MAKALAH
AKUNTANSI ATAS MUSYARAKAH
Kelompok 7 ;
Agung Dewangga SN 2012310475
M. Chairul Muslim 2013310191
Afif Ubaidillah 2013310889
Samsul Arifin 2013310178
Permana Rizkyllah 2013310783
Akad Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama di antara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam
musyarakah mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai
sustu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya
mitra dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah
disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank. Pembiayaan musyarakah
dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non-kas, termasuk aktiva
tidak berwujud, seperti lisensi dan hak paten.
Pengertian akad musyarakah :
Menurut 4 madzhab
1. Pengertian
Hanafiah: al-musyarakah adalah akad yang dilakukan oleh dua orang yang
bersyirkah (bekerjasama) dalam modal dan keuntungan (Ibn Abidin, Radd almukhtar ala ad-dur al-mukhtar (3/364).
Percampuran dua bagian orang -atau lebih- yang melakukan kerjasama tanpa
ada keistimewaan satu sama lain (al-Jurjani, at-tarifat (111).
Malikiah: al-musyarakah adalah suatu keizinan untuk bertindak secara hukum
bagi dua orang yang bekerjasama terhadap harta mereka (Ad-dardir, Hasyiah addasuki (3/348)
Syafiiah: al-musyarakah adalah adanya ketetapan hak atas sesuatu bagi dua
orang atau lebih- yang melakukan kerjasama dengan cara yang diketahui
(masyhur) (Al-khathib, Mughni al-muhtaj (2/211)
Ketentuan Syariah
Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang Pembiayaan
Musyarakah sebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syariah Nasional
nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 13 April 2000 [1]sebagai berikut :
1. Pernyataan ijab dan Kabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan
memperhatikan hal-hal berikut :
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan
kontrak (akad)
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern
2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum dan memperhatikan halhal berikut :
a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan
b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra
melaksanakan kerja sebagai wakil
c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur asset musyarakah dalam
proses bisnis normal
d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk
mengelola asset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang
untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan memperhatikan
kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang
di sengaja.
e. Seorang mitra tidak di izinkan untuk mencairkan atau
menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.
3. Obyek akad ( modal, kerja, keuntungan, dan kerugian )
a. Modal
Modal yang di berikan harus uang tunai, emas, perak atau yang
nilainya sama.
c. Keuntungan
Keuntungan harus di kuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan
perbedaan dan sengkata pada waktu alokasi keuntungan atau ketika
penghentian musyarakah
Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas
dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan
diawal yang di tetapkan bagi seorang mitra
Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi
jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu di berikan kepadanya
Sistem pembagian keuntungan harrus tertuang dengan jelas dalam
akad
d. Kerugian
Kerugian harus di bagi antara para mitra secara proporsional menurut saham
masing-masing dalam modal
syarat memiliki porsi yang sama baik dalam berperan pada modal,
hutang dan pelaksanaan operasional. Sementara Syafiiah tidak
membolehkan, karena ada percampuran pada modal, menurutnya
pihak
memberikan
porsi
dari
kesulurahan
dana
dan
penyuplai yang disediakan oleh setiap mitra. Kontrak kerjasama seperti ini
tidak memerlukan modal, karena hanya didasarkan atas kepercayaan dan
jaminan tersebut. Kerjasama seperti ini lazim disebut sebagai syarikah almaflis (syarikah piutang). Ulama klasik (Malikiah, Syafiiah, Zhahiriah)
cenderung tidak membolehkan; Hanafiah dan Hanabilah: menganggapnya
boleh.
e. Syarikah Al-Mudhrabah adalah bagian dari kontrak kerjasama yang
banyak
dipraktikan
diberbagai
lembaga
keungan
dan
aktifitas
perekonomian syraiah, karena kerjasama ini lebih mengacu pada profit and
loss sharing, di mana pihak pemodal (rabbul maal) memberikan modal
kepada pengusaha (mudharib) supaya dapat mengelolanya dalam bisnis.
Keuntungan dibagi di antara mereka berdua sesuai dengan kesepakatan
yang telah ditetapkan.
lisensi
Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka
harus ditentukan nilai tunainy aterlebih dahulu dan harus
diseoakati bersama.
