Anda di halaman 1dari 11

BAB V

KONSEP PERANCANGAN
5.1

Konsep Dasar
5.1.1

Konsep Filosofi
Pada dasarnya anak penderitan Down Syndrome mempunyai mental dan

ideologi yang sama dengan anak normal lainnya, hanya saja anak Down Syndrome
mengalami cacat mental yang disebabkan oleh kelainan kromosom. Sehingga
kemampuan anak Down Syndrome terhambat dan memerlukan beberapa macam
proses terapi yang telah disebutkan.
Dalam sebuah proses terapi, diperlukannya sebuah rangsangan atau stimulasi
yang berasal dari luar maupun dalam bangunan, sehingga proses terapi dan pelatihan
yang diberikan menjadi satu rangkaian dengan kemasan sebuah Pusat Terapi Anak
Down Syndrome di Jakarta.
Rangsangan yang diperlukan anak Down Syndrome diperoleh dari kebutuhan
akan perlunya mendorong anak Down Syndrome untuk dapat menggunakan
kemampuan maksimalnya baik sensorik maupun motoriknya. Rangsangan tersebut
berupa perintah secara tidak langsung yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya
terutama dari karakter ruang dalam, alur sirkulasi dan elemen elemen arsitektur yang
mendukung terciptanya sebuah rangsangan tersebut.

Konsep
Perilaku :

Tertutup

Terbuka

Pendiam

Periang

Statis

Aktif

Penyendiri

+ STIMULASI =

Pemalu

Mandiri
Positif

Pasif

Dinamis

Labil
Percaya Diri
Minder
AWAL
Sumber : Graha terapi Down Syndrome di Surabaya,
Universitas Kristen Petra, Margaretha, Hal 62.

PROSES

AKHIR
Deskripsi Konsep Filosofi

Seperti kita ketahui, anak Down Syndrome mengalami kelainan kromosom yang
menyebabkan mereka mengalami kelainan mental, fisik dan intelektual. Secara mental
mereka mengalami kelemahan dalam hal :

Sosial (Hubungan Interpersonal).

Kognitif (persepsi, penalaran, ingatan, emosi, mengingat, berfikir).

Sensorik Motorik.

Sensorik Integrasi.

Kesehatan

Keterampilan Bantu Diri.

Maka dari itu, mereka tidak dapat hidup sendiri, mereka membutuhkan perhatian
dan pertolongan dari orang lain dan lingkungan sekitar agar mereka dapat berkembang,
terlatih dan mandiri.
1. Luar Tubuh
Suara, Cahaya, Bau, Tekanan, dll.
STIMULASI
2. Dalam Tubuh
Lapar, Haus, Nyeri, Senang, dll.
Menurut jenisnya dibedakan menjadi :
1. Mechanical Stimulation (mekanik).
Perhatian, kekeluargaan, keakraban, adanya respon/support, dll.
2. Chemistry Stimulation (kimia).
Manis, pahit, asam, bau.
3. Physical Stimulation (fisik).
Suhu, listrik, gravitasi, cahaya, suara, dll.
Sumber : Graha terapi Down Syndrome di Surabaya,
Universitas Kristen Petra, Margaretha, Hal 63.

Jenis Rangsangan

Proses bekerjanya rangsangan adalah pertama anak bertindak sebagai


reseptor, dimana mereka menerima rangsangan dari dalam maupun luar tubuh melalui
indra yang bertindak sebagai reseptor rangsangan. Pada indra terdapat syaraf yang
sangat sensitif terhadap suatu rangsangan tertentu. Rangsangan yang diterima
diteruskan melalui serabut syaraf melalui impuls syaraf menuju sistem syaraf pusat.
Pada sistem syaraf pusat impuls diterima, diolah dan diteruskan ke efektor (otot dan
kelenjar). Struktur yang melaksanakan aksi sebagai jawaban terhadap impuls yang

datang. Efektor adalah hasil dari pengaruh rangsangan tersebut, dapat berupa gerakan,
teriakan, berjalan, geli, dll.
Rangsangan yang terjadi dapat membantu anak Down Syndrome dalam
mengenal suatu keadaan ataupun situasi dimana mereka dapat dilatih kognitif, motorik
kasar dan halus, emosi, kontak sosial, keterampilan bantu diri dan sensori integrasi yang
bertujuan untuk mengasah dan merangsang kelima macam indra.
Proses :
STIMULASI

RESEPTOR

SISTEM SYARAF

EFEKTOR
Berupa gerak, sehingga dapat melatih :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Motorik ( gerak).
Emosi (senang, menangis, tertawa, sedih).
Sosial.
Kognitif.
Sensori Integrasi.
Keterampilan Bantu Diri.

