Anda di halaman 1dari 7

IJGC 3 (2) (2014)

Indonesian Journal of Guidance and Counseling:


Theory and Application
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk

PERSEPSI GURU BK TENTANG KOMPETENSI KONSELOR DI SEKOLAH


DASAR SWASTA KOTA SEMARANG
Restu Setyoningtyas , Heru Mugiarso, Eko Nusantoro
Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel

Abstrak

________________

___________________________________________________________________

Sejarah Artikel:
Diterima April 2014
Disetujui Mei 2014
Dipublikasikan Juni 2014

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang persepsi guru BK tentang kompetensi
konselor di sekolah dasar swasta Kota Semarang. Penelitian ini bersifat kuantitatif, responden
penelitian adalah guru BK sekolah dasar swasta, teknik pengumpulan data berupa skala psikologi
dan dokumentasi. Analisis data menggunakan Analisis Deskriptif Persentase. Hasil penelitian
menunjukkan persepsi guru BK tentang kompetensi konselor mendapatkan hasil yang positif.
Kompetensi pedagogik yaitu positif, kepribadian yaitu kurang positif, sosial yaitu kurang positif,
profesional yaitu cukup positif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah persepsi guru BK tentang
kompetensi konselor di sekolah dasar swasta Kota Semarang pada umumnya positif.

________________
Keywords:
counselor competence;
perception; private
elementary school.
____________________

Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of this research is determine perception guidance and counseling teacher about counselor
competence in private elementary school on Semarang city. This research is quantitative. Respondens is
guidance and counseling teacher from private elementary school, techniques of data collection are psychology
scale and documentation. The data analysis using Analysis Descriptive Percentage. Result showed that
research is perception guidance and counseling teacher about counselor competence is positive. Pedagogic
competence is positive, personality is not positive enough, social is not positive enough, professional is positive
enough. The conclusion of this research is perception guidance and counseling teacher about counselor
competence in private elementary school on Semarang city in general is positive.

2014 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
Gedung A2 Lantai 2 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: restu071@yahoo.com

ISSN 2252-6374

37

Restu Setyoningtyas,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (2) (2014)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


konselor dimasukan sebagai kategori pendidik.
Oleh karena itu konselor juga harus memiliki
empat kompetensi konselor, yaitu kompetensi
pedagogik dimana seorang guru BK diharapkan
dapat: (a) Menguasai teori dan praktis
pendidikan; (b) Mengaplikasikan perkembangan
fisiologi serta perilaku konseli; (c) Menguasai
esensi pelayanan bimbingan dan konseling;
Kompetensi kepribadian yang terdiri dari: (a)
Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa; (b) Menghargai dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas,
dan kebebasan memilih; (c) Menunjukkan
integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat;
(d) Menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi;
Kompetensi sosial yan terdiri atas (a)
Mengimplementasikan kolaborasi intern di
tempat kerja; (b) Berperan dalam organisasi dan
kegiatan profesi bimbingan dan konseling; (c)
Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi;
dan Kompetensi profesional yang terdiri atas: (a)
Menguasai konsep dan praksis assessment untuk
memahami kondisi, kebutuhan dan masalah
konseli; (b) Menguasai kerangka teoritik dan
praksis bimbingan dan konseling; (c) Merancang
program bimbingan dan konseling; (d)
Mengimplementasikan program bimbingan dan
konseling yang komprehensif; (e) Menilai proses
dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan
konseling; (f) Memiliki kesadaran dan komitmen
terhadap etika professional; (g) Menguasai
konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan
dan konseling.
Bimbingan dan konseling di sekolah dasar
adalah layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan pada jenjang pendidikan dasar. Arti
dari layanan bimbingan dan konseling tersebut
adalah bantuan yang diberikan seorang konselor
kepada seorang siswa sekolah dasar agar siswa
tersebut dapat mengembangkan potensi yang
ada pada dirinya. Tetapi dalam bimbingan dan
konseling di sekolah dasar yang memberikan
layanan bimbingan dan konseling adalah guru
kelas yang sudah mengetahui tata cara
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
dan mengetahui standar kompetensi peserta
didik dan tugas perkembangan peserta didik

