Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA


MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
PADA MATERI TRIGONOMETRI

RAMADAN K
1311041007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Pemerintah melalui Permendikbud No. 59 Tahun 2014 menyebutkan
bahwa diantara tujuan mata pelajaran matematika adalah agar peserta didik
dapat memahami konsep matematika. Memahami konsep matematika
merupakan kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah (Depdikbud, 2014). Dari pernyataan ini
dapat diketahui bahwa memahami konsep matematika merupakan hal penting
yang perlu dicapai dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, guru
sebagai

ujung

tombak

dalam

menjalankan

pendidikan

mestinya

memperhatikan pemahaman konsep matematika siswa dalam mengajarkan


matematika.
Untuk memahami konsep matematika, beberapa materi penting harus
dipahami terlebih dahulu. Materi-materi tersebut hampir digunakan dalam
setiap materi matematika diantaranya adalah trigonometri. Idealnya peserta
didik memahami konsep trigonometri karena merupakan materi penting
sebagai prasyarat untuk materi matematika yang lain. Hal ini sessuai dengan
pernyataan Trigonometry is one of the important topics in secondary school
mathematics requiring integration of different algebraic, geometric and
graphical reasoning. This means it is crucial to learn trigonometry with
understanding (Demir, 2012:1).
Namun, konsep trigonometri bukan hal yang mudah dipahami oleh
siswa atau pelajar. Hal ini sejalan dengan pernyataan Weber
Wongapiwatkul, dkk., 2011:54) yang menyatakan bahwa:

(dalam

learning trigonometric ideas is difficult for students


and the causes of the difficulties seem to be multifaceted and
interrelated. First, trigonometric functions are perhaps
students first encounter with operations that cannot be
evaluated algebraically, the kinds of operations about which
they have trouble reasoning.
Kenyataan yang ada sekarang adalah pemahaman konsep matematis
siswa Indonesia umumnya masih rendah. Hasil rata-rata persentase jawaban
benar siswa Indonesia pada tiga ranah kognitif yang diukur oleh TIMSS
adalah 31% untuk knowing, 23% untuk apllying dan 17% untuk reasoning.
Standar rata-rata persentase jawaban benar pada tiga ranah kognitif yang
digunakan oleh TIMSS adalah 49% untuk knowing, 39% untuk applying, dan
30% untuk reasoning (Balitbang dalam Febrianti, dkk., 2013). Dari hasil
tersebut ranah reasoning hanya memperoleh nilai rata-rata 17% sedangkan
standar yang ditetapkan adalah 30%. Reasoning erat kaitannya dengan
pemahaman, ini mengindikasikan bahwa pemahaman konsep matematika
siswa Indonesia umumnya masih rendah.
Khusus pada materi trigonometri, ketercapaian konsep perbandingan
fungsi trigonometri di seluruh siswa kelas XI SMK Telkom Sandhy Putra dan
SMK Sandhy Putra II Medan (Kelompok Pariwisata) belum mencapai
ketuntasan, yaitu 66,58 padahal KKM sekolah tersebut 70 (Saragih & Apriati,
2012). Kenyataan yang kurang memuaskan tersebut, salah satunya disebabkan
karena pemahaman konsep Matematika siswa masih rendah. Siswa pada
umumnya belum memiliki pemahaman konsep yang baik, khususnya pada
materi grafik fungsi trigonometri (Saragih & Apriati, 2012:369). Kenyataan
ini cukup memprihatinkan dalam usia SMA seperti ini. Dalam hal ini, usia
SMA merupakan peralihan dari masa remaja ke masa dewasa dimana
pemahaman terhadap konsep matematika semestinya sesuai dengan apa yang
diharapkan.

Contoh cara pengerjaan siswa:

Siswa

mengerjakan

soal

tanpa

memberikan

langkah-langkah

penyelesaian yang jelas (Saragih & Apriati, 2012:369). Banyak faktor yang
dapat membuat siswa kesulitan dalam menggambar grafik. Diantaranya
kurangnya pemanfaatan media pembelajaran.
Selain itu, salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep siswa
adalah proses pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa tidak banyak
terlibat dalam mengkonstruksi pengetahuannya, hanya menerima informasi
yang disampaikan searah dari guru. Dengan pembelajaran konvensional
seperti ini siswa cenderung cepat lupa pada materi yang telah diajarkan guru.
Jika siswa diberi soal yang berbeda dengan contoh soal mereka kebingungan
karena tidak tahu harus mulai dari mana mereka bekerja (Mettes dalam
Saragih dan Apriati, 2012).
Proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, maka diantara hal
yang perlu dibenahi adalah perbaikan kualitas tenaga pengajarnya. Dengan
perbaikan ini, guru paling tidak dapat mengorganisasi pembelajaran dengan
jalan menggunakan teori-teori belajar, serta mendesain pembelajaran yang
dapat menimbulkan minat serta memotivasi siswa dalam belajar. Dalam
pembelajaran Matematika, guru tidak cukup terfokus hanya pada satu model
dan metode tertentu saja. Guru perlu mencoba menerapkan berbagai model
dan metode yang sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran, termasuk
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode belajar
kelompok. Pemilihan model dan metode yang tepat tersebut akan dapat

meningkatkan pencapaian hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan oleh


tenaga pendidik/guru (Rejeki, 2009).
Sehingga dalam hal ini guru memiliki tugas yang tidak ringan dalam
menjalankan pembelajaran matematika di kelas. Guru dituntut untuk dapat
memilih model-model pembelajaran yang dapat membuat siswa mudah dalam
memahami materi trigonometri. Di samping itu, pendekatan pembelajaran
yang digunakan dalam kelas diharapkan agar siswa lebih aktif. Selain itu,
kemampuan guru dalam memilih model-model pembelajaran dan menerapkan
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi, guru juga dituntut untuk
dapat menggunakan media pembelajaran ataupun menggunakan alat peraga.
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
memungkinkan siswa aktif bertukar pikiran dengan teman dalam diskusi
kelompok. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa memahami konsep
trigonometri melalui bantuan teman-temannya. Melalui model pembelajaran
ini siswa akan berani mengemukakan pendapatnya sendiri dalam berdiskusi
dengan teman. Sehingga judul dalam penelitian ini adalah Meningkatkan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas XI1 SMK Telkom Sandhy Putra
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi
Trigonometri.
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
Apakah

model

pembelajaran

kooperatif

tipe

jigsaw

dapat

meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa Kelas XI1 SMK


Telkom Sandhy Putra pada materi trigonometri?

C.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa Kelas XI1 SMK Telkom
Sandhy Putra pada materi trigonometri.

D.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
Bagi sekolah, hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam
pelaksanaan pembelajaran selanjutnya.
Bagi peneliti, diharapakan dapat menjadi bahan pelajaran dalam mempelajari
pemahaman konsep matematis.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.

Pemahaman Konsep Matematis


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pemahaman mengandung
arti kesanggupan intelegensi untuk menangkap makna suatu situasi atau
perbuatan (Depdikbud, 2008). Pemahaman termasuk dalam ranah kognitif
taksonomi Bloom yang dikenali dari kemampuan untuk membaca dan
memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, dan sebagainya
(Saragih & Apriati, 2012). Sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman
adalah kesanggupan menangkap makna suatu informasi dan dapat
menyatakan ulang informasi tersebut dalam berbagai bentuk representasi.
Dahar (dalam Saragih & Apriati, 2012) menyatakan bahwa konsep
adalah suatu abstraksi mental yang memiliki suatu kelas stimulus-stimulus.
Selain itu, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang
untuk mengklasifikasikan objek-objek atau kejadian-kejadian, sehingga dapat
menentukan apakah objek atau kejadian itu (Saragih & Apriati, 2012). Jadi
konsep adalah ide abstrak yang digunakan seseorang untuk membedakan
objek-objek atau untuk menggolongkan objek-objek.
Dalam kurikulum 2004 (Depdiknas dalam Saragih & Apriati, 2012)
dinyatakan bahwa ...beberapa kemampuan yang perlu diperhatikan dalam
penilaian Matematika adalah pemahaman konsep yang meliputi kemampuan
mendefinisikan konsep, mengidentifikasi konsep dan memberi contoh dan
bukan contoh dari konsep. Adapun tujuh indikator pemahaman konsep
menurut Depdiknas (dalam Saragih & Apriati, 2012) yaitu: 1) menyatakan
ulang sebuah konsep; 2) mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu; 3)
memberi contoh dan bukan contoh; 4) menyajikan konsep dalam berbagai
representasi matematik; 5) mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup

suatu konsep; 6) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau


operasi tertentu; dan 7) mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian dari Depdiknas tersebut, yang menjadi indikator
pemahaman konsep dalam tulisan ini yaitu: 1) menyatakan ulang sebuah
konsep; 2) memberi contoh dan bukan contoh; dan 3) mengaplikasikan
konsep ke pemecahan masalah. Tiga indikator ini sebelumnya sudah
digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Saragih dan Apriati pada
tahun 2012.
B.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Model pembelajaran pembelajaran tipe jigsaw telah dikembangkan
dan diujicobakan oleh Elliot Aronson beserta teman-temannya sebagai metode
cooperative learning. Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok
dengan 4 6 anggota kelompok belajar heterogen. Materi pembelajaran
diberikan kepada siswa dalam bentuk teks dan masing-masing anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan
itu. Anggota dari setiap kelompok yang mendapat tugas topik yang sama
berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut (Slavin dalam Helmy, dkk.,
2010). Langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw tipe II (Trianto dalam
Helmy, dkk., 2009) yaitu: 1) Orientasi, 2) Pengelompokan, 3) Pembentukan
dan pembinaan kelompok expert (ahli), 4) Diskusi (pemaparan) kelompok
ahli dalam grup, 5) Tes (penilaian), 6) Pengakuan kelompok.

