Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia yang merupakan suatu Negara yang demokratis tentunya mempunyai
elemen, seperti masyarakat. Masyarakat disini sangat berperan dalam pembangunan suatu
Negara. Negara mempunyai hak dan kewajiban bagi warga negaranya begitu pula dengan
warga negaranya juga mempunyai hak dan kewajiban terhadap Negaranya. Seperti apakah
hak dan kewajiban tersebut yang seharusnya dipertanggungjawabkan oleh masing-masing
elemen tersebut.
Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat, dan yang paling nampak adalah unsurunsur dari Negara yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah. Salah satu unsur Negara
adalah rakyat, rakyat yang tinggal di suatu Negara tersebut merupakan penduduk dari
Negara yang bersangkutan. Suatu Negara pasti mempunyai suatu undang-undang atau
peraturan yang mengatur tentang kewarganegaraan. Peraturan tersebut memuat tentang
siapa saja kah yang bisa dianggap sebagai warga Negara. Di Indonesia merupakan salah satu
Negara yang mempunyai peraturan tentang kewarganegaraan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:


Pengertian Bela Negara ?
Peran Pendidikan Kesadaran Bela Negara ?
Apakah Hak dan Kewajiban Warga Negara ?
Apakah Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945?
Apakah asas- asas Kewarganegaraan ?
Apakah Hak dan Kewajiban Bela Negara?

1.3 Tujuan Penelitian


1.
2.
3.

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian yang penulis teliti adalah :


Menjelaskan pengertian Bela Negara
Mendeskripsikan peran pendidikan kesadaran bela negara
Mengetahui hak dan kewajiban warga negara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bela Negara


Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh
komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara
tersebut.Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan
fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan
secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam
memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan

kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.Landasan konsep bela


negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari konsep ini adalah tentara atau perangkat
pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari
rancangan tanpa sadar (wajib militer). Beberapa negara (misalnya Israel,Iran) dan Singapura
memberlakukan wajib militer bagi warga yang memenuhi syarat (kecuali dengan dispensasi
untuk alasan tertentu seperti gangguan fisik, mental atau keyakinan keagamaan). Sebuah
bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib
militer warganya, kecuali dihadapkan dengan krisis perekrutan selama masa perang.
Memperkuat Pertahanan Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam menjalin hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.Tiaptiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan Syaratsyarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran Bela Negara itu
hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara.
Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras.
Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal
ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang
terbaik bagi bangsa dan negara.
1.
2.
3.
4.
5.

Unsur Dasar Bela Negara:


Cinta Tanah Air
Kesadaran Berbangsa & bernegara
Yakin akan Pancasila sebagai ideologiI negara
Rela berkorban untuk bangsa & negara
Memiliki kemampuan awal Bela Negara

1.
2.
3.
4.

Contoh-Contoh Bela Negara :


Melestarikan budaya
Belajar dengan rajin bagi para pelajar
Taat akan hukum dan aturan-aturan negara
Dll.

2.2 Peran Pendidikan Bela Negara


1. Peran Pendidikan Kesadaran Bela Negara Dalam Pertahanan Negara
1.

Ancaman Militer
Pertahanan negara dibangun untuk menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah
serta keselamatan segenap bangsa dari segala bentukan ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara, baik ancaman militer maupun non-militer. Yang dimaksud
dengan ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata dan
terorganisir yang dinilai mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Pasal 1 ayat (1) UndangUndang RI Nomor: 23 Prp Tahun 1959 tentang keadaan Bahaya yang berbunyi :
Presiden/Panglima Tinggi Angkatan Perang menyatakan seluruh atau sebagaian dari
wilayah NegaraRepublik Indonesia dalam keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan
darurat sipil atau keadaan darurat militer atau perang.
Ancaman militer dapat berupa agresi, pelanggaran wilayah, pemberontakan
bersenjata, sabotase, spionase, aksi teror bersenjata, ancaman keamanan laut dan udara,
serta konflik komunal.

