Anda di halaman 1dari 19

ACARA V

PENENTUAN KADAR VITAMIN C


A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Menentukan kadar vitamin C (asam askorbat) dalam sampel jeruk buah dan jeruk
nipis secara titrasi iodimetri.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 3 Mei 2016
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan tubuh untuk
proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin ini dapat dibuat
oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari
bahan pangan yang dikonsumsi. Dalam bahan pangan hanya terdapat vitamin dalam
jumlah yang relatif sangat kecil dan terdapat dalam bentuk yang berbeda-beda,
diantaranya ada yang berbentuk provitamin atau calon vitamin yang dapat diubah dalam
tubuh menjadi vitamin yang aktif (Winarno, 2000 : 119).
Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan
mudah rusak selama proses penyimpanan. Laju kerusakan meningkat karena kerja
logam, terutama tembaga dan besi serta dipengaruhi pula oleh kerja enzim. Pendedahan
oksigen dan pendedahan terhadap cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C pada
makanan. Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetiknya
merupakan katalis yang efisien untuk penguraian asam askorbat. Enzim paling penting
dalam golongan ini adalah asam askorbat oksidase, fenolase, sitokrom oksidase dan
peroksidase. Hanya asam askorbat oksidase yang terlihat reaksi langsung antara enzim,
substrat dan oksigen molekul. Enzim lain mengoksidase vitamin secara tidak langsung.
Kuinon bereaksi langsung dengan asam askorbat, sitokrom oksidase mengoksidasi
sitokrom menjadi bentuk teroksidasinya dan senyawa ini bereaksi dengan asam Laskorbat. Peroksidase bergabung dengan senyawa fenol menggunakan hydrogen
peroksida untuk melakukan oksidasi, enzim ini tidak bekerja dalam buah karena adanya
pemisahan enzim dan substrat secara fisik (Deman, 1989 : 411).

Penyakit atau gejala yang tampak disebabkan oleh defisiensi vitamin C adalah
skorbut atau pendarahan gusi, mudah terjadi luka dan infeksi tubuh, hambatan
pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, pembentukan tulang yang tidak normal pada
bayi dan anak-anak serta kulit mudah mengelupas. Sumber vitamin C adalah sayuran
berwarna hijau, buah-buahan akan tetapi rasa asam pada buah tidak selalu sejalan
dengan kadar vitamin C dalam buah tersebut karena rasa asam disebabkan oleh asamasam lain yang terdapat dalam buah bersama dengan vitamin C. Penambahan tomat atau
jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C dan pemanasan sayuran hendaknya
dilakukan sebentar saja dengan mendidihkan air terlebih dahulu (Poedjiadi, 1984 : 411).
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan
efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan. Buah-buahan
merupakan sumber vitamin C, diantaranya yaitu buah mangga. Penelitian ini bertujuan
untuk menetapkan kadar vitamin C dalam buah mangga menggunakan metode
Spektrofotometri UV-Vis dan Iodimetri, serta membandingkan hasil dari kedua metode
tersebut. Sampel yang diidentifikasi yaitu buah mangga yang sudah matang. Pada
penelitian ini kadar vitamin C dianalisis dengan menggunakan metode Spektrofotometri
UV-Vis dan Iodimetri. Hasil analisis vitamin C pada buah mangga dodol dengan
menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis yaitu 15,88 g/100g, sedangkan
kandungan vitamin C dengan menggunakan metode Iodimetri yaitu 3,5 g/100g. Dari
hasil tersebut, menujukkan bahwa kadar vitamin C dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis lebih tinggi dibandingkan dengan metode iodimetri (Karinda,
2013).
Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodin (I2) dan
digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai potensial
oksidasi lebih kecil daripada system iodium-iodida sebagaimana persamaan di atas atau
dengan kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup
kuat seperti vitamin C. Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara
iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah
dari sistem iodin-iodida. Titik ekuivalen dalam titrasi kali ini ditandai dengan perubahan
warna larutan menjadi ungu kehitaman, yang menandakan bahwa vitamin C telah habis
bereaksi dengan iodin, dan kemudian iodin bereaksi dengan larutan kanji sehingga
menghasilkan warna ungu kehitaman. Berdasarkan hasil praktikum didapat data bahwa

