Anda di halaman 1dari 7

Semangat.

Sebuah blog berisi tulisan-tulisan semangat penulis


Selasa, 14 Januari 2014
Kerangka Kerja Konseptual Pelaporan Keuangan
CONCEPTUAL FRAMEWORK FOR FINANCIAL REPORTING
Sumber: Warfield, Weygandt, Kieso. 2011. Intermediate Accounting, Volume 1,
IFRS Edition.
Kerangka Kerja Konseptual
Kerangka Kerja Konseptual adalah sebuah konsep yang mendasari pelaporan
keuangan. Kerangka tersebut merupakan sistem yang saling menghubungkan
konsep yang mengalir dari sebuah tujuan pelaporan keuangan seperti
mengidentifikasi batas-batas pelaporan keuangan, memilih transaksi, peristiwa,
bagaimana itu seharusnya diakui dan diukur, dan bagaimana itu seharusnya
disimpulkan dan dilaporkan.
Mengapa memerlukan kerangka kerja konseptual ?
1. Pembuatan standar seharusnya berlandasan dan berhubungan pada sebuah
pendirian serangkaian konsep dan tujuan.
2. Memungkinkan IASB untuk mengeluarkan pernyataan yang lebih berguna dan
konsisten dari waktu ke waktu serta menghasilkan suatu standar yang saling
berhubungan.
3. Tanpa kerangka standar yang jelas ini maka setiap orang akan membangun
konsep individu yang berbeda-beda.
4. Kerangka kerja mampu meningkatkan kemampuan memahami dan
kepercayaan pengguna laporan keuangan terhadap laporan keuangan
5. Meningkatkan kemampuan membandingkan laporan keuangan perusahaan
6. Profession mampu memecahkan secara cepat pratik permasalahan yang baru
dan mendadak dengan mengacu pada kerangka kerja sebagai teori dasarnya.
a. Kelengkapan: semua informasi yang diperlukan untuk Representatif yang tepat
disediakan. Kelalaian dapat menyebabkan informasi palsu dan menyesatkan
yang tidak bermanfaat bagi pengguna laporan
b. Kenetralan: perusahaan tidak boleh memilih-milih informasi yang
mengedepankan salah satu pihak berkepentingan. Informasi yang tidak bias
harus menjadi pertimbangan utama. IASB sangat memperhatikan konsep ini agar

laporan keuangan tetap kredibel dan individu tetap mempercayai dan


menggunakan laporan keuangan.
c. Bebas dari kesalahan: sebuah item informasi yang bebas dari kesalahan akan
memiliki representative yang sangat akurat dari setiap item keuangannnya.
Namun ini tidak berarti kebebasan total dari kesalahan karena dalam langkah
pelaporan keuangan melibatkan perkiraan dari berbagai jenis keputusan
penilaian manajemen.
a. Komparabilitas: informasi yang diukur dan dilaporkan dalam cara yang sama
untuk perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan. Komparabilitas
memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
nyata dalam peristiwa-peristiwa ekonomi antara perusahaan. Tipe lain dari
komparabilitas adalah konsistensi, yaitu ketika perusahaan melakukan perlakuan
akuntansi yang sama untuk peristiwa serupa dari periode ke periode. Dengan
cara ini perusahaan menunjukkan konsistensinya menggunakan standar
akuntansi, namun tidak menutup kemungkinan perusahaan mengubah metode
yang lama dengan yang baru asalkan metode yang baru lebih baik dari yang
lama. Jika metode akuntansi yang digunakan berubah maka perusahaan wajib
mengungkapkan sifat, efek dan pembenarannya dalam catatan atas laporan
keuangan. Auditor akan melaporkan hal ini dalam laporan auditnya.
b. Verifikasi (Pemastian): verifikasi terjadi ketika pengukuran independent,
dengan menggunakan metode yang sama, dan memperoleh hasil yangsama.
Verifikasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu verifikasi langsung (perhitungan
jumlah fisik langsung yang sama untuk jumlah asset persediaannya) dan tidak
langsung (memeriksa input dan menghitung kembali output menggunakan
konvensi atau metodologi akuntansi yang sama cth FIFO).
c. Ketepatan waktu: informasi harus tersedia untuk pengambilan keputusan
sebelum informasi itu kehilangan kegunaannya untuk mempengaruhi keputusan.
Informasi relevan yang tersedia lebih cepat dapat meningkatkan kemampuannya
mempengaruhi keputusan, kurang tepatnya waktu penyediaan informasi dapat
menyebabkan informasi tidak berguna untuk pengambilan keputusan
d. Mudah dimengerti: berkaitan dengan kemampuan para pembuat keputusan
untuk memproses informasi keuangan yang telah dimilikinya. Dapat dimengerti
merupakan kualitas informasi yang memungkinkan pengguna untuk
mendapatkan informasi yang cukup dengan melihat laporan keuangan suatu
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan bila informasi keuangan diklasifikasikan,
dikarakteristikkan dan disajikan dengan jelas dan ringkas. Dalam memberikan
informasi kita harus mengganggap bahwa pengguna memiliki kemampuan yang
wajar dalam bisnis dan ekonomi, sehingga laporan keuangan harus relevan dan
sangat tepat serta tidak terlalu kompleks dan sulit untuk dipahami oleh
penggunanya.
1. Asset: sebuah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai hasil dari
peristiwa masa lampau dan memiliki manfaat ekonomi masa depan yang
diharapkan mengalir ke entitas.

