BAB 1
PENGERTIAN MUTU
A. Difinisi Mutu
9.
10. Not only satisfying customers, but delighting them innovating creating.
Meskipun tidak ada difinisi yang bisa diterima secara universal mengenai
kualitas, namun dasar pengertiannya terdapat persamaan yaitu dalam unsurnya
sebagai berikut :
1.
2.
3. Kualitas merupakan suatu kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada
masa mendatang).
Tapi berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa
pelayanan, mengukurnya, mengharapkannnya, dijanjikan atau tidak, sadar atau
hanya dirasakan, operasional teknik atau subjektif sama sekali, dan selalu
menggambarkan target yang bergerak dalam pasar kompetitif.
3.
Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan
yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan
kepuasaan (American Society For Quality Control).
4.
Mutu adalah kecocokan penggunan produk (fitnes adalah us for use),
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasaan pelanggan.
b.
c.
Waktu; kehandalan.
d.
e.
5.
Mutu adalah kesesuaian terhadap permintaan persyaratan (The
Conformance Of Requirements, Philip B, Crosby,1979). Suatu produk memiliki
kualitas apabila sesuai dengan standarkualitas yang ditentukan. Standar kualitas
meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi.
6.
Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar(Deming); Perusahaan
harus benar-benar dapat memahami apa yang akan dihasilkannya.
7.
Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan(konsumen).
8.
9.
Kebutuhan dan harapan pelanggan merupakan kinerja yang sesuai
dengan standar yang diharapkan pelanggan.
10.
Dikaitkan dengan suatu derajat keberhasilan atau penampilan yg
patutmendapat pujian, yaitu suatu derajat kesempurnaan hasil yang jauh
melampaui tingkat rata-rata.
11.
12.
Memberikan produk dan jasa yang secara konsisten memenuhi kebutuhan
danharapan pelanggan.
13.
Melakukan pekerjaan yang benar secara tepat pada saat pertama,
selalumengusahakan perbaikan dan selalu memuaskan pelanggan.
14.
15.
Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang
diamat
16.
Pengertian mutu adalah suatu produk atau jasa yang memenuh syarat
atau keinginan pelanggan, dimana pelanggan dapat menggunakan atau menikmati
produk atau jasa tersebut dengan sangat puas dan ia menjadi pelanggan tetap.
17.
Menurut Philip B. Crosby (1986), yang dimaksud dengan mutu adalah
derajat kemampuan suatu produk atau jasa untuk memenuhi kepuasan pemakai
dan penghasilnya.
3. Delivery ( D ) : Mutu pengiriman atau penyerahan hasil produk atau jasa yang
tepat waktu sesuai dengan permintaan.
4.
B. Konsep Mutu
Konsep mutu menurut ISO 9000:2000 didefinisikan sebagai karakterristik yang
melekat pada produk yang mencukupi persyaratan atau keinginan.karateristik
produk diantarnya terdiri dari (Suardi,2003:3) :
a.
b.
c.
b.
c.
Kualitas telah menjadi isu kritis dalam persaingan modern dewasa ini, dan hal itu
telah menjadi beban tugas bagi para manager menengah. Dalam tataran abstrak
kualitas telah didefinisikan oleh dua pakar penting bidang kualitas yaitu Joseph
Juran dan Edward Deming. Mereka berdua telah berhasil menjadikan kualitas
sebagai mindset yang berkembang terus dalam kajian managemen, khususnya
managemen kualitas.
Menurut Juran Kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini
berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan
atau diharapkan oleh pengguna, lebih jauh Juran mengemukakan lima dimensi
kualitas yaitu :
Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk
Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dengan
penyampaian produk actual
Ketersediaan (availability), mencakup aspek kedapatdipercayaan, serta ketahanan.
Dan produk itu tersedia bagi konsumen untuk digunakan.
Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen.
Guna praktis (field use) , kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada
penggunaannya oleh konsumen.
hingga saat ini masih dikuasai oleh PLN sehingga masyarakat tidak bisa pindah
meskipun pelayanan listriknya sering mati. dahulu Telkom menjadi satu-satunya
operator telepon sehingga masyarakat tidak bisa berpaling meskipun harganya
mahal dan sulit untuk mendapatkan sambungan telepon ke rumah.
2. Kedua, era Inspeksi. era ini mulai berlangsung sekitar tahun 1800-an, dimana
pemilahan produk akhir dilakukan dengan cara melakukan inspeksi sebelum dilepas
ke konsumen. tanggung-jawab mutu produk diserahkan sepenuhnya ke departemen
inspeksi (Quality Control). Departemen QC akhirnya selalu jadi sasaran bila ada
produk cacat yang lolos ke konsumen. di sisi lain, biaya mutu menjadi membengkak
karena produk seharusnya sudah bisa dicegah masuk ke proses berikutnya pada
saat departemen terkait menemukan adanya cacat di bagiannya masing-masing
sebelum diperiksa oleh petugas inspeksi.
3. Tahap ketiga, dikenal sebagai Statistical Quality Control Era (Pengendalian Mutu
secara Statistik). era ini dimulai tahun 1930 oleh Walter Shewart dari Bell Telephone
Laboratories. departemen inspeksi dilengkapi dengan alat dan metode statistik
untuk mendeteksi penyimpangan yang terjadi pada produk yang dihasilkan
departemen produksi. departemen produksi menggunakan data tersebut untuk
melakukan perbaikan terhadap sistem dan proses.
4. Tahap keempat, Quality Assurance era. era ini mulai berkembang tahun 1950an. konsep mutu meluas dari sebatas tahap produksi (hilir) ke tahap desain (hulu)
dan berkoordinasi dengan departemen jasa (Maintenance,Gudang,dll). manajemen
mulai terlibat dalam penentuan pemasok (supplier). konsep biaya mutu mulai
dikenal, bahwa aktivitas pencegahan akan mengurangi pengeluaran daripada upaya
perbaikan cacat yang sudah terjadi. desain yang salah misalnya akan
mengakibatkan kesalahan produksi atau instalasi. oleh sebab itu sangat ketelitian
desain untuk mengurangi biaya. contoh dari era ini adalah penggunaan ISO 9000
versi 1994.
5. Tahap kelima, dikenal sebagai Strategic Quality Management /Total Quality
Management. dalam era ini keterlibatan manajemen puncak sangat besar dalam
menjadikan kualitas sebagai modal untuk menempatkan perusahaan siap bersaing
dengan kompetitor. sistem ini didefenisikan sebagai sistem manajemen strategis
dan integratif yang melibatkan semua manajer dan karyawan serta menggunakan
metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki proses-proses
organisasi secara berkesinambungan agar dapat memenuhi dan melampaui
harapan pelanggan. contoh era ini adalah penggunaan Sistem manajemen Mutu ISO
9000 versi 2000 dan 2008.
1.
Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit
didefinisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam
seni musik, drama, seni tari, dan seni rupa. Selain itu perusahaan dapat
mempromosikan produknya dengan pernyataan-pernyataan seperti tempat berbelanja yang menyenangkan (supermarket), elegan (mobil), kecantikan wajah
(kosmetik), kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), dan lain-lain. Dengan
demikian fungsi perencanaan, produksi, dan pelayanan suatu perusahaan sulit
sekali menggunakan definisi seperti ini sebagai dasar manajemen kualitas.
2.
Product-based Approach
Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat
dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan
perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk. Karena
pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam
selera, kebutuhan, dan preferensi individual.
3.
User-based Approach
Pendekatan didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang
memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang
(misalnya perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.
Perspektif yang subjektif dan demand-oriented ini juga menyatakan bahwa
pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula,
sehingga kualitas bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang
dirasakannya.
4. Manufacturing-based Approach
Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik
perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai sama
dengan persyaratannya (conformance to requirements). Dalam sektor jasa, dapat
dikatakan bahwa kualitasnya bersifat operations-driven. Pendekatan ini berfokus
pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara internal, yang seringkali
didorong oleh tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya. Jadi yang
menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, bukan
konsumen yang menggunakannya. Dalam konteks ini konsumen dipandang sebagai
fihak yang harus menerima standar-standar yang ditetapkan oleh produsen atau
penghasil produk
5.
Value-based Approach
Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan
mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga, kualitas didefinisikan
sebagai affordable excellence. Kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif,
sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang
paling bernilai. Akan tetapi yang paling bernilai adalah produk atau jasa yang paling
tepat dibeli (best-buy).
