Terapi Cairan Dan Transfusi Anestesiologi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

Terapi Cairan dan Transfusi

KONSEP UTAMA
1. Walaupun waktu paruh cairan kristaloid didalam intravascular adalah 20-30 menit, kebanyakan
cairan koloid mempunyai waktu paruh antara 3-6 jam.
2. Pasien dengan hematocrit normal bisanya ditransfusi hanya setelah kehilangan darah lebih dari
10-20% dari volume darahnya. Ini berdasarkan kondisi medis pasien dan prosedur pembedahan.
3. Reaksi transfusi yang paling berat yaitu yang berhubungan dengan inkompatibilitas ABO,
antibody yang didapat secara alami dapat bereaksi melawan antigen dalam transfusi (asing),
mengaktifkan komplemen,dan mengakibatkan hemolysis intravascular.
4. Pada pasien yang dianestesi, manifestasi dari reaksi hemolytic akut adalah kenaikan temperatur,
tachycardia yang tak dapat dijelaskan,hypotensi, hemoglobinuria dan oozing difus dari lapangan
operasi.
5. Transfusi leukocit termasuk produk darah dapat menjadi immunosuppressive.
6. Pasien immunosupresi dan immunocompromised (misalnya, bayi premature dan penerima
transplantasi

organ)

terutama

peka

terhadap infeksi

cytomegalovirus

(CMV) melalui

transfusi. Seperti pasien yang hanya menerima unit CMV-NEGATIVE.


7. Penyebab tersering pendarahan dari transfusi darah yang massif adalah dilutional
thrombocytopenia.
8. Secara klinis hypocalcemia, menyebabkan depresi jantung, tidak terjadi pada pasien

normal

kecuali jika transfusi melebihi 1 U tiap 5 menit.


9. Ketidakseimbangan asam basa yang paling sering setelah transfusi darah masif adalah alkalosis
metabolic post operative.
PENILAIAN VOLUME INTRAVASKULER
Penilaian dan evaluasi klinis volume intravascular biasanya dapat dipercaya, sebab pengukuran volume
cairan kompartemen belum ada. Volume cairan intravascular dapat ditaksir dengan menggunakan
pemeriksaan fisik atau laboratorium atau dengan bantuan monitoring hemodynamic yang canggih.Dengan
mengabaikan metoda yang ada, evaluasi serial diperlukan untuk mengkonfirmasikan kesan awal dan

panduan terapi cairan. Lebih dari itu, perlu melengkapi satu sama lain, sebab semua parameter tidak
langsung, pengukuran volume nonspesifik, kepercayaan pada tiap parameter mungkin salah.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik preoperative adalah yang paling dapat dipercaya .Tanda- tanda hipovolemia meliputi
turgor kulit, hidrasi selaput lendir, denyut nadi yang kuat, denyut jantung dan tekanan darah dan
orthostatic berubah dari yang terlentang ke duduk atau posisi berdiri, dan mengukur pengeluaran urin.
Banyak obat yang pakai selama pembiusan, seperti halnya efek fisiologis dari stress pembedahan,
mengubah tanda-tanda ini dan memandang tak dapat dipercaya periode sesudah operasi.Selama operasi,
denyut nadi yang kuat (radial atau dorsalis pedis), pengeluaran urin, dan tanda tidak langsung, seperti
respon tekanan darah ke tekanan ventilasi yang positive dan vasodilatasi atau efek inotropic negative dari
anestesi,

adalah

yang

paling

sering

digunakan.

Pitting edema-presacral pada pasien yang tidur atau pada pretibial pada pasien yang dapat berjalanpeningkatan pengeluaran urin adalah tanda hypervolemia pada pasien dengan dengan jantung, hepar, dan
fungsi ginjal yang normal.Gejala lanjut dari hypervolemia yaitu tachycardia, pulmonary crackles,
wheezing, cyanosis, dan frothy pulmonary secretion.

Tabel. Tanda-Tanda Kehilangan Cairan (Hipovolemia)

EvaluasiLaboratorium
Beberapa pengukuran laboratorium digunakan untuk menilai volume intravascular dan ketercukupan
perfusi.jaringan Pengukuran ini meliputi serial hematocrits, seperti pH darah arteri, berat jenis atau
osmolalitas urin, konsentrasi klorida atau natrium dalam urin, Natrium dalam darah, dan creatinin serum,
ratio blood urea nitrogen (perbandingan BUN). Ini hanya pengukuran volume intravascular secara tidak
langsung dan sering tidak bisa dipercaya selama operasi sebab dipengaruhi oleh beberapa variabel dan
hasilnya sering terlambat.Tanda-tanda laboratorium dari dehidrasi yaitu peningkatan hematocrit progresif
acidosis metabolic yang progresif, berat jenis urin >1.010, Natrium dalam urin <10 mEq/L, osmolalitas >
450 mOsm/kg, hypernatremia, dan ratio BUN- -kreatinin >10:1. Tanda-tanda pada foto roentgen adalah
meningkatnya vaskularisasi paru dan interstitiel yang ditandai dengan ( Kerly " B") atau infiltrasi difus
pada alveolar adalah tanda-tanda dari overload cairan
Pengukuran Hemodinamik
Monitoring CVP diindikasikan pada pasien dengan jantung dan fungsi paru yang normal jika status
volume sukar untuk dinilai dengan alat lain atau jika diharapkan adanya perubahan yang cepat.
Pembacaan CVP harus diinterpretasikan nilai yang rendah(< 5 mm Hg) mungkin normal kecuali jika ada
tanda-tanda hypovolemia. Lebih dari itu, respon dari bolus cairan ( 250 mL) yang ditandai dengan: sedikit
peningkatan ( 1-2 mm Hg) merupakan indikasi penambahan cairan, sedangkan suatu peningkatan yang

besar (> 5 mm Hg) kebutuhan cairan cukup dan evaluasi kembali status volume cairan.. CVP yang
terbaca >12 mmHg dipertimbangkan.hypervolemia dalam disfungsi ventricular kanan, meningkatnya
tekanan intrathorakal, atau penyakit pericardial restriktif.
Monitoring tekanan arteri Pulmonary dimungkinkan jika CVP tidak berkorelasi dengan gejala klinis atau
jika pasien mempunyai kelainan primer atau sekunder dari fungsi ventrikel kanan, kelainan fungsi tubuh;
yang juga berhubungan dengan paru-paru atau penyakit pada ventrikel kiri. Pulmonary Artery Occlusion
Pressure (PAOP) <8 mmHg menunjukkan adanya hypovolemia ,dikonfirmasi dengan gejala klinis;
bagaimanapun, nilai <15 Mm Hg berhubungan dengan pasien yang hipovolemia relative dengan
compliance ventrikel lemah. Pengukuran PAOP >18 mmHg dan biasanya menandakan beban volume
ventrikel kiri yang berlebih.Adanya penyakit katup Mitral (stenosis), stenosis aorta yang berat, atau
myxoma atrium kiri atau thrombus mengubah hubungan yang normal antara PAOP dan volume diastolic
akhir ventrikel kiri. Peningkatan tekanan pada thorak dan tekanan pada jalan nafas paru terlihat adanya
kesalahan; sebagai konsekwensi, semua pengukuran tekanan selalu diperoleh pada waktu akhir expirasi .
Teknik terbaru mengukur volume ventrikel dengan transesophageal echocardiography atau oleh
radioisotop dan lebih akurat tetapi belum banyak tersedia.
CAIRAN INTRAVENA
Terapi cairan intravena terdiri dari cairan kristaloid, koloid, atau suatu kombinasi kedua-duanya.Solusi
cairan kristaloid adalah larutan mengandung ion dengan berat molekul rendah (garam) dengan atau tanpa
glukosa, sedangkan cairan koloid berisi ion dengan berat molekul tinggi seperti protein atau glukosa.
Cairan koloid menjaga tekanan oncotic plasma dan sebagian besar ada di intravascular, sedangkan cairan
kristaloid

dengan

cepat

didistribusikan

keseluruh

ruang

cairan

extracellular.

