Anda di halaman 1dari 6

NAMA

: KHAIRUL IMAM

NPM

: 2130910048

JURUSAN

: ADMINISTRASI NEGARA B

ANALISIS PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT MADURAPASCA


PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU

Latar Belakang
Madura merupakan pulau terbesar yang ada di provinsi Jawa Timur. Terdapat empat
kabupaten di Pulau Madura antara lain, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.
Luas pulau madura yaitu sekitar 5.169 KM2. Masyarakat Madura memiliki ikatan keagamaan
yang sangat ketal dan kebudayaan yang masih tetap terjaga. Salah satu kabupaten Di Madura
masuk dalam kawasan GERBANGKERTOSUSILA (Gersik, Bangkalan, Mojokerto,
Sidoarjo dan Lamongan) yang merupakan pintu gerbang daerah perdagangan. Bangkalan
bersinggungan langsung dengan Surabaya yang merupakan sentra produksi dan jasa dalam
mendukung perekonomian Jawa Timur. Fokus pembangunan perekonomian yang ada di
Surabaya, gersik dan Sidoarjo menciptakan ketimpangan sosial dan ekonomi dengan Pulau
Madura. Ketimpangan sosial dan ekonomi yang terjadi bagaikan desa dengan kota. Akses
yang sulit membuat pembangunan perekonomian di Pulau Madura sedikit terkendala.
Dalam realisasi pembangunan jembatan Suramadu tidak lepas dari kebijakan
pemerintah, berdasarkan Keputusan Presiden RI No 79 Tahun 2003 Pasal 1 yang berbunyi
Dalam rangka meningkatkan perekonomian Pulau Madura pada khususnya dan Propinsi Jawa
Timur pada umumnya, dilanjutkan pelaksanaan pembangunan Jembatan Surabaya - Madura.
Pada tahun 2009 diremikanlah jembatan Suramadu oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.
Sejak tahun 2009 jembatan Suramadu sudah dapat dipergunakan untuk penyeberangan dari
Surabaya Madura ataupun sebaliknya.
Pembangunan identik dengan dampak yang ditimbulkan, baik itu negatif maupun
positif. Berdasarkan Keputusan Pemerintah No. 14 Menteri Lingkungan Hidup Tahun 1994,

tentang Penetapan Dampak Penting dalam Biang (2008) Menyebutkan bahwa dampak
terhadap aspek ekonomi, yaitu : pertama, kesempatan bekerja dan berusaha; kedua, pola
perubahan dan penguasaan lahan dan sumber daya alam; ketiga, tingkat pendapatan; keempat,
sarana dan prasarana infrastruktur; kelima, pola pemanfaatan sumber daya alam. Perubahan
perubahan yang muncul pada aspek ekonomi secara tidak langsung akan mempengaruhi
perubahan sosial. Menurut Soekanto (2002) menyatakan bahwa perubahan sosial terjadi
karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan
masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis,
atau budaya.
Dampak aspek ekonomi yang muncul setelah pembangunan jembatan Suramadu,
dapat membawah perubahan masyarakat yang tradisional ke arah modern. Bentuk perubahan
sosial yang terjadi dapat berupa perubahan interaksi sosial, perubahan pola pikir yang bersifat
modern dan perubahan tatanan nilai sosial. Dengan demikian sejauh manakah pembangunan
jembatan Suramadu berdampak pada perubahan struktur ekonomi yang akan mempengaruhi
perubahan sosial masyarakat Bangkalan.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan studi pustaka ini adalah:
1.

sejauh mana pembangunan jembatan suramadu berdampak pada aspek-aspek

ekonomi?
2.

sejauh mana dampak pembangunan jembatan suramadu pada aspek ekonomi

dapat mempengaruhi perubahan sosial masyarakat Bangkalan?

Tujuan
Tujuan menganalisis sejauh mana pembangunan jembatan suramadu berdampak
pada aspek-aspek ekonomi, dan menganalisis sejauh mana dampak pembangunan
jembatan suramadu pada aspek ekonomi dapat mempengaruhi perubahan sosial
masyarakat Bangkalan