Sumber : Graha terapi Down Syndrome di Surabaya,


Universitas Kristen Petra, Margaretha, Hal 64.

Jalannya Rangsangan

Jenis rangsangan yang diberikan oleh pendidik / orang tua :

Mendapat pelayanan kesehatan yang baik berupa keamanan, kenyamanan,


kebersihan dan makanan bergizi.

Anak dirangsang dan diberi kesempatan untuk mencoba dan menggunakan


kemampuannya semaksimal mungkin.

Anak dibina dalam ketertiban dan disiplin secara sabar, konsisten dan
diikutsertakan meniru teladan orang tuanya, saudara dan terapis.

Anak dibantu mengenali diri dan didorong untuk menggunakan kecerdasannya


semaksimal mungkin.

Anak didorong untuk berdaya cipta : bertanya, menjelaskan, menjelajah,


mencoba dan mempertimbangkan akibat.

Diberi fasilitas bermain yang menyenangkan dan memadai.

Anak berada dalam suasana gembira, bahagia, penuh kasih sayang dan disiplin.

5.1.2

Aplikasi Konsep Stimulasi Dalam Ruang


3

A. Stimulasi Mekanik Pada Ruang

Suasana hangat Warna hard material coklat tua (elemen kayu).

Perlindungan

Pemakaian pergola yang melindungi terhadap cuaca

dan vegetasi sebagai pengarah.

Kekeluargaan

Plaza, open teater berbentuk lingkaran. Agar lebih terpusat

dibuat vocal point.

Jelas

Pemberian pengarah berupa marker atau tanda yang

beriringan dengan sequence.


Ruang luar seperti open theater dan kooperatif plaza (taman bermain bersama)
dapat merangsang kemampuan interpersonal anak dan memberikan kesan akrab
dan hangat.

Suasana hangat lantai kayu

Perlindungan

B. Stimulasi Kimia Pada Ruang

Tanaman (memberikan stimulasi bau) selain untuk merangsang indra peraba


untuk merasakan tekstur, indra visual dengan melihat warna buah, wangiwangian harum pada bunga dan buah, belajar tentang komposisi tanaman
tinggi rendah, kurus gemuk dll.

Stimulasi kimia pada ruang luar

Ruang Makan dimana anak dapat dirangsang indra perasanya dengan


mencicipi makanan dan membedakan berbagai macam rasa (manis, pedas,
pahit, asin, dingin, panas, dll).

C. Stimulasi Fisik Pada Ruang

Warna
Warna dapat mendorong kreativitas anak, warna harus dapat membentuk

suasana yang aktif dan dinamis karena dapat mempengaruhi emosi anak, warna
yang dipakai harus dapat :
-

Merangsang persepsi visual dan seni.

Membangkitkan semangat.

Menambah respon kreativitas yang


dihasilkan oleh stimulasi ruang dan
memperkuat imaginasi.

Warna yang dipakai adalah warna


dasar (merah, biru, kuning) karena
mata

anak

Down

Syndromeselalu

tertuju pada benda berwarna terang


dan jelas.

Tekstur dan corak


Pemberian tekstur dan corak dilakukan karena dapat menambah daya

imaginasi anak, selain itu juga dapat merangsang indra peraba untuk mengenali
permukaan kasar, halus dan yang lainnya. Corak dapat berupa :
-

Huruf, angka, tokoh kartun, bintang, planet

Bentuk geometris (segitiga, lingkaran, kotak).

Pemakaian bentuk 3D (kerucut, tabung, prisma, bola, silinder, kubus,


balok) dapat merangsang anak belajar bentuk 3D yang dipakai pada
bentuk massa bangunan.

Bukaan
Pencahayaan sebaiknya maksimal, karena

penglihatan

anak

Down

Syndromecenderung

kurang (banyak dari mereka terkena katarak).


Pencahayaan yang baik dapat merangsang indra
penglihatan agar bekerja lebih baik dan maksimal.

Air
Air dapat merangsang

indra

visual,

pendengaran
Suara

perasa
dan

gemercik

menenangkan

peraba.
air

dapat

yang
melatih

pengenalan anak terhadap air,


tekstur air yang halus, volume air yang berat, merasakan hangat dingin air dan
lainnya.
5.1.3

Aplikasi Konsep Design

A. Konsep design yang dinamis dapat memberikan stimulasi mekanik, fisik dan
kimia. Dimana ketika anak berjalan mengitari site fungsi motorik dan indra visual
terangsang melalui bentuk bangunan, tekstur bangunan dan elemen ruang luar .
indra penciuman terangsang melalui bau bunga yang wangi dan indra
pendengaran terangsang melalui bunyi gemercik air.