volume analit adalah 25 ml dan volume titran adalah 21,5 ml. Dari data tersebut maka
didapat konsentrasi vitamin C sebesar 0,0043 M (Masitoh, 2014).
Salah satu mikronutrien yang paling penting dari jus lemon adalah vitamin C.
Vitamin C adalah antioksidan yang sensitif dan panas, cahaya dan oksigen dimasukkan
sebagai faktor penting untuk mengurangi jumlah vitamin ini. Penelitian ini dirancang
untuk mengevaluasi vitamin C di jus lemon industri kuantitatif. Penelitian crosssectional ini dilakukan pada 50 botol dari berbagai jenis Shiraz jus lemon industri.
Vitamin tingkat C diukur melalui metode titrasi iodin. Setiap pengukuran diulang 2 kali.
Kemudian data dianalisis secara statistik dengan menggunakan software SPSS. Asam
askorbat jus lemon diperoleh dengan metode titrasi iodin. Kandungan asam askorbat
dinyatakan dalam mg / 100ml. 5 ml dari sampel diencerkan dengan 20ml air suling di
Erlenmeyer. Karena mungkin keberadaan sulfur dioksida dalam jus lemon, sejumlah
hidrogen peroksida ditambahkan ke dalam larutan. Kemudian 0,5 ml pati pasta
ditambahkan ke dalam larutan. Oleh larutan iodin 0,01 N dititrasi hingga warna biru
muncul. Akhirnya, berkaitan dengan jumlah larutan iodine yang digunakan, jumlah
vitamin C dalam sampel dihitung (Kouhanestani, 2014).
Kandungan vitamin C pada beberapa jus buah seperti jeruk, anggur, lemon dan
limau yang disimpan dalam berbagai kondisi telah diselidiki. Jus dari sampel yang telah
diekstraksi, disimpan di kamar suhu dalam botol plastic. Semua jus dianalisis untuk
kadar C vitamin mereka dengan metode oksidasi dan reduksi. Hasil untuk buah-buahan
segar menunjukkan bahwa jeruk memiliki kandungan vitamin C tertinggi, diikuti buah
anggur, lemon dan limau. Hal ini sesuai dengan laporan itu, bahwa iklim, terutama suhu
mempengaruhi tingkat vitamin C. Daerah dengan kondisi malam yang dingin
menghasilkan buah jeruk dengan kadar vitamin C yang lebih tinggi. Pada daerah tropis
yang panas menghasilkan buah dengan tingkat yang lebih rendah dari vitamin C.
Kondisi lingkungan juga dapat meningkatkan keasaman buah jeruk juga meningkatkan
kadar vitamin tingkat C (Njoku, 2011).
Karena metode titrasi iodometri didasarkan pada reaksi reduksi oksidasi,
sejumlah zat pereduksi lainnya dalam makanan (selain asam askorbat) bisa mengganggu
pwnwntuan. Banyak molekul (misalnya, fenol, sulphydryls, dan triose reductones) dan
ion (misalnya, besi, tembaga, atau sulfit) dapat mengurangi pewarna DCIP) dan karena
itu dapat menimbulkan hasil titrasi palsu yang tinggi. Umumnya, gangguan bisa diatasi
dengan menyesuaikan pH dan reaksi lain kondisi sehingga sebagian bahan lainnya

bereaksi jauh lebih lambat daripada askorbat. Masalah praktis utama lain yang terkait
dengan metode titrimetic dari DCIP adalah kesulitan dalam memastikan titik akhir
ekstrak makanan berwarna, terutama warna merah keunguan. Terlepas dari potensi
kesulitan, metode titrasi telah menjadi metode yang banyak digunakan karena mudah.
Penentuan dapat cepat dilakukan dengan peralatan laboratorium sederhana (Nweze,
2015).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat-alat Praktikum
a. Alat pemeras jeruk
b. Alat penyaring
c. Aluminium foil
d. Buret 50 mL
e. Corong kaca 60 mm
f. Corong kaca 90 mm
g. Erlenmeyer 250 mL
h. Gelas kimia 100 mL
i. Gelas kimia 250 mL
j. Gelas ukur 10 mL
k. Klem
l. Labu ukur 100 mL
m. Pipet gondok 10 mL
n. Pipet tetes
o. Pipet volume 2 mL
p. Pipet volume 5 mL
q. Pisau
r. Rubber bulb
s. Statif
t. Timbangan analitik
2. Bahan-bahan Praktikum

a. Aquades (H2O)(l)
b. Jeruk buah
c. Jeruk nipis
d. Larutan indikator amilum 2%
e. Larutan asam sulfat (H2SO4) 1 N
f. Larutan asam sulfat (H2SO4) 2 N
g. Larutan iodine (I2) 0,01 N
h. Larutan kalium iodida (KI) 10%
i. Larutan kalium iodat (KIO3) 0,1 N
j. Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
D. SKEMA KERJA
1. Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3 0,1 N