PENDAHULUAN
Pendidikan nasional yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Dari
hal
tersebut
pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
nasional yaitu seperti yang tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Berkaitan dengan diadakannya kurikulum
yang baru yaitu kurikulum 2013 maka untuk
peraturan bimbingan dan konseling di sekolah
dasarpun turut mengalami pembaharuan. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah dan Dinas
Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi
Kurikulum Garuda pada lampiran IV berkaitan
dengan bimbingan dan konseling, disebutkan
bahwa pada sekolah dasar bmbingan konseling
dilaksanakan oleh guru kelas. Namun, pada satu
SD/MI/SDLB atau sejumlah SD/MI/SDLB
dapat diangkat seorang guru bimbingan dan
konseling
atau
konselor
untuk
menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling. Sesuai dengan bahasan diatas maka
bimbingan dan konseling di sekolah dasar
diperkenankan untuk memiliki guru bimbingan
konseling secara mandiri.
Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului
oleh
adanya
suatu
proses
penginderaan, yang mana hal tersebut
memberikan gambaran yang terstruktur dan
bermakna mengenai situasi tertentu dalam
lingkungan hidupnya. Hal tersebut juga sesuai
dengan Walgito yang menyatakan persepsi
merupakan suatu proses yang didahului oleh
proses penginderaan, yaitu merupakan suatu
proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat indera (Walgito, 2003).

38

Restu Setyoningtyas,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (2) (2014)

persepsi yang positif sangat diperlukan tentang


kompetensi konselor itu sendri. Seseorang yang
memiliki persepsi positif terhadap sesuatu maka
orang tersebut akan melaksanakan yang ia
persepsikan positif dalam dirinya, sehngga
persepsi seorang guru BK yang positif tentang
kompetensi konselor diharapkan mampu
meningkatkan pelayanan BK di sekolah masingmasing.
Seorang guru BK dari latar belakang
apapun pendidikannya, saat ia menjadi guru BK
berarti guru BK harus memahami dan
melaksanakan
tuntutan-tuntutan
sebagai
seorang guru BK termasuk pemahaman dan
pengaplikasian kompetensi konselor dalam
melaksanakan tugasnya. Cara pandang seorang
guru BK yang baik tentang kompetensi konselor
dapat menjadi salah satu bantuan para guru BK
dalam pelaksanaan pemberian layanan pada
peserta didiknya. Karena hanya dengan persepsi
yang positif atau baik tentang sesuatu, maka
seseorang akan menjadikan hal yang ia lakukan
menjadi lebih baik. Hal ini mendorong peneliti
untuk mengadakan suatu penelitian untuk
mengetahui persepsi guru BK tentang
kompetensi konselor di Sekolah Dasar Swasta
Kota Semarang. Sehingga penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui secara umum
persepsi guru BK di sekolah dasar swasta Kota
Semarang dan secara khusus mengetahui
persepsi guru BK tentang kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional.