2. Liability: sebuah kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya diharapkan berasal dari arus keluar dari sumber daya
entitas yang memiliki manfaat ekonomi.
3. Equity: nilai sisa dari asset entitas setelah dikurangi semua kewajibannya.
Selain ketiga elemen itu terdapat pula elemen bagian dari equity yaitu:
4. Income: peningkatan keuntungan ekonomi selama periode akuntansi dalam
bentuk arus kas masuk, tambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas selain yang berkaitan dengan kontribusi dari
penyedia ekuitas.
5. Expenses: penurunan keuntungan ekonomi selama periode akuntansi dalam
bentuk arus keluar atau deplesi aset atau beban yang muncul karena adanya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas selain yang berkaitan dengan
distribusi ke penyedia ekuitas.
Kelangsungan artinya perusahaan dianggap mampu bertahan cukup lama untuk
memenuhi tujuan dan komitmennya. Implikasi asumsi ini seperti prinsip biaya
akan kegunaan suatu aset yang terbatas sehingga memerlukan penyusutan dan
amortisasi, revaluasi terhadap aset perusahaan agar mendekati nilai wajar (fair
value), dll
Kerangka kerja konseptual yang dibuat oleh IASB terdiri atas tiga tingkatan
1.

First Level : Tujuan dasar

Tujuan pelaporan keuangan menjadi dasar dari kerangka kerja konseptual. Level
kedua dan ketiga membantu dan memastikan laporan keuangan mencapai
keobjektifan. Tujuan umum pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi
keuangan entitas yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh investor,
pemberi pinjaman atau kreditur lainnya sesuai kapasitas mereka sebagai
penyedia modal.
2.
2.1

Second Level : Konsep fundamental


Karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi

IASB mengidentifikasi karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi yang


membedakan informasi yang lebih berguna dari informasi yang kurang berguna
untuk tujuan pembuatan keputusan. IASB juga membahas kendala tertentu
(biaya dan materialitas) sebagai bagian dari kerangka kerja konseptual.
Kualitas fundamental Relevansi :