Ada kontroversi mengenai penggunaan cairan koloid dan kristaloid untuk pasien dg pembedahan. Para
ahli mengatakan bahwa koloid dapat menjaga plasma tekanan oncotic plasma, koloid lebih efektif dalam
mengembalikan volume intravascular dan curah jantung.Ahli yang lain mengatakan bahwa pemberian
cairan kristaloid efektif bila diberikan dalam jumlah yang cukup. Pendapat yang mengatakan bahwa
koloid dapat menimbulkan edema pulmoner pada pasien dengan peningkatan permeabilitas kapiler paru
adalah tak benar, sebab tekanan onkotik interstitial paru-paru sama dengan plasma ( lihat Bab 22).
Beberapa pernyataan dibawah ini yang mendukung :
1. Kristaloid, jika diberikan dalam jumlah cukup sama efektifnya dengan koloid dalam
mengembalikan volume intravascular.

2. Mengembalikan deficit volume intravascular dengan kristaloid biasanya memerlukan 3-4 kali
dari jumlah cairan jika menggunakan koloid.
3. Kebanyakan pasien yang mengalami pembedahan mengalami deficit cairan extracellular melebihi
deficit cairan intravascular..
4. Defisit cairan intravascular yang berat dapat dikoreksi dengan cepat dengan menggunakan cairan
koloid.
5. Pemberian cairan kristaloid dalam jumlah besar (> 4-5 L) dapat menimbulkan edema jaringan.
Beberapa kasus membuktikan bahwa, adanya edema jaringan mengganggu transport oksigen,
memperlambat penyembuhan luka dan memperlambat kembalinya fungsi pencernaan setelah
pembedahan.
Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid merupakan cairan untuk resusitasi awal pada pasien dengan syok hemoragik dan septic
syok seperti pasien luka bakar, pasien dengan trauma kepala untuk menjaga tekanan perfusi otak, dan
pasien dengan plasmaphersis dan reseksi hepar.Jika 3-4 L cairan kristaloid telah diberikan, dan respon
hemodinamik tidak adekuat, cairan koloid dapat diberikan.
Ada beberapa macam cairan kristaloid yang tersedia.Pemilihan cairan tergantung dari derajat dan macam
kehilangan cairan.Untuk kehilangan cairan hanya air, penggantiannya dengan cairan hipotonik dan
disebut juga maintenance type solution.Jika hehilangan cairannya air dan elektrolit, penggantiannya
dengan cairan isotonic dan disebut juga replacement type solution.Dalam cairan, glukosa berfungsi
menjaga tonisitas dari cairan atau menghindari ketosis dan hipoglikemia dengan cepat. Anak- anak
cenderung akan menjadi hypoglycemia(< 50 mg/dL) 4-8 jam puasa. Wanita mungkin lebih cepat
hypoglycemia jika puasa (> 24 h) disbanding pria.
Kebanyakan jenis kehilangan cairan intraoperative adalah isotonik, maka yang biasa digunakan adalah
replacement type solution, tersering adalah Ringer Laktat. Walaupun sedikit hypotonic, kira-kira 100 mL
air per 1 liter mengandung Na serum 130 mEq/L, Ringer Laktat mempunyai komposisi yang mirip
dengan cairan extraselular dan paling sering dipakai sebagai larutan fisiologis. Laktat yang ada didalam
larutan ini dikonversi oleh hati sebagai bikarbonat. Jika larutan salin diberikan dalam jumlah besar, dapat
menyebabkan dilutional acidosis hyperchloremic oleh karena Na dan Cl yang tinggi (154 mEq/L):
konsentrasi bikarbonat plasma menurun dan konsentrasi Clorida meningkat.

Larutan saline baik untuk alkalosis metabolic hipokloremik dan mengencerkan Packed Red Cell untuk
transfusi.Larutan D5W digunakan untuk megganti deficit air dan sebagai cairan pemeliharaan pada pasien
dengan restriksi Natrium.Cairan hipertonis 3% digunakan pada terapi hiponatremia simptomatik yang
berat (lihat Bab 28). Cairan 3 7,5% disarankan dipakai untuk resusitasi pada pasien dengan syok
hipovolemik. Cairan ini diberikan lambat karena dapat menyebabkan hemolisis.
Cairan Koloid
Aktifitas osmotic dari molekul dengan berat jenis besar dari cairan koloid untuk menjaga cairan ini ada di
intravascular.Walaupun waktu paruh dari cairan kristaloid dalam intravascular 20-30 menit, kebanyakan
cairan koloid mempunyai waktu paruh dalam intravascular 3-6 jam. Biasanya indikasi pemakaian cairan
koloid adalah :
1. Resusitasi cairan pada pasien dengan deficit cairan intravascular yang berat (misal: syok
hemoragik) sampai ada transfusi darah.
2. Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat atau keadaan dimana Kehilangan protein dalam
jumlah besar seperti luka bakar.Pada pasien luka bakar, koloid diberikan jika luka bakar >30%
dari luas permukaan tubuh atau jika > 3-4 L larutan kristaloid telah diberikan lebih dari 18-24 jam
setelah trauma.
Beberapa klinisi menggunakan cairan koloid yang dikombinasi dengan kristaloid bila dibutuhkan cairan
pengganti lebih dari 3-4 L untuk transfuse. Harus dicatat bahwa cairan ini adalah normal saline ( Cl 145
154 mEq/L ) dan dapat juga menyebabkan asidosis metabolic hiperkloremik.
Banyak cairan koloid kini telah tersedia.Semuanya berasal dari protein plasma atau polimer glukosa
sintetik. Koloid yang berasal dari darah termasuk albumin ( 5% dan 25 % ) dan fraksi plasma protein
(5%). Keduanya dipanaskan 60 derajat selama 10 jam untuk meminimalkan resiko dari hepatitis dan
penyakit virus lain. Fraksi plasma protein berisi alpha dan beta globulin yang ditambahkan pada albumin
dan menghasilkan reaksi hipotensi.Ini adalah reaksi alergi yang alami da melibatkan aktivasi dari
kalikrein.
Koloid sintetik termasuk Dextrose starches dan gelatin. Gelatin berhubungan dengan histamine mediatedallergic reaction dan tidak tersedia di United States.Dextran terdiri dari Dextran 70 ( Macrodex ) dan
Dextran 40, yang dapat meningkatkan aliran darah mikrosirkulasi dengan menurunkan viskositas darah.
Pada Dextran juga ada efek antiplatelet.Pemberian melebihi 20 ml/kg/hari dapat menyebabkan masa
perdarahan memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal.Dextran dapat juga bersifat antigenic dan

anafilaktoid ringan dan berat dan ada reaksi anafilaksis. Dextan 1 ( Promit ) sama dengan Dextran 40 atau
dextran 70 untuk mencegah reaksi anafilaxis berat.;bekerja seperti hapten dan mengikat setiap antibody
dextran di sirkulasi.
Hetastarch (hydroxyetil starch) tersedia dalam cairan 6 % dengan berat molekul berkisar 450.000.
Molekul-molekul yang kecil akan dieliminasi oleh ginjal dan molekul besar dihancurkan pertama kali
oleh amylase. Hetastarch sangat efektif sebagai plasma expander dan lebih murah disbanding
albumin..Lebihjauh, Hetastarch bersifat nonantigenik dan reaksi anafilaxisnya jarang.Studi masa
koagulasi dan masa perdarahan umumnya tidak signifikan dengan infus 0.5 1 L. Pasien transplantasi
ginjal yang mendapat hetastarch masih controversial. Kontroversi ini dihubungkan juga dengan
penggunaan hetastarch pada pasien yang menjalani bypass kardiopulmoner. Pentastarch, cairan starch
dengan berat molekul rendah, sedikit efek tambahannya dan dapat menggantikan hetastarch.
TERAPI CAIRAN PERIOPERATIF
Terapi cairan perioperatif termasuk penggantian deficit cairan, kehilangan cairan normal dan kehilangan
cairan

lewat

luka

operasi

termasuk

kehilangan

darah.