selain itu juga perlu mengetahui tentang hal-hal


yang berkaitan dengan bimbingan dan
konseling.
Sekolah
dasar
merupakan
satuan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
enam tahun dan merupakan bagian dari
pendidikan
dasar.
Menurut
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar
disebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan
pendidikan Sembilan tahun, terdiri atas program
pendidikan enam tahun di sekolah dasar (SD)
dan program pendidikan tiga tahun di sekolah
lanjutan tingkat pertama (SLTP).
Dalam Direktorat Pendidikan Dasar
(sekarang Direktoran Taman Kanak-Kanak dan
Sekolah Dasar) (1997), ada tiga misi yang
diemban oleh setiap sekolah dasar, yaitu
melakukan proses edukasi yang diharapkan
anak didik mampu menjadi orang yang terdidik,
kemudian proses sosialisasi yakni anak didik
diharapkan mencapai kedewasaannya secara
mental maupun sosial, dan ketiga proses
transformasi yang mana pada proses ini
diharapkan anak didik memiliki berbagai ilmu
pengetahuan dan teknologi termasuk juga
kebudayaan bangsa (Bafadal, 2006). Dari ketiga
proses diatas, sebuah sekolah dasar yang baik
adalah sekolah yang mampu memberikan ketiga
proses diatas sehingga mampu mengantarkan
anak didik menjadi seorang terdidik, memiliki
kedewasaan mental dan sosial, serta memiliki
ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
kebudayaan bangsa.
Antara sekolah dasar negeri dengan
sekolah dasar swasta memiliki beberapa
perbedaan baik yang sifatnya kebijakan atau
teknis lainnya. Salah satunya hal yang nyata
terjadi bahwa sekolah dasar negeri disokong
langsung oleh pemerintah, sedang sekolah dasar
swasta semuanya mandiri.
Sebuah sekolah dasar pada masa sekarang
membutuhkan adanya seorang konselor.
Sehingga pada hakikatnya sebuah kompetensi
tidak berbeda baik dalam jenjang sekolah dasar
maupun sekolah lanjutan. Karena sebuah
kompetensi merupakan kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang guru BK maka sebuah

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan penelitian
deskriptif. Responden dalam penelitian ini
adalah 25 orang guru BK sekolah dasar swasta
di Kota Semarang. Teknik pengumpulan data
yang digunakan yakni dengan memakai skala
psikologi dan dokumentasi dengan analisis data
menggunakan analisis deskriptif persentase.
Data-data
yang
diperoleh
dianalisis
menggunakan analisis deskriptif persentase
untuk mengetahui seberapa positif persepsi guru
BK tentang kompetensi konselor.

39

Restu Setyoningtyas,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (2) (2014)

tentang kompetensi konselor di sekolah dasar


swasta Kota Semarang. Adapun hasil yang
didapatkan yakni sebanyak 1 responden masuk
dalam kriteria sangat positif, 4 responden masuk
dalam kriteria cukup positif, dan mayoritas
sebanyak 20 responden masuk dalam kriteria
positif. Berikut tabel persepsi guru BK tentang
kompetensi
konselor
secara
umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului
oleh
adanya
suatu
proses
penginderaan yang mana hal tersebut
memberikan gambaran yang terstruktur dan
bermakna mengenai situasi tertentu dalam
lingkungan hidupnya. Sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu mengetahui persepsi guru BK

Tabel 1 Persepsi Guru BK tentang Kompetensi Konselor Secara Umum


Skor

Jml

Kriteria

86% 100%
71% 85%
56% 70%
41% 55%
25% 40%

4%

Sangat Positif

20

80%

Positif

16%

Cukup Positif

0%

Kurang Positif

0%

Negatif

Jumlah

25

Tabel 1 menunjukkan hasil yang didapat


tentang kompetensi konselor secara umum
bahwa sebagian besar persepsi guru BK di
sekolah dasar swasta ada pada kriteria positif
sehingga rata-rata persepsi adalah positif.

Kompetensi konselor memiliki empat


variabel dimana dalam penelitian ini memiliki
hasil yang beragam. Adapun rinciannya sebagai
berikut:

Tabel 2 Hasil persepsi kompetensi konselor per indikator


No.

Indikator

1.

Hasil
Skor rata-rata

Kriteria

Kompetensi Pedagogik

70,8

80%

Positif

2.

Kompetensi Kepribadian

61,8

45%

Kurang Positif

3.