Dari paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mutu memiliki makna
beragam namun pada intinya adalah bagaimana menghasilkan produk atau jasa
yang bisa melayani kebutuhan pelanggan bahkan melampaui harapan mereka. Dari
sisi perusahaan, keunggulan mutu produk akan memberikan keuntungan berupa
peningkatan jumlah pelanggan dan penurunan biaya yang pada akhirnya akan
meningkatkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
3. Jangan menyalahkan orang lain Sikap menyalahkan orang lain tidak akan
menyelesaikan masalah. Sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Bila
ditemukan masalah, jangan mencari siapa yang bersalah.Tetapi pikirkanlah
penyebab terjadinya masalah dan temukan langkah-langkah perbaikannya.
4. Bertindak berdasarkan prinsip prioritas Prinsip prioritas adalah prinsip
mengutamakan yang utama, atau mendahulukan yang penting dalam melakukan
suatu tindakan. Sebelum bertindak, pertimbangkan tingkat kepentingan dari apa
yang akan dilakukan. Bila tindakan itu terkait dengan pemecahan masalah, prioritas
hendaknya diberikan pada masalah yang paling penting atau paling besar
pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Biasanya dalam pemecahan masalah juga
berlaku prinsip pareto atau prinsip 20:80, artinya dalam pemecahan suatu masalah,
hendaknya prioritas diberikan pada 20% penyebab utamanya yang menimbulakn
dampak perbaikan 80%.
5. Proses berikutnya adalah Pelanggan Pelanggan adalah proses berikutnya yang
menerima atau menggunakan jasa atau produk dari proses sebelumnya. Dalam
rangkaian diagram diatas, A sampai L adalah pelanggan. Konsep hubungan
pelanggan-pemasok ini bisa diaplikasikan secara internal maupun secara
eksternal.Secara internal, setiap proses adalah pelanggan saat menerima hasil kerja
dari unit lain. Secara eksternal semua mata rantai produk, mulai dari distributor,
agen, pengecer sampai pembeli atau pemakai langsung suatu produk atau jasa
adalah termasuk dalam pengertian hubungan pelanggan-pemasok.
Setiap proses berikutnya memiliki empat hal pokok yang sangat penting dan
menjadi fokus pemikiran bagi proses sebelumnya.Empat hal pokok itu adalah
kebutuhan, persyratan, harapan, dan persepsi.Kedua pihak hendaknya sebelumnya
harus memikirkan apa yang dibutuhkan, diisyaratkan, diharapakan dan
dipersepsikan oleh proses berikutnya. Upaya sistematis untuk mengidentifikasi dan
memenuhi empat hal pokok itu dinamakan fokus pelanggan.
6. Setiap Tindakan Perbaikan Diikuti Pencegahan Tindakan koneksi adalah
tindakan awal untuk menghilangkan fenomena dari suatu kondisi yang tidak
diinginkan. Kondisi yang tidak diinginkan adalah masalah. Misalnya terjadi
penyimpangan berat produk. Setelah penyimpanagan dikoreksi, selanjutnya perlu
dianalisa secara lebih teliti sampai ditemukan akar penyebab yang paling dalam.
Bila akar penyebab telah dapat diidentifikasi, maka selanjutnya dipikirkan alternatif
cara yang paling efektif untuk mencegah terulangnya masalah yang sama.Tindakan
koreksi dan tindakan pencegahan idealnya dilakukan bersamaan terhadap suatu
maslah.Contoh tindakan pencegahan pada contoh kasus di atas misalnya
melakukan kalibrasi secara berkala terhadap mesin pengantongan dan
menyediakan prosedur untuk pemeliharaan preventif.Apa yang dikatakan standar
ISO 9001 tentang perbaikan? Perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk
mengeliminasi penyebab terjadinya ketidak sesuaian agar masalah yang sama tidak
terulang kembali.Tindakan yang diambil haruslah dengan dampak yang
ditimbulkan. Apa yang dikatakan standar tentang pencegahan? Perusahaan harus
memastikan langkah-langkah yang diambil untuk menghilangkan penyebabpenyebab ketidak sesuaian untuk pencegahan yang diambil haruslah sesuai dengan
dampak potensi yang ditimbulkan. Fokus sistem manajemen mutu pada hakekatnya
adalah mencegah terjadinya kegagalan pada seluruh tahapan mulai input,proses
sampai outpru akhir dengan pendekatan sistematik holistik, sinergistik dan
antisipatif.
7. Berbicara berdasarkan Data Data adalah dasar untuk melakukan suatu
tinadakan. Dalam penyelesaian masalah data menjadi landasan bertindak agar
keputusan yang diambil tepat dan benar. Agar pemanfaatan data dapat tepat dan
benar maka pendekatan statistik sangat dianjurkan dalam sistem manajemen mutu
industri otomotif ISO / TS 16949 penerapan statistik merupakan keharusan.
8. Perbaikan Diawali dengan Penetapan Sasaran Tujuan dari suatu tindakan
haruslah jelas dan ditentukan sejak awal agar efektivitas tindakan dapat dinilai
secara objektif. Sistem manajemen mutu ISO 9001 mensyaratkan perusahaan untuk
menetapkan tujuan. Dikatakan : sasaran-sasaran muttu, termasuk sasaran lainnya
yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian produk ditetapkan pada unit-unit
fungsional pada berbagai tingkatan dalam perusahaan.Sasaran mutu dibuat spesifik
dan sejalan dengan kebijakan mutu.
Sasaran perlu ditetapkan agar evaluasi keberhasilan dapat dilakukakn setelah
perbaikan.Dalam penetapan sasaran biasanya digunakan prinsip SMART.
S =Spesific
dan melaksanakan komitmen secara penuh kepada mutu. Jaminan bahwa dampak
terhadap peningkatan mutu pelayanan dan mutu produk adalah : meningkatnya
pendapatan dan terkendalinya biaya operasi.
D. Dimensi Mutu
Produk berkualitas prima memang akan lebih atraktif bagi konsumen, bahkan
akhirnya dapat meningkatkan volume penjualan. Tetapi lebih dari itu, produk
berkualitas mempunyai aspek penting lain, yakni:
Pertama :
Konsumen yang membeli produk berdasarkan mutu, umumnya mereka mempunyai
loyalitas produk yang besar dibandingkan dengan konsumen yang membeli
berdasarkan orientasi harga. Normalnya, konsumen berbasis mutu akan selalu
membeli produk tersebut sampai saat produk tersebut membuat dia merasa tidak
puas karena adanya produk lain yang lebih bermutu. Tetapi selama produk semula
masih selalu melakukan perbaikan mutu (quality improvement) dia akan tetap setia
dengan tetap membelinya. Berbeda dengan konsumen berbasis harga, dia akan
mencari produk yang harganya lebih murah, apapun mereknya. Jadi konsumen
terakhir tersebut tidak mempunyai loyalitas produk.
Kedua :
Bersifat kontradiktif dengan cara berfikir bisnis tradisional, ternyata bahwa
memproduksi barang bermutu tidak secara otomatis lebih mahal dengan
memproduksi barang bermutu rendah. Banyak perusahaan menemukan (discovery)
bahwa memproduksi produk bermutu tidak harus berharga lebih mahal. Mengapa?
Fakta menunjukkan, bahwa cara (methods) berproduksi untuk menghasilkan
produk bermutu tinggi secara simultan meningkatkan produktivitas, antara lain
mengurangi penggunaan bahan (reduce materials usage) dan mengurangi biaya.
Misalnya diberikan contoh dua ibu rumah tangga masing masing mendapat
pesanan membuat kue donat 5000 buah yang harus diserahkan besok pagi pukul
10.00. Keduanya ahli membuat kue. Bedanya yang satu memakai mixer tradisional
(dikocok dengan manual) sedangkan yang satu menggunakan mixer listrik. Juga
ovennya, yang satu dengan oven tradisional, sedangkan yang lain dengan oven
listrik. Soal kecepatan, artinya produktivitas per satuan waktu tentunya, alat
modern (yang harganya lebih mahal) akan lebih cepat berproses produksi.
Hasilnyapun, akan lebih bermutu, harga jualpun mungkin lebih murah (competitive),
karena tidak perlu mengeluarkan upah tenaga kerja yang lebih banyak (baik untuk
mengaduk adonan) maupun untuk menjaga oven yang otomatis.
Ketiga:
Menjual barang tidak bermutu, kemungkinan akan banyak menerima keluhan dan
pengembalian barang dari konsumen. Atau biaya untuk memperbaikinya. (after
sales services) menjadi sangat besar, selain memperoleh citra tidak baik. Belum lagi
kecelakaan ydiderita oleh konsumen akibat pemakaian produk yang bermutu
rendah. Konsumen tersebut mungkin akan menuntut ganti rugi melalui pengadilan.