Kebutuhan Pemeliharaan Normal


Pada waktu intake oral tidak ada, deficit cairan dan elektrolit dapat terjadi dengan cepat karena adanya
pembentukan urin yang terus berlangsung,sekresi gastrointestinal, keringat dan insensible losses dari kulit
dan

paru.

Kebutuhan

pemeliharaan

normal

dapat

diestimasi

dari

tabel

berikut:

Tabel Estimasi Kebutuhan Cairan Pemeliharaan


Berat badan
Kebutuhan
10 kg pertama
4 ml/kg/jam
10-20 kg kedua
2ml/kg/jam
Masing-masing kg>20kg
1ml/kg/jam
Contoh: berapa kebutuhan cairan pemeliharaan untuk anak 25 kg? Jawab: 40+20+5=65 ml/jam
Preexisting Deficit
Pasien yang akan dioperasi setelah semalam puasa tanpa intake cairan akan menyebabkan defisit cairan
sebanding dengan lamanya puasa. Defisit ini dapat diperkirakan dengan mengalikan normal maintenance
dengan lamanya puasa. Untuk 70 kg, puasa 8 jam, perhitingannya (40 + 20 + 50) ml / jam x 8 jam atau
880 ml. Pada kenyataannya, defisit ini dapat kurang sebagai hasil dari konservasi ginjal. Kehilangan
cairan abnormal sering dihubungkan dengan defisit preoperatif.Sering terdapat hubungan antara
perdarahan

preoperatif,

muntah,

diuresis

dan

diare.

Penggantian

Cairan

Intraoperatif

Terapi cairan intraoperatif meliputi kebutuhan cairan dasar dan penggantian deficit cairan preoperative
seperti halnya kehilangan cairan intraoperative ( darah, redistribusi dari cairan, dan penguapan).
Pemilihan jenis cairan intravena tergantung dari prosedur pembedahan dan perkiraan kehilangan
darah.Pada kasus kehilangan darah minimal dan adanya pergeseran cairan, maka maintenance solution
dapat digunakan. Untuk semua prosedur yang lain Ringer Lactate biasa digunakan untuk pemeliharaan
cairan. Idealnya, kehilangan darah harus digantikan dengan cairan kristaloid atau koloid untuk
memelihara volume cairan intravascular ( normovolemia) sampai bahaya anemia berberat lebih
(dibanding) resiko transfusi. Pada kehilangan darah dapat diganti dengan transfuse sel darah merah.
Transfusi

dapat

diberikan

pada

Hb

7-8

g/dL

(hematocrit

21

24%).

Hb < 7 g/dL cardiac output meningkat untuk menjaga agar transport Oksigen tetap normal. Hb 10 g/dL
biasanya pada pasien orang tua dan penyakit yang berhubungan dengan jantung dan paru-paru.Batas lebih
tinggi mungkin digunakan jika diperkirakan ada kehilangan darah yang terus menerus. Dalam prakteknya,
banyak dokter memberi Ringer Laktat kira-kira 3-4 kali dari banyaknya darah yang hilang, dan cairan
koloid dengan perbandingan 1:1 sampai dicapai Hb yang diharapkan.
Tabel. Perkiraan Volume Darah Rata-Rata (Average Blood Volumes)
Umur
Volume darah
Neonatus
Premature
95 ml/kg
Cukup bulan
85 ml/kg
Infant
80 ml/kg
Dewasa
Men
75 ml/kg
Women
65 ml/kg
Pada keadaan ini kehilangan darah dapat diganti dengan Packed red blood cell.
Banyaknya transfusi dapat ditentukan dari hematocrit preoperatif dan dengan perkiraan volume
darah.Pasien dengan hematocrit normal biasanya ditransfusi hanya setelah kehilangan darah >10-20%
dari volume darah mereka. Sebenarnya tergantung daripada kondisi pasien] dan prosedur dari
pembedahan . Perlu diketahui jumlah darah yang hilang untuk penurunan hematocrit sampai 30%, dapat
dihitung

sebagai

Estimasi volume darah dari Tabel 29-5.

Estimasi volume sel darah merah (RBCV) hematocrit preoperative (RBCV preop).

berikut:

Estimasi RBCV pada hematocrit 30% ( RBCV30%), untuk menjaga volume darah normal.

Memperkirakan volume sel darah merah yang hilang ketika hematocrit 30% adalah RBCV lost =
RBCV preop - RBCV 30%.

Perkiraan jumlah darah yang hilang = RBCV lost X 3

Contoh :
Seorang perempuan 85 kg mempunyai suatu hematocrit preoperatif 35%. Berapa banyak jumah darah
yang hilang untuk menurunkan hematocritnya sampai 30%?
Volume Darah yang diperkirakan = 65 mL/kg x 85 kg = 5525 ml.
RBCV 35 % = 5525 x 35 % = 1934 mL.
RBCV30% = 5525 x 30 % = 1658 mL
Kehilangan sel darah merah pada 30% = 1934 - 1658 = 276 mL.
Perkiraan jumlah darah yang hilang = 3 x 276 mL = 828 mL.
Oleh karena itu, transfusi harus dipertimbangkan hanya jika pasien kehilangan darah melebihi 800 ml.
Transfusi tidak direkomendasikan sampai terjadi penurunan hematocrit hingga 24% (hemoglobin < 8.0
g/dL), tetapi ini diperlukan untuk menghitung banyaknya darah yang hilang, contohnya pada penyakit
jantung dimana diberikan transfusi jika kehilangan darah 800 mL.
Tabel. Redistribusi dan evaporasi kehilangn cairan saat pembedahan
DERAJAT DARI TRAUMA JARINGAN
MINIMAL (contoh hernioraphy)
SEDANG ( contoh cholecystectomy)
BERAT (contohreseksi usus)
Petunjuk lain yang biasa digunakan sebagai berikut:

PENAMBAHAN CAIRAN
0 2 ml/Kg
2 4 ml/Kg
4 8 ml/Kg

1. Satu unit sel darah merah sel akan meningkatkan hemoglobin 1 g/dL dan hematocrit 2-3% (pada
orang dewasa); dan
2. 10mL/kg transfusi sel darah merah akan meningkatkan hemoglobin 3g/dL dan hematocrit 10%.
Menggantikan Hilangnya Cairan Redistribusi dan Evaporasi
Sebab kehilangan cairan ini dihubungkan dengan ukuran luka dan tingkat manipulasi dan pembedahan,
dapat digolongkan menurut derajat trauma jaringan.Kehilangan cairan tambahan ini dapat digantikan

menurut tabel di atas, berdasar pada apakah trauma jaringan adalah minimal, moderat, atau berat.Ini
hanyalah petunjuk, dan kebutuhan yang sebenarnya bervariasi pada masing-masing pasien.