Kompetensi Sosial

20,2

42%

Kurang Positif

4.
Kompetensi Profesional
81,3
56%
Cukup Positif
Tabel 2 menunjukkan hasil yang didapat positif. Persentase yang didapatkan hanya
tentang persepsi guru BK di sekolah dasar sebesar 42%; dan (4)Kompetensi profesional
swasta Kota Semarang dari masing-masing mendapatkan kriteria persepsi cukup positif
kompetensi konselor, yaitu: (1)Kompetensi dengan persentase sebesar 56%.
pedagogik secara keseluruhan mendapatkan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hasil yang positif tentang persepsi para guru BK persepsi guru BK tentang kompetensi konselor
di sekolah dasar sebesar 80%; (2)Kompetensi di sekolah dasar swasta Kota Semarang dapat
kepribadian mendapatkan hasil persepsi dengan disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan dari
kriteria kurang positif. Kriteria yang didapatkan persepsi para guru tentang kompetensi konselor
pada kompetensi kepribadian adalah kurang memiliki respon yang sangat positif. Kompetensi
positif. Hal tersebut dilihat pada tabel 2 bahwa konselor merupakan suatu keutuhan dari
persentase yang ada hanya 45%; (3)Kompetensi beberapa komponen yang harus dimiliki seorang
sosial didapatkan hasil yakni sebagian besar konselor atau guru bimbingan dan konseling
kompetensi sosial masuk dalam kriteria kurang untuk melaksanakan tugasnya membantu

40

Restu Setyoningtyas,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (2) (2014)

hendaklah memiliki ilmu pengetahuan yang


mencukupi untuk melaksanakan tugasnya
sebagai guru BK di sekolah dasar. Berkaitan
dengan hasil yang bak, sehingga tidak ada hal
yang perlu untuk dibahas lebih lainjut tentang
kompetensi pedagogik.
Salah satu aspek dari empat kompetensi
konselor adalah kompetensi kepribadian,
kompetensi ini merupakan kemampuan seorang
koselor atau guru BK untuk menjadi pribadi
yang memiliki integritas dan menunjukkan
kinerja yang berkualitas dalam kehidupannya
sehari-hari. Terdapat hasil yang sangat
mengejutkan dimana kompetensi kepribadian
yang berkaitan erat dengan pribadi ideal seorang
guru BK justru memperoleh kriteria kurang
positif.
Pada kompetensi kepribadian ada
beberapa indikator yang memiliki pengaruh
mengapa hasil yang diperoleh pada persepsi
guru BK tentang kompetensi kepribadian
mendapatkan hasil kurang positif. Indikator
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, pernyataan yang memiliki kriteria
paling negatif yaitu seorang guru BK membantu
siswa asuh dengan berpedoman agama. Seorang
guru BK memiliki ilmu yang lebih beragam
untuk mengangani siswa asuhnya. Tidak semua
siswa asuh memiliki kepercayaan atau agama
yang sama dengan guru BK, sehingga
diharapkan guru BK dapat menyesuaikan
layanan BK yang ada dengan menyesuaikan
agama siswa asuh yang beragam. Indikator
menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, individualitas dan kebebasan
memilih. Dari hasil yang didapat point yang
mendapat persepsi negatif ialah pada pernyataan
guru BK sulit membantu siswa jika ada
kepentingan
pribadinya.
Adalah
sudah
keharusan seorang guru BK untuk tidak
mencampurkan
urusan
pribadi
dengan
profesinya sebagai guru BK, sehingga setiap
siswa asuh membutuhkan bantuan guru BK
tidak
bisa
keberatan
dengan
alasan
permasalahan pribadinya.
Permasalahan yang lainnya ada pada
indikator memajukan integritas dan stabilitas
kepribadian yang kuat. Pernyataan degan hasil

peserta didik dalam masa perkembangannya.