Jadi berdasarkan ketiga hal atau alas an di atas, memproduksi produk bermutu
tinggi lebih banyak akan memberikan keuntungan bagi produsen, bila dibandingkan
dengan produsen yang menghasilkan produk bermutu rendah.
Selain itu juga bahwa tugas penting bagian produksi dan operasi adalah
menciptakan barang yang sesuai dengan keinginan konsumen. Kebanyakan
konsumen menginginkan barang yang murah dengan kualitas yang tinggi.
Memenuhi keinginan ini, bagian operasi dan produksi harus berusaha mewujudkan
barang dalam konteks berikut: diproduksi secara efisien, mencapai produktivitas
yang tinggi, dan dapat menciptakan barang yang bermutu.
Meningkatkan Efisien
Efisien merupakan hubungan antara input dan bahan baku dengan output atau
produk. Jika perusahaan dapat menghasilkan barang atau jasa yang lebih banyak
sementara nilai bahan baku tetap, makatelah dikatakan efisiensi telah ditingkatkan.
Begitu pula, jika perusahaan dapat menghasilkan barang atau jasa yang tetap tapi
dengan nilai bahan baku yang lebih murah, sekali efisiensi telah ditingkatkan. Satu
dari ukuran perusahaan yang melakukan proses transformasi adalah efisiensi.
Ketika beberapa informasi yang diterima menyatakan bahwa ada perusahaan yang
menginvestasikan uangnya pada peralatan baru, merancang system jaringan
komputer, memperpendek rantai penawaran barang, alas an-alasan ini biasa
digunakan untuk memotong biaya atau dikenal sebagai meningkatkan efisiensi.
Meningkatkan Produktivitas
Produktivitas merupakan ukuran detail atau terinci mengenai efisiensi data
perubahan waktu ke waktu. Produktivitas merupakan perbandingan antara seluruh
produk barang atau jasa yang diproduksi pada waktu tertentu
dibagi dengan
banyaknya jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut.
Dengan kata lain, produktivitas merupakan efisiensi dari para pekerja.
Produktivitas juga berkaitan dengan kuantitas barang yang akan diproduksi. Jika
sumber daya digunakan dengan cara yang semakin efisien, maka kuantitas output
akan menjadi besar.
Meningkatkan Kuantitas
Perhatian setiap perusahaan pada peningkatan kualitas menjadi sangat penting.
Mengapa? Kualitas adalah salah satu alasan yang membuat konsumen mau
membeli barang suatu perusahaan atau mau menggunakan jasa suatu perusahaan.
Konsep kualitas sangat subjektif, karena secara definisi kualitas merupakan suatu
hasil memproduksi barang dan jasa dengan cirri dan karakter tertentu dengan
standart kepuasan seperti apa yang diduga oleh konsumen. Sifat yang subjektif ini
menyebabkan perusahaan tidak hanya memproduksi barang yang baik, tetapi harus
sesuai dengan apa yang menjadi harapan konsumen.
Berdasar definisi di atas, dimensi kualitas (mutu) sangat relatif tergantung target
marketnya (pelanggan). Kualitas dapat dinilai secara obyektif maupun subyektif.
Kualitas dinilai secara obyektif jika ada standar kualitasnya (spesifikasi) atau
dilakukan bencmarking dengan produk lain yang sejenis sedangkan kualitas dinilai
secara subyektif jika ditinjau dari kepuasan pelanggan, karena setiap pelanggan
akan memiliki persepsi sendiri terhadap sebuah produk tergantung selera,
kebutuhan, daya beli dan lain-lainnya. Penilaian kualitas dari aspek pelanggan
(subyektif) inilah yang menjadi tantangan dunia industri untuk memenangkan
persaingan global.
Feature
Realibility
Conformance
Durability
Serviceabilitty
Estetika
Perceved Quality
Harga
Brand Image
Purna Jual
Zero deffect
dll
Keramahan
Keamanan
Kenyamanan
Empati
Kepercayaan
Keterampilan
Kecepatan
Ketepatan
Brand image
Penampilan
Kejujuran
Aksesibilitas
Komunikatif
Daya tanggap
Garansi
dll
(diolah dari berbagai sumber)
Disamping dimensi kualitas di atas perlu pula diperhatikan tuntutan- tuntutan akan
kualitas produk di pasar global baik lokal, nasional dan internasional diantaranya
adalah:
1.
Memenuhi standar kualitas di masing-masing perusahaan, negara maupun
internasional :SII/SNI (Standar Nasional Indonesia), JIS (Japanes Industrial Standard),
ASTM ( The American Society For Testing And Material), ISO (Internasional
Organization For Standardization), BS (British Standart) dan lain-lainnya
2.
lainnya
Menerapkan sistem manajemen mutu seperti ISO 9000, ISO 14000 dan
3.
Memperoleh sertifikasi (award) seperti sertifikasi halal, ICSA, Superbrand
dan lain-lainnya
4.
Jika industri baik manufaktur maupun jasa semakin banyak memiliki keunggulan
dimensi kualitas dan memenuhi tuntutan-tuntutan kualitas seperti yang telah
diuraikan di atas maka dapat dikatakan daya saingnya tinggi. Daya saing sebuah
produk akan sangat ditentukan oleh pengelolaan sumberdaya perusahaan/industri
hingga mampu memenuhi standar-standar kualitas untuk memuaskan
konsumennya dan mengangkat citra konsumen dalam berkehidupan. Untuk
mencapai standar kualitas dibutuhkan pengendalian kualitas dari proses input,
produksi hingga output serta pemberian jaminan kualitas. Konsep pengendalian
mutu terpadu (TQM) dan pelayanan prima menjadi sangat penting untuk
diimplementasikan. Implementasi pengendalian mutu terpadu dan pelayanan prima
perlu didasari pengembangan budaya kerja (budaya perusahaan).
Sifat khas mutu suatu produk yang andal harus mempunyai multi dimensi,
karena harus memberi nilai kepuasan dan manfaat yang besar bagi konsumen
dengan melalui berbagai cara. Kalau kita bahas lebih lanjut produk itu bisa diartikan
sebagai produk atau hasil pabrikan atau barang manufaktur dan juga bisa diartikan
produk dari industri jasa atau pelayanan. Dimensi yang akan ditampilkan di tulisan
ini berkaitan dengan dimensi produk dari industri jasa atau pelayanan dan produk
dari barang manufaktur untuk ilustrasi.
memiliki gambar yang jelas; performansi dari produk mobil adalah akselerasi,
kecepatan, kenyamanan dan pemeliharaan, performansi dari produk penerbangan
adalah ketepatan waktu.
b. features : merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi
dasar, berkatan dengan pilihan-pilihan dan pengembagannya. Sebagai misal
features untuk produk penerbangann adalah memberikan minuman atau makanan
gratis dalam pesawat, pembelian tiket melalui telepon dan penyerahan di rumah,
pelaporan keberangkatan di kota dan diantar ke lapangan terbang (city check in).
Features dari produk mobil seperti atap yang dapat dibuka, dll. Seringkali terdapat
kesulitan untuk memisahkan karakteristik performansi dan features. Biasanya
pelanggan mendifinisikan nilai dalam bentuk fleksibilitas dan kemampuan mereka
untuk memilih features yang ada, juga kualitas dari features itu.
c. durability: merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini
berhubungan dengan daya tahan dari produk itu. Sebagai misal, pelangga akan
membeli ban mobil berdasarkan daya tahan ban itu dalam penggunaan, sehingga
ban-ban mobil yang memiliki masa pakai yang lebih panjang tentu akan merupakan
salah satu karakteristik kualitas produk yang dipertimbangkan oleh pelanggan
ketika akan membeli ban.
d. reliability : berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu produk
melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periioode waktu tertentu di bawah
kondisi tertentu. Dengan demikian keandalan merupakan karakteristik yang
merefleksikan kemungkinan atau probabilitas tingkat keberhasilan dalam
penggunaan produk itu.
e. serviceability : merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan,
keramahan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan.
