Penyakit atau gejala yang tampak disebabkan oleh defisiensi vitamin C adalah
skorbut atau pendarahan gusi, mudah terjadi luka dan infeksi tubuh, hambatan
pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, pembentukan tulang yang tidak normal pada
bayi dan anak-anak serta kulit mudah mengelupas. Sumber vitamin C adalah sayuran
berwarna hijau, buah-buahan akan tetapi rasa asam pada buah tidak selalu sejalan
dengan kadar vitamin C dalam buah tersebut karena rasa asam disebabkan oleh asamasam lain yang terdapat dalam buah bersama dengan vitamin C. Penambahan tomat atau
jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C dan pemanasan sayuran hendaknya
dilakukan sebentar saja dengan mendidihkan air terlebih dahulu (Poedjiadi, 1984 : 411).
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan
efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan. Buah-buahan
merupakan sumber vitamin C, diantaranya yaitu buah mangga. Penelitian ini bertujuan
untuk menetapkan kadar vitamin C dalam buah mangga menggunakan metode
Spektrofotometri UV-Vis dan Iodimetri, serta membandingkan hasil dari kedua metode
tersebut. Sampel yang diidentifikasi yaitu buah mangga yang sudah matang. Pada
penelitian ini kadar vitamin C dianalisis dengan menggunakan metode Spektrofotometri
UV-Vis dan Iodimetri. Hasil analisis vitamin C pada buah mangga dodol dengan
menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis yaitu 15,88 g/100g, sedangkan
kandungan vitamin C dengan menggunakan metode Iodimetri yaitu 3,5 g/100g. Dari
hasil tersebut, menujukkan bahwa kadar vitamin C dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis lebih tinggi dibandingkan dengan metode iodimetri (Karinda,
2013).
Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodin (I2) dan
digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai potensial
oksidasi lebih kecil daripada system iodium-iodida sebagaimana persamaan di atas atau
dengan kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup
kuat seperti vitamin C. Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara
iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah
dari sistem iodin-iodida. Titik ekuivalen dalam titrasi kali ini ditandai dengan perubahan
warna larutan menjadi ungu kehitaman, yang menandakan bahwa vitamin C telah habis
bereaksi dengan iodin, dan kemudian iodin bereaksi dengan larutan kanji sehingga
menghasilkan warna ungu kehitaman. Berdasarkan hasil praktikum didapat data bahwa
volume analit adalah 25 ml dan volume titran adalah 21,5 ml. Dari data tersebut maka
didapat konsentrasi vitamin C sebesar 0,0043 M (Masitoh, 2014).
Salah satu mikronutrien yang paling penting dari jus lemon adalah vitamin C.
Vitamin C adalah antioksidan yang sensitif dan panas, cahaya dan oksigen dimasukkan
sebagai faktor penting untuk mengurangi jumlah vitamin ini. Penelitian ini dirancang
untuk mengevaluasi vitamin C di jus lemon industri kuantitatif. Penelitian crosssectional ini dilakukan pada 50 botol dari berbagai jenis Shiraz jus lemon industri.
Vitamin tingkat C diukur melalui metode titrasi iodin. Setiap pengukuran diulang 2 kali.
Kemudian data dianalisis secara statistik dengan menggunakan software SPSS. Asam
askorbat jus lemon diperoleh dengan metode titrasi iodin. Kandungan asam askorbat
dinyatakan dalam mg / 100ml. 5 ml dari sampel diencerkan dengan 20ml air suling di
Erlenmeyer. Karena mungkin keberadaan sulfur dioksida dalam jus lemon, sejumlah
hidrogen peroksida ditambahkan ke dalam larutan. Kemudian 0,5 ml pati pasta
ditambahkan ke dalam larutan. Oleh larutan iodin 0,01 N dititrasi hingga warna biru
muncul. Akhirnya, berkaitan dengan jumlah larutan iodine yang digunakan, jumlah
vitamin C dalam sampel dihitung (Kouhanestani, 2014).
Kandungan vitamin C pada beberapa jus buah seperti jeruk, anggur, lemon dan
limau yang disimpan dalam berbagai kondisi telah diselidiki. Jus dari sampel yang telah
diekstraksi, disimpan di kamar suhu dalam botol plastic. Semua jus dianalisis untuk
kadar C vitamin mereka dengan metode oksidasi dan reduksi. Hasil untuk buah-buahan
segar menunjukkan bahwa jeruk memiliki kandungan vitamin C tertinggi, diikuti buah
anggur, lemon dan limau. Hal ini sesuai dengan laporan itu, bahwa iklim, terutama suhu
mempengaruhi tingkat vitamin C. Daerah dengan kondisi malam yang dingin
menghasilkan buah jeruk dengan kadar vitamin C yang lebih tinggi. Pada daerah tropis
yang panas menghasilkan buah dengan tingkat yang lebih rendah dari vitamin C.