Salah satu keberatan orang Madura terhadap industrialisasi1 Madura, sesudah jembatan
Suramadu adalah ketakutan bahwa yang bakal terjadi hanyalah pembangunan di Madura

yang melibatkan tenaga trampil dari daerah lain, dan bukan pembangunan Madura secara
menyeluruh sebagai suatu kesatuan kegiatan utuh. Pembangunan berbasis ilmu dan teknologi
akan dilakukan di Madura, tentunya memang ditujukan untuk pembangunan Madura, dan
bukan pembangunan di Madura.
Madura sedang mengalami pergeseran kebudayaan, yaitu dari kebudayaan agraris ke
kebudayaan industri. Kebudayaan industri sangat banyak memerlukan teknologi, sains, dan
ilmu, sedangkan perkembangan dari ketiga unsur itu dalam kebudayaan suatu bangsa
memerlukan adanya suatu nilai budaya yang mendorong manusia berusaha memahami
rahasia-rahasia alam dan menemukan kaidah-kaidah alam. Oleh karena itu, masyarakat
Madura, terutama mereka yang bertugas atau yang berkaitan dengan perkembangan industri,
sebaiknya melatih diri membudayakan nilai budaya baru, yang sesuai dengan arah
pembangunan tanpa harus meninggalkan identitas aslinya.
Perlunya esensi pendekatan budaya dalam membangun Madura era Suramadu. Wilayah
madyra memiliki kekuatan budaya yang belum banyak terdeteksi yang apabila diberdayakan
dapat digunakan sebagai laju pembangunan di Madura. Potensi budaya Madura harus di
tingkatkan dalam persaingan industri dan globalisasi. Agar kebudayaan Madura tidak
mengalami pergeseran dan sentiasa tetap menjadi jati diri masyarakat Madura, dengan cara
pengembangan pariwisata berlandasakan kebudayaan Madura, pembangunan wilayah pesisir
tanpa mengabaikan potensi sosial budaya yang dimiliki dan peningkatan pendidikan dan
penegakan hukum.
Untuk itu kesadaran dan peranan para stake holder, pemuka agama, tokoh masyarakat,
pakar dan budayawan serta seluruh lapisan masyarakat Madura sangat menentukan kesiapan
Madura menjadi daerah industrialisasi yang tidak kehilangan warna dan bentuk Maduranya,
yaitu nilai religius dan berbudaya, sehingga industrialisasi bukan menjadi momok, tetapi akan
menjadikan berkah bagi seluruh masyarakat Madura.
Analisis
Pasca era Suramadu, Madura akan mengalami industrialisasi yang sangat komplek.
Perlu dukungan pemerintah dalam mengambil kebijakan, tidak hanya orientasi industri
modern, tetapi juga harus mempertimbangakan aspek budaya. Agar identitas dan kekentalan
budaya Madura tidak pudar dimakan oleh modernisasi yang terjadi. Cara mempertahankan
budaya dengan mengoptimalisasikan pontesi sumberdaya budaya yang belum terkerahkan
dan digali sepenuhnya. Sehingga masyarakat Madura dan produk penduduk Madura bakal

dilandasi ilmu, teknologi, rekayasa, dan seni untuk membuatnya laku dan mampu bersaing di
pasaran global.

Fokus analisis adalah pada berkurangnya ruang hidup warga dan hilangnya sumbersumber penghidupan warga yang diakibatkan dari tekanan pembangunan infrastruktur
jembatan Suramadu dan Industri pertambangan pasir laut. Hal ini tidak hanya berdampak
pada kerusakan lingkungan bio-fisik saja, namun juga turut memberikan tekanan yang cukup
besar terhadap kesejahteraan masyarakat yang terlanjur menggantungkan kehidupannya pada
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan.
Proyek infrastruktur berbentuk pembukaan jalan-jalan baru, akan membabat hutan dan
kawasan-kawasan pertanian maupun permukiman. Hal yang sama terkait pembebasan lahan
akses Suramadu juga terjadi di Pulau Madura. Wilayah kaki jembatan ini berada di
Kabupaten Bangkalan dengan luas area yang dibutuhkan 670,949m2. Jared Diamond
menggunakan sebuah kerangka kerja ketika mempertimbangkan situasi kolapsnya sebuah
masyarakat. Kerangka ini terdiri atas lima perangkat faktor yang cenderung berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat, yaitu: kerusakan lingkungan, perubahan iklim, permusuhan
dengan tetangga, lenyapnya mitra dagang, serta bagaimana masyarakat merespon perubahan
dan kerusakan lingkungan hidup.
Tiga pelabuhan besar di sisi selatan Pulau Madura yang akan dibangun untuk melengkapi
keberadaan jembatan Suramadu semakin menunjukkan kelangsungan fungsi yang akan
segera lenyap. Pelabuhan di Bangkalan untuk terminal peti kemas internasional, di Sampang
untuk perikanan nasional, dan di Sumenep untuk Pariwisata. Pembangunan pelabuhan peti
kemas di Bangkalan akan meningkatkan volume peti kemas yang melintas di selat Madura.
Proyek infrastruktur wilayah yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk menciptakan
laba pada semua pelaku yang terlibat di seluruh rantai pengaturannya. Manfaat kepada
wilayah setempat nyaris tidak dirasakan.
pasca diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 (sebelumnya UU No. 22 Tahun 1999)
tentang Pemerintahan Daerah, mendorong percepatan eksploitasi sumber daya alam dan
lingkungan dalam beberapa tahun terakhir. Bergesernya kepentingan eksplorasi menjadi
eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan, secara besar-besaran, dirasa sudah jauh
meninggalkan prinsip-prinsip keselamatan lingkungan. Hal ini tidak hanya berdampak pada
kerusakan lingkungan bio-fisik saja, namun juga turut memberikan tekanan yang cukup besar