10 mL larutan KIO3 0,1 N


Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Ditimbang
Ditambahkan 5 mL larutan KI 10%
Ditambahkan 10 tetes larutan H2SO4 1 N
Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai berwarna kuning muda
Ditambahkan 2 mL larutan amilum 2%

Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna biru hilang

Hasil

2. Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan Standar Na2S2O3 0,01 N


10 mL larutan I2

Dititrasi

dengan

larutan

berwarna kuning muda

Na2S2O3

sampai

Ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 2%


Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna biru hilang

Hasil

3. Penetapan Kadar Vitamin C dalam Larutan dengan Larutan Iodium Standar


a. Pembuatan Larutan Buah

Sampel jeruk buah dan jeruk nipis

Diperas untuk mendapatkan air jeruknya


Diletakkan pada wadah yang berbeda
Hasil

Diambil 10 mL air jeruk buah dan jeruk nipis dengan menggunakan pipet volume
Ditimbang untuk mendapatkan beratnya

Hasil
b. Titrasi Iodimetri Cara I

10 mL air jeruk
buah
Diencerkan
dengan aquades sampai 100 mL
Larutan air jeruk

Diambil 10 mL larutan air jeruk


Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan 6 mL larutan H2SO4 2 N
Ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 2%
Dititrasi dengan larutan I2 standar sampai berwarna biru (ditutup rapat erlenmeyer dengan alumin

Hasil

(Diulangi langkah diatas menggunakan jeruk nipis)

c. Titrasi Iodimetri Cara II

10 mL air jeruk buah

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer


Ditambahkan 6 mL larutan H2SO4 2 N
Ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 2%
Dititrasi dengan larutan I2 standar sampai berwarna biru (ditutup rapat erlenmeyer dengan alumin

Hasil
(Diulangi langkah diatas menggunakan jeruk nipis)

E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Perubahan Fisik
No
1

Prosedur
Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan
Larutan KIO3 0,1 N
a. 10 mL larutan KIO3 0,1 N
dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Hasil Pengamatan

Larutan awal larutan KIO3 = bening

dan ditimbang

Massa erlenmeyer kosong = 113,22


gram

Massa erlenmeyer + larutan KIO3 =


123,34 gram

Massa larutan KIO3 = 123,34 gram

b. Ditambahkan 5 mL larutan KI 10%

113,22 gram = 10,12 gram


Warna awal larutan KI = bening

c. Ditambahkan 10 tetes larutan H2SO4

Warna campuran = bening


Warna awal larutan H2SO4 = bening

Warna campuran = kuning kemerahan


Warna awal larutan Na2S2O3 = bening

Pada titik akhir titrasi larutan

berwarna kuning merah lebih pudar


Warna awal larutan amilum = bening

1N
d. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01
N
e. Ditambahkan beberapa tetes larutan
amilum 2%
f. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01
2

keruh

N
Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan
Standar Na2S2O3 0,1 N
a. 10 mL larutan I2 dititrasi dengan
larutan Na2S2O3 0,1 N

b. Ditambahkan beberapa tetes larutan

Warna campuran = hitam


Pada titik akhir titrasi larutan
berwarna bening

Warna awal larutan I2 = kuning


kecoklatan

Pada titik akhir titrasi larutan

berwarna kuning muda kemerahan


Warna campuran = hitam

Pada titik akhir titrasi larutan

amilum 2%
c. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01
N
3

berwarna bening

Penentuan Kadar Vitamin C dalam


Larutan Iodium Standar
Pembuatan Larutan Buah
a. Jeruk buah dan jeruk nipis
diperas dan ditempatkan pada
wadah yang berbeda

Warna air jeruk buah = orange

Warna air jeruk nipis = bening keruh

b. 10 mL air perasan jeruk buah dan

jeruk nipis ditimbang

Untuk jeruk buah


Massa erlenmeyer kosong =
84,12 gram
Massa erlenmeyer + air jeruk
buah = 94,38 gram
Massa air jeruk = 94,38 gram 84,12 gram = 10,26 gram