C.

Kerangka Pikir
Selama ini siswa tidak banyak terlibat dalam mengkonstruksi
pengetahuannya, hanya menerima informasi yang disampaikan searah dari
guru. Dengan pembelajaran konvensional seperti ini siswa cenderung cepat
lupa pada materi yang telah diajarkan guru. Jika siswa diberi soal yang
berbeda dengan contoh soal mereka kebingungan karena tidak tahu harus
mulai dari mana mereka bekerja (Mettes dalam Saragih dan Apriati, 2012).

Berbeda halnya jika siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.


Siswa menyelidiki, menginvestigasi, mencoba, dan akhirnya menemukan
sendiri konsep matematika yang dimaksud. Para pakar matematika
berpendapat bahwa pengetahuan tidak diterima secara pasif seperti sebuah
hadiah, tetapi harus secara aktif diciptakan, ditemukan atau dikonstruksi siswa
(Saragih dan Apriati, 2012). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pembelajaran yang sifatnya berpusat pada siswa perlu diperhatikan dan guru
sebagai fasilitator diharapakan dapat membimbing siswa sebaik-baiknya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
D.

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini
adalah: model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematis siswa Kelas XI1 SMK Telkom Sandhy Putra
pada materi trigonometri.

BAB III
METODE PENELITIAN
A.

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, penelitian akan
dilaksanakan dalam satu atau beberapa siklus.

B.

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kelas XI1 SMK Telkom Sandhy Putra.
Penelitian dilakukan selama 3 bulan pada semester 2, mulai dari bulan Januari
sampai dengan bulan April tahun 2012.

C.

Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini akan dilaksanakan dalam satu atau beberapa siklus.
dimana tahapan masing-masing siklus adalah perencanaan, pelaksanaan,
observasi, evaluasi dan refleksi. Siklus I dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali
pertemuan, siklus II dilaksanakan dalam 2 (dua) kali pertemuan dan siklus III
dilaksanakan dalam 2 (dua) kali pertemuan dan seterusnya jika masih ada
siklus berikutnya. Pada setiap pertemuan siswa melakukan diskusi,
mengerjakan tugas dan mempresentasikan hasil diskusi dalam waktu 2 x 45
menit. Selanjutnya pada akhir siklus dilaksanakan tes uji kompetensi.

D.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data mengikuti yang akan digunakan mengikuti tahaptahap analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan dan verifikasi Miles dan Huberman dalam (Salirawati, 2011).

DAFTAR PUSTAKA
Depdibud. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 59
Tahun

2014

Tentang

Kurikulum

2013

Sekolah

Menengah

Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdikbud.


Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas.
Demir, . 2012. Students Concept Development and Understanding of Sine
and Cosine Functions. Skripsi tidak diterbitkan. Amsterdam:
Universiteit van Amsterdam.
Rejeki, N. E. S. 2009. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas VII G Semester 2
SMP Negeri 2 Toroh Grobogan. Jurnal Lemlit. Vol. 3. (online),
(http://ejurnal.upgrismg.ac.id/index.php/mediapenelitianpendidikan/article/vie
wFile/294/261 diakses 28 Mei 2016).
Salirawati, D. (2011). Analisis Data dalam PTK. Makalah disampaikan pada
Kegiatan Workshop Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam
rangka Lustrum ke-3 SMA N 1 Mlati (pp. 1-10). Sleman: Lab Fisika
SMAN 1 Melati.
Saragih, S. & Apriati, V. 2012. peningkatan Pemahaman Konsep Grafik Fungsi
Trigonometri Siswa SMK Melalui Penemuan Terbimbing Berbantuan
Software Autograph. Jurnal: 368-381. (online),
(http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/viewFile/95/92
diakses 28 Mei 2016).
Wongapiwatkul, P., Laosinchai, P. & Panijpan, B. 2011. Enhancing Conceptual
Understanding of Trigonometry Using Earth Geometry and the Great Circle.
Thailand: Mahidol University. (online),
(http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ936615.pdf diakses 28 Mei 2016).

Anda mungkin juga menyukai