Kondisi lingkungan juga dapat meningkatkan keasaman buah jeruk juga meningkatkan
kadar vitamin tingkat C (Njoku, 2011).
Karena metode titrasi iodometri didasarkan pada reaksi reduksi oksidasi,
sejumlah zat pereduksi lainnya dalam makanan (selain asam askorbat) bisa mengganggu
pwnwntuan. Banyak molekul (misalnya, fenol, sulphydryls, dan triose reductones) dan
ion (misalnya, besi, tembaga, atau sulfit) dapat mengurangi pewarna DCIP) dan karena
itu dapat menimbulkan hasil titrasi palsu yang tinggi. Umumnya, gangguan bisa diatasi
dengan menyesuaikan pH dan reaksi lain kondisi sehingga sebagian bahan lainnya
bereaksi jauh lebih lambat daripada askorbat. Masalah praktis utama lain yang terkait
dengan metode titrimetic dari DCIP adalah kesulitan dalam memastikan titik akhir
ekstrak makanan berwarna, terutama warna merah keunguan. Terlepas dari potensi
kesulitan, metode titrasi telah menjadi metode yang banyak digunakan karena mudah.
Penentuan dapat cepat dilakukan dengan peralatan laboratorium sederhana (Nweze,
2015).
a. Aquades (H2O)(l)
b. Jeruk buah
c. Jeruk nipis
d. Larutan indikator amilum 2%
e. Larutan asam sulfat (H2SO4) 1 N
f. Larutan asam sulfat (H2SO4) 2 N
g. Larutan iodine (I2) 0,01 N
h. Larutan kalium iodida (KI) 10%
i. Larutan kalium iodat (KIO3) 0,1 N
j. Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
D. SKEMA KERJA
1. Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3 0,1 N
Hasil
Dititrasi
dengan
larutan
Na2S2O3
sampai
Hasil
Diambil 10 mL air jeruk buah dan jeruk nipis dengan menggunakan pipet volume
Ditimbang untuk mendapatkan beratnya
Hasil
b. Titrasi Iodimetri Cara I
10 mL air jeruk
buah
Diencerkan
dengan aquades sampai 100 mL
Larutan air jeruk
Hasil
Hasil
(Diulangi langkah diatas menggunakan jeruk nipis)
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Perubahan Fisik
No
1
Prosedur
Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan
Larutan KIO3 0,1 N
a. 10 mL larutan KIO3 0,1 N
dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Hasil Pengamatan
dan ditimbang
1N
d. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01
N
e. Ditambahkan beberapa tetes larutan
amilum 2%
f. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01
2
keruh
N
Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan
Standar Na2S2O3 0,1 N
a. 10 mL larutan I2 dititrasi dengan
larutan Na2S2O3 0,1 N
amilum 2%
c. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01
N
3
berwarna bening
ke dalam erlenmeyer
b. Ditambahkan 6 mL larutan H2SO4
1N
adalah bening
larutan amilum 2%
bening
erlenmeyer
b. Ditambahkan 6 mL larutan H2SO4
keruh
1N
Percobaan
Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan
Larutan KIO3 0,1 N
Volume
Vtit1 = 0,4 mL
Vtit2 = 1,3 mL
Vtit-tot = Vtit1 + Vtit2
Vtit-tot = 0,4 mL + 1,3 mL
Vtit-tot = 1,7 mL
Vtit1 = 0,4 mL
Vtit2 = 2,3 mL
Vtit-tot = Vtit1 + Vtit2
Vtit-tot = 0,4 mL + 2,3 mL
Vtit-tot = 2,7 mL
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
a. Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3 0,1 N
Oksidator + KIO3(aq) I2(aq) + KI(aq)
IO3-(aq) + 5I- (aq) + 6H+(aq) 3I2(aq) + 3H2O(l)
I2(aq) + 2Na2S2O3(aq) 2NaI(aq) + Na2S4O6(aq)
I2(aq) + amilum(aq) I2-amilum(aq)
Titrasi kembali
I2-amilum(aq) + 2S2O32-(aq) 2I-(aq) + amilum(aq) + S4O6-(aq)
b. Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan Na2S2O3
I2(aq) + Na2S2O3(aq) 2NaI(aq) + Na2S4O6(aq)
I2(aq) + amilum(aq) I2-amilum(aq)
Titrasi kembali
I2-amilum(aq) + 2S2O32-(aq) 2I-(aq) + amilum(aq) + S4O6-(aq)
c. Reaksi Vitamin C dengan Iodium
C6H8O6(aq) + I2(aq) C6H6O6(aq) + 2I-(aq) + 2H+(aq)
2. Perhitungan
a. Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3
massa
1000
N KIO3
=
valensi
Mr
V
10,12 gram
1000
=
1
214 gram/mol
10 mL
= 4,73 N
(N V) Na2S2O3
N Na2S2O3
= (N V) KIO3
N V KIO 3
=
V Na2 S 2 O3
4,73 N 10 mL
=
1,7 mL
= 27,8235 N
1. Cara I
% b/b
V I 2 0,88 0,00726
=
100
1,01
faktor pengenceran
gram sampel
0,3 mL 0,88 0,00726
100
=
1,01
10
10,26 gram
= 1,9470 10-5
= 0,0019%
2. Cara II
% b/b
V I 2 0,88 0,00726
100
1,01
faktor pengenceran
gram sampel
= 1,5576 10-3
= 0,1557%
d. Kadar Vitamin C dalam Jeruk Nipis
1. Cara I
V I 2 0,88 0,00726
% b/b
=
100
1,01
faktor pengenceran
gram sampel
0,3 mL 0,88 0,00726
100
=
1,01
10
10,53 gram
= 1,9982 10-5
= 0,0019%
2. Cara II
% b/b
V I 2 0,88 0,00726
100
1,01
faktor pengenceran
gram sampel
= 1,4654 10-3
= 0,1465%
G. PEMBAHASAN
langsung dengan iodin. Deteksi titik akhir titrasi ini akan memberikan warna biru
kehitaman.
Pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C (asam
askorbat) dalam sampel jeruk buah dan jeruk nipis secara titrasi iodimetri. Terdapat tiga
percobaan yang dilakukan. Percobaan pertama ialah standarisasi larutan Na 2SO3 dengan
larutan KIO3 0,1 N. standarisasi ini dilakukan untuk mengetahui normalitas dari larutan
Na2SO3. Percobaan ini diawali dengan penambahan larutan KI 10% dalam larutan KIO 3
0,1 N yang menghasilkan larutan yang bening. Penambahan KI ini bertujuan untuk
membentuk iodin (I2). Kemudian ditambahkan larutan H2SO4 dan larutan menjadi
berwarna kuning kemerahan. Dalam proses ini terjadi reaksi eksoterm (melepas panas).
Penambahan H2SO4 ini bertujuan untuk memberikan suasana asam dimana reaksi akan
dapat berlangsung pada suasana netral sedikit asam. Selanjutnya larutan dititrasi dengan
larutan Na2SO3. Larutan Na2SO3 berfungsi sebagai agen pereduksi dimana pada titik
akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi kuning merah lebih
pudar. Larutan Na2SO3 yang digunakan sebanyak 0,4 mL. Kemudian larutan
ditambahkan indikator amilum 2% dan larutan berubah menjadi hitam. Penambahan
indikator ini dilakukan untuk mengetahui titk akhir titrasi dan penggunaan amilum
sebagai indikator dikarenakan amilum akan memberikan perubahan warna yang jelas
saat bereaksi dengan iodin. Penambahan amilum dilakukan saat mendektai titik akhir
titrasi agar amilum tidak terbungkus iod sehingga akan susah untuk dititrasi.
Selanjutnya dititrasi dengan Na2SO3 kembali hingga larutan menjadi bening. Volume
Na2SO3 yang dugunakan sebanyak 1,3 mL. pada proses titrasi ini iodin tereduksi
menjadi
iodide
seperti
pada
persamaan
reaksi
berikut:
didapatkan bulir-bulir jeruk dapat terpisahkan dan tidak mengganggu proses analisis.
Selanjutnya masing-masing larutan jeruk diambil 10 mL dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer dan ditimbang. Setelah ditimbang didapatkan masing-masing berat jeruk
buah dan jeruk nipis sebanyak 10,26 gram dan 10,53 gram.