Untuk jeruk nipis


Massa erlenmeyer kosong =
90,42 gram
Massa erlenmeyer + air jeruk
buah = 100,95 gram
Massa air jeruk = 100,95 gram
90,42 gram = 10,53 gram

Titrasi Iodimetri Cara I


a. 10 mL air jeruk buah dan jeruk
nipis diencerkan hingga 100 mL

Warna awal aquades = bening

Warna air jeruk buah dan jeruk nipis


setelah diencerkan menjadi lebih

dengan aquades dan dimasukkan

pudar dan keruh

ke dalam erlenmeyer
b. Ditambahkan 6 mL larutan H2SO4

Warna campuran pada jeruk buah =


putih kekuningan dan jeruk nipis

1N

adalah bening

c. Ditambahkan beberapa tetes

Warna campuran pada jeruk buah =


putih kekuningan dan jeruk nipis =

larutan amilum 2%

bening

d. Dititrasi dengan larutan I2 standar

Pada titik akhir titrasi warna larutan


baik pada jeruk buah dan jeruk nipis
adalah biru kehitaman

Titrasi Iodimetri Cara II

a. 10 mL air jeruk buah dan jeruk

Warna awal air jeruk buah = orange

nipis dimasukkan ke dalam

Warna awal air jeruk nipis = bening

erlenmeyer
b. Ditambahkan 6 mL larutan H2SO4

keruh

1N

Warna campuran pada jeruk buah =


orange pudar/kuning dan jeruk nipis
adalah putih keruh

c. Ditambahkan beberapa tetes


larutan amilum 2%

Warna campuran baik pada jeruk


buah dan jeruk nipis tidak mengalami
perubahan

d. Dititrasi dengan larutan I2 standar

Pada titik akhir titrasi larutan jeruk


buah berwarna biru-kehitaman

Pada titik akhir titrasi larutan jeruk


nipis berwarna biru kehitaman

2. Tabel Volume Titrasi


No
1

Percobaan
Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan
Larutan KIO3 0,1 N

Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan


Standar Na2S2O3 0,01 N

Volume
Vtit1 = 0,4 mL
Vtit2 = 1,3 mL
Vtit-tot = Vtit1 + Vtit2
Vtit-tot = 0,4 mL + 1,3 mL
Vtit-tot = 1,7 mL

Vtit1 = 0,4 mL
Vtit2 = 2,3 mL
Vtit-tot = Vtit1 + Vtit2
Vtit-tot = 0,4 mL + 2,3 mL
Vtit-tot = 2,7 mL

Vtit cara I = 0,3 mL

Vtit cara II = 2,4 mL

Vtit cara I = 0,3 mL

Penentuan Kadar Vitamin C dalam


Larutan Iodium Standar
a. Sampel jeruk buah

b. Sampel jeruk nipis

Vtit cara II = 2,2 mL

F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
a. Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3 0,1 N
Oksidator + KIO3(aq) I2(aq) + KI(aq)
IO3-(aq) + 5I- (aq) + 6H+(aq) 3I2(aq) + 3H2O(l)
I2(aq) + 2Na2S2O3(aq) 2NaI(aq) + Na2S4O6(aq)
I2(aq) + amilum(aq) I2-amilum(aq)
Titrasi kembali
I2-amilum(aq) + 2S2O32-(aq) 2I-(aq) + amilum(aq) + S4O6-(aq)
b. Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan Na2S2O3
I2(aq) + Na2S2O3(aq) 2NaI(aq) + Na2S4O6(aq)
I2(aq) + amilum(aq) I2-amilum(aq)
Titrasi kembali
I2-amilum(aq) + 2S2O32-(aq) 2I-(aq) + amilum(aq) + S4O6-(aq)
c. Reaksi Vitamin C dengan Iodium
C6H8O6(aq) + I2(aq) C6H6O6(aq) + 2I-(aq) + 2H+(aq)
2. Perhitungan
a. Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3
massa
1000
N KIO3
=

valensi
Mr
V
10,12 gram
1000
=

1
214 gram/mol
10 mL
= 4,73 N
(N V) Na2S2O3
N Na2S2O3

= (N V) KIO3
N V KIO 3
=
V Na2 S 2 O3
4,73 N 10 mL
=
1,7 mL
= 27,8235 N

b. Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan Na2S2O3


(N V) I2
= (N V) Na2S2O3
N V Na2 S2 O3
N I2
=
V I2
27,8235 N 2,7 mL
=
10 mL
= 7,5123 N
c. Kadar Vitamin C dalam Jeruk Buah