TRANSFUSI
GOLONGANDARAH
Membran sel darah merah berisi sedikitnya 300 faktor penentu antigenic berbeda.Sedikitnya 20 antigen
golongan darah terpisah dapat dikenal; tanda dari masing-masing adalah di bawah control genetic dari
chromosom loci.Kebetulan, hanya ABO dan Rh Sistem yang penting pada transfusi darah. Setiap orang
biasanya menghasilkan antibody ( alloantibodies). Antibodi bertanggung jawab untuk reaksi-reaksi dari

transfusi.Antibodi dapat menjadi alami atau sebagai respon atas sensitisasi dari suatu kehamilan atau
transfusi sebelumnya.
Sistem ABO
Kromosomal untuk sistem ABO ini menghasilkan dua alleles: A dan B. Masing-masing
merepresentasikan suatu enzim yang merupakan modifikasi dari suatu permukaan sel glycoprotein,
menghasilkan antigen yang berbeda. (Sebenarnya, ada berbagai varian A dan B.) Hampir semua individu
tidak mempunyai A atau B " natural" yang menghasilkan antibody [ sebagian besar immu-noglobulin M
( IgM)] melawan antigens ( Tabel 29-7) di dalam tahun pertama kehidupan. Antigen H adalah precursor
dari system ABO tetapi diproduksi oleh suatu chromosom tempat berbeda. Tidak adanya antigen H( hh
genotype, juga disebut Bombay pheno-type) mencegah munculny gen A atau B; individu dengan kondisi
sangat jarang ini akan mempunyai anti-A, anti-B, dan anti-H antibodi.
Sistem Rh
Sistem Rh ditandai oleh dua gen yang menempati chromosome. Ada sekitar 46 Rh-berhubungan dengan
antigens, tetapi secara klinis, ada lima antigen utama ( D, C, c, E, dan e) dan menyesuaikan dengan
antibody .Biasanya, ada atau tidak allele yang paling immunogenic dan umum, D antigen,
dipertimbangkan. Kira-Kira 80-85% tentang populasi orang kulit putih mempunyai antigen D. Individu
yang kekurangan allele ini disebut Rh-Negative dan biasanya antibodi akan melawan antigen D hanya
setelah terpapar oleh ( Rh-Positive) transfusi sebelumnya atau kehamilan ( seorang Ibu Rh-Negative
melahirkan bayi Rh-Positive).
Sistem Lain
Sistem lain ini meliputi antigen Lewis, P, li, MNS, Kidd, Kell, Duffy, Lutheran, Xg, Sid, Cartright, YK,
dan Chido Rodgers antigens. Kebetulan, dengan beberapa perkecualian ( Kell, Kidd, Duffy, Dan),
alloantibodi melawan sistem ini jarang menyebabkan reaksi hemolytic serius.
TES KOMPATIBILITAS
Tujuan tes ini adalah untuk memprediksi dan untuk mencegah reaksi antigen-antibody sebagai hasil
transfusi sel darah merah.Donor dan penerima donor darah harus di periksa adanya antibody yang tidak
baik.
Tabel. Golongan darah ABO
TIPE

Adanya antibodi dalam serum

Insidensi*

anti B

45%

anti A

8%

AB

4%

anti A, antiB

43%

* angka rata-rata pada orang di Eropa


Tes ABO-Rh
Reaksi Transfusi yang paling berat adalah yang berhubungan dengan inkompatibilitas ABO; antibody
yang didapat secara alami dapat bereaksi melawan antigen dari transfusi (asing), mengaktifkan
komplemen, dan mengakibatkan hemolisis intravascular. Sel darah merah pasien diuji dengan serum yang
dikenal mempunyai antibody melawan A dan B untuk menentukan jenis darah. Oleh karena prevalensi
secara umum antibodi ABO alami, konfirmasi jenis darah kemudian dibuat dengan menguji serum pasien
melawan

sel

darah

merah

dengan

antigen

yang

dikenal.

Sel darah merah pasien juga diuji dengan antibody anti-D untuk menentukan Rh. Jika hasilnya adalah RhNegative, adanya antibodi anti-D d dapat diuji dengan mencampur serum pasien dengan sel darah merah
Rh (+).Kemungkinan berkembangnya antibodi anti-D setelah paparan pertama pada antigen Rh adalah5070%.
Crossmatching
Suatu crossmatch transfusi: sel donor dicampur dengan serum penerima. Crossmatch mempunyai tiga
fungsi: ( 1) Konfirmasi jenis ABO dan Rh ( kurang dari 5 menit), ( 2) mendeteksi antibodi pada golongan
darah lain , dan ( 3) mendeteksi antibody dengan titer rendah atau tidak terjadi aglutinasi mudah. Yang
dua

terakhir

memerlukan

sedikitnya

45

menit.

ScreeningAntibodi
Tujuan test ini adalah untuk mendeteksi dalam serum adanya antibodi yang biasanya dihubungkan dengan
reaksi hemolitik non-ABO. Test ini ( dikenal juga Coombs Tes tidak langsung) memerlukan 45 menit dan
dengan mencampur serum pasien dengan sel darah merah dari antigen yang dikenal; jika ada antibodi
spesifik, membran sel darah merah dilapisi, dan penambahan dari suatu antibodi antiglobulin
menghasilkan aglutinasi sel daraah. Screening ini rutin dilakukan pada seluruh donor darah dan dilakukan
untuk
Type

penerima
&

donor
Crossmatch

sebagai
versus

ganti

dari
Type

crossmatch
&

.
Screen

Timbulnya suatu reaksi hemolytic yang serius setelah transfusi dari ABO- dan Rh-Compatible Transfusi

dengan screening negatif tetapi tanpa crossmatch kurang dari 1%. Crossmatching, bagaimanapun,
meyakinkan pentingnya kemanan yang optimal dan mendeteksi adanya antibody yang lain yang muncul
dalam screening.Crossmatch kini dilakukan hanya untuk prosedur operasi elektif dg kemungkinan
transfusi darah. Oleh karena waktunya sekitar 45 menit jika sebelumnya prosedur dua type dan screen
telah didokumentasikan, pada beberapa Center telah memulai crossmatch secara komputer.
Pemesanan Darah Untuk Operasi
Kebanyakan rumah sakit menyusun daftar operasi yang akan dilakukan dan yang maksimum jumlah unit
yang dapat dicrossmatch preoperati. Seperti pada praktek mencegah berlebihan Crossmatching
darah.Daftar pada umumnya didasarkan pada masing-masing pengalaman institusi.Suatu crossmatch-totransfusion perbandingan kurang dari 2.5:1 dipertimbangkan bisa diterima.Hanya suatu type and screen
dilakukan jika timbulnya transfusi untuk suatu prosedur kurang dari 10%. Jika transfusi diperlukan,
dilakukan cross-match .Pinjaman secara khas dibuat untuk pasien anemic dan mereka yang mempunyai
kelainan

pembekuan.

TRANSFUSI

DALAM

KEADAAN

DARURAT

Ketika pasien sedang exsanguinating, kebutuhan transfusi terjadi sebelum penyelesaian suatu crossmatch,
penyaringan , atau bahkan identifikasi tipe darah. Jika jenis darah pasien sudah dikenal, dilakukan
crossmatch kurang dari 5 menit, akan mengkonfirmasikan kompatibilitas ABO. Jika jenis darah penerima
tidak dikenal dan transfusi harus dimulai sebelum penentuan, jenis O Rh-Negative darah mungkin bisa
digunakan.
BANKDARAH
Darah dari pendonor disaring untuk mengeluarkan zat-zat yang dapat mempengaruhi kondisi medis yang
kurang baik bagi penerima donor. Hematocrit ditentukan, jika >37% untuk allogeneic atau 32% untuk
donor autologous, darah dikumpulkan, diidentifikasi, disaring untuk antibodi, dan dilakukan pengujian
adanya Hepatitis B, Hepatitis C, sipilis,human T cell leukemia virus ( HTLV)-1 dan HTLV-2, dan Human
immunodeficiency virus ( HIV)-1 dan HIV-2. Kebanyakan pusat penelitian sedang melakukan tes
terhadap asam nucleat virus RNA untuk mendeteksi Hepatitis B dan C dan virus HIV ,dan sedang
melakukan deteksi terhadap West Nile Virus. Ada test yang sangat sensitif, dan mereka perlu membatasi
virus

dengan

window

positif

tetapi

test

negatif.