Tahap kedua yaitu kadar vitamin C ditentukan dengan titrasi iodimetri yang
dilakukan dengan dua cara. Pada cara pertama, larutan jeruk buah dan jeruk nipis
diencerkan hingga 100 mL terlebih dahulu sebelum dititrasi. Proses pengenceran ini
dilakukan untuk menurunkan konsentrasi pada masing-masing jeruk. Selanjutnya
dilambil masing-masing 10 mL pada jeruk buah dan jeruk nipis dan ditambahkan
larutan H2SO4 2 N. Didapatkan larutan jeruk buah berwarna putih kekuningan dan pada
jeruk nipis berwarna bening. Penambahan ini bertujuan untuk menambah suasana asam
dimana pada jeruk buah dan jeruk nipis telah terjadi proses pengenceran yang
mengakibatkan kadar keasaman larutan menjadi berkurang. Dan proses titrasi pada
vitamin C akan berjalan baik pada suasana netral sedikit asam. Selanjutnya masingmasing larutan ditambahkan larutan indikator amilum 2% dan warna larutan tidak
berubah. Kemudian larutan jeruk buah dan jeruk nipis dititrasi dengan I 2 standar.
Setelah dititrasi larutan berubah menjadi biru kehitaman, hal ini menandakan vitamin C
telah habis bereaksi dan merupakan titik akhir titrasi. Volume titrasi yang diperlukan
pada jeruk buah sebanyak 0,3 mL dan jeruk nipis 0,3 mL. Berdasarkan data dan hasil
perhitungan didapatkan kadar vitamin C dalam jeruk buah dan jeruk nipis dalam % b/b
yaitu 0,0019% dan 0,0019%.
Tahap ketiga yaitu titrasi iodimetri dilakukan dengan menggunakan larutan jeruk
buah dan jeruk nipis yang tidak diencerkan. Larutan jeruk buah dan jeruk nipis diambil
10 mL yang selanjutnya ditambahkan larutan H2SO4 pada masing-masing larutan.
Didapatkan larutan jeruk buah berwarna kuning dan pada jeruk nipis berwarna putih
keruh. Kemudian ditambahkan larutan indikator amilum 2% beberapa tetes dan
didapatkan warna larutan tetap. Selanjutnya larutan jeruk buah dan jeruk nipis dititrasi
dengan I2 standar yang kemudian masing-masing larutan berubah warna menjadi biru
kehitaman yang menunjukkan titik akhir titrasi. Warna biru ini dapat muncul karena
dalam larutan amilum terdapat rantai heliks yang dapat membentuk kompleks dengan
iodium yang masuk dalam spiral tersebut sehingga membentuk warna biru tua
kompleks. Volume titrasi yang dibutuhkan untuk larutan jeruk buah yaitu 2,4 mL dan
pada jeruk nipis sebanyak 2,2 mL. Berdasarkan data dan hasil perhitungan didapatkan
kadar vitamin C dalam jeruk buah dan jeruk nipis dalam % b/b yaitu 0,1557% dan
0,1465%.
Volume titrasi yang digunakan pada cara pertama dengan kedua berbeda-beda.
Volume titrasi pada cara pertama lebih sedikit yaitu 0,3 mL pada jeruk buah dan 0,3 mL
pada jeruk nipis. Sedangkan pada cara kedua volume titrasi yang digunakan lebih
banyak yaitu 2,4 mL pada jeruk buah dan 2,2 mL pada jeruk nipis. Hal ini terjadi karena
pada cara kedua dilakukan tanpa proses pengenceran pada larutan sampel sehingga
dibutuhkan lebih banyak iodium dan pada cara pertama dilakukan dengan proses
pengenceran yang mengakibatkan penurunan konsentrasi pada sampel sehingga iodium
yang dibutuhkan untuk bereaksi lebih sedikit.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam
menentukan kadar vitamin C (asam askorbat) dalam sampel jeruk buah dan jeruk nipis
dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi berdasarkan reaksi oksidasi
Antara iodin sebagai pentiter dengan reduktor dalam hal ini vitamin C yang memiliki
nilai potensial oksidasi lebih rendah dari iodin dengan menggunakan indikator amilum
sebagai penentu titik akhir titrasi. Titrasi dapat dilakukan dengan dua cara. Yaitu cara
pertama titrasi dilakuakan dengan sampel yang telah diencerkan dan didapatkan kadar
vitamin C dalam % b/b pada jeruk buah 0,0019% dan pada jeruk nipis 0,0019%. Cara
kedua yaitu titrasi dilakukan pada larutan sampel tanpa proses pengenceran dan
didapatkan kadar vitamin C pada jeruk buah 0,1557% dan jeruk nipis 0,1465%.
DAFTAR PUSTAKA
Nweze, C.C., dkk. 2015. Comparative Analysis of Vitamin C in Fresh Fruits Juice of
Malus domestica, Citrus sinensi, Ananas comosus and Citrullus lanatus by
Iodometric Titration. Nigeria: International Journal of Science, Environment and
Technology.
Poedjiadi, Anna. 1984. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Winarno, F. G. 2000. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Disusun Oleh
NAMA
NIM