Rincian ancaman militer dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 pada


penjelasan Pasal 7 ayat 2 adalah sebagai berikut :
a. Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa atau dalam bentuk dan caracara, antara lain :
1) Invansi berupa serangan oleh kekuatan bersenjata negara lain terhadap wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2) Bombandemen berupa penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh angkatan
bersenjata negara lain terhadap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3) Blokade terhadap pelabuhan atau pantai atau wilayah udara NegaraKesatuan Republik
Indonesia oleh angkatan bersenjata negara lain.
4) Serangan unsur angkatan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat atau satuan
laut atau satuan udara Tentara Nasional Indonesia.
5) Unsur kekuataan bersenjata negara lain yang berada dalam wilayah negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan perjanjian yang tindakan atau keberadaannya bertentangan
dengan ketentuan dalam perjanjian.
6) Tindakan suatu negara yang mengizinkan penggunaan wilayah oleh negara lain sebagai
daerah persiapan untuk melakukan agresi terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7) Pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran oleh negara lain untuk melakukan
tindakan kekerasan di wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia atau melakuan
tindakan- tindakan seperti tersebut diatas.
a. Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain, baik yang menggunakan
kapal maupun pesawat non komersial.
b. Spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk mencapai dan mendapatkan
rahasia militer.
c. Sabotase untuk merusak instalasi penting militer dan objek vital Nasional yang
membahayakan keselamatan bangsa.
d. Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme internasional atau
yang bekerja sama dengan terorisme dalam negara atau terorisme dalam negeri
yang bereskalasi tinggi hingga membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.
e. Pemberontakan bersenjata
f. Perang saudara yang terjadi antara kelompok masyarakat bersenjata dengan
kelompok masyarakat bersenjata lain. Bagi bangsa Indonesia, spektrum ancaman
pertahanan negara yang terbesar, walaupun kecil kemungkinannya adalah agresi
berupa penggunaan kekuatan bersenjata yang dilakukan oleh suatu negara yang
mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI ), dan keselamatan segenap bangsa.
2.

Strategi Pertahanan Militer


Strategi pertahanan dalam menghadapi ancaman militer disesuaikan dengan
sumber, serta bentuk dan besarnya ancaman aktual yang mengancam Indonesia.
Sebagaimana diatur dalam pasal 7 UndangUndang nomor 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, bahwa sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer
menempatkan TNI sebagai Komponen Utama, di dukung oleh Komponen Cadangan dan
Komponen Pendukung. Tugas utama TNI adalah menghadapi ancaman militer, yang
berbentuk agresi militer yang dilakukan suatu negara dengan tujuan menduduki sebagian
atau seluruh wilayah NKRI. Meskipun TNI merupakan Komponen Utama pertahan
negara, namum dalam menghadapi ancaman militer, khususnya agresi militer suatu negara,
lapis diplomasi sebagai pertahanan non militer tetap menjadi pilihan sebagai lapis pertama

untuk mencegah perang atau mengurangi dampak perang.Ancaman militer yang bentuknya
bukan agresi militer dihadapi dalam kerangka menegakkan kedaulatan negara, keutuhan,
dan keselamatanbangsa Indonesia.
Bentuk ancaman militer yang dimaksud, antara lain, adalah pelanggaran wilayah
yang dilakukan oleh negara lain, pemberontakan bersenjata, gerakan separatis, sabotase,
spionase, aksi teror yang dilakukan oleh teroris internasional atau bekerja sama dengan
teroris dalam negeri atau oleh teroris dalam negeri, ancaman keamanan di laut atauudara
yurisdiksi nasional, dan konflik komunal.Strategi pertahan menghadapi ancaman militer
yang berbentuk bukan agresi dihadapi dengan kekuatan TNI sebagai lapis pertahanan
militer, baik secara matra atau secara gabungan salam susunan Tri-Matra Terpadu.
Besarnya kekuatan yang dikerahkan disesuaikan dengan bentuk , derajat, dan besaran
ancaman yang dihadapi.
3.Pertahanan Non Militer
1.