Pertama, darah dikumpulkan kemudian tambahkan larutan anticoagulant.Larutan yang paling umum
digunakan adalah CPDA-1, yang berisi sitrat sebagai antikoagulan (berikatan dengan Calcium), fosfat
sebagai buffer, dextrose sebagai sumber energi sel darah merah, dan adenosine sebagai precursor dari

sintesa

ATP.

Darah dengan CPDA-1- dapat disimpan untuk 35 hari, setelah kelangsungan hidup sel darah merah
dengan cepat berkurang. Sebagai alternatif, penggunaan AS-1 ( Adsol) atau AS-3 ( Nutrice) meluas umur
rata-rata

minggu.

Semua unit yang dikumpulkan dipisahkan ke masing-masing komponen, yang diberi nama, sel darah
merah,

platelets,

dan

plasma.

Ketika disentrifuge, 1 unit Whole blood utuh menghasilkan sekitar 250 mL packed red blood cel
( hematocrit 70%); mengikuti penambahan larutan saline, volume suatu unit packed red cell sering
mencapai 350 mL. Sel darah merah secara normal disimpan pada 1-6C.Sel darah merah dapat dibekukan
dalam larutan glycerol hypertonis sampai 10 tahun.Teknik yang belakangan pada umumnya disediakan
untuk penyimpanan darah dengan phenotypes jarang.Supernatant disentrifuge untuk menghasilkan
platelets dan plasma. 1 Unit platelets yang diperoleh biasanya berisi 50-70 mL plasma dan dapat disimpan
pada 20- 24C untuk 5 hari. Sisa plasma supernatant diproses dan dibekukan untuk menghasilkan Fresh
frozen plasma; pembekuan cepat mencegah inaktifasi faktor pembekuan ( V dan VIII). Pencairan yang
lambat dari Fresh frozen plasma menghasilkan suatu gelatin presipitat (cryo-precipitate) yang berisi
faktor VIII dan fibrinogen dengan konsentrasi tinggi.Ketika dipisahkan, cryoprecipitate ini dapat
dibekukan kembali untuk disimpan.Satu unit darah menghasilkan sekitar 200 mL plasma, yang mana
dapat dibekukan untuk disimpan; sekali ketika, harus ditransfusi dalam 24 jam. Platelets boleh sebagai
alternatif untuk mencapai plateletpheresis, yang ekuivalen dengan enam unit reguler dari pasien .
TRANSFUSIINTRAOPERATIF
PackedRedBloodCells
Transfusi darah sebaiknya diberikan packed red cell, dan dapat mengoptimalkan penggunaan dan
pemanfaatan bank darah. Packed Red Blood Cell ideal untuk pasien yang memerlukan sel darah merah
tetapi tidak penggantian volume ( misalnya, pasien anemia dengan congestive heart failure). Pasien yang
dioperasi memerlukan cairan seperti halnya sel darah merah; kristaloid dapat diberikan dengan infuse
secara bersama-sama dengan jalur intravena yang kedua untuk penggantian volume cairan.
Sebelum transfusi, masing-masing unit harus diperiksa secara hati-hati dicek dengan kartu dari bank
darah dan identitas dari penerima donor darah.Tabung transfusi berisi 170-J.m untuk menyaring gumpalan
atau kotoran. Dengan ukuran sama dan saringan berbeda digunakan untuk mengurangi leukocyte isi untuk
mencegah febrile reaksi transfusi febrile pada pasien yang sensitif. Darah untuk transfusi intraoperative
harus dihangatkan sampai 37C.terutama jika lebih dari 2-3 unit yang akan ditransfusi; jika tidak akan
menyebabkan hypothermia. Efek tambahan hypothermia dan secara khas 2,3-diphosphoglycerate ( 2,3DPG) konsentrasi rendah dalam darah yang disimpan dapat menyebabkan suatu pergeseran kekiri

ditandai hemoglobin-oxygen kurva-disosiasi dan, menyebabkan hipoxia jaringan. Penghangat darah harus
bisa

menjaga

suhu

darah

>

30C

bahkan

pada

aliran

rata-rata

sampai

150

ml/menit

Fresh Frozen Plasma


Fresh Frozen Plasma ( FFP) berisi semua protein plasma, termasuk semua factor pembekuan. Transfusi
FFP ditandai penanganan defisiensi faktor terisolasi, pembalikan warfarin therapy, dan koreksi
coagulopathy berhubungan dengan penyakit hati.Masing-Masing unit FFP biasanya meningkatkan faktor
pembekuan 2-3% pada orang dewasa.Pada umumnya dosis awal 10-15 mL/kg.Tujuannya adalah untuk
mencapai

30%

dari

konsentrasi

faktor

pembekuan

yang

normal.

FFP boleh digunakan pada pasien yang sudah menerima transfusi darah masive.Pasien dengan defisiensi
ANTI-THROMBIN III atau purpura thrombocyto-penic thrombotic dapat diberikan FFP transfusi.
Masing-Masing unit FFP membawa resiko cepat menyebar yang sama sebagai unit darah utuh. Sebagai
tambahan, pasien dapat menjadi peka terhadap protein plasma.ABO-COMPATIBLE biasanya diberi tetapi
tidak wajib.Seperti butir-butir darah merah, FFP biasanya dihangatkan 37C sebelum transfusi.
Platelets
Transfusi Platelet harus diberikan kepada pasien dengan thrombocytopenia atau dysfunctional platelets
dengan pendarahan.Profilaxis Transfusi trombosit dapat diberikan pada pasien dengan hitung trombosit
10,000-20,000

oleh

karena

resiko

perdarahan

spontan.

Hitung trombosit kurang dari 50,000 x 109/L dihubungkan dengan peningkatan perdarahan selama
pembedahan. Pasien dengan thrombocytopenia yang mengalami pembedahan atau prosedur invasive
harus diberikan profilaxis transfusi trombosit sebelum operasi, hitung trombosit harus meningkat diatas
100,000 x 109/L. Persalinan pervaginam dan prosedur bedah minor dapat dilakukan pada pasien dengan
hitung trombosit yang agak rendah tapi fungsi trombosit normal dan hitung trombosit >50,000 x 109/L.
Masing-Masing unit platelets mungkin diharapkan untuk meningkatkan 10,000-20,000 x 109/L dari
trombosit. Plateletpheresis unit berisi yang sejenisnya enam unit donor tunggal.Peningkatan lebih sedikit
dapat diharapkan pasien dengan suatu sejarah platelet transfusi.Disfungsi dapat meningkatkan perdarahan
pada pembedahan bahkan ketika trombosit normal dan dapat didiagnosa preoperative dengan memeriksa
masa perdarahan. . Transfusi.Platelet diindikasikan pada pasien dengan disfungsi trombosit dan
meningkatkan perdarahan pada pembedahan.ABO-compatible platelet transfusi adalah diinginkan tetapi
tidak perlu. Transfused Platelets biasanya survive hanya 1-7 hari yang mengikuti transfusi. ABO
kompatibel dapat meningkatkan platelet survival.Rh sensitisasi dapat terjadi di Rh-Negative donor dalam
kaitan dengan adanyanit donor tunggal.Peningkatan lebih sedikit dapat diharapkan pasien dengan suatu
sejarah platelet transfusi.Disfungsi dapat meningkatkan perdarahan pada pembedahan bahkan ketika
trombosit normal dan dapat didiagnosa preoperative dengan memeriksa masa perdarahan. .