Sebagai misal saat ini kita menjumpai bahwa banyak perusahaan otomotif yang
memberikan pelayanan perawatan atau perbaikan mobil sepanjang hari (24 jam)
atau permintaan pelayanan melalui telepon dan perbaikan mobil dilakukan dirumah.
f.
conformance : berkaitan dengann tingkat kesesuaia produk terhadap spesifikasi
yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konformansi
merefleksikan derajad dimana karakteristik design produk dan karakteristik operasi
memenuhi standar yang telah ditetapkan, serta sering diidefinisikan sebagai
konformansi terhadap kebutuhan (conformance to requirements). Karakteristik ini
mengukur banyaknya atau presentasi produk yang gagal memenuhi sekumpulan
standar yang telah ditetapkan dan karena itu perlu dikerjakan ulang atau
diperbaiki. Serbagai misal apakah pintu mobil untuk model tertentu yang diproduksi
berada dalam range dan toleransi yang dapat diterima ; 30(+/-)0,01 inci ?
g. aesthetics : merupakan karakteristik yang bersifat subyektif sehingga berkaitan
dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual.
Dengan demikian estetika dari suatu produk lebih banyak berkaitan dengan
perasaan pribadi dan mencakup karakteristik tertentu seperti ; keelokan,
kemulusan, suara yang merdu, selera dll.
Kualitas pelayanan sangat bergantung pada tiga hal, yaitu sistem, teknologi dan
manusia. Faktor manusia ini memberikan kontribusi sekitar 70%. Tidak
mengherankan, kepuasan terhadap kualitas pelayanan biasanya sulit ditiru.
Pembentukan attitude dan perilaku yang seiring dengan keinginan perusahaan
bukanlah pekerjaan mudah. Pembenahan harus dilakukan mulai dari proses
rekruitmen, training, budaya kerja dan hasilnya baru terlihat selama 3 tahun.
Konsep ini kualitas pelayanan diyakini mempunyai beberapa dimensi yaitu
reliability (keandalan): meliputi prestasi yang konsisten dan dapat
dipertanggungjawabkan. Perusahaan berarti melaksanakan jasa yang betul atau
cocok pada kali pertama, juga berarti bahwa perusahaan dapat memenuhi semua
janjinya.
responsiveness (responsif) : pelayanan atau respon yang cepat dan kreatif terhadap
permintaan atau permasalahan yang dihadapi konsumen.
access (akses) : Jasa tersebut mudah didapatkan pada tempat-tempat, waktu yang
tepat tanpa banyak menunggu.
Communication (Komunikasi) : jasa tersebut dijelaskan dengan tepat dalam bahasa
konsumen. Perusahaan harus menyesuaikan bahasanya untuk para pelanggan
yang berbeda.
competence (kompetensi) : para pegawai memiliki keahlian dan pengetahuan yang
diperlukan.
courtesy (kesopan-santunan) : para pegawai ramah, cepat tanggap dan tenang.
credibility (dapat diipercaya) : perusahaan dan pegawai dapat dipercaya dan
mempunyai tempat dihati konsumen.
security (keamanan) : jasa yang diberikan bebas dari bahaya, resiko dan keraguan.
tangibles (nyata) : bagian-bagian dari jasa yang berbentuk fisik benar-benar
mencerminkan kualitas jasa tersebut.
BAB 2
PENGERTIAN PENGENDALIAN MUTU
A.Pengendalian
Pengendalian sangatlah diperlukan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas
produksinya mulai dari bahan baku samapi barang jadi. Adapun pengertian dari
pengendalian menurut pendapat beberapa ahli, antara lain menurut T. Amrine,John
A. Ritchey dan O liver S. Hulley ; pengendalian adalah suatu sarana manajemen
yang memerlukan studi dan analisis yang teliti untuk mencegah pelaksanaan
pengendalian hanya untuk kepentingan pengendalian saja (1986 : 221).
Sedangkan menurut Sofyan Assauri mengatakan ; pengendalian adalah
kegiatan pemeriksaan dan pengendalian atas kegiatan yang telah dan sedang
dilakukan, agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat sesuai dengan apa yang
diharapkan atau direncanakan (1980 : 120).
Soewardjo dalam bukunya Quality Control mengatakan bahwa ;
pengendalian adalah suatu jaminan agar supaya pelaksanaan sedapat mungkin
bisa sesuai dengan rencana yang telah digariskan (1983 : 2).
Berbeda dengan pendapat M. Manullang ; Pengendalian adalah penilaian akan
pekerjaan bawahan baik yang sedang dikerjakan maupun yang sudah selesai
dikerjakan dengan maksud mengadakan tindakan perbaikan bila perlu agar benarbenar dapat dihasilkan tujuan yang sudah digariskan (1975 : 135).
Perbedaan pendapat ini tidak menyebabkan perbedaan arti yang terlalu jauh karena
pada intinya pengendalian ini untuk mencapai hasil yang sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jadi suatu pengendalian yang baik akan
dapat membantu proses produksi dalam suatu perusahaan, tidak hanya dalam segi
preventifnya saja, tetapi juga dalam segi korektifnya kerena pengedalian yang tepat
merupakan jaminan bahwa hasil yang dicapai akan sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Proses produksi dapat berjalan dengan lancer karena adanya pengendalian yang
baik sehingga jumlah kerusakan hasil produksi dapat berkurang seminimal mungkin
atau lebih kecil dari standar kerusakan yang telah ditetapkan.pengendalian adalah
suatu proses pendelegasian tanggung jawab dan wewenang untuk suatu aktivitas
manajemen,dalam menopang usaha-usaha atau sarana dalam rangka menjamin
hasil-hasil yang memuaskan.
Adanya pemahaman dari setiap orang terhadap Tanggung Jawab yang spesifik
untuk Kualitas
Adanya komitmen bersama dari level bawah sampai level atas akan pengertian
tentang kualitas.
Aktivitas yang Berorientasi Pada Tindakan pencegahan Kerusakan.
Kualitas tidak hanya cukup dilakukan pada mendeteksi kerusakan , tetapi
difokuskan pada tindakan pencegahan dengan cara melakukan aktivitas secara baik
sesuai dengan instruksi pekerjaan, sesuatu dilakukan dengan cara do it right the
first time.
Filosofi menganggap bahwa Kualitas Merupakan Jalan Hidup (Way of life)
Isu-isu tentang kualitasselalu didiskusikan dalam pertemuan manajemen ,
karyawan diberikan pelatihan pelatihan tentang konsep kualitas beserta methodemethodenya. Adanya kultur budaya perusahaan melaksanakan proses peningkatan
kualitas secara terus menerus.
BAB 3
PROSES PENGENDALIAN
Penginderaan
Penginderaan adalah suatu alat pendeteksian khusus. Alat ini dirancang untuk
mengenali kehadiran dan intensitas fenomena tertentu dan mengubah
pengetahuan yang dirasakan ini menjadi informasi. Informasi ini kemudian menjadi
cara untuk mengevaluasi kinerja nyata.
Yang termasuk penginderaan adalah:
1.
Alat teknologi untuk mengukur keistimewaan produk dan keistimewaan
proses.
2.
Sistem data dan laporan yang berhubungan dengan memasok informasi pada
hierarki manajemen.
3.
penginderaan manusia.
4.
Penginderaan Manusia
Penginderaan manusia terjadi pada semua tingkat hierarki pengukuran. Pada
tingkat data dasar, pekerja manusia harus mengevaluasi keistimewaan produk dan
keistimewaan proses yang bersifat sensorik. Contohnya rasa, baud an perasaan.
Dengan cara yang sama pekerja manusia harus menentukan, misalnya : rekening
mana yang harus dibebani dengan jam waktu atau permintaan bahan ini.
Bagaimana kegagalan lapangan ini harus digolongkan? Pada tingkat yang lebih
tinggi manusia harus mengevaluasi kinerja manusia lain dalam berbagai criteria,
beberapa diantaranya tidak dapat dihitung.
Semua penginderaan manusia dapat mengalami kesalahan manusiawi yang
berasal dari berbagai sumber : tidak hati-hati, tiadanya teknik, kesalahan yang
disadari. Manajer harus mengerti bahwa kesalahan ini ada dan harus juga mengerti
sifat dan tingkat kesalahan manusia semacam itu, termasuk kesalahannya sendiri.
Karena itu audit proses kendali mutu manajemen tingkat atas harus mencakup
pemeriksaan mengenai ketentuan yang telah dibuat untuk menangani kesalahan
penginderaan manusia.
Salah penilaian :
Upaya perbaikannya, difinisi yang tepat (daftar istilah, contoh-contoh)
BAB 4
PENGENDALIAN DALAM ORGANISASI.