1. Cara I
% b/b

V I 2 0,88 0,00726
=
100
1,01
faktor pengenceran
gram sampel
0,3 mL 0,88 0,00726
100
=
1,01
10
10,26 gram
= 1,9470 10-5
= 0,0019%

2. Cara II
% b/b

V I 2 0,88 0,00726
100
1,01
faktor pengenceran
gram sampel

2,4 mL 0,88 0,00726


100
1,01
1
10,26 gram

= 1,5576 10-3
= 0,1557%
d. Kadar Vitamin C dalam Jeruk Nipis
1. Cara I
V I 2 0,88 0,00726
% b/b
=
100
1,01
faktor pengenceran
gram sampel
0,3 mL 0,88 0,00726
100
=
1,01
10
10,53 gram
= 1,9982 10-5
= 0,0019%
2. Cara II
% b/b

V I 2 0,88 0,00726
100
1,01
faktor pengenceran
gram sampel

2,2 mL 0,88 0,00726


100
1,01
1
10,53 gram

= 1,4654 10-3
= 0,1465%

G. PEMBAHASAN

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam


jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme di dalam sel.
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan senyawa yang bersifat asam dengan rumus
empiris C6H8O6. Vitamin C merupakan asam gula yang banyak terdapat pada buahbuahan dan sayur-sayuran segar. Kegunaan vitamin C adalah sebagai antioksidan dan
berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi, serta
membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang dan gigi. Konsumsi dosis normal
vitamin C adalah 60-90 mg/hari.
Penentuan kadar vitamin C dalam suatu sampel atau produk dapat dilakukan
dengan cara titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi antara
iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah
dari sistem iodin dengan menggunakan indikator amilum. Dalam titrasi iodimetri, iodin
digunakan sebagai agen pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja
substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin.
Vitamin C merupakan pereduksi yang sangat kuat dan memiliki nilai potensial oksidasi
yang lebih rendah dibandingkan iodin

sehingga vitamin C dapat dititrasi secara

langsung dengan iodin. Deteksi titik akhir titrasi ini akan memberikan warna biru
kehitaman.
Pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C (asam
askorbat) dalam sampel jeruk buah dan jeruk nipis secara titrasi iodimetri. Terdapat tiga
percobaan yang dilakukan. Percobaan pertama ialah standarisasi larutan Na 2SO3 dengan
larutan KIO3 0,1 N. standarisasi ini dilakukan untuk mengetahui normalitas dari larutan
Na2SO3. Percobaan ini diawali dengan penambahan larutan KI 10% dalam larutan KIO 3
0,1 N yang menghasilkan larutan yang bening. Penambahan KI ini bertujuan untuk
membentuk iodin (I2). Kemudian ditambahkan larutan H2SO4 dan larutan menjadi
berwarna kuning kemerahan. Dalam proses ini terjadi reaksi eksoterm (melepas panas).
Penambahan H2SO4 ini bertujuan untuk memberikan suasana asam dimana reaksi akan
dapat berlangsung pada suasana netral sedikit asam. Selanjutnya larutan dititrasi dengan
larutan Na2SO3. Larutan Na2SO3 berfungsi sebagai agen pereduksi dimana pada titik
akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi kuning merah lebih
pudar. Larutan Na2SO3 yang digunakan sebanyak 0,4 mL. Kemudian larutan
ditambahkan indikator amilum 2% dan larutan berubah menjadi hitam. Penambahan

indikator ini dilakukan untuk mengetahui titk akhir titrasi dan penggunaan amilum
sebagai indikator dikarenakan amilum akan memberikan perubahan warna yang jelas
saat bereaksi dengan iodin. Penambahan amilum dilakukan saat mendektai titik akhir
titrasi agar amilum tidak terbungkus iod sehingga akan susah untuk dititrasi.
Selanjutnya dititrasi dengan Na2SO3 kembali hingga larutan menjadi bening. Volume
Na2SO3 yang dugunakan sebanyak 1,3 mL. pada proses titrasi ini iodin tereduksi
menjadi

iodide

seperti

pada

persamaan

reaksi

berikut:

I2(aq) + 2Na2S2O3(aq) 2NaI(aq) + Na2S4O6(aq)