Karakter sirkulasi
dalam ruang
menggunakan
pencahayaan
alami dengan
komposisi warna
cerah.

B. Material sirkulasi menggunakan batu


alam (batu kali) agar terkesan natural
dan

hangat.

Agar

tidak

terkesan

membosankan direncanakan terdapat


kolam kecil yang mengalir sepanjang
site, sehingga anak bersemangat dan
menambah kesejukan didalam site.

C. Tampilan bangunan pada dasarnya mengikuti bentuk interior dari ruang itu
sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa tampilan bangunan menyesuaikan
fungsi dari ruangan tersebut. Dengan kata lain interior yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak Down Syndrome

di setiap ruangan diekspresikan kembali

melalui bentuk luar ruangan. Sehingga fungsi dari adanya pusat terapi ini dapat
terlihat melalui tatanan massa bangunan dan ekspresi dari dalam ruang

5.2 Konsep Tapak


5.2.1

Perletakkan Massa Dalam Tapak


Perletakan konsep massa yang dinamis dapat dilihat pada bentuk massa

bangunan yang menyesuaikan dengan bentuk dan pola tapak, demikian pula
dengan pola sirkulasi dalam dan luar tapak sibuat agar anak dapat belajar dari
sebuah lingkungan yang dinamis.

Setelah diterangkan pada konsep awal, keadaan anak setelah diberi


terapi pada bangunan menghasilkan perilaku yang berbeda dimana anak
diharapkan dapat lebih positif dan dinamis. Entrance pada bangunan utama
sedangkan exit pada area serbaguna (perjalanan dari anak yang pendiam dan
pemalu menjadi pribadi yang dapat membina hubungan interpersonal yang lebih
baik).

Massa pada bangunan utama diberikan sentuhan statis (berdiri sendiri) dan
berbentuk kotak, selain itu bukaan pada main building tidak teratur mencerminkan anak
yang labil yaitu karakter anak Down Syndrome yang cenderung diam bila bertemu
sesuatu yang baru.
Komposisi massa yang linier dimana harus dapat mencerminkan karakter site
yang memanjang, selain itu massa juga ditata sekitar jalan (area bermain outdoor
ditengah komposisi massa untuk keamanan agar anak tidak keluar jalan).

5.2.2

Kebutuhan Luas

Dasar perencanaan penggunaan lahan pada tapak memiliki kriteria diantaranya :


1. Luas lahan tapak

: 10.000 m2

2. Batas ketinggian

: 3 Lantai

3. KDB

: 50 %

4. KLB

: 1,2

Dengan kebutuhan pengguna bangunan :


1. Luas lahan yang digunakan

: KDB x Luas lahan

: 50% x 10.000 m2
: 5.000 m2
2. Luas bangunan yang digunakan : KLB x Luas lahan
: 1,2 x 10.000 m2
: 12.000 m2
Luas Bangunan + Ruang Luar
= 3.467 m2 + 1.559 m2
= 5.026 m2

Selain membutuhkan rangsangan yang tercipta dari bentuk bangunan, anak juga
membutuhkan perhatian dan respon yang positif dari lingkungan sekitar termasuk
9

konsep didalam tapak. Penataan street furniture pada area sekitar site seperti : tong
sampah, lampu jalan ataupun papan penunjuk jalan diberikan warna sesuai dengan
warna anak yang dapat merangsang penglihatan anak.

kanan

kiri

Pemberian papan penunjuk arah dengan tulisan yang besar berupa huruf dan
angka, selain papan penunjuk arah dapat menggunakan trotoar yang dicat dengan motif
yang dapat merangsang fungsi motorik anak.
5.3

Sistem Struktur
Beberapa persyaratan struktur bangunan antara lain adalah sebagai berikut.

Keseimbangan dan kestabilan, agar massa bangunan tidak bergerak akibat


ganguan alam ataupun gangguan lain.

Kekuatan, yaitu kemampuan bangunan untuk menerima beban yang


ditopang.

Fungsional yaitu fleksibilitas sistem struktur terhadap penyusunan pola


ruang, sirkulasi, sistem utlitas dan lain-lain.

Estetika, struktur dapat menjadi ekspresi arsitektur yang serasi dan logis.

Ekonomis dalam pelaksanaan maupun pemeliharan.

Elemen-elemen struktur yang akan dijadikan pendekatan pemilihan system


struktur yang akan dipakai dapat diuraikan sebagai berikut.

5.3.1

Sub Struktur (Tiang