Hal ini dipertegas dengan (Mulyasa, 2002) yang
menyatakan bahwa kompetensi merupakan
perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai,
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2008, adalah sebagai berikut:
(1) Kompetensi Pedagogik, terdiri atas:
Menguasai teori dan praktis pendidikan,
Mengaplikasikan perkembangan fisiologi serta
perilaku konseli, Menguasai esensi pelayanan
bimbingan dan konseling; (2) Kompetensi
Kepribadian, terdiri dari: Beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, Menghargai dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
individualitas,
dan
kebebasan
memilih,
Menunjukkan
integritas
dan
stabilitas
kepribadian yang kuat, Menampilkan kinerja
yang berkualitas tinggi; (3) Kompetensi Sosial,
yaitu: Mengimplementasikan kolaborasi intern di
tempat kerja, Berperan dalam organisasi dan
kegiatan profesi bimbingan dan konseling,
Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi;
(4) Kompetensi Profesional, terdiri dari:
Menguasai konsep dan praksis assessment untuk
memahami kondisi, kebutuhan dan masalah
konseli, Menguasai kerangka teoritik dan praksis
bimbingan dan konseling, Merancang program
bimbingan
dan
konseling,
Mengimplementasikan program bimbingan dan
konseling yang komprehensif, Menilai proses
dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan
konseling, Memiliki kesadaran dan komitmen
terhadap etika profesional, Menguasai konsep
dan praksis penelitian dalam bimbingan dan
konseling.
Kompetensi
pedagogik
merupakan
kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman peserta didik,
bidang akademiknya untuk melaksanakan
tugasnya sebagai seorang guru BK. Persepsi para
guru BK di sekolah dasar tentang kompetensi
pedagogik memiliki hasil yang positif, hal ini
menunjukkan bahwa para guru BK di sekolahsekolah dasar swasta tersebut tmemiliki
penilaian yang positif bahwa seorang guru BK

41

Restu Setyoningtyas,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (2) (2014)

memiliki persepsi paling negatif dengan


prosentase terkecil dari keseluruhan pernyataan.
Meskipun pada dasarnya pelayanan guru BK
menganut pada azas-azas BK yang salah
satunya adalah azas kerahasiaan. Namun, ada
banyak layanan BK yang akan optimal
pelaksanaannya jika dibantu juga oleh rekan
seprofesi dan guru-guru lainnya, tentunya juga
setelah mendapatkan ijin dari siswa yang
bersangkutan. Indikator mengimplementasikan
kolaborasi antar profesi. Dari keseluruhan
pernyataan yang diberikan memiliki hasil yang
hampir sama dan berimbang.
Kompetensi
profesional
yaitu
kemampuan penguasaan materi pengajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan
peserta didik untuk berkembang secara optimal.
Mereka merasa bahwa kompetensi profesional
memiliki peran penting dalam menentukan
keberhasian pelayanan BK disekolah sehingga
ada
tindakan
untuk
meningkatkan
kemampuannya sebagai tenaga pendidik atau
guru BK.
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini
yakni bagaimana persepsi para guru BK di
sekolah dasar swasta Kota Semarang tentang
kompetensi
konselor
baik
kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan juga kompetensi profesional. Adapun
hasil yang didapat bahwa persepsi guru BK di
sekolah dasar swasta terhadap kompetensi
konselor secara keseluruhan menunjukkan hasil
yang positif, dimana ini berarti para guru BK di
sekolah dasar memiliki penilaian yang baik
tentang kompetensi konselor. Berhubungan
dengan hasil persepsi yang positif berkaitan
dengan kinerja yang guru BK lakukan di sekolah
masing-masing. Para guru BK memiliki persepsi
yang baik tentang kompetensi konselor sehingga
pada pelaksanaannya kegiatan yang dilakukan
oleh para guru BK di sekolah dasar ini
menyesuaikan diri dengan apa saja yang
terkandung di dalam kompetensi konselor dan
hal-hal yang belum dapat dilaksanakan para
guru memilih untuk berusaha meningkatkan
kinerjanya dengan melihat kualifikasi yang
terkandung dalam kompetensi konselor pula.