Transfusi.Platelet diindikasikan pada pasien dengan disfungsi trombosit dan meningkatkan perdarahan
pada pembedahan.ABO-compatible platelet transfusi adalah diinginkan tetapi tidak perlu. Transfused
Platelets biasanya survive hanya 1-7 hari yang mengikuti transfusi. ABO kompatibel dapat meningkatkan
platelet survival.Rh sensitisasi dapat terjadi di Rh-Negative donor dalam kaitan dengan adanya beberapa
butir-butir darah merah di (dalam) Rh-Positive platelet Unit. Lebih dari itu, anti-A atau anti-B zat darah
penyerang kuman di (dalam) yang 70 mL plasma pada setiap platelet unit dapat menyebabkan suatu
reaksi hemolytic melawan terhadap butir-butir darah merah penerima ketika sejumlah besar ABOincompatible platelet unit diberi. Administrasi Rh immuno-globulin ke Rh-Negative Individu dapat
melindungi dari Rh sensitisasi yang mengikuti Rh-Positive platelet Transfusi. Pasien yang kembang;kan
zat darah penyerang kuman melawan terhadap HLA antigens lymphocytes di (dalam) platelet
berkonsentrasi) atau platelet spesifik antigens memerlukan HLA-COMPATIBLE atau single-donor unit.
Penggunaan

plateletpheresis

transfusi

boleh

ber/kurang

kemungkinan

sensitisasi.

TransfusiGranulosit
Transfusi Granulosit, yang dibuat dengan leukapheresis, diindikasikan pada pasien neutropenia dengan
infeksi bakteri yang tidak respon dengan antibiotik. Transfusi granulosit mempunyai masa hidup dalam
sirkulasi sangat pendek, sedemikian sehingga sehari-hari transfusi 1010 granulocytes pada umumnya
diperlukan. Iradiasi dari granulosit menurunkan insiden timbulnya reaksi graft-versus-host , kerusakan
endothelial berhubungan dengan paru-paru, dan lain permasalahan berhubungan dengan transfusi leukosit
(lihat di bawah), tetapi mempengaruhi fungsi granulosit. Ketersediaan filgrastim ( granulocyte colonystimulating faktor, atau G-CSF) dan sargramostim ( granulocyte-macrophage colony-stimulating faktor,
atau GM-CSF) telah sangat mengurangi penggunaan transfusi granulosit.

KOMPLIKASI TRANSFUSI
A.KomplikasiImun
Komplikasi imun setelah transfusi darah terutama berkaitan dengan sensitisasi donor ke sel darah
merah,lekosit,trombositatauproteinplasma.
1.ReaksiHemolytic
Reaksi Hemolytic pada umumnya melibatkan destruksi spesifik dari sel darah merah yang ditransfusikan
oleh antibody resipien. Lebih sedikit biasanya, hemolysis sel darah merah resipien terjadi sebagai hasil

transfusi antibody sel darah merah.Trombosit konsentrat yang inkompatible, FFP, clotting faktor, atau
cryoprecipitate berisi sejumlah kecil plasma dengan anti-A atau anti-B ( atau kedua-duanya)
alloantibodies.

Transfusi

dalam

jumlah

besar

dapat

menyebabkan

hemolisis

intravascular.

Reaksi Hemolytic biasanya digolongkan akut ( intravascular) atau delayed ( extravascular).


ReaksiHemolyticAkut
Hemolisis Intravascular akut pada umumnya berhubungan dengan Inkompatibilitas ABO dan frekwensi
yang dilaporkan kira-kira 1:38,000 transfusi. Penyebab yang paling umum adalah misidentifikasi suatu
pasien, spesimen darah, atau unit transfusi.Reaksi ini adalah yang terberat.Resiko suatu reaksi hemolytic
fatal terjadi 1 dalam 100,000 transfusi.Pada pasien yang sadar, gejala meliputi rasa dingin, demam,
nausea, dan sakit dada. Pada pasien yang dianestesi, manifestasi dari suatu reaksi hemolytic akut adalah
suhu meningkat, tachycardia tak dapat dijelaskan , hipotensi, hemoglobinuria, dan oozing yang difus dari
lapangan operasi. Disseminated Intravascular Coagulation, shock, dan penurunan fungsi ginjal dapat
berkembang dengan cepat.Beratnya suatu reaksi seringkali tergantung pada berapa banyak darah yang
inkompatibel yang sudah diberikan. Gejala yang berat dapat terjadi setelah infuse 10 15 ml darah yang
ABO inkompatibel. Manajemen reaksi hemoiytic dapat simpulkan sebagai berikut:

Jika dicurigai suatu reaksi hemolytic, transfusi harus dihentikan dengan segera.

Darah harus di cek ulang dengan slip darah dan identitas pasien.

Kateter urin dipasang , dan urin harus dicek adanya hemoglobin.

Osmotic diuresis harus diaktipkan dengan mannitol dan cairan kedalam pembuluh darah.

Jika ada perdarahan akut, indikasi pemberian platelets dan FFP

Reaksi hemolytic lambat


Suatu reaksi hemolytic lambat biasanya disebut hemolysis extravascular biasanya ringan dan disebabkan
oleh antibody non D antigen Sistem Rh atau ke asing alleles di system lain seperti Kell, Duffy, atau Kidd
antigens. Berikut suatu transfusi ABO dan Rh D-compatible,pasien mempunyai 1-1.6% kesempatan
membentuk antibody untuk melawan antigen asing. Pada saat itu
Sejumlah antibody ini sudah terbentuk ( beberapa minggu sampai beberapa bulan), tranfusi sel darah telah
dibersihkan dari sirkulasi. Lebih dari itu, titer antibody menurun dan mungkin tidak terdeteksi. Terpapar
kembali dengan antigen asing yang sama selama transfuse sel darah, dapat mencetuskan respon antibody
melawan antigen asing. Peristiwa ini dilihat jelas dengan Sistem Kidd antigen.Reaksi hemolytic pada tipe

lambat terjadi 2-21 hari setelah transfusi, dan gejala biasanya ringan, terdiri dari malaise, jaundice, dan
demam.Hematocrit pasien tidak meningkat setelah transfusi dan tidak adanya perdarahan. Serum bilirubin
unconjugated meningkat sebagai hasil pemecahan hemoglobin.
Diagnosa antibody - reaksi hemolytic lambat mungkin difasilitasi oleh antiglobulin (Coombs) Test.
Coombs test mendeteksi adanya antibody di membrane sel darah. Test ini tidak bisa membedakan antara
membrane antibody resipien pada sel darah merah dengan membrane antibody donor pada sel darah
merah. Jadi, ini memerlukan suatu pemeriksaan ulang yang lebih terperinci pretransfusi pada kedua
spesimen : pasien dan donor.
Penanganan reaksi hemolytic lambat adalah suportif.Frekwensi reaksi transfusi hemolytic lambat
diperkirakan kira-kira 1:12,000 transfusi. Kehamilan ( terpapar sel darah merah janin) dapat juga
menyebabkan pembentukan alloan-tibodies pada seldarah merah.
2.ReaksiImuNonhemolitik
Reaksi imun Nonhemolytic adalah dalam kaitan dengan sensitisasi dari resipien ke donor lekosit,
platelets,atauproteinplasma.
FebrilReaksi
Sensitisasi lekosit atau Platelet secara khas manifestasinya adalah reaksi febrile. Reaksi ini umumnya ( 13% tentang episode transfusi) dan ditandai oleh suatu peningkatan temperatur tanpa adanya hemolysis.
Pasien dengan suatu riwayat febrile berulang harus menerima tranfusi lekosit saja. Transfusi sarah merahh
dapat

dibuat

leukositnya

kurang

dengan

sentrifuge,

filtration,

atau

teknik

freeze-thaw.