Ancaman Non militer

Ancaman non-militer pada hakikatnya adalah ancaman yang menggunakan faktorfaktor non-militer yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Jenis ancaman non
militer dibagi menjadi dua. Pertama adalah ancaman yang berkaitan langsung dengan
pertahanan negara, misalnya kesengajaan penyebaran penyakit sebagai bagian dari perang
biologi. Kedua adalam ancaman non militer yang tidak berkaitan langsung dengan
pertahanan negara, misalnya penyebaran penyakit secara alamiah, baik epidemik maupun
pendemik.Sifat ancaman non-militer harus dihadapi pula dengan pendekatan non-militer,
sebagaimana diatur dalam pasal 7 Undang -Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, bahwa sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan lembaga pemerintahan di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama,
sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan dukungan oleh unsur-unsur
lain dari kekuatan bangsa, sedangkan TNI sebagai pendukung.
2. Dominasi Ancaman Non militer di Era Globalisasi dan Strategi menghadapi
Memasuki era globalisai yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi sebagaimana kita rasakan bersama saat
ini, setidaknya telah mempengaruhi pola dan bentuk ancaman terhadap kedaulatan suatu
negara. Ancaman yang semula bersifat fisik ( konvensional ), yang biasanya juga dihadapi
dengan kekuatan fisik (hard power ), kini, telah berkembang menjadi multi dimensional
( fisik dan non fisik ) dengan dominasi ancaman yang bersifat non fisik, serta berasal dari
luar dan dari dalam negeri. Jenis ancaman ini merupakan bentuk peperangan baru yang
memanfaatkan perkembangan pesat teknologi informasi, termasuk perkembangan di bidang
new composite material seperti kimia dan biologi. Bentuk perang di era globalisasi ini
antara lain seperti perang informasi, perang ekonomi, perang budaya, politik bahkan perang
peradaban.
Di sinilah peranan soft power (kekuatan nonmiliter) menjadi sangat penting dan
mengemuka dalam menghadapi ancaman perang diabad modern ini. Namun demikian, di
sisi lain, globalisasi juga memberikan dampak positif, antara lain ditandai dengan semakin
eratnya hubungan antara bangsa di dunia, yang menciptakan suatu kesaling tergantungan
antara negara-negara di seantero dunia. Implementasi pendekatannya komprehensif dan
integratif, karena pertahanan negara tidak cukup di dekati dari aspek militer semata, akan

tetapi memerlukan pendekatan yang terpadu secara non militer dengan pendekatan secara
militer, sebagai satu kesatuan pertahanan dengan senantiasa menyadarkan pada kesadaran
bela negara setiap warga negara.
Hal ini juga telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002 tentang
pertahanan Negara pasal 7, bahwa sistem pertahanan negara adalah bersifat semesta yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya, dan
dilaksanakan secara menyeluruh, total dan terpadu. Sistem pertahanan negara dalam
menghadapi ancaman non militer menempatkan lembaga pemerintah diluar bidang
pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi
dengan dukungan oleh unsur- unsur lain dari kekuatan bangsa, termasuk mahasiswa, para
intelektual Indonesia yang merupakan bagian dari civil society.
3. Pertahanan Non-militer dan Pembinaannya
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara Pasal 7 bahwa, sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman
non-militer menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur
utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan di dukung oleh unsurunsur lain dari kekuatan bangsa. Subtansi pasal tersebut merefleksikan bahwa pertahanan
negara merupakan fungsi pemerintahan negara yang cakupannya tidak hanya terbatas pada
pertahanan militer, tetapi juga termasuk ke dalam fungsi lembaga pemerintahan di luar
bidang pertahanan.
Ancaman non-militer ditangani dengan pendekatan non militer, sedangkan fungsi
pertahanan militer dapat digunakan dalam kondisi tertentu sebagai unsur bantuan. Di sinilah
esensi dari Sistem Pertahanan Semesta yang diwujudkan dengan keterlibatan lembaga
pemerintahan diluar bidang pertahanan untuk memerankan fungsi pertahanan sipil dalam
penanganan ancaman non-militer. Unsur unsur pertahanan non-militer berada dalam
lingkup wewenang dan tanggung jawab setiap instansi pemerintahan di luar Kementrian
pertahanan. Oleh karena itu, pembangunan postur pertahanan non-militer menjadi tanggung
jawab seluruh Kementrian atau Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPND),
yangpelaksanaannya dikoordinasikan oleh Mentri Pertahanan.
4.

Pembinaan Kekuatan Pertahanan Non militer

Pertahanan negara non-militer harus dapat didudukkan dalam konteks sebagai


bentuk diplomasi, pelayanan publik, meningkatkan daya saing dalam ekonomi, memperkuat
ikatan sosial budaya, menjaga ketersedian pasokan energi dan jaminan beroprasinya sistem
distribusinya secara baik, pelabuhan yang aman, bandara yang aman dan efisien, pelayanan
kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat, serta jaminan keamanan sosial.
Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 pasal 1 titik 2, yang berbunyi: Sistem
pertahanan negara bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan
sumber daya nasional lainya yang disiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan total, terpadu, terarah dan berlanjut, untuk menegakkan kedaulat negara,
keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa dari segala ancaman.
Kesemestaan yang merupakan sifat sitem pertahanan negara (total defence) dalam
konteks pertahanan negara mempunyai dua fungsi, yaitu dalam bentuk Pertahanan militer
(military defence )dan Pertahanan non militer (non military defence). Fungi pertahanan
militer yang dilaksanakan oleh TNI meliputi fungi operasi militer perang dan operasi militer
selain perang/other than war (OTW) untuk pertahahan non-militer dibentuk komponen

cadangan dan komponen pendukung guna memperkuat komponen utama, sedangkan


pertahanan sipil (civil defence) untuk menghadapi ancaman non-militer.
Komponen pertahanan yang akan dibangun mencakup:
1) Komponen Utama, dengan membentuk Prajurit TNI baik wajib maupun sukarela;
2) Komponen Cadangan, dengan membekali warga negara dengan latihan dasar
kemiliteran; Komponen Cadangan tidak hanya terdiri atas warga negara, tetapi juga juga
berupa : sumber daya alam,buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan
untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat.
komponen utama berupa:
Komponen Pendukung serta pengabdian warga negara sesuai dengan profesinya.
Seluruh deskripsi pertahanan negara terangkum dalam SistemPertahanan Negara bersifat
Semesta (Sishanta). Secara konstitusional dalampasal 27 ayat (3) Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun1945, dinyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Mengacu pada lingkup Bab X tentang
Warga Negara Dan Penduduk, yang menaungi pasal tersebut, maka semestinya bela
negara dipahami sebagai militerisme akan tetapi sebagai upaya menjaga eksistensi negara.
1. Peranan Pendidikan Kesadaran Bela Negara dalam Pertahanan Negara
Sesuai dengan pasal 9 ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun2002
penyelenggaraan pertahanan Negara, dapat dilakukan melalui pendidikan Kewarganegaraan;
pelatihan dasar militer secara wajib;pengabdian sebagi prajurit Tentara Nasional Indonesia
secara cukarela atausecara wajib; kewajiban manjadi Komponen cadangan; kewajiban
menjadikomponen pendukung; dan pengabdian sesuai dengan profesi.Pendidikan kesadaran
bela negara merupakan pendidikan dasar belanegara. Pendidikan dasar pada suatu negara
lazimnya disebut Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kesadaran Bela Negara yang
merupakanpendidikan dasar bela negara, dan merupakan bagian dari kompnen
sistempertahanan negara sangat diperlukan dalam menghadapi ancaman militermaupun
nonmiliter.
2. Nilai- Nilai yang harus dibangun adalah Nilai-nilai kedaulatan, nilai kewilayahan,
dan nilai keselamatan.
a. Nilai Kedaulatan adalah nilai berkehendak secara merdeka tanpa tekanan dari siapa dan
pihak manapun. Dalam negara kemokrasi, kedaulatan berada ditangan rakyat. Intinya dalam
negara demokrasi, penyelenggara negara menjalankan kekuasaannya setelah mendapat
persetujuan rakyat. Nilai kedaulatan rakyat dapat dijabarkankedalam subnilai antara lain : 1)
nilai Pancasila; 2) nilai demokrasi; 3) nilai hak asasi manusia; 4) nilai kesejahteraan; 5) nilai
kepemimpinan.
b. Nilai Kewilayahan adalah ukuran batas ruang lingkup hidup negara berkedaulatan,
batas mana negara berdinamika dengan warganya secara timbal balik dalam norma hukum
yang disepakati. Menjaga keutuhan wilayah merupakan hal yang mutlak, karena dalam
wilayah itulah kehidupan rakyat atau warga negara berlangsung dan tanpa wilayah,
eksistensi bangsa tidak akan pernah terwujud.
c. Nilai Keselamatan Bangsa adalah nilai keberlangsungan hidup bangsa di tengah
persaingan antara bangsa memperebutkan sumber dayayang terbatas mengembangkan
selisih keunggulan. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
IndonesiaTahun 1945 jelaslahbahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

2.3 Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia


Menurut Prof. Dr. Notonagoro:
`
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Hak dan Kewajiban merupakan
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan
kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk
mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang
belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena
pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban.
Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka
berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi
kesenjangan sosial yang berkepanjangan. Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan
kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita sendiri.
Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang pejabat
atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum
dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan
terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di
Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk
merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak
menderita karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi dari
pada memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan
haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari
mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa
melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Sebagaimana telah ditetapkan dalam
UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan
sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa
negara Indonesia bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap
hidup setara dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang
lebih baik dan maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang.
Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian
dan tidak mendapatkan hak-haknya.
2.4 Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945
2.4.1 Hak Warga Negara Indonesia :
- Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
- Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.(pasal 28A).
- Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah (pasal 28B ayat 1).
- Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,
dan Berkembang
- Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)

- Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
- Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
- Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
- hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).
2.4.2 Kewajiban Warga Negara
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan atau keharusan
melaksanakannya.Kita sebagai masyarakat yang tinggal disuatu negara mempunyai
kewajiban sebagai warga negara.
Berikut ini adalah kewajiban warga negara Indonesia:
- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi : segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahandan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upayapembelaan
negara.
- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan : Setiap
orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain.
- Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J
ayat 2 menyatakan : Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
- Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD
1945. menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30,
yaitu:
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undangundang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2),
taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan,
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan
negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.
Hak dan Kewajiban warga Negara asing di Indonesia

Bagi warga negara asing yang mendapat izin tinggal juga menerima hak dan kewajiban
selama berada di Indonesia:
1.
Kewajiban untuk tunduk dan patuh pada peraturan perundang-undangan.
2.
Hak untuk menerima perlindungan atas diri dan hartanya.
3.
Tidak memiliki hak untuk dipilih dan memilih.
4.
Tidak mempunyai jak dan kewajiban untuk bela negara.
Kewajiban Utama warga Negara
a.
Membela Negara :
- Sebagai rasa cinta tanah air
- Menjaga citra/nama baik Negara
- Menjaga keutuhan NKRI
b.
Menghormati Negara meliputi :
1.
Hormat kepada Bendera Negara sebagai lambing tertinggi Negara.
2.
Hormat kepada Kepala Negara sebagai Presiden dan Pejabat Tertinggi
Negara.
3.
Hornat kepada Lagu Kebangsaan Negara sebagai lagu kebanggaan bangsa dan
negara.
4. Hormat kepada pejabat negara, terhadap Kepala Desa sampai dengan Presiden.
c.
Mentaati Hukum, perundang-undangan dan segala peraturan yang berlaku
(membayar pajak, mentaati peraturan lalu lintas, dan lain sebagainya.
Warga Negara Mempunyai hak-hak yang patut diberikan dan dilindungi oleh
Negara, antara lain:
Berdasarkan UUD 1945 :
Pasal 27 (2) : setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
Pasal 29 (2) : setiap Warga negara memiliki kemerdekaan untuk memeluk
agamanya.
Pasal 31 (1) :setiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran.

2.5

Asas-asas kewarganegaraan
a.
Asas Ius Soli : artinya kewarganegaraan sesorang ditentukan oleh Negara
tempat kelahirannya
b.
Asas Ius Sanguinis: artinya kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh
kewarganegaraan orang tuanya.
c.
Bipatride : artinya seseorang memiliki dua kewarganegaraan.
Contoh :
Ahmad dan Bety : (suami isteri) adalah Warga Negara Indonesia yang menganut
asas Ius Sanguinis artinya kewarganegaraan berdasarkan WN orangtuanya.
Ahmad dan Bety : sedang berada di Negara Chili yang menganut asas Ius Soli
artinya kewarganegaraan berdasarkan Negara tempat lahirnya.
Bety isterinya melahirkan Hadi di Negara Chili :
Kewaganegaraan Hadi : Menurut Negara Indonesia adalah Indonesia. Menurut
Negara Chili adalah Chili.
Jadi Hadi memiliki 2 (dua) kewarganegaraan.
d. Apartride
: artinya seseorang tidak memiliki kewarganegaraan.
Contoh :
Dodi danErna
: (suami isteri) adalah warga Negara Cina yang menganut asas Ius
Soli

Dodi dan Erna : berada di Negara Singapura yang menganut asas Ius Sanguinis.
Erna isterinya melahirkan Yani di Negara singapura : Menurut Negara Cina adalah
Singapura. Menurut Negara Singapura adalah Cina.
Kewarganegaraan yani ditolak oleh Negara Cina dan Singapura, sehingga Yani
Tidak memiliki kewarganegaraan.
Pelaksanaan hak warga negara dalam UUD 1945 dikaitkan langsung dengan
kewajban karena memang mepunyai keterkaitan.Karenanya perumusan hak dan kewajiban
itu dicantumkan dalam satu pasal seperti pasal 27 ayat (1) Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.Dalam kaitan ini dapat diketengahkan
masalah hak-hak warga negara misalnya masalah pendidikan, kesejahteraan sosial dan
pertahanan.Sebelum amandemen tidak ada Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945. Hal ini
disebabkan Hak Asasi Manusia tidak sesuai dengan paham negara integralistik yang dianut
UUD 1945. Paham negara integralistik yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller dan
Hegel bukanlah untuk menjamin perseorangan atau golongan, namun untuk menajamin
masyarakat secara persatuan (Kaelan, H., NS. 2002: 39). Menurut Dr. A. S. S.
Tambunan,SH kini kita menganut paham individualisme dan liberalism seperti waktu
UUDS 1950, terbukti dengan rumusan pasal-pasal dalam Bab XA (Hak Asasi Manusia)
beserta pasal-pasalnya itu bertentangan Pembukaan UUD NKRI 1945.
a. Hak dan kewajiban Bela Negara
Upaya pembelaan negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air,
kesadaran berbangsa and bernegara Indonesia serta keyakinan pada Pancasila dan UUD
1945 (Basrei, 1992: 14). Untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban membela Negara
diperlukan pengetahuan tentang bela negara dalam arti luas. Bela Negara dalam arti luas
tidak hanya menyangkut menghadapi bencana perang tetapi juga bencana lain. Untuk itu
setiap warganegara harus disiapkan dengan baik dan sekaligus perlunya penjelasan secara
meluas tentang hak dan kewajiban dalam upaya bela negara dan upaya pertahanan
keamanan (pasal 27 dan pasal 30 ayat (1))
BAB III
KESIMPULAN
Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh
komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara
tersebut. Secara militer maupun non militer. Memperkuat Pertahanan Bela Negara adalah
sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjalin hidup
bangsa dan negara yang seutuhnya Peran bela Negara sangat penting untuk
mempertahankan suatu negara dari ancaman militer maupun non militer.
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi
terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada
kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani
kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak
mendahulukan hak daripada kewajiban. Pelaksanaan hak warga negara dalam UUD 1945

dikaitkan langsung dengan kewajban karena memang mepunyai keterkaitan.Karenanya


perumusan hak dan kewajiban itu dicantumkan dalam satu pasal seperti pasal 27 ayat (1)
DAFTAR PUSTAKA
http://www.emakalah.com/2013/01/makalah-hak-dan-kewajiban-warga-negara.html
http://kr33z.xtgem.com/pengertian%20bela%20negara
http://rianindustrial.blogspot.com/2013/05/hak-dan-kewajiban-warga-negara.
http://www.scribd.com/doc/118015493/Peran-Pendidikan-Kesadaran-Bela-Negara

Anda mungkin juga menyukai