Perusahaan (Organisasi) ibarat manusia yang perlu makan, bekerja, dan istirahat
secara teratur dan terkendali. Jika metabolism tubuhnya tidak baik, ia akan
berpotensi menderita berbagai penyakit. Orang yang sukses adalah orang yang
terorganisasi dengan baik, memiliki tujuan hidup, memiliki pengendalian diri, dan
cinta dalam hatinya. Itu juga berlaku untuk perusahaan (organisasi). Untuk
mencapai kinerja optimal, perusahaan (Organisasi) haruslah terorganisasi dengan
baik, memiliki Visi dan Misi, memiliki daya Pengendalian Manajemen, dan mencintai
pengetahuan yang bisa membantu orang untuk menciptakan kondisi yang kondusif
untuk proses pengambilan keputusan yang tepat. Salah satu pengetahuan itu
adalah Sistem Pengendalian Manajemen. Proses Penegendalian Manajemen yang
baik sebenarnya formal, namun sifat pengendalian informal masih banyak terjadi.
Pengendalian Manajemen formal merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan satu
sama lain, terdiri dari proses:
1. Pemrograman (Programming)
2. Penganggaran (Budgeting)
Pada tahap penganggaran ini program yang telah direncanakan secara terperinci
dinyatakan dalam satuan moneter untuk suatu periode tertentu, biasanya satu
tahun. Anggaran ini berdasarkan pada kumpulan anggaran-anggaran dari pusat
pertanggungjawaban.
Dalam tahap ini telah dilaksanakan pencatatan mengenai berbagai sumber daya
yang digunakan dan penerimaan-penerimaan yang dihasilkan. Catatan dan biayabiaya tersebut digolongkan sesuai dengan program yang telah ditetapkan pusatpusat tanggung jawabnya. Penggolongan yang sesuai program dipakai sebagai
dasar untuk pemrograman dimasa yang akan datang, sedangkan penggolongan
yang sesuai dengan pusat tanggung jawab digunakan untuk mengukur kinerja para
manajer.
Tahap ini merupakan tahapan yang paling penting, karena menutup suatu siklus
dari proses Pengendalian Manajemen agar data untuk proses pertanggungjawaban
akuntansi dapat dikumpulkan. Analisis laporan manajemen antara lain dapat
berupa:
Pengendalian proses, dari susunan katanya saja kita sudah dapat menduga arti dari
pengendalian proses. Secara sederhana pengendalian proses bisa kita artikan
sebagai kegiatan atau langkah-langkah yang di lakukan untuk mengendalikan
proses kimia di sebuah pabrik Kegiatan pengendalian proses menjadi sangat
penting sekali dikarenakan definisi dari tujuan pabrik itu sendiri.
"Untuk mengubah bahan baku tertentu (umpan masuk) menjadi produk yang
diinginkan menggunakan sumber energi yang tersedia dengan cara yang paling
ekonomis"
4) Delegasi. Hal ini merupakan salah satu cara manajer untuk menentukan apakah
bawahanya melaksanakan tugas yang didelegasikan kepadanya dengan
menerapkan system pengendalian.
1) Pelacak ( Detector) atau sensor, sebuah perangkat yang mengukur apa yang
sebenarnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.
Metoda pengendalian organisasi dewasa ini telah menjadi lebih cermat dan tidak
lagi mudah, sebagian diakibatkan oleh pengunaan computer dalam pengolahan
data. Kita menyadari bahwa pengendalian yang terlalu ketat akan merugikan baik
bagi organisasi maupun individu dalam organisasi itu. Pengendalian yang memaksa
para anggota organisasi tengelam dalam tata cara resmi, atau terlalu banyak
membatasi berbagai perilaku akan mematikan motivasi, merintangi kreatifitas dan
akhirnya akan merusak pelaksanaan tugas dalam organisasi.
tempat kerja yang menyesakan, yang merintangi, dan yang tidak dapat
memberikan kepuasan kerja pada para karyawannya. Dengan pengendalian yang
terlalu kendor, organisasi menjadi kacau balau, tidak efisien, dan tidak efektiv
dalam mencapai tujuannya.
Karena Organisasi, orang-orang, lingkungan dan teknoligi terus mengalami
perubahan,system pengendalian yang efektif membutuhkan peninjauan kembali
dsan perubahan ayang berkesinambungan.
sebagai contoh , bila sebuah divisi produksi mempekerjakan individu yang relative
tidak memiliki keterampilan dan tidak berminat akan pekerjaanya.,maka system
pengendalian mungkin memerlukan sering diadakannya pemeriksaan mutu dan
produktifitas yang terinci.akan tetapi jika perusahaaan bermaksud untuk
memprodukdsi produk /jasa yang sama dilokasi yang lain dengan karyawan yang
lebih terampil dan tertarik akan pekerjaanya,maka system pengendalianmya
mungkin membutuhjkan lebih sedikit tempat-tempat pengukuran dan para
karyawannya dapat dibarikan otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar untuk
memantau dan memperbaiki prestasi kerjanya.
3)
Pengendalian Penyaringan
Luwes.
Sistem pengendalian harus mengandung sifat luwes, sehingga organisasi tersebut
dapat segera bertindak untuk mengatasi perubahan-perubahan yang merugikan
atau menfaatkan peluang-peluang baru.
Perilaku adalah fokus dari pengendalian manajemen agar strategi yang telah
ditetapkan dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh anggota organisasi
Pengendalian manajemen merupakan bentuk kegiatan perencanaan dan
pengendalian yang dilakukan oleh manajemen di dalam suatu organisasi.
Planning, yaitu pengambilan keputusan mengenai sesuatu yang akan dilakukan oleh
perusahaan.
Sistem pengendalian organisasi terdiri dari tiga jenis, yaitu pengendalian strategis,
pengendalian manajemen dan pengendalian operasional.Pengendalian strategis
merupakan proses dari evaluasi strategi, yang dilakukan baik strategi tersebut
dirumuskan dan setelah diimplementasikan. Pengendalian manajemen berfokus
pada pencapaian sasaran dari berbagai substrategi bersesuaian dengan strategi
utama dan pencapaian sasaran dari rencana jangka menengah.
Sedangkan pengendalian operasional berpusat pada kinerja individu dan kelompok
yang dibandingkan dengan peran individu dan kelompok yang telah ditentukan oleh
rencana organisasi . Masing-masing jenis pengendalian tersebut tidak terpisah dan
tidak berbeda secara nyata serta dalam kenyataan mungkin tidak berbeda satu
dengan yang lainnya.
Kesimpulan
Pengendalian adalah proses yang sangat penting melalui manajer menjamin bahwa
aktifitas yang sesunguhnya sesuai dengan aktivitas yang telah direncanakan.
Pengendalian terdori atas empat langkah dasar:
(1) penetapan standard dan metode untuk mengukur prestasi.
(2) pengukuran prestasi.
(3) pembandingan prestasi dengan standard dan
(4) pengambilan tindakan perbaikan.
(2)
(3)
(4)
Semua karyawan perusahaan dari eksekutif tertinggi sampai para pekerja aktif
dalam pengendalian mutu dan semua memakai putaran umpan balik. Namun
demikian tentu ada perbedaan antara tingkat pekerja dengan tingkat manajemen
pada pokok persoalan pengendalian.
Pada
Tingkat Pekerja
Pada
Tingkat Manajemen
Tujuan
Keistimewaan produk
Pengendalian
Pengindera
Bersifat teknologi:
Harus dibuat.
dengan spesifikasi
dan prosedur.
tidak.?
Pengendalian Sendiri
Idealnya tanggungjawab pengendalian harus diserahkan kepada individu. Selain
sifatnya jelas, penugasan semacam itu juga memberi status suatu bentuk
pemilikan yang menanggapi beberapa naluri manusia. Idealnyapun
tanggungjawab juga meluas secara bersamaan dengan wewenang.
Agar dapat lebih memungkinkan terlaksana pengendalian sendiri ini, tentu ada
beberapa criteria agar seseorang dapat melaksanakan tanggungjawab. Tenaga
operasional diberikan hal-hal berikut :
1. Cara untuk mengetahui apa yang menjadi tujuan. Criteria ini dipenuhi dengan
mempublikasikan tujuan dan standar.
2. Cara untuk mengetahui kinerja nyata. Kriteria ini dipenuhi dengan membuat
system pengukuran, frekuensi pengukuran, dan cara untuk menafsirkan
pengukuran.
3. Cara untuk mengubah kinerja seandainya kinerja tidak sesuai dengan tujuan
dan standar. Untuk memenuhi criteria ini dibutuhkan proses operasi yang sifatnya
mampu memenuhi tujuan dan dibuat dengan keistimewaan yang memungkinkan
tenaga operasi mengubah kinerja agar sesuai dengan tujuan dan standar.