ReaksiUrtikaria
Reaksi Urtikaria pada umumnya ditandai oleh erythema, penyakit gatal bintik merah dan bengkak, dan
menimbulkan rasa gatal tanpa demam. Pada umumnya ( 1% tentang transfusi) dan dipikirkan berkaitan
dengan sensitisasi pasien ke transfusi protein plasma. Reaksi Urticaria dapat diatasi dengan obat
antihistamine

H,

dan

mungkin

H2

blockers)

dan

steroids.

ReaksiAnafilaksis
Reaksi anafilaksis jarang terjadi (kurang lebih 150,000 transfusi).Reaksi ini berat dan terjadi setelah
hanya beberapa mililiter darah ditranfusi, secara khas pada IgA- Pasien dengan Deficiensi anti-IgA yang
menerima tranfusi darah yang berisi IgA. Prevalensi defisiensi IgA diperkirakan 1:600-800 pada populasi
yang umum. Reaksi ini diatasi dengan pemberian epinephrine, cairan, corticosteroids, dan H1, dan H2

blockers. Pasien dengan defisiensi IgAperlu menerima Washed Packed Red Cells, deglycerolized frozen
red

cells,

atau

IgA-Free

blood

Unit

EdemaPulmonaryNoncardiogenic
Sindrom acute lung injury (Transfusion-Related Acute Lung Injury [ TRALI]) merupakan komplikasi
yang jarang terjadi(< 1:10,000). Ini berkaitan dengan transfusi antileukocytic atau anti-HLA antibodi
yang saling berhubungan dan menyebabkan sel darah putih pasien teragregasi di sirkulasi
pulmoner.Tranfusi sel darah putih dapat berinteraksi dengan leukoaglutinin. Perawatan Awal TRALI
adalah sama dengan Acute Respiratory distress syndrome ( ARDS), tetapi dapat sembuh dalam 12-48 jam
dengan

therapy

suportif.

GraftversusHostDisease
Reaksi jenis ini dapat dilihat pada pasien immune-compromised.Produk sel darah berisi lymfosit mampu
mengaktifkan respon imun. Penggunaan filter leukosit khusus sendiri tidak dapat dipercaya mencegah
penyakit graft-versus-host; iradiasi ( 1500-3000 cGy) sel darah merah, granulocyte, dan transfusi platelet
secara

efektif

menginaktifasi

lymfosit

tanpa

mengubahefikasi

dari

transfusi.

PurpuraPosttransfusi
Thrombocytopenia jarang terjadi setelah transfusi darah dan ini berkaitan dengan berkembangnya
alloantibody trombosit.Karena alasan yang tidak jelas, antibodi menghancurkan trombosit.Hitung
trombosit secara jelas menurun 1 minggu setelah tranfusi.Plasmapheresis dalam hal ini dianjurkan.
ImunSupresi
Transfusi leukosit-merupakan produk darah dapat sebagai immunosuppressi.Ini adalah terlihat jelas pada
penerima cangkok ginjal, di mana transfusi darah preoperatif nampak untuk meningkatkan survival dari
graft.Beberapa studi menyatakan bahwa rekurensi dari pertumbuhan malignan mungkin lebih mirip pada
pasien yang menerima transfusi darah selamapembedahan. Dari kejadian yang ada juga menyatakan
bahwa tranfusi leukocyte allogenic dapat mengaktifkan virus laten pada resipien. Pada akhirnya, transfusi
darah dapat meningkatkan timbulnya infeksi yang serius setelah pembedahan atau trauma.
B.KomplikasiInfeksi
1.Infeksivirus
Hepatitis
Sampai tes rutin untuk virus hepatitis telah diterapkan, insidensi timbulnya hepatitis setelah transfusi

darah 7-10%.Sedikitnya 90% tentang kasus ini adalah dalam kaitan dengan hepatitis C virus. Timbulnya
hepatitis posttransfusi antarab 1:63,000 dan 1:1,600,000; 75% tentang kasus ini adalah anicteric, dan
sedikitnya 50% berkembang;menjadi penyakit hati kronis. Lebih dari itu, tentang kelompok yang terakhir
ini,

sedikitnya

10-20%

berkembang

menjadi

cirrhosis.

AcquiredImmunodeficiencySyndrome(AIDS)
Virus yang bertanggung jawab untuk penyakit ini, HIV-1, ditularkan melalui transfusi darah. Semua darah
dites untuk mengetahui adanya anti-HIV-1 dan - 2 antibodi . Dengan adanya FDA yang menguji asam
nukleat memperkecil waktu kurang dari satu minggu dan menurunkan resiko dari penularan HIV melalui
tranfusi1:1.900.000tranfusi.
InfeksiVirusLain
Cytomegalovirus (CMV) dan Epstein-Barr Virus umumnya menyebabkan penyakit sistemik ringan atau
asimptomatik.Yang kurang menguntungkan, pada beberapa individu menjadi pembawa infeksi
asimptomatik; lekosit dalam darah dari donor dapat menularkan virus. Pasien immunosupresi dan
Immunocompromise ( misalnya, bayi prematur dan penerima transplantasi organ ) peka terhadap infeksi
CMV berat setelah tranfusi. Idealnya, .pasien- pasien menerima hanya CMV negative. Bagaimanapun,
studi terbaru menunjukkan bahwa resiko transmisi CMV dari transfusi dari darah yang leukositnya
berkurang sama dengan tes darah yang CMV negative. Oleh karena itu, pemberian darah dengan leukosit
yang dikurangi secara klinis cocok diberikan pada pasien seperti itu. Human T sel virus lymphotropic I
dan II ( HTLV-1 dan HTLV-2) adalah leukemia dan lymphoma virus, kedua-duanya telah dilaporkan
ditularkan melalui transfusi darah; leukemia dihubungkan dengan myelopathy. Penularan Parvovirus telah
dilaporkan setelah transfusi faktor pembekuan.dan dapat mengakibatkan krisis transient aplastic pada
pasient immunocompromised. Penggunaan filter leukosit khusus nampaknya mengurangi tetapi tidak
mengeliminasi

timbulnya

komplikasi

di

atas.

2.Infeksiparasit
Penyakit parasit yang dapat ditularkan melalui transfusi seperti malaria, toxoplasmosis, dan Penyakit
Chagas'. Namun kasus-kasus tersebut jarang terjadi.
3.InfeksiBakteri
Kontaminasi bakteri dalam adalah penyebab kedua kematian melalui transfusi. Prevalensi kultur positif
dari kantong darah berkisar dari 1/2000 trombosit sampai 1/7000 untuk pRBC. Prevalensi sepsis oleh
karena transfusi darah berkisar dari 1/25,000 tromobosit sampai 1/250,000 untuk pRBC.Angka-angka ini
secara relatif besar dibandingkan ke resiko HIV atau hepatitis, yang adalah di sekitar 1/1-2 juta. Baik

bakteri gram-positive ( Staphylococus) dan bakteri gram-negative ( Yersinia dan Citrobacter) jarang
mencemari transfusi darah dan menularkan penyakit. Untuk mencegah kemungkinan kontaminasi dari
bakteri, darah harus berikan dalam waktu kurang dari 4 jam.Penyakit bakteri yang ditularkan melalui
transfusi darah dari donor meliputi sifilis, brucellosis, salmonellosis, yersiniosis, dan berbagai macam
rickettsia.
C.TransfusiDarahMasif
Transfusi darah masif umumnya didefinisikan sebagai kebutuhan transfusi satu sampai dua kali volume
darah

pasien.Pada

kebanyakan

pasien

dewasa,

equivalent

dengan

10-20

unit.

