
dengan korteks serebri, apakahlesi supratentorial, subtentorial dan metabolik
akan mengakibatkan menurunnya kesadaran.
Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat
menyebabkan penurunan kesadaran, Menentukan kelainan neurologi perlu
untuk evaluasi dan manajemen penderita. Pada penderita dengan penurunan
kesadaran, dapat ditentukan apakah akibatkelainan struktur, toksik atau
metabolik. Pada koma akibat gangguan struktur mempengaruhi fungsi ARAS
langsung atau tidak langsung. ARAS merupakan kumpulanneuron polisinaptik
yang

terletak

pada

pusat

medulla,

pons

dan

mesensefalon,

sedangkan penurunan kesadaran karena kelainan metabolik terjadi karena


memengaruhi energi neuronal atau terputusnya aktivitas membran neuronal
atau multifaktor. Diagnosis banding dapat ditentukan melalui pemeriksaan
pernafasan, pergerakan spontan, evaluasisaraf kranial dan respons motorik
terhadap stimuli.
7. T : Trauma
Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural,
perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada. Cedera pada dada
dapat mengurangi oksigenasi dan ventilasi walaupun terdapat airway yang
paten. Dada pasien harus dalam keadaan terbuka sama sekali untuk
memastikan ada ventilasi cukup dan simetrik. Batang tenggorok (trachea)
9

harus diperiksa dengan melakukan rabaan untuk mengetahui adanya


perbedaan dan jika terdapat emphysema dibawah kulit. Lima kondisi yang
mengancam jiwa

secara sistematik harus diidentifikasi atau ditiadakan

(masing-masing akan didiskusikan secara rinci di Unit 6 - Trauma) adalah


tensi pneumothorax, pneumothorax terbuka, massive haemothorax, flail
segment dan cardiac tamponade.
Tensi pneumothorax diturunkan dengan memasukkan suatu kateter
dengan ukuran 14 untuk mengetahui cairan atau obat yang dimasukkan
kedalam urat darah halus melalui jarum melalui ruang kedua yang berada
diantara tulang iga pada baris mid-clavicular dibagian yang terkena pengaruh.
Jarum pengurang tekanan udara dan/atau menutupi luka yang terhisap dapat
memberi stabilisasi terhadap pasien untuk sementara waktu hingga
memungkinkan untuk melakukan intervensi yang lebih pasti. Jumlah
resusitasi diperlukan untuk suatu jumlah haemothorax yang lebih besar, tetapi
kemungkinannya lebih tepat jika intervensi bedah dilakukan lebih awal, jika
hal tersebut sekunder terhadap penetrating trauma (lihat dibawah). Jika
personalia dibatasi melakukan chest tube thoracostomy dapat ditunda, tetapi
jika pemasukkan tidak menyebabkan penundaan transportasi ke perawatan
yang definitif, lebih disarankan agar hal tersebut diselesaikan sebelum
metransportasi pasien.

8.

E : Epilepsi
10

Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat menyebabkan
penurunan kesadaran. ( Harsono , 1996 )
E. Cara Mengukur Tingkat Kesadaran (Pemeriksaan GCS)
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai
respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Glasgow Coma Scale
Uji
Nilai Respons Pasien
Buka mata
Spontan
4 Mata terbuka secara spontan
Rangsangan suara
3 Mata terbuka terhadap perintah verbal
Rangsangan nyeri
2 Mata terbuka terhadap rangsangan nyeri
Tidak ada
1 Tidak membuka mata terhadap rangsangan
Respons Motorik
Mematuhi perintah
6 Bereaksi terhadap perintah verbal
Melokalisasi
5 Mengidentifikasi nyeri yang terlokalisasi
Menarik
4 Fleksi dan menarik dari rangsangan nyeri
Fleksi abnormal
3 Membentuk posisi dekortikasi
Ekstensi abnormal
2 Membentuk posisi deserebrasi
Tidak ada
1 Tidak berespons; hanya berbaring lemah
Respons Verbal
Orientasi baik
5 Orientasi baik dan mampu berbicara
Bingung
4 Disorientasi dan bingung
Kata-kata yang tidak tepat
3 Mengulang kata-kata yang tidak tepat secara acak
Kata-kata yang tidak jelas
2 Mengerang atau merintih
Tidak ada
1 Tidak berespon
Nilai total
GCS

Compos Mentis (GCS: 15-14)

Apatis (GCS: 13-12)

Somnolen(11-10)

Delirium (GCS: 9-7)

11

Sporo coma (GCS: 6-4)

Coma (GCS: 3)

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pengkajian tingkat kesadaran diperlukan untuk mendapatkan data objektif
tentang tingkat kesadaran pasien. GCS adalah pengkuran yang cukup akurat
sebagai pemeriksaan penunjang dalam pemantauan kondisi pasien. Pengkajian
dilakukan sat pasien baru dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien.

B. Saran
Diharapkan coners dapat mengkaji tingkat kesadaran pada saat menjalani
praktik klinik dengan tepat dan benar.

12

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J. 2001. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta:
EGC
Harsono. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yokyakarta: Gajah Mada University
Press
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medica
Padmosantjojo. 2000. Keperawatan Bedah Saraf. Jakarta: Bagian Bedah Saraf FKUI

13

Standar Operasional Prosedur (SOP)


JUDUL:
Pengkajian Tingkat Kesadaran
Tanggal terbit:
Disahkan oleh
Ka.Prodi PSIK

Pengertian

Hikayati
NIP.
Pemeriksaan tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan
Glasglow Coma Scale.

Tujuan
Indikasi
Persiapan Alat
Prosedur

Mendapatkan data obyektif tentang tingkat kesadaran pasien


Pasien baru dan evaluasi perkembangan kondisi pasien
1. Alat tulis : pena dan buku
2. Sarung tangan
A. Pra Interaksi
1. Mengecek dokumentasi/data klien
2. mencuci tangan
3. menyiapkan alat
B. Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/klien
C. Tahap Kerja
1. Kenakan sarung tangan.
2. Atur posisi pasien: Supinasi
3. Periksa reflek membuka mata dengan benar.
Membuka mata spontan = 4

Membuka mata dengan stimulus suara (panggilan) = 3


Membuka mata dengan stimulus nyeri = 2
Tidak membuka mata dengan stimulus apapun = 1

Catatan: lokasi untuk memeberikan rangsangan nyeri

4. Periksa reflek verbal dengan benar


Orientasi baik, berorientasi baik terhadap tempat, waktu
dan orang = 5
Gelisah (confused), jawaban yang kacau terhadap
pertanyaan = 4
Kata tak jelas (inappropriate), seperti berteriak dan tidak
menanggapi pembicaraan orang lain = 3
Suara yang tidak jelas artinya (unintelligiblesounds),
selalu ada suara rintihan dan erangan = 2
Tak ada suara = 1

5. Periksa reflek motorik dengan benar.


Mengikuti perintah , dapat melakukan gerak sesuai
perintah = 6
Reaksi setempat, ada gerakan menghindar terhadap
rangsangan yang diberikan di beberapa tempat = 5
Menghindari nyeri, reaksi fleksi cepat disertai abduksi
bahu = 4
Reaksi fleksi abnormal, fleksi lengan disertai adduksi
bahu = 3
Reaksi ekstensi terhadap nyeri, ekstensi lengan disertai
adduksi, endorotasi bahu dan pronasi lengan bawah = 2
Tak ada reaksi, tak ada gerakan dengan rangsangan cukup
kuat = 1

6. Nilai hasil pemeriksaan dengan benar


D. Terminasi
1. Merapikan pasien
2. Berpamitan dengan klien/keluarga
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
4

Dokumentasi

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan


Catat jam, hari, tanggal, serta hasil yang diperoleh dari
pengkajian tersebut

Anda mungkin juga menyukai