Berdasarkan data yang diperoleh kita dapat menentukan normalitas Na 2SO3. Dengan
menentukan nilai normalitas KIO3 yaitu sebesar 4,73 N, normalitas Na 2SO3 dapat
diketahui juga yaitu sebesar 27,8235 N. Hasil tersebut tidak sesuai dengan nilai
normalitas sebenarnya dari KIO3 dan Na2SO3 yaitu 0,1 N. Hal ini dapat terjadi karena
kesalahan dalam melakukan proses titrasi.
Percobaan kedua yaitu standarisasi larutan I2 dengan larutan standar Na2SO3 0,1
N. Standarisasi ini dilakukan untuk mengetahui nilai normalitas dari I 2. Pertama, larutan
I2 yang berwarna kuning kecoklatan kemudian dititrasi dengan larutan Na 2SO3. Volume
titrasi yang digunakan sebanyak 0,4 mL dan warna larutan menjadi kuning muda
kemerahan. Selanjutnya ditambahkan amilum 2% sebagai indikator dan larutan menjadi
hitam. Kemudian larutan dititrasi kembali dengan Na 2SO3 hingga larutan menjadi
bening. Volume titrasi yang digunakan sebanyak 2,3 mL. Pada titrasi kedua terjadi
reaksi sebagai berikut:
I2-amilum(aq) + 2S2O32-(aq) 2I-(aq) + amilum(aq) + S4O6-(aq)
Berdasarkan hasil yang didapatkan nilai normalitas I2 yang diperoleh ialah 7,5123 N
dimana hal ini tidak sesuai dengan nilai normalitas I2 yang sebenarnya yaitu 0,1 N. Hal
ini dapat terjadi karena kesalahan praktikan pada proses titrasi yang kurang baik.
Percobaan ketiga yaitu penentuan kadar vitamin C dalam larutan dengan
larutan iodium standar. Dalam percobaan ini dilakukan tiga tahap. Tahap pertama yaitu
pembuatan larutan buah. Pada praktikum ini kita menggunakan jeruk buah dan jeruk
nipis yang akan ditentukan kadar vitamin C nya. Pertama, jeruk buah dan jeruk nipis
diperas masing-masing untuk didapatkan airnya. Dilakukan proses penyaringan agar

didapatkan bulir-bulir jeruk dapat terpisahkan dan tidak mengganggu proses analisis.
Selanjutnya masing-masing larutan jeruk diambil 10 mL dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer dan ditimbang. Setelah ditimbang didapatkan masing-masing berat jeruk
buah dan jeruk nipis sebanyak 10,26 gram dan 10,53 gram.
Tahap kedua yaitu kadar vitamin C ditentukan dengan titrasi iodimetri yang
dilakukan dengan dua cara. Pada cara pertama, larutan jeruk buah dan jeruk nipis
diencerkan hingga 100 mL terlebih dahulu sebelum dititrasi. Proses pengenceran ini
dilakukan untuk menurunkan konsentrasi pada masing-masing jeruk. Selanjutnya
dilambil masing-masing 10 mL pada jeruk buah dan jeruk nipis dan ditambahkan
larutan H2SO4 2 N. Didapatkan larutan jeruk buah berwarna putih kekuningan dan pada
jeruk nipis berwarna bening. Penambahan ini bertujuan untuk menambah suasana asam
dimana pada jeruk buah dan jeruk nipis telah terjadi proses pengenceran yang
mengakibatkan kadar keasaman larutan menjadi berkurang. Dan proses titrasi pada
vitamin C akan berjalan baik pada suasana netral sedikit asam. Selanjutnya masingmasing larutan ditambahkan larutan indikator amilum 2% dan warna larutan tidak
berubah. Kemudian larutan jeruk buah dan jeruk nipis dititrasi dengan I 2 standar.
Setelah dititrasi larutan berubah menjadi biru kehitaman, hal ini menandakan vitamin C
telah habis bereaksi dan merupakan titik akhir titrasi. Volume titrasi yang diperlukan
pada jeruk buah sebanyak 0,3 mL dan jeruk nipis 0,3 mL. Berdasarkan data dan hasil
perhitungan didapatkan kadar vitamin C dalam jeruk buah dan jeruk nipis dalam % b/b
yaitu 0,0019% dan 0,0019%.
Tahap ketiga yaitu titrasi iodimetri dilakukan dengan menggunakan larutan jeruk
buah dan jeruk nipis yang tidak diencerkan. Larutan jeruk buah dan jeruk nipis diambil
10 mL yang selanjutnya ditambahkan larutan H2SO4 pada masing-masing larutan.
Didapatkan larutan jeruk buah berwarna kuning dan pada jeruk nipis berwarna putih
keruh. Kemudian ditambahkan larutan indikator amilum 2% beberapa tetes dan
didapatkan warna larutan tetap. Selanjutnya larutan jeruk buah dan jeruk nipis dititrasi
dengan I2 standar yang kemudian masing-masing larutan berubah warna menjadi biru
kehitaman yang menunjukkan titik akhir titrasi. Warna biru ini dapat muncul karena
dalam larutan amilum terdapat rantai heliks yang dapat membentuk kompleks dengan
iodium yang masuk dalam spiral tersebut sehingga membentuk warna biru tua
kompleks. Volume titrasi yang dibutuhkan untuk larutan jeruk buah yaitu 2,4 mL dan