terhadap kesejahteraan masyarakat yang terlanjur menggantungkan kehidupannya pada


pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan.

Jembatan Suramadu berdampak pada pembangunan wilayah Madura sebagai


pengembangan rencana program industrialisasi (disebutnya Madura sebagai Batam ke dua).
Almarhum ekonom Sarbini pernah menyebutkan yang paling kuat dan tidak berubah di dalam
PSI adalah semangat sosialisme, semangat membela rakyat, serta memperjuangkan keadilan
dan pemerataan. Semangat yang tidak berubah itu (yang dipandang menguntungkan rakyat)
akan tetap dipertahankan sebagai dampak yang diharapkan masarakat dalam proses
perjalanan bangsa dan pembangunannya. Faisal mengatakan, salah satu pemicu
deindustrialisasi adalah rendahnya dukungan perbankan. Kredit ke sector industry secara
nominal tetap tumbuh tetapi presentasenya makin rendah.
industrialisasi oleh sector perbankan dipandang lebih berpotensi kearah kemodorotan dari
pada kemanfaatannya untuk masarakat yang masih rendah tingkat pendidikan, pengetahuan
dan kemampuan dalam daya saing produktivitas, sehingga penyaluran kreditnya sebagai
paparan Faisal, Sambodo dan Ambar lebih tertarik pada pembiayaan konsumsi dan
pembangunan property. Lemahnya cara berpikir kritis menjadikan perkembangan tenaga
produktif (teknologi dan sumber daya manusia), mengakibatkan rendahnya produktivitas
serta penghasilan yang diterima buruh. Memperhatikan pandangan diatas, tentang
industrialisasi dari sisi dampak yang diharapkan dan yang tidak diharapkan, serta berbagai
macam fenomena masalah yang berkembang, maka industrilalisasi dapat dikatakan
mempunyai peranan penting. industrialisasi menjadi salah satu kebijakan program yang akan
dijalankan dalam pengembangan pasca Suramadu. Pengembangan kebijakan program
industrialiasi yang akan dilaksanakan di wilayah pengembangan Suramadu, tentu tidak akan

terlepas dari pada kebijakan organisasi yang dibentuk dengan nama Badan Pengembangan
Wilayah Suramadu (BPWS)
dampak kebijkan industrialisasi dalam format budaya, ekonomi dan politik hukum
masyarakat mencapai kesejahteraan. Budaya Madura yang dimiliki orleh masyarakat Madura
sepertu semagat gotong royong, sopan santun, berharga diri, memiliki kearifan bertindak dan
semangat jiwa wiraswasta.
Membangun masyarakat Madura pasca Suramadu melalui industrialisasi untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat Madura harus didukung dengan sistem ekonomi
kerakyatan yang berbasis penegakan prinsip keadilan; demokrasi ekonomi yang disertai
kepedulian terhadap yang lemah; pemihakan; pemberdayaan; perlindungan; penciptaan iklim
persaingan usaha yang sehat; upaya pemerataan dalam menciptakan pencitraan hubungan
kemitraan antara usaha besar dengan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UKMK);
pemberdayaan ekonomi rakyat dengan upaya mempercepat pembangunan pedesaan,
termasuk di daerah terpencil, daerah minus, daerah kritis, daerah perbatasan dan daerah
terbelakang lainnya sebagai prioritas. Dengan pendistribusian asset ekonomi kepada
masyarakat miskin yang berbasis campur tangan dan penetrasi pemerintah untuk
memudahkan pelaksanaan kontrol global yang seringkali menyingkirkan norma dan nilai
sosial lokal. Selain, itu juga adanya program industrialisasi penting memartabatkan nilai-nilai
budaya local yang agamis.

Anda mungkin juga menyukai