Piramida Pengendalian
Pengendalian otomatis
Dasar piramida itu adalah proses yang tahan terhadap kesalahan (tanpa salah) dan
otomatis yang dirancang untuk memproduksi produk yang sesuai dengan tujuan.
Proses ini mengendalikan sebagian besar keistimewaan yang jumlahnya banyak
sekali. Namun proses ini bekerja melalui putaran umpan balik yang beroperasi
dengan sedikit atau tanpa campur tangan manusia selain perawatan fasilitas (yang
walau demikian merupakan pengendalian pokok).
Banyak pengendalian manusia dilakukan oleh tenaga kerja pegawai took, pekerja
pabrik, tenaga penjual dan lain-lain. Banyak dari mereka yang telah memiliki
pengendalian sendiri yang mantap, sehingga mereka dapat mendeteksi dan
mengoreksi ketidaksesuaian. Selain itu mereka sering kali dapat mengerjakannya
berdasarkan waktu nyata tindakan korektif tidak banyak ketinggalan dari deteksi
ketidaksesuaian.
Juga terdapat banyak operasi dimana criteria pengendalian sendiri pekerja belum
sepenuhnya terpenuhi. Dalam kasus semacam ini berbahaya bagi manajer untuk
membuat para karyawan bertanggungjawab terhadap mutu. Yang dibutuhkan
dalam kasus semacam itu adalah pengenalan konsep kemampuan pengendalian.
Pada tingkat ini pengendalian mutu dari keistimewaan produk dan proses khusus
terbatas pada sedikit tapi vital. Sebagian besar usaha pengendalian mutu pada
tingkat ini berhubungan dengan pengelompokan dan pengkomposisian
keistimewaan dan didasarkan pada ringkasan data. Akibatnya, pengendaliannya
setelah terdapat fakta, bukannya pada waktu nyata. Bahan yang mengikuti akan
menguraikan dengan cara bagaimana putaran umpan balik digunakan oleh lapisan
pengendalian manusia ini.
Manajer tingkat atas mempunyai dua peranan utama dalam kaitannya dengan
pengendalian mutu.
Secara pribadi melakukan pengendalian dalam segi tujuan strategis yang diwakili
oleh puncak piramida pengendalian itu.
Menjamin bahwa suatu system pengendalian telah ditetapkan untuk sisa piramida
pengendalian. Jaminan manajemen tingkat atas mengenai kecukupan system
pengendalian itu terutama didapat melalui proses pengauditan
BAB 5
PRINSIP MANAJEMEN MUTU versi ISO
Terdapat 8 Manajemen Mutu. Prinsip ini berasal dari para ahli Internasional di dalam
Technical Committee 176 Quality Management and Quality Assuransce, Sebagai
dasar dalam merevisi standar ISO 9000:2000, Dapat digunakan sebagai kerangka
kerja ( framework untuk Pedoman Peningkatan Organisasi )
Delapan Prinsip tersebut yaitu :
Prinsip 1 :
CUSTOMER FOCUSED ORGANISATION
( FOKUS PADA PELANGGAN ) Perusahaan tergantung pada pelanggannya, maka
haruslah mengerti apa keinginan pelanggan saat itu dan masa yang akan datang.
Temu-kenali apa keperluan pelanggan dan berusahalah untuk memenuhi bahkan
melebihi harapan-harapan pelanggan. ( Organizations depend on their customer
and therefore should understand current and future needs , meet customer
requirements and strive to exeed customer expectations )
Penerapan khusus Prinsip 1 :
- Teliti pahami kebutuhan dan harapan pelanggan
- Pastikan bahwa sasaran organisasi sejalan dengan kebutuhan dan harapan
pelanggan
- Komunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan ke seluruh organisasi
- Ukur kepuasan pelanggan lalu ambil tindakan dari hasil pengukuran
- Kelola secara sistematis hubungan dengan pelanggan
- Buatlah keseimbangan pendekatan antara kepuasan pelanggan dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya seperti : pemilik modal, karyawan, pemasok,
masyarakat dan pemerintah.
Prinsip 2 :
LEADERSHIP( KEPEMIMPINAN )
Para pimpinan menetapkan / membangun kesatuan arah dan tujuan organisasi .
Pimpinan harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal yang mendukung,
sehingga SDM nya sepenuhnya berdaya-upaya dalam mencapai tujuan / sasaransasaran organisasi.
( Leaders establish unity of purpose and direction of the organization . They should
create and maintain the internal environment in which people can fully involved in
achieving the organizations objectives ).
Penerapan khusus Prinsip 2 :
- Pertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan , termasuk
pelanggan.
- Tetapkan dan jelaskan visi organisasi ke depan agar setiap orang mengerti tujuan .
- Tentukan sasaran dan target yang menantang dan sosialisasikan
- Ciptakan dan sokong nilai-nilai kebersamaan, kejujuran dan model tugas yang etis
pada semua level organisasi
- Lengkapi semua orang dengan sumberdaya yang diperlukan ( misalnya : pelatihan
sesuai keperluan bidang tugas ), dan beri kebebasan bertindak dengan penuh
tanggungjawab.
- Beri semangat kebesaran hati dan pengakuan terhadap konstribusi setiap orang
Prinsip 3 :
INVOLVEMENT OF PEOPLE
( Keterlibatan sumberdaya manusia )
Sumberdaya manusia pada semua level ( tingkatan ) adalah faktor penting dari
suatu organisasi, dan keterlibatan sepenuhnya dari mereka memungkinkan
kemampuan mereka digunakan untuk keuntungan organisasi.
( People at all levels are the essence of an organization and their full involvement
enables their abilities to be used for the organizations benefit )
Penerapan khusus Prinsip 3 :
- Upayakan setiap orang memahami pentingnya konstribusi dan peran mereka
- Upayakan setiap orang mengenali batasan kinerja serta lingkup tanggung-jawab
mereka
- Upayakan setiap orang mengetahui permasalahan kerja mereka dan termotivasi
untuk menyelesaikannya
- Ajak setiap orang aktif melihat peluang untuk meningkatkan kompetensi,
pengetahuan dan pengalaman mereka
- Fasilitasi agar setiap orang bebas berbagi pengetahuan / pengalaman dan
berinovasi
- Budayakan agar setiap orang secara terbuka mendiskusikan permasalahan
Prinsip 4 :
PROCESS APPROACH
( Pendekatan Proses )
Hasil yang diinginkan tercapai dengan lebih efisien bila aktivitas dan sumbersumber yang terkait diatur dengan baik sebagai sebuah proses.
( A desire result is achieved more efficiently when related resources and activities
are managed as a process )
Penerapan khusus Prinsip 4 :
- Secara sistematis menentukan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai
hasil yang diinginkan
- Menganalisa dan mengukur kapabilitas aktivitas-aktivitas kunci .
- Mengidentifikasi interface aktivitas-aktivitas kunci di dalam dan di antara fungsifungsi organisasi
- Upayakan agar proses lebih singkat dan efektif , tidak berbelit-belit
- Menekankan pada faktor-faktor seperti sumberdaya, metode dan material untuk
memperbaiki aktivitas kunci pada organisasi
- Hilangkan birokrasi , serta eliminir fungsi-fungsi organisasi yang tugasnya saling
tumpang tindih
- Mengevaluasi resiko, konsekwensi, dan dampak aktivitas pada pelanggan /
pemasok ataupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
Prinsip 5 :
SYSTEM APPROACH TO MANAGEMENT
( Pendekatan Sistem pada Manajemen )
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan suatu system dari proses-proses
yang saling terkait, untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan yang objektif pada
perusahaan dengan efektif dan efisien.
( Identifying, understanding and managing system of interrelated processes for a
given objective improves the organizations effectiveness and efficiency )
Penerapan khusus Prinsip 5 :
- Penyusunan system untuk mencapai sasaran organisasi dengan lebih efektif dan
efisien
- Memahami keadaan saling ketergantungan diantara proses-proses pada sistem
- Pendekatan struktur yang harmonis dan integrasi proses-proses , dengan tugas
yang tidak saling tumpang tindih
BAB 6
PENERAPAN SISTEM MUTU
Perusahaan pada tingkat manajemen harus meninjau sistem mutu pada selang
waktu tertentu yang cukup untuk menjamin kesinambungan kesesuaian dan
keefektifannya untuk memenuhi persyarakat dari standar yang telah ditetapkan
serta pernyataan kebijakan dan sasaran mutu yang ditetapkan perusahaan.
Beberapa tuntutan dalam penerapan sistem mutu dapat dijelaskan di bawah ini
1.