terendah adalah pernyataan jika ada pihak yang


ingin membantu menyelesaikan permasalahan
siswa, guru BK menyetujui tanpa perlu meminta
ijin dari siswa. Tidak meminta ijin pada siswa
(konseli) terlebih dahulu merupakan sikap yang
kurang tepat berkaitan dengan azas kerahasiaan
yang harus dipatuhi oleh guru BK di sekolah.
Jika ada pihak yang akan membantu
penyelesaian masalah siswa, adalah hal yang
benar bagi seorang guru BK untuk meminta ijin
terlebih dahulu pada siswa yang bersangkutan.
Untuk indikator menampilkan kinerja yang
berkualitas tinggi, memiliki satu pernyataan
terendah yakni seorang guru BK menunjukkan
sikap simpati terhadap siswa yang mau berusaha
untuk
menyelesaikan
persoalan
yang
dihadapinya. Simpati terkadang membuat guru
BK memiliki perasaan yang sama dengan siswa
asuhnya sehingga mengakibatkan pandangan
guru BK tentang masalah yang sedang ditangani
tidak dapat melihat secara obyektif. Jika hal
tersebut berlanjut, guru BK tidak dapat
maksimal memberi layanan karena terlanjur
larut dalam perasaan siswa yang bermasalahan.
Kompetensi sosial adalah kemampuan
seorang konselor atau guru BK untuk memiliki
kemampuan diri untuk berinteraksi dengan
rekan-rekan masyarakat sekolah dan mampu
berkolaborasi dengan baik antar profesi. Cara
pandang guru BK tentang kompetensi sosial
memiliki banyak perbedaan dengan aturan yang
sebenarnya. Indikator mengemplementasikan
kolaborasi intern di tempat kerja. Pada
pernyataan seorang guru BK tidak ikut
menangani siswa yang diasuh guru bimbingan
konseling yang lain. Meskipun telah ada
peraturan yang menyatakan bahwa tiap guru BK
mengampu 150 siswa asuh. Namun, jika ada
siswa yang membutuhkan bantuan guru BK
meski siswa tersebut bukanlah siswa ampuannya
sebagai guru BK harus siap melayani. Bisa jadi
seorang siswa lebih memiliki rasa nyaman dan
percaya dengan guru BK yang berbeda.
Indikator berperan dalam organisasi dan kegitan
profesi bimbingan dan konseling. Pernyataan
seorang guru BK lebih terbantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi siswa dengan bantuan
rekan seprofesi maupun guru mata pelajaran,

42

Restu Setyoningtyas,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (2) (2014)

SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan hasil penelitian yang telah


dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan
persepsi guru BK tentang kompetensi konselor
di sekolah dasar swasta Kota Semarang dapat
disimpulkan bahwa sesuai dengan tujuan dari
penelitian ini bahwa persepsi guru BK di sekolah
dasar tentang kompetensi konselor secara
keseluruhan menunjukkan hasil yang positif.
Adapun rincian untuk setiap indikator adalah
sebagai berikut: 1) Persepsi guru BK tentang
kompetensi pedagogik berkategori positif, 2)
Persepsi guru BK tentang kompetensi
kepribadian berkriteria kurang positif, 3)
Persepsi guru BK tentang kompetensi sosial
memiliki kriteria kurang positif, dan 4) Persepsi
guru BK tentang kompetensi profesional masuk
dalam kategori cukup positif.

Azwar, Saifuddin. 2007. Reliabilitas dan Validitas.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bafadal, Ibrahim. 2006. Manajemen Peningkatan
Mutu Sekolah Dasar dari Sentralisasi Menuju
Desentralisasi. Jakarta: BUMI AKSARA.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun. 2004. Dasar Standarisasi Profesi
Konseling. Jakarta: DEPDIKNAS.
Tim Penyusun. 2007. Penataan Pendidikan
Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Penyusun. 2009. Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional. Bandumg: Fokusmedia.
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu
Pengantar).
Yogyakarta:
Andi
Offset.

43

Anda mungkin juga menyukai