Koagulopati
Penyebab utama perdarahan setelah transfusi darah masif adalah dilutional thrombocytopenia.Secara
klinis dilusi dari factor koagulasi tidak biasa terjadi pada pasien normal.Studi Koagulasi dan hitung
trombosit, jika tersedia, idealnya menjadi acuan transfusi trombosit dan FFP.Analisa Viscoelastic dari
pembekuan

darah

(thromboelastography

dan

Sonoclot

Analisa)

juga

bermanfaat.

KeracunanSitrat
Kalsium berikatan dengan bahan pengawet sitrat secara teoritis dapat menjadi penting setelah transfusi
darah dalam jumlah besar.Secara klinis hypocalcemia penting, karena menyebabkan depresi jantung,
tidak terjadi pada pasien normal kecuali jika transfusi melebihi 1 U tiap-tiap 5 menit. Sebab metabolisme
sitrat terutama di hepar, pasien dengan penyakit atau disfungsi hepar ( dan kemungkinan pada pasien
hipothermi) memerlukan infuse calcium selama transfusi massif ).
Hypothermia
Transfusi Darah massif adalah merupakan indikasi mutlak untuk semua produk darah cairan intravena
hangat ke temperatur badan normal. Arhitmia Ventricular dapat menjadi fibrilasi ,sering terjadi pada
temperatur sekitar 30C. Hypothermia dapat menghambat resusitasi jantung.Penggunaan alat infus cepat
dengan pemindahan panas yang efisien sangat efisien telah sungguh mengurangi timbulnya insiden
hypothermia

yang

terkait

dengan

transfusi.

Keseimbanganasambasa
Walaupun darah yang disimpan adalah bersifat asam dalam kaitan dengan antikoagulan asam sitrat dan
akumulasi dari metabolit sel darah merahs (carbondioxida dan asam laktat), berkenaan dengan
metabolisme acidosis metabolik yang berkaitan dengan transfusi tidaklah umum.Yang terbanyak dari
kelainan asam basa setelah tranfusi darah massif adalah alkalosis metabolic postoperative.Ketika perfusi

normal diperbaiki, asidosis metabolic berakhir dan alkalosis metabolic progresif terjadi, sitrat dan laktat
yang

ada

dalam

tranfusi

dan

cairan

resusitasi

diubah

menjadi

bikarbonat

oleh

hepar.

Konsentrasi Kalium Serum Konsentrasi kalium Extracellular dalam darah yang disimpan meningkat
dengan waktu.Jumlah kalium extracellular yang transfusi pada unit masing-msaing kurang dari 4 mEq
perunit.Hyperkalemia dapat berkembang dengan mengabaikan umur darah ketika transfusi melebihi 100
mL/min. Hypokalemia biasanya ditemui sesudah operasi, terutama sekali dihubungkan dengan alkalosis
metabolisme.
STRATEGI

ALTERNATIF

UNTUK

PENAGANAN

KEHILANGAN

DARAH

SELAMA

PEMBEDAHAN
TransfusiAutologous
Pasien yang mengalami prosedur pembedahan elektif dengan suatu kemungkinan tinggi untuk transfusi
dapat mendonorkan darah mereka sendiri untuk digunakan selama operasi.Darah ini dapat dikumpulkan
mulai 4-5 minggu sebelum operasi.Pasien diperbolehkan untuk mendonorkan satu kantong darah
sepanjang hematokrit kurang lebih 34% atau hemoglobin sekitar 11 g/dl. Kebutuhan pemakaian darah
minimum 72 jam antara mendonorkan darah dan membuat volume plasma kembali normal. Dengan
suplementasi besi dan terapi eritropoetin rekombinan ( 400 U perminggu), sedikitnya tiga atau empat unit
pada umumnya dikumpulkan sebelum operasi. Beberapa studi menyatakan bahwa transfusi darah
autologous tidak mempunyai efek tambahan yang mempengaruhi survival pada pasien yang mengalami
operasi untuk kanker.Walaupun transfusi autologous mungkin mengurangi resiko infeksi dan reaksi
transfusi, mereka tidaklah dengan sepenuhnya bebas dari resiko.Resiko meliputi reaksi immunologi yang
berhubungan dengan n kesalahan pekerjaan karyawan dalam pengumpulan dan label, pencemaran, dan
gudang/penyimpanan yang tidak benar.Reaksi alergi dapat terjadi dalam kaitan dengan allergen
(misalnya,

ethylen

oksida),

dapat

masuk

kedalam

darah

dari

tempat

pengumpulan

dan

gudang/penyimpanan.Pengumpulan darah preoperative autologous dilakukan dengan frekwensi


berkurang.
Penyimpanan

Darah

dan

Pemberian

Cairan

Melalui

Infus

Berulang

Teknik ini umumnya digunakan pada bedah jantung, vascular dan bedah tulang. Darah di aspirasi
intraoperatif bersama-sama dengan suatu pencegah pembekuan darah ( heparin) ke dalam suatu reservoir.
Setelah jumlah darah cukup dikumpulkan, sel darah yang merah di konsentratkan dan dicuci untuk
dimurnikan dari kotoran dan zat pembeku kemudian di transfusikan kembali ke dalam pasien.Konsentrat
darah tersebut umumnya mempunyai hematocrits 50-60%.Untuk digunakan secara efektif, teknik ini
memerlukan kehilangan darah lebih besar dari 1000-1500 mL. Kontrainidikasi meliputi pencemaran dari
luka yang busuk dan tumor malignan, meskipun demikian kekhawatiran tentang kemungkinan reinfusi sel

malignan via teknik tills tidak dibenarkan. Sistem lebih modern dan sederhana memungkinkan rein-fusion
darah

tanpa

centrifugae.

NormovolemicHemodilusi
Hemodilution normovolemic akut bergantung pada pendapat bahwa jika konsentrasi sel darah merah
dikurangi, total kehilangan sel darah merah dapat dikurangi apabila darah dalam jumlah besar
ditumpahkan; lebih dari itu, cardiac output tetap normal sebab volume intravascuiar terkontrol.Darah
umumnya dikeluarkan sebelum operasi melalui kateter intravena yang besar dan digantikan dengan cairan
kristaloid dan koloid, supaya pasien tetap normovolemic tetapi dengan hematocrit 21-25%.Darah yang
dikeluarkan disimpan dalam kantong CPD pada suhu sampai 6 jam untuk menjaga fungsi dari trombosit;
darah di transfusikan kembali ke pasien setelah kehilangan darah atau lebih cepat jika diperlukan.
Donor-TransfusiLangsung
Pasien dapat meminta donor darah dari anggota keluarga atau teman yang mengandung ABO
kompatibilitas. Kebanyakan bank darah tidak menyarankan hal ini dan umumnya memerlukan donor
kurang lebih 7 hari sebelum operasi untuk memproses darah dan mengkonfirmasikan kompatibilitas.
Studi yang membandingkan keamanan dari pendonor-langsung dengan donor secara random tidak ada
perbedaan, ataupun bank darah lebih aman.

Anda mungkin juga menyukai