Modal para mitra harus dicampur, tidak boleh dipisah.Kerja
Partisipasi mitra merupakan dasar pelaksanaan musyarakah
Tidak dibenarkan jika salah satu mitra tidak ikut berpartisipasi
Ada dua alasan untuk tidak menggunakan nilai historis dalam mengukur
asset non moneter yang mewakili saham Bank Islam dalam Musyarakah yaitu:
Penerapan nilai asset yang sudah disepakati kedua belah pihak harus
menerima hasil dari penilaian akuntansi keuangan yang objektif dan
Rp. 70.000.000,-
Rp. 70.000.000,-
Jumlah
Tgl
Keterangan
01/08 Tn
Abdullah
Jumlah
70.000.000
2.
Tanggal 15 Agustus, bank syariah menyerahkan modal dalam bentuk uang tunai
kepada syirkah sebesar rp.20.000.000,Db. Pembiayaan musyarakah
Rp. 20.000.000,-
Rp. 20.000.000,-
Rp. 20.000.000,-
Rp. 20.000.000,-
Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar
dan neraca sebagai berikut :
BUKU BESAR (Adm)
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
15/08 Penyerahan
Jumlah
Tgl
Keterangan
20.000.000,- 01/08 Tn
Modal
Jumlah
70.000.000
Abdullah
Keterangan
15/08 Tuan
Abdullah
NERACA
Jumlah
20.000.000
Tgl
Keterangan
Jumlah
Jumlah
Uraian
Pembiayaan
20.000.000
Jumlah
Musyarakah
3.
Tanggal 20 Agustus pada saat bank menyerahkan aktiva non-kas kepada syirkah
A. Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih rendah atas atas nilai buku/harga
perolehan. Mesin pertama diserahkan dengan harga pasar/ wajar sebesar Rp.
30.000.000,-, mesin tersebut dibeli dengan harga perolehan sebesar Rp.
32.500.000,Jurnal atas penyerahan modal non kas adalah :
Db. Pembiayaan musyarakah
Rp. 30.000.000,-
Rp. 2.500.000,-
Rp. 32.500.000,-
Rp. 30.000.000,-
Rp. 30.000.000,-
Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar
dan neraca sebagai berikut :
BUKU BESAR (Adm)
Debet
kredit
Tgl
Keterangan
15/08 Penyerahan
Jumlah
Tgl
20.000.000 01/08 Tn
modal
20/08 Penyerahan
Keterangan
Jumlah
70.000.000
Abdullah
30.000.000
mesin
Keterangan
15/08 Tuan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
20.000.000
Abdullah
20/08 Tuan
30.00.000
Abdullah
Keterangan
20/08 Penyerahan
mesin
NERACA
Per 15 Agustus 2XXX
Aktiva
Pasiva
Jumlah
2.500.000
Tgl
Keterangan
Jumlah
Uraian
Jumlah
Pembiayaan
50.000.000
Uraian
Jumlah
Musyarakah
B.
Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih tinggi atas nilai buku/harga
perolehan. Mesin kedua dibeli dengan harga perolehannya sebesar Rp.
15.000.000,- dan diserahkan dengan harga jual/wajar Rp. 20.000.000,Db. Pembiayaan Musyarakah
Rp. 20.000.000,-
Rp. 15.000.000,-
Rp. 5.000.000,-
Rp. 20.000.000,-
Rp. 20.000.000,-
Keterangan
15/08 Penyerahan
Jumlah
Abdullah
30.000.000
mesin
20/08 Penyerahan
Keterangan Jumlah
20.000.000 01/08 Tn
modal
20/08 Penyerahan
Tgl
20.000.000
mesin
70.000.000
Tgl
Keterangan
Jumlah
20/08 Penyerahan
Tgl
Keterangan
Jumlah
2.500.000
mesin
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
20/08
Penyerahan
2.500.000
mesin
NERACA
Per 20 Agustus 2XXX
Aktiva
Pasiva
Uraian
Jumlah
Pembiayaan
50.000.000
Uraian
Jumlah
Musyarakah
4.
Tanggal 05 Agustus 2002 pada saat pengeluaran biaya dalam rangka akad
musyarakah
Db. Uang muka dalam rangka akad
Musyarakah
Kr. Kas/Kliring
5.
A.
B.
Rp. 1.000.000,-
Rp. 1.000.000,-