Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Untuk mengklasifikasikan tanah digunakan distribusi ukuran butir. Namun pada
tanah halus yaitu lanau dan lempung tidak ada hubungan langsung antara ukuran dan
sifatnya. Oleh karena itu untuk menyatakan sifat dan mengklasifikasikannya maka
dibuatlah batas-batas konsistensi yang juga disebut sebagai batas-batas Atterberg.
Batas-batas Atterberg terdiri atas Batas Cair (Liquidity Limit), Batas Plastis
(Plasticity Limit), dan Batas Susut (Shrinkage Limit). Konsistensi suatu tanah
dipengaruhi oleh sifat kohesif partikel tanah dan kadar air yang terkandung di
dalamnya.
Disebut konsistensi karena dibutuhkan kedudukan fisik tanah pada kadar air
tertentu untuk tetap melekat dan tetap pada kondisinya. Jika batas konsistensinya
dilewati maka tanah yang sebelumnya berada pada keadaan padat dapat berubah pada
keadaan plastis, semi-plastis, dan cair.

Gambar 1.1
Batas-batas Atterberg

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan diadakan praktikum ini adalah :
Untuk mengetahui batas cair dan batas plastis suatu benda uji.

BAB II
DASAR TEORI
2.1.

Definisi

Batas Cair (LL) didefinisikan sebagai kadar air pada 25 ketukan yang
menyebabkan merapatnya kembali tanah uji
(R.F. Craig, 1974)
Batas Cair adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan
keadaan plastis
(Djatmiko, 1993)
Batas Plastis (PL) didefinisikan sebagai kadar air minimum pada mana
tanah dapat digelintir menjadi suatu benang bergaris tengah 3 mm tanpa
patah.
(M.J. Smith, 1980)
Batas plastis adalah kadar air suatu contoh tanah antara keadaan plastis
dan semi plastis
(Djatmiko, 1993)
Selisih antara batas cair dan batas plastis, di mana tanah tersebut dalam
keadaan plastis disebut lndeks plastisitas
(Djatmiko, 1993)
2.2.Faktor yang Mempengaruhi

Tekstur tanah
Tekstur tanah yang kasar daya plastisnya akan rendah karena pada tanah
yang teksturnya kasar sedikit mengandung liat sehingga menyebabkan
daya plastisitasnya rendah, begitu pula sebaliknya.

Kadar air
Bila kadar air tanah tinggi, campuran tanah dan air akan menjadikan tanah
lembek seperti cairan sehingga mempengaruhi batas cair dan batas
plastisnya.

Pada tanah yang berbutir halus (kohesif), konsistensi tanah yang diberikan
tergantung pada kadar airnya.
(SNI 1965, 2008)

Jenis liat
Ada banyak jenis liat, perbedaan kandungan jenis liat akan berpengaruh
pada daya lekat tanah tersebut baok dalam keadaan kering,
lembab maupun basah.

Kandungan bahan organik


2

Kandungan bahan organik mempengaruhi daya serap tanah akan air,


apabila kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan tanah
untuk menyimpan air juga menjadi rendah begitu juga sebaliknya sehingga
hal ini juga berpengaruh pada konsistensi tanah karena sebagai mana
dijelaskan diatas, bahwa kandungan air tanah juga mempengaruhi
konsistensi tanah.

BAB III
3

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Peralatan dan Perlengkapan


Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk pengujian praktikum batas cair
dan batas plastis adalah:
Batas Cair:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Ayakan No. 40.


Mangkuk pengaduk.
Pisau pengaduk.
Alat casagrande.
Pisau pembelah tanah/colet (grooving tools).
Oven listrik dengan suhu 1100 C.
Neraca Ohauss dengan ketelitian 0,1 gram.
Cawan.

Batas Plastis:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Ayakan No. 40.


Mangkuk pengaduk.
Pisau pengaduk.
Oven listrik dengan suhu 1100 C.
Neraca Ohauss dengan ketelitian 0,1 gram.
Lempeng kaca, tebal 5mm.
Cawan

3.2 Prosedur Praktikum


Prosedur praktikum yang dilakukan pada pengujian praktikum batas cair dan
batas plastis antara lain:
Batas Cair:
1) Letakan benda uji yang sudah dipersiapkan didalam mangkuk
pengaduk.
2) Campur benda uji dengan air dalam mangkuk pengaduk, aduk hingga
homogen.
3) Ambil sebagian benda uji dan letakkan di dalam cawan casagrande,
ratakan permukaannya sedemikian sehingga sejajar dengan dasar alat,
bagian yang paling tebal 1 cm.
4) Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam cawan
casagrande itu, dengan menggunakan alat pembuat alur (grooving tool)
4

5)
6)
7)