Hal terkait dengan nilai prediktif dan nilai konfirmasi. Informasi keuangan
mempunyai nilai prediktif jika mampu memberikan prediksi berkaitan dengan
posisi investor dalam membentuk ekspetasi mereka tentang masa depan
perusahaan. Informasi yang relevan membantu pengguna mengkonfirmasi atau
mengkoreksi harapan sebelumnya tentang kemampuan perusahaan.
Kualitas fundamental Representatif yang tepat :
Mengartikan bahwa angka dan deskripsi sesuai dengan kondisi yang benar-benar
terjadi. Representatif yang tepat ini merupakan suatu keharusan karena
pengguna tidak memiliki waktu dan keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari
informasi. Untuk itu diperlukan ketiga hal yaitu:
Meningkatkan kualitas :
Pelengkap kualitas fundamental, karakteristik ini membedakan informasi yang
lebih berguna dari informasi yang kurang berguna. Karateristik peningkatan
kualitas adalah meliputi:
2.2

Elemen dari laporan keuangan

Semua aspek penting dari pengembangan setiap struktur teori adalah sebuah
serangkaian elemen dasar. Akuntansi menggunakan banyak istilah denagn arti
yang khas dan spesifik sehingga istilah ini dapat menjadi bahasa bisnis. Kerangka
IASB mendefinisikan lima unsur yang saling terkait dan langsung berhubungan
dengan pengukuran kinerja dan status keuangan suatu perusahaan bisnis.
Elemen yang langsung terkait dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva,
kewajiban dan ekuitas.
IASB mengklasifikasikan elemen-elemen ke dalam kedua kelompok berbeda yang
pertama berkaitan dengan sumber daya dan klaim terhadap sumberdaya itu
pada waktu tertentu. Yang kedua berkaitan dengan transaksi, peristiwa, keadaan
yang mempengaruhi perusahaan selama periode waktu tertentu.
3.

Third Level : Pengakuan, pengukuran dan pengungkapan

Konsep pada level tiga ini menjelaskan bagaimana perusahaan seharusnya


mengakui, mengukur, dan melaporkan elemen-elemen dari laporan keuangan
dan peristiwa terkait lainnya.
Lima asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi keuangan:
1.

Economic entity

Perusahaan harus memisahkan kegiatan-kegiatannya dari pemilik dan unit bisnis


lainnya. Artinya kegiatan ekonomi dapat diidentifikasi dengan satu unit
akuntabilitas tertentu. Individu, departemen, divisi dan seluruh industri dapat
dianggap sebagai entitas terpisah namun jika induk perusahaan dan anak
perusahaan menggabungkan kegiatan mereka untuk tujuan pelaporan akuntansi
tidak melanggar asumsi entitas ini.
2.

Going concern

3.

Monetary unit

Satuan mata uang menjadi dasar akuntansi dalam pengukuran dan analisis
kegiatan ekonomi. Unit moneter adalah relevan sederhana, universal, dimengerti
dan berguna. Penerapan asumsi ini mendasarkan bahwa data kuantitatif berguna
untuk komunikasi informasi ekonomi dan pengambilan keputusan.
4.

Periodicity

Perusahaan dapat membagi kegiatan ekonominya dalam periode waktu secara


berkala dan tepat waktu untuk keperluan mendapat informasi dalam
mengevaluasi, membandingkan perusahaan dan mengambil tindakan yang tepat.
5.

Accrual

Transaksi dicatat dimana ketika peristiwa itu terjadi atau timbul. Hal ini beriktan
dengan prinsip pengakuan pendapatan dan beban tanpa memperdulikan
kapankas itu kita terima atau bayarkan, sehingga laporan keuangan berisi tidak
hanya mencatat transaksi yang melibatkan pencatatan dan pembayaran kas saja
tetapi juga pengakuan pendapatan dan beban.
Empat prinsip dasar akuntansi untuk mencatat dan melaporkan transaksi:
1.

Measurement

Terdapat dua prinsip pengukuran yaitu:


a.

The cost principle

IFRS mensyaratkan perusahaan untuk melaporkan semua aset dan kewajibannya


atas dasar harga perolehan atau berdasarkan biaya historis. Hal ini umumnya
dianggap sebagai Representatif yang tepat jumlah yang dibayarkan untuk item
tertentu.
b.