2.
Prinsip utama
3.
Terdokumentasi
4.
Pada saat awal bila manajemen suatu perusahaan memutuskan akan memakai
bakuan sistem mutu, maka manajemen diwajibkan untuk mendifinisikan Kebijakan
mutu dan Sasaran mutu.
Kebijakan mutu (Quality policy) berisi pernyataan dari top manajemen tentang
tujuan mutu yang ingin dicapainya. Kebijakan mutu ini harus jelas terdifinisi dan
terdokumentasi, mudah dimengerti, berhubungan dengan produk atau orang , serta
memberikan semangat/ambisi untuk mencapainya.
5.
6.
Penerapan standard dalam sistem mutu tidaklah bersifat statis, tetapi harus mampu
dan mau melakukan upaya perbaikan atau pengembangan yang terus menerus
sehingga kualitas dalam pelaksanaan maupun hasil yang dicapai akan meningkat,
jadi Prinsip Continuous Improvement harus diterapkan.
7.
1. Tahap Persiapan.
Langkah pertama yang perlu dilakukan bagi sebuah perusahaan yang ingin
menerapkan system mutu adalah mendapatkan komitmen dari pimpinan puncak,
setelah itu ditentukan seberapa luas penerapan tersebut akan dilaksanakan.
Dalam perencanaan yang juga patut diperhatikan adalah biaya. Biaya-biaya itu
mencakup, jasa konsultasi, pelatihan mutu, penyusunan dokumen,
penyelenggaraan audit mutu internal. Persiapan lain yaitudiperlukan sumber daya
manusia. Perlu dibentuk sebuah tim yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu
yang diperlukan untuk penerapan system mutu ini. Tim yang dibentuk sebaiknya
diangkat dari beberapa area kerja dan diberi pelatihan yang cukup. Selain anggota
tim, seluruh personil dari tingkat atas sampai tingkat karyawan yang paling rendah,
perlu diberikan pengenalan tentang system mutu ini demi kelancaran pelaksanaan
system mutu itu sendiri.
2. Tahap Dokumentasi
Tahap dokumentasi merupakan tahap yang paling panjang dan paling menyita
waktu, terutama dalam menyusun prosedur system mutu dan instruksi kerja.
Sebelum tim menuliskan sesuatu, mereka perlu diberikan pelatihan penulisan
dokumen system mutu. Dengan bekal dari pelatihan tersebut, tim mulai mendata
proses mana saja yang termasuk dalam lingkup yang akan distandarkan, dan
bagaimana kelengkapan dokumentasi proses tersebut dibandingkan dengan
standar yang akan diikutinya/diterapkannya. Penulisan dokumen system mutu
dimulai dari penulisan manual mutu hingga formulir. Segera setelah kebijakan mutu
ditetapkan , perlu disebarluaskan ke seluruh personil di perusahaan yang
bersangkutan.
3. Tahap Implementasi dan Evaluasi
Setelah dokumen mutu selesai dibuat, selanjutnya penerapan dalam aktivitas kerja
sehari-hari. Agar tidak terjadi kesimpangsiuran, system mutu hendaknya diajarkan
kepada setiap personil melalui kepala bagian masing-masing, sebelum prosedur
system mutu tersebut ditetapkan. Yang perlu ditekankan adalah bahwa mutu tidak
dapat diinspeksi dari produk akhirnya saja, melainkan harus dibangun dengan
benar dari awal proses. Penerapan system mutu ini perlu dievaluasi secara
bertahap untuk dilakukan perbaikan perbaikan demi kesempurnaan system.
Pelaksanaan ini dilakukan terhadap seluruh bagian perusahaan tanpa kecuali.
Evaluasi ini dapat dilakukan oleh internal auditor yang telah mendapat pelatihan
tentang audit internal. Hasil evaluasi ini akan dilaporkan secara terbuka dalam
rapat tinjauan manajemen.
Materi 2
MEMAHAMI PERSYARATAN PERSYARATAN
ISO 9001 : 2000
Jadi intinya, manajemen puncak dalam OI adalah pendorong utama inovasi. Dia
menstimuli para anggota manajemen tidak saja dalam menciptakan inovasi fisik
tetapi juga inovasi manajemen. Manajemen puncak mendorong agar setiap inovasi
harus terkait dengan visi dan kompetensi utama perusahaan. Untuk itu
kebersamaan di kalangan individu atau antarunit organisasi diciptakan. Semua
diarahkan pada perubahan perilaku yang inovatif. Tidak saja sebatas pada logika
bekerja tetapi juga pada pengembangan logika gagasan inovatif.
Menurut Hammer dan Champy, (1993) seperti disebutkan oleh Sitorus dan Nasution
(2007),rekayasa ulang proses bisnis adalah proses berpikir kembali (rethinking ) dan
proses perancangan kembali (redesign) secara mendasar (fundamental) untuk
memperoleh perbaikan yangmemuaskan atas kinerja perusahaan yang mencakup
cost , quality, delivery, service, and speed dengan pengukuran yang teliti atau
kontemporer. Menurut Manganelli dan Klein (1994:7): "
Reengineering is the rapid and radical redesign of strategic, valueadded business
process and the systems, policies and organizational structuresthat support them
to optimize the work flows and productivity in an organization.
2.Strategic and value added.Target utama rekayasa ulang proses bisnis adalah
strategi dannilai tambah. Untuk memaksimalkan tingkat pengembalian investasi
dalam rekayasaulang, perusahaan mulai memfokuskan pada proses yang terpenting
dalam perusahaan,yaitu tidak hanya strategi dan nilai tambah tetapi keseluruhan
system, kebijakan danstruktur organisasi yang mendukung proses.3.
4.Rapid , radical and redesign. Rekayasa ulang harus dilaksanakan secara cepat dan
radikalserta merancang kembali proses bisnis untuk menghilangkan aktivitas yang
tidak perlu.Rekayasa ulang proses bisnis mencoba untuk memisahkan proses lama
dengan proses barutentang bagaimana mengorganisasikan dan memperlakukan
bisnis. Hal ini mencakup penggantian metode lama dan mencari metode baru untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.
2.Meningkatkan kepuasan atas barang atau jasa sehingga pelanggan akan memilih
barangatau jasa perusahaan daripada perusahaan pesaing.
6.Memproses permintaan pelanggan yang lebih dan peningkatan volume dari setiap
pelanggan serta menetapkan harga "valuedriven" untuk pelanggan tanpa
mengurangi profitabilitas.
alasanya :
Kriteria Penghargaan MBNQA
Kriteria performansi terbaik dari Baldridge adalah framework yang dapat digunakan
organisasi dalam meningkatkan kualitas. Tujuh kategori yang digunakan sebagai
kriteria penghargaan ialah :
Leadership : Memeriksa apakah eksekutif senior mengarahkan organisasi, dan
bagaimana organisasi menjalankan tanggung jawabnya kepada publik dan berperan
sebagai penduduk yang baik.
Strategic Planning : Memeriksa apakah organisasi tersebut telah membuat arah
strateginya dan bagaimana dapat menentukan key action plan.
Customer and Market Focus : Memeriksa bagaimana organisasi memutuskan
kebutuhan serta ekspektasi pasar serta pelanggan; membangun hubungan dengan
pelanggan; dan bagaimana mendapatkan, memuaskan serta menjaga pelanggan.
Measurement, analysis, and knowledge management : Menganalisis sistem
manajemen, aplikasi manajemen yang efektif, perbaikan data serta informasi untuk
mendukung proses organisasi dan performansi sistem manajemen.
Human Resource Focus : Menganalisis bagaimana organisasi mampu mendukung
pekerjanya dalam membangun potensi individu dan bagaimana para pekerjanya
dapat mengikuti tujuan organisasi.
Process Management : Memeriksa bagaimana proses perancangan , pengaturan
serta peningkatan aspek-aspek penting dari produksi dan delivery juga proses
pendukung lainnya, dilakukan.
Business Results : Menganalisis performansi organisasi dan peningkatannya pada
kunci area bisnisnya yang meliputi kepuasan pelanggan, performansi keuangan
serta pangsa pasar, sumber daya manusia, performansi supplier dan relasi,
performansi operasional, dan tanggung jawab pada pemerintah dan sosial. Kategori
ini juga melihat organisasi tersebut relatif terhadap kompetitornya.
Kriteria-kriteria tersebut digunakan oleh ribuan organisasi sebagai dasar penilaian
diri (self-assessment), pelatihan serta alat untuk membangun performansi dan
proses bisnis. Jutaan kopi buku yang berisi tentang kriteria performansi ini telah
didistribusikan sejak tahun 1988. Duplikasi serta akses elektronik membuat
jumlahnya semakin berlipat ganda.