8)

9)

melalui garis tengah pemegang dan simetris; pada waktu membuat alur
posisi alat pembuat alur (grooving tool) harus tegak lurus permukaan
cawan casagrande.
Putarlah casagrande terus sampai dasar alur benda uji bersinggungan
dan catat jumlah pukulannya pada waktu bersinggungan.
Setelah selesai, benda uji diambil sebagian untuk diuji kadar airnya.
Diusahakan berat tanah basahnya relatif sama.
Kembalikan sisa benda uji kedalam mangkuk pengaduk, dan cawan
casagrande bersihkan; benda uji diaduk kembali dengan merubah
kadar airnya; kemudian ulangi langkah 3 sampai 5 minimal 3 kali
berturut-turut dengan variasi kadar air yang berbeda, sehingga akan
diperoleh perbedaan jumlah pukulan sebesar 8 10.
Untuk memperoleh hasil yang teliti, maka jumlah pukulan diambil 2
titik di atas 25 pukulan dan 2 titik dibawah 25 pukulan, sehingga
diperoleh 4 titik.
Hasil pengujian digambar pada grafik skala log jumlah pukulan vs
kadar air dan kemudian diregresi.

Batas Plastis:
1) Timbang cawan dengan neraca ohauss.
2) Letakan benda uji yang sudah dipersiapkan didalam mangkuk
pengaduk.
3) Campur benda uji dengan air dalam mangkuk pengaduk, aduk hingga
homogen/merata dan cukup plastis untuk dapat dibentuk menjadi bola.
4) Diusahakan penambahan air sedikit demi sedikit sehingga tidak perlu
menambah contoh tanah lagi, sebab dikhawatirkan tanah tersebut tidak
homogen.
5) Ambil sebagian benda uji sekitar 8 gram dan bagi menjadi 4 bagian.
6) Menggeleng benda uji menjadi bentuk bulat panjang berdiameter 3
mm dengan kecepatan 80 gelengan sampai dengan 90 gelengan per
menit, dengan menghitung satu gelengan sebagai satu gerakan tangan
bolak balik hingga kembali ke posisi awal.
7) Apabila tanah hasil gelengan telah berdiameter 3 mm tetapi belum
terjadi retakan, maka tanah gelengan dibagi menjadi enam atau
delapan potongan. Satukan dan remas semua potongan dengan kedua
tangan dan geleng kembali dengan jari tangan hingga membentuk
bulat panjang.
8) Sedangkan apabila tanah gelengan telah berdiameter 3 mm dan terjadi
retakan, maka prosedur dilanjutkan ke butir 9.
9) Kumpulkan/gabungkan bagian-bagian tanah yang retak dan masukan
ke dalam cawan, kemudian diuji kadar airnya.

10) Ulangi prosedur yang telah diuraikan pada butir 4 hingga 7, sampai
benda uji 8 gram seluruhnya diuji.
3.3 Gambar Peralatan

Gambar 3.2
Grooving Tool
Gambar 3.1
Casagrande

Gambar 3.3
Lempeng Kaca

BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Tabulasi Data


Tabel 4.1
Tabel Hasil Perhitungan Data

4.2 Perhitungan Data


Rumus dan keterangan rumus
Batas Cair

Dengan :
w
W1
W2
W3
W1W2
W2 W3

: kadar air, (%)


: berat cawan dan tanah basah (gram)
: berat cawan dan tanah kering (gram)
: berat cawan (gram)
: berat air (gram)
: berat partikel padat (gram)

Batas Plastis

Batas plastis dibulatkan ke nilai yang terdekat.


Indeks Plastisitas

Tulis selisih perhitungan tersebut sebagai indeks plastisitas tanah, kecuali terjadi
kondisi sebagai berikut:
a) Jika batas cair atau batas plastis tidak dapat ditentukan, indeks plastisitas
dinyatakan dengan: NP (non plastis)
b) Jika batas plastis sama atau lebih besar dari batas cair, indeks plastisitas
dinyatakan juga dengan: NP (non plastis).