The fair value principle

Nilai wajar atau fair value adalah jumlah suatu aset dapat dipertukarkan,
kewajiban diselesaikan, atau instrumen ekuitas yang diberikan dapat
dipertukarkan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk transaksi
jangka panjang. Nilai wajar berbasis pada pengukuran pasar. Informasi nilai wajar
mungkin lebih berguna daripada biaya histories untuk beberapa jenis aset dan
kewajiban dalam industri tertentu.

IASB memberikan perusahaan pilihan untuk menggunakan nilai wajar


sebagai dasar untuk pengukuran aset dan kewajiban keuangan. Dewan
menganggap nilai wajar lebih relevan dari biaya historis karena menunjukkan
nilai tunai setara saat ini dari instrumen keuangan perusahaan seperti piutang,
investasi, obligasi dan kewajiban. Meskipun prinsip biaya historis terus menjadi
dasar penting untuk penilaian, pencatatan, dan pelaporan namun nilai wajar akan
terus meningkat.
2.

Revenue recognition

Pendapatan yang akan diakui pada saat periode adalah besar kemungkinan
bahwa keuntungan ekonomi masa depan akan diterima perusahaan dan
pengukurannya berdasarkan pada jumlah pendapatan yang mungkin (normalnya
terjadi pada tanggal penjualan). Selama produksi, perusahaan dapat mengakui
pendapatan sebelum menuntaskan pekerjaan tertentu dalam kontrak jangka
panjang. Perusahaan akan mengakui pendapatan secara berkala sesuai dengan
pekerjaan yang telah diselesaikannya. Akhir produksi, perusahaan dapat
mengakui pendapatan setelah siklus produksi selesai walaupun penjualan belum
berlangsung. Setelah penerimaan kas, penerimaan kas atas penjualan jelas juga
menjadi dasar pengakuan pendapatan.
3.

Expense recognition

Arus keluar atau menghabiskan assets atau kewajiban yang timbul atau
kombinasi keduanya selama periode sebagai akibat dari pengiriman dan produksi
barang dan memberikan jasa. Pengakuan biaya berhubungan dengan perubahan
bersih dalam aset dan pendapatan produktif. Pemadanan atau pencocokan
antara usaha (biaya) dengan prestasi (pendapatan) menjadi prinsip pengakuan
beban. Biaya dibagi menjadi dua kelompok yaitu biaya produksi (bahan, tenaga
kerja, dan overhead) dicatat dalam periode pendapatan (matching) dan biaya
periode (gaji dan biaya administrasi) dicatat saat beban terjadi
4.

Full disclosure

Pengungkapan penuh artinya perusahaan memberikan informasi yang cukup dan


penting untuk mempengaruhi penilaian dan keputusan dari pengguna informasi.
Pengungkapan ini disediakan melalui laporan keuangan, catatan atas laporan
keuangan dan informasi tambahan.
Dalam memberikan informasi dengan karakteristik kualitatif, perusahaan harus
mempertimbangkan dua faktor utama yang membatasi atau menghambat
pelaporan keuangan. Hambatan itu adalah:
1.

Biaya

Biaya menyediakan informasi harus dipertimbangkan terhadap manfaat yang


dapat diperoleh dari menggunakannya. Badan pembuat peraturan dan lembaga
pemerintah mengunakan analisis biaya manfaat sebelum membuat persyaratan
informasi akhirnya. Biaya terdiri atas biaya pengumpulan, pengolahan,

menyebarkan, audit, litigasi potensial, pengungkapan untuk pesaing dan analisis


dan interpretasi. Manfaat umumnya sulit diukur daripada biaya
menyediakannnya.
2.

Materialitas

Sebuah item adalah material, jika pencantumannya keliru atau kelalaian akan
mempengaruhi atau merubah penilaian yang masuk akal atau wajar dari
seseorang. Perusahaan harus dapat mempertimbangkan kuantitatif dan faktorfaktor kualitatif dalam menentukan pos material. IASB menekan bahwa informasi
representative yang baik seharusnya tidak salah menyajikan material karena
ukuran itu relatif dan penting.
Steven Morris di 00.02.00
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar

Beranda
Lihat versi web
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai