PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia yang merupakan suatu Negara yang demokratis tentunya mempunyai
elemen, seperti masyarakat. Masyarakat disini sangat berperan dalam pembangunan suatu
Negara. Negara mempunyai hak dan kewajiban bagi warga negaranya begitu pula dengan
warga negaranya juga mempunyai hak dan kewajiban terhadap Negaranya. Seperti apakah
hak dan kewajiban tersebut yang seharusnya dipertanggungjawabkan oleh masing-masing
elemen tersebut.
Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat, dan yang paling nampak adalah unsurunsur dari Negara yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah. Salah satu unsur Negara
adalah rakyat, rakyat yang tinggal di suatu Negara tersebut merupakan penduduk dari
Negara yang bersangkutan. Suatu Negara pasti mempunyai suatu undang-undang atau
peraturan yang mengatur tentang kewarganegaraan. Peraturan tersebut memuat tentang
siapa saja kah yang bisa dianggap sebagai warga Negara. Di Indonesia merupakan salah satu
Negara yang mempunyai peraturan tentang kewarganegaraan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
Ancaman Militer
Pertahanan negara dibangun untuk menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah
serta keselamatan segenap bangsa dari segala bentukan ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara, baik ancaman militer maupun non-militer. Yang dimaksud
dengan ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata dan
terorganisir yang dinilai mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Pasal 1 ayat (1) UndangUndang RI Nomor: 23 Prp Tahun 1959 tentang keadaan Bahaya yang berbunyi :
Presiden/Panglima Tinggi Angkatan Perang menyatakan seluruh atau sebagaian dari
wilayah NegaraRepublik Indonesia dalam keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan
darurat sipil atau keadaan darurat militer atau perang.
Ancaman militer dapat berupa agresi, pelanggaran wilayah, pemberontakan
bersenjata, sabotase, spionase, aksi teror bersenjata, ancaman keamanan laut dan udara,
serta konflik komunal.
untuk mencegah perang atau mengurangi dampak perang.Ancaman militer yang bentuknya
bukan agresi militer dihadapi dalam kerangka menegakkan kedaulatan negara, keutuhan,
dan keselamatanbangsa Indonesia.
Bentuk ancaman militer yang dimaksud, antara lain, adalah pelanggaran wilayah
yang dilakukan oleh negara lain, pemberontakan bersenjata, gerakan separatis, sabotase,
spionase, aksi teror yang dilakukan oleh teroris internasional atau bekerja sama dengan
teroris dalam negeri atau oleh teroris dalam negeri, ancaman keamanan di laut atauudara
yurisdiksi nasional, dan konflik komunal.Strategi pertahan menghadapi ancaman militer
yang berbentuk bukan agresi dihadapi dengan kekuatan TNI sebagai lapis pertahanan
militer, baik secara matra atau secara gabungan salam susunan Tri-Matra Terpadu.
Besarnya kekuatan yang dikerahkan disesuaikan dengan bentuk , derajat, dan besaran
ancaman yang dihadapi.
3.Pertahanan Non Militer
1.
Ancaman non-militer pada hakikatnya adalah ancaman yang menggunakan faktorfaktor non-militer yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Jenis ancaman non
militer dibagi menjadi dua. Pertama adalah ancaman yang berkaitan langsung dengan
pertahanan negara, misalnya kesengajaan penyebaran penyakit sebagai bagian dari perang
biologi. Kedua adalam ancaman non militer yang tidak berkaitan langsung dengan
pertahanan negara, misalnya penyebaran penyakit secara alamiah, baik epidemik maupun
pendemik.Sifat ancaman non-militer harus dihadapi pula dengan pendekatan non-militer,
sebagaimana diatur dalam pasal 7 Undang -Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, bahwa sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan lembaga pemerintahan di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama,
sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan dukungan oleh unsur-unsur
lain dari kekuatan bangsa, sedangkan TNI sebagai pendukung.
2. Dominasi Ancaman Non militer di Era Globalisasi dan Strategi menghadapi
Memasuki era globalisai yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi sebagaimana kita rasakan bersama saat
ini, setidaknya telah mempengaruhi pola dan bentuk ancaman terhadap kedaulatan suatu
negara. Ancaman yang semula bersifat fisik ( konvensional ), yang biasanya juga dihadapi
dengan kekuatan fisik (hard power ), kini, telah berkembang menjadi multi dimensional
( fisik dan non fisik ) dengan dominasi ancaman yang bersifat non fisik, serta berasal dari
luar dan dari dalam negeri. Jenis ancaman ini merupakan bentuk peperangan baru yang
memanfaatkan perkembangan pesat teknologi informasi, termasuk perkembangan di bidang
new composite material seperti kimia dan biologi. Bentuk perang di era globalisasi ini
antara lain seperti perang informasi, perang ekonomi, perang budaya, politik bahkan perang
peradaban.
Di sinilah peranan soft power (kekuatan nonmiliter) menjadi sangat penting dan
mengemuka dalam menghadapi ancaman perang diabad modern ini. Namun demikian, di
sisi lain, globalisasi juga memberikan dampak positif, antara lain ditandai dengan semakin
eratnya hubungan antara bangsa di dunia, yang menciptakan suatu kesaling tergantungan
antara negara-negara di seantero dunia. Implementasi pendekatannya komprehensif dan
integratif, karena pertahanan negara tidak cukup di dekati dari aspek militer semata, akan
tetapi memerlukan pendekatan yang terpadu secara non militer dengan pendekatan secara
militer, sebagai satu kesatuan pertahanan dengan senantiasa menyadarkan pada kesadaran
bela negara setiap warga negara.
Hal ini juga telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002 tentang
pertahanan Negara pasal 7, bahwa sistem pertahanan negara adalah bersifat semesta yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya, dan
dilaksanakan secara menyeluruh, total dan terpadu. Sistem pertahanan negara dalam
menghadapi ancaman non militer menempatkan lembaga pemerintah diluar bidang
pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi
dengan dukungan oleh unsur- unsur lain dari kekuatan bangsa, termasuk mahasiswa, para
intelektual Indonesia yang merupakan bagian dari civil society.
3. Pertahanan Non-militer dan Pembinaannya
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara Pasal 7 bahwa, sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman
non-militer menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur
utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan di dukung oleh unsurunsur lain dari kekuatan bangsa. Subtansi pasal tersebut merefleksikan bahwa pertahanan
negara merupakan fungsi pemerintahan negara yang cakupannya tidak hanya terbatas pada
pertahanan militer, tetapi juga termasuk ke dalam fungsi lembaga pemerintahan di luar
bidang pertahanan.
Ancaman non-militer ditangani dengan pendekatan non militer, sedangkan fungsi
pertahanan militer dapat digunakan dalam kondisi tertentu sebagai unsur bantuan. Di sinilah
esensi dari Sistem Pertahanan Semesta yang diwujudkan dengan keterlibatan lembaga
pemerintahan diluar bidang pertahanan untuk memerankan fungsi pertahanan sipil dalam
penanganan ancaman non-militer. Unsur unsur pertahanan non-militer berada dalam
lingkup wewenang dan tanggung jawab setiap instansi pemerintahan di luar Kementrian
pertahanan. Oleh karena itu, pembangunan postur pertahanan non-militer menjadi tanggung
jawab seluruh Kementrian atau Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPND),
yangpelaksanaannya dikoordinasikan oleh Mentri Pertahanan.
4.
- Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
- Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
- Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
- hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).
2.4.2 Kewajiban Warga Negara
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan atau keharusan
melaksanakannya.Kita sebagai masyarakat yang tinggal disuatu negara mempunyai
kewajiban sebagai warga negara.
Berikut ini adalah kewajiban warga negara Indonesia:
- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi : segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahandan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upayapembelaan
negara.
- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan : Setiap
orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain.
- Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J
ayat 2 menyatakan : Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
- Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD
1945. menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30,
yaitu:
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undangundang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2),
taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan,
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan
negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.
Hak dan Kewajiban warga Negara asing di Indonesia
Bagi warga negara asing yang mendapat izin tinggal juga menerima hak dan kewajiban
selama berada di Indonesia:
1.
Kewajiban untuk tunduk dan patuh pada peraturan perundang-undangan.
2.
Hak untuk menerima perlindungan atas diri dan hartanya.
3.
Tidak memiliki hak untuk dipilih dan memilih.
4.
Tidak mempunyai jak dan kewajiban untuk bela negara.
Kewajiban Utama warga Negara
a.
Membela Negara :
- Sebagai rasa cinta tanah air
- Menjaga citra/nama baik Negara
- Menjaga keutuhan NKRI
b.
Menghormati Negara meliputi :
1.
Hormat kepada Bendera Negara sebagai lambing tertinggi Negara.
2.
Hormat kepada Kepala Negara sebagai Presiden dan Pejabat Tertinggi
Negara.
3.
Hornat kepada Lagu Kebangsaan Negara sebagai lagu kebanggaan bangsa dan
negara.
4. Hormat kepada pejabat negara, terhadap Kepala Desa sampai dengan Presiden.
c.
Mentaati Hukum, perundang-undangan dan segala peraturan yang berlaku
(membayar pajak, mentaati peraturan lalu lintas, dan lain sebagainya.
Warga Negara Mempunyai hak-hak yang patut diberikan dan dilindungi oleh
Negara, antara lain:
Berdasarkan UUD 1945 :
Pasal 27 (2) : setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
Pasal 29 (2) : setiap Warga negara memiliki kemerdekaan untuk memeluk
agamanya.
Pasal 31 (1) :setiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran.
2.5
Asas-asas kewarganegaraan
a.
Asas Ius Soli : artinya kewarganegaraan sesorang ditentukan oleh Negara
tempat kelahirannya
b.
Asas Ius Sanguinis: artinya kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh
kewarganegaraan orang tuanya.
c.
Bipatride : artinya seseorang memiliki dua kewarganegaraan.
Contoh :
Ahmad dan Bety : (suami isteri) adalah Warga Negara Indonesia yang menganut
asas Ius Sanguinis artinya kewarganegaraan berdasarkan WN orangtuanya.
Ahmad dan Bety : sedang berada di Negara Chili yang menganut asas Ius Soli
artinya kewarganegaraan berdasarkan Negara tempat lahirnya.
Bety isterinya melahirkan Hadi di Negara Chili :
Kewaganegaraan Hadi : Menurut Negara Indonesia adalah Indonesia. Menurut
Negara Chili adalah Chili.
Jadi Hadi memiliki 2 (dua) kewarganegaraan.
d. Apartride
: artinya seseorang tidak memiliki kewarganegaraan.
Contoh :
Dodi danErna
: (suami isteri) adalah warga Negara Cina yang menganut asas Ius
Soli
Dodi dan Erna : berada di Negara Singapura yang menganut asas Ius Sanguinis.
Erna isterinya melahirkan Yani di Negara singapura : Menurut Negara Cina adalah
Singapura. Menurut Negara Singapura adalah Cina.
Kewarganegaraan yani ditolak oleh Negara Cina dan Singapura, sehingga Yani
Tidak memiliki kewarganegaraan.
Pelaksanaan hak warga negara dalam UUD 1945 dikaitkan langsung dengan
kewajban karena memang mepunyai keterkaitan.Karenanya perumusan hak dan kewajiban
itu dicantumkan dalam satu pasal seperti pasal 27 ayat (1) Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.Dalam kaitan ini dapat diketengahkan
masalah hak-hak warga negara misalnya masalah pendidikan, kesejahteraan sosial dan
pertahanan.Sebelum amandemen tidak ada Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945. Hal ini
disebabkan Hak Asasi Manusia tidak sesuai dengan paham negara integralistik yang dianut
UUD 1945. Paham negara integralistik yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller dan
Hegel bukanlah untuk menjamin perseorangan atau golongan, namun untuk menajamin
masyarakat secara persatuan (Kaelan, H., NS. 2002: 39). Menurut Dr. A. S. S.
Tambunan,SH kini kita menganut paham individualisme dan liberalism seperti waktu
UUDS 1950, terbukti dengan rumusan pasal-pasal dalam Bab XA (Hak Asasi Manusia)
beserta pasal-pasalnya itu bertentangan Pembukaan UUD NKRI 1945.
a. Hak dan kewajiban Bela Negara
Upaya pembelaan negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air,
kesadaran berbangsa and bernegara Indonesia serta keyakinan pada Pancasila dan UUD
1945 (Basrei, 1992: 14). Untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban membela Negara
diperlukan pengetahuan tentang bela negara dalam arti luas. Bela Negara dalam arti luas
tidak hanya menyangkut menghadapi bencana perang tetapi juga bencana lain. Untuk itu
setiap warganegara harus disiapkan dengan baik dan sekaligus perlunya penjelasan secara
meluas tentang hak dan kewajiban dalam upaya bela negara dan upaya pertahanan
keamanan (pasal 27 dan pasal 30 ayat (1))
BAB III
KESIMPULAN
Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh
komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara
tersebut. Secara militer maupun non militer. Memperkuat Pertahanan Bela Negara adalah
sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjalin hidup
bangsa dan negara yang seutuhnya Peran bela Negara sangat penting untuk
mempertahankan suatu negara dari ancaman militer maupun non militer.
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi
terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada
kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani
kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak
mendahulukan hak daripada kewajiban. Pelaksanaan hak warga negara dalam UUD 1945