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Analisis Data


Pada pengujian yang ada tanah yang dipakai harus melewati ayakan
No. 40 ini berarti pengujian hanya bisa dilakukan pada tanah berbutir halus
seperti lanau dan lempung. Dari praktikum yang dilakukan, diketahui bahwa
saat kadar air pada conto uji meningkat maka jumlah pukulan pada alat
casagrande menurun. Jadi jika ingin pukulan pada alat casagrande lebih
sedikit berarti air yang ada semakin banyak dan juga sebaliknya. Hal ini
dikarenakan saat terdapat air di dalam pori-pori tanah maka tanah berubah
konsistensinya sehingga lebih mudah untuk bergerak dan juga diakibatkan
lantai casagrande yang licin karena adanya air.
Pengujian dilakukan 4 kali agar mendapatkan 2 titik di bawah 25
pukulan dan 2 titik di atas 25 pukulan, hal ini dilakukan agar dalam
pembuatan kurva aliran(flow curve) lebih mendekati kondisi tanah yang
ada. Casagrande (1932) telah menyimpulkan bahwa tiap-tiap pukulan dari
alat uji batas cair adalah bersesuaian dengan tegangan geser tanah sebesar
kira-kira 1 g/cm2 (~0,1 kN/m2). Oleh karena itu, batas cair dari tanah
berbutir halus adalah kadar air dimana tegangan tanahnya adalah kira-kira
25 g/cm2 (~2,5kN/m2). Maka dari itu batas cair ditentukan pada 25 pukulan
alat casagrande.
Pada batas plastis sendiri jika digelintir hingga 3 mm dan terjadi
retakan maka batas plastisitas tanah sudah terlampaui. Pada keadaan plastis
suatu tanah pada kadar air tertentu akan memiliki gaya kohesif yang besar
dan kadar air yang tepat sehingga partikel tanah dapat tergelincir tanpa
berubah dari keadaan plastis. Ketika kadar air lebih sedikit maka partikel
tanah tidak mempunyai bidang lincir yang cukup sehingga bisa terjadi
retakan atau meninggalkan keadaan plastisnya.

5.2 Aplikasi
Batas cair dan batas plastis tidak secara langsung memberi angkaangka yang dapat dipakai dalam perhitungan perencanaan. Yang kita peroleh
dari percobaan batas-batas Atterberg ini adalah suatu gambaran secara garis
besar sifat-sifat tanah yang bersangkutan. Tanah yang batas cairnya tinggi
biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk, yaitu kekuatannya/daya
dukungnya rendah, pemampatannya (compressibility) tinggi dan sulit
memadatkannya.
Selain itu dari Batas cair (LL) dan Batas Plastis(PL) dapat diketahui
jenis tanah yang diuji dengan klasifikasi tanah. Dapat diketahui apakah
tanah berbubir halus yang ada adalah lempung atau lanau baik yang organik
maupun anorganik. Dari nilai yang ada dapat diketahui sifat fisiknya dan
dan berguna dalam penentuan rancangan pembuatan struktur yang sesuai
dengan jenis dan sifat yang ada.
Indeks plastisitas suatu tanah (IP) menggambarkan sifat plastis tanah
ketika diberi beban dan batas cair menjelaskan kondisi batas kadar air yang
terkandung di tanah. Makin tinggi indeks plastisitas maka makin baik tanah
dalam menahan beban. Dengan mengetahui batas cair maka perekayasa
dapat memutuskan keputusan yang tepat, misalnya pondasi apa yang sesuai
dengan kondisi tanah tersebut. Batas cair dan indeks plstisitas digunakan
dalam sistem klasifikasi tanah menurut AASHTO. Penggunaan parameter
batas cair dan indeks plastisitas dalam sistem AASHTO didasarkan atas
aplikasinya

yang

berkaitan

dengan

pembangunan

jalan

dimana

diperhitungkan dengan tepat kekuatan/sifat plastis tanah dan kondisi kadar


air dari tanah yang akan digunakan sebagai jalan selain itu untuk memulai
pembangunan kita juga harus tahu mengenai hal ini karena akan sangat
berpengaruh pada kekuatan pondasi dari struktur tersebut.

BAB VI
10

PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktikum acara II tentang bagaimana cara menghitung
nilai batas cair, batas plastis, dan indeks plastisitas tanah dapat diambil beberapa
kesimpulan antara lain:

1. Batas cair tanah adalah kadar air suatu tanah pada 25 kali pukulan alat
casagrande hingga tanah menutup.
2. Batas plastis adalah kadar air suatu tanah saat dapat digelintir hingga
berdiameter 3 mm tanpa timbulnya retakan-retakan.

3. Indeks plastisitas adalah selisih antara batas cair dan batas plastis yang
menunjukan keadaan tanah plastis.

4. Faktor yang mempengaruhi batas cair dan batas plastis adalah tekstur tanah,
kadar air, jenis liat dan kandungan bahan organik.
5. Nilai batas cair tanah berbanding terbalik dengan tingkat kekuatan partikelpartikel tanah. Makin tinggi batas cairnya, maka semakin buruk kekuatan
tanah tersebut.

6.2 Saran
Berdasarkan kegiatan praktikum acara I tentang bagaimana cara menghitung
nilai kadar air, bobot isi dan berat jenis tanah dapat diberikan saran antara lain:

1.

11

Anda mungkin juga menyukai