Kriteria Baldridge berisi tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
keuangan. Faktor-faktor tersebut antara lain keputusan bisnis dan strategi yang
mengarahkan pada pencapaian performansi pasar yang lebih baik, market share,
serta relasi dan kepuasan konsumen. Perusahaan-perusahaan diharuskan
menggunakan informasi keuangan termasuk kenaikan atau penurunan keuntungan.
Informasi ini digunakan untuk menganalisis serta melaporkan perkembangan
keseluruhan dan hubungan di antara keputusan bisnis dan strategi tersebut.
Untuk beberapa organisasi, penggunaan kriteria tersebut memberikan dampak
yang baik, seperti produktivitas meningkat, hubungan antar karyawan semakin
baik, tingkat kepuasan pelanggan semakin tinggi, pangsa pasar meningkat, dan
pada akhirnya menyebabkan profit meningkat.
Yang mana dari hal-hal berikut adalah paling tepat, Jawab: Pelayanan pelanggan
adalah komponen dari kepuasan pelanggan.
Alasanya :
Memastikan kepuasan pelanggan merupakan suatu standard minimum yang harus
diupayakan setiap usaha (yang fokus kepada pelanggan) karena kepuasan
pelanggan itu adalah awal dari pelanggan yang loyal. Ya. Ini baru awal, bukan kunci
utama. Pelanggan yang puas belum serta merta menjadi pelanggan yang loyal. Bisa
jadi mereka juga mempunyai pengalaman memuaskan di tempat lain. Mereka
belum menjatuhkan pilihan mereka kepada usaha kita atau yang lain. Pelanggan
yang puas masih sampai pada level tidak mempunyai keluhan atau masalah
terhadap usaha kita.
Walaupun kepuasan pelanggan HANYA satu potongan puzzle dari terciptanya
pelanggan yang loyal, kepuasan pelanggan, tentu saja, sangat esensial. Apalah
gunanya kita memberikan aneka ragam kejutan dan segala macam program untuk
menjadikan pelanggan kita loyal, tetapi kita justru gagal memastikan kepuasan
mereka secara day-to-day? Itulah mengapa kepuasan pelanggan TETAP sangat
penting untuk kita pastikan. Untuk memastikannya, kita perlu mengerti komponen
Bila Place, Product, dan Process yang kita punyai masih mempunyai beberapa
kekurangan, People adalah andalan kita untuk menyempurnakan kekurangankekurangan itu. Kita memerlukan orang-orang yang sangat fokus kepada pelanggan
untuk membantu usaha kita karena People seharusnya menjadi pembeda.
Kompetitor kita bisa mendirikan tempat usahanya tepat di samping kita atau
bahkan di lokasi yang jauh lebih baik lagi, mereka bisa menyamai penataan tempat
kita, menjual barang atau jasa yang sama dengan kita, atau mengembangkan
sistem proses yang serupa dengan kita, tetapi mereka tidak bisa memiliki orangorang kita (paling tidak sampai mereka bisa meyakinkan orang-orang kita untuk
pindah kesana) pada usaha mereka. Contoh orang-orang hebat yang bisa
membantu usaha kita untuk memenangkan persaingan bisa dibaca pada artikelartikel saya sebelum ini.
Bisnis tak selamanya berjalan lancar. Pelayanan kita tak selalu bisa diterima baik
oleh pelanggan. Selalu ada masa ketika masalah menjadi masalah kita. Karena itu
komponen Problem adalah komponen pengunci dari keseluruhan pengalaman
pelanggan. Bila pelanggan mengalami masalah seperti apakah kemampuan kita
menyelesaikan masalah tersebut? Secara rata-rata, dengan rentang skor dari 0,
untuk sangat buruk dan tidak ada harapan, sampai 10, untuk luar biasa hebat,
berapa skor kepuasan pelanggan terhadap pengelolaan masalah yang pernah kita
berikan? Sebagai suatu usaha, maka memiliki sistem serta kebiasaan pemecahan
masalah yang prima adalah banteng terakhir kita. Terlebih lagi, masalah
sebenarnya adalah sebuah kesempatan untuk secara segera menjadikan seorang
pelanggan loyal. Ingat, kalimat pernyataan sebelum ini benar hanya jika (karyawan)
kita memiliki kemampuan memecahkan masalah yang luar biasa.
Setelah kita mengerti kelima komponen penyusunan pengalaman pelanggan, kita
perlu memahami bagaimana cara mengukur kepantasan lima komponen tersebut
dalam bisnis kita. Ini berarti kita juga perlu tahu bagaimana pelanggan mengukur
lima komponen tadi. Ternyata sederhana sekali, pelanggan mengukur 5P kita
dengan seluruh indra yang mereka punyai, persis sama seperti bagaimana mereka
menjalani dan menilai hidup mereka.
Pelanggan menilai Place, Product, Process, People, dan Problem dengan
menggunakan penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap, dan
tentu saja perasaan mereka. Pelanggan akan menangkap segala macam warna,
bau, suara, material, rasa, dan sensasi-sensasi lain ketika mereka bersinggungan
dengan lima komponen itu. Segala sesuatu mulai dari jauh dekat lokasi kita,
kebersihan tempat, bau yang ada tempat kita, kondisi barang atau jasa kita, warna
seragam orang-orang kita, bau badan (maaf), bau mulut, cara bicara, sampai sikap
mereka ketika menyelesaikan masalah, semua itu, akan ditangkap oleh indra
pelanggan. Kemudian, hasil tangkapan tadi sedikit demi sedikit akan membentuk
persepsi mereka tentang usaha kita.
Mempertimbangkan hal-hal di atas, maka cara terbaik untuk mengukur 5P kita
adalah dengan melibatkan sebanyak mungkin orang untuk berperan sebagai
pelanggan dan mulai, secara jujur, melakukan observasi terhadap 5P tadi. Temukan
hal-hal yang bisa mengirim pesan buruk kepada indra pelanggan dan segera
5. Sasaran kualitas strategis terbaik ditentukan oleh yang mana dari berikut
:manajemen puncak
alasanya :
Salah satu karakteristik yang penting dari badan usaha adalah manajemen yang
baik. Jika suatu badan usaha dikelola dengan baik dapat meningkatkan kinerja
badan usaha dan akan meningkatkan nilai badan usaha bagi para pemegang
saham. Pengelolaan suatu badan usaha pada umumnya dilakukan oleh para
manajer. Manajer ialah orang yang memimpin karyawan untuk mencapai tujuan
tertentu. Fungsi dari para manajer bervariasi menurut tingkatan setiap di
perusahaan. Dalam hal ini, jenjang atau tingkatan manajemen pada badan usaha
besar biasanya terdapat tiga tingkatan manajemen, yaitu
a. Manajemen Tingkat Puncak (Top Management) Manajemen tingkat puncak
merupakan tingkatan tertinggi dalam manajemen. Biasanya yang menduduki
manajemen ini adalah direktur utama, presiden direktur, atau wakil direktur, dan
sebagainya. Jika di dalam kelas, maka yang menjadi manajemen tingkat puncak
adalah ketua dan wakil ketua. Tugas manajemen tingkat puncak adalah membuat
rencana jangka panjang, menetapkan tujuan dan misi organisasi, serta strategi
yang digunakan. Manajemen puncak juga harus dapat mengembangkan semua
rencana yang telah dibuat dan mengadakan hubungan dengan pihak luar.
b. Manajemen Tingkat Menengah (Middle Management) Posisi manajemen tingkat
menengah berada di bawah manajemen puncak. Tugas manajemen menengah
adalah mengalihkan rencana, misi, dan tujuan yang dibuat oleh manajemen puncak
ke dalam program yang lebih spesifik. Biasanya yang termasuk manajemen
menengah adalah manajer, kepala devisi, kepala cabang, dan sebagainya.
c. Manajemen Tingkat Pertama (First Line Management atau Supervisory)
Manajemen tingkat pertama merupakan tingkatan yang paling rendah. Manajemen
tingkat pertama dapat juga disebut supervisor. Tugas dari manajemen ini adalah
membawahi langsung pekerja dan bertanggung jawab atas tugas mereka. Mereka
juga yang selalu memberikan motivasi pada karyawan dan menetapkan prestasi
yang layak diterima karyawan. Manajemen tingkat pertama terdiri atas supervisi,
ketua kelompok, dan sebagainya.