pada jeruk nipis sebanyak 2,2 mL. Berdasarkan data dan hasil perhitungan didapatkan
kadar vitamin C dalam jeruk buah dan jeruk nipis dalam % b/b yaitu 0,1557% dan
0,1465%.
Volume titrasi yang digunakan pada cara pertama dengan kedua berbeda-beda.
Volume titrasi pada cara pertama lebih sedikit yaitu 0,3 mL pada jeruk buah dan 0,3 mL
pada jeruk nipis. Sedangkan pada cara kedua volume titrasi yang digunakan lebih
banyak yaitu 2,4 mL pada jeruk buah dan 2,2 mL pada jeruk nipis. Hal ini terjadi karena
pada cara kedua dilakukan tanpa proses pengenceran pada larutan sampel sehingga
dibutuhkan lebih banyak iodium dan pada cara pertama dilakukan dengan proses
pengenceran yang mengakibatkan penurunan konsentrasi pada sampel sehingga iodium
yang dibutuhkan untuk bereaksi lebih sedikit.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam
menentukan kadar vitamin C (asam askorbat) dalam sampel jeruk buah dan jeruk nipis
dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi berdasarkan reaksi oksidasi
Antara iodin sebagai pentiter dengan reduktor dalam hal ini vitamin C yang memiliki
nilai potensial oksidasi lebih rendah dari iodin dengan menggunakan indikator amilum
sebagai penentu titik akhir titrasi. Titrasi dapat dilakukan dengan dua cara. Yaitu cara
pertama titrasi dilakuakan dengan sampel yang telah diencerkan dan didapatkan kadar
vitamin C dalam % b/b pada jeruk buah 0,0019% dan pada jeruk nipis 0,0019%. Cara
kedua yaitu titrasi dilakukan pada larutan sampel tanpa proses pengenceran dan
didapatkan kadar vitamin C pada jeruk buah 0,1557% dan jeruk nipis 0,1465%.

DAFTAR PUSTAKA

Deman, M. John. 1989. Principles of Food Chemistry. Jakarta: ITB.


Karinda, Monalisa, dkk. 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C
Mangga Dodol Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dan
Iodometri. Manado: Jurnal Ilmiah Farmasi-Unsrat Vol. 2 No. 01.
Kouhanestani, Mina Babashahi, dkk. 2014. Quantitative Evaluation of Vitamin C in
Industrial Lemon Juice by Titration Method. Iran: Journal of Biology and
Todays World.
Masitoh, Siti. 2014. Titrasi Iodimetri Penentuan Kadar Vitamin C. Jakarta: Jurnal Kimia
Analitik.
Njoku, P. C., dkk. 2011. Temperature Effects on Vitamin CContent in Citrus Fruits.
Nigeria: Pakistan Journal of Nutrition.

Nweze, C.C., dkk. 2015. Comparative Analysis of Vitamin C in Fresh Fruits Juice of
Malus domestica, Citrus sinensi, Ananas comosus and Citrullus lanatus by
Iodometric Titration. Nigeria: International Journal of Science, Environment and
Technology.
Poedjiadi, Anna. 1984. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Winarno, F. G. 2000. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM


BIOKIMIA II
ACARA VI
PENENTUAN KADAR VITAMIN

Disusun Oleh
NAMA

: RIZKI AMALIA PUTRI

NIM

: G1C 013 040

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2016

Anda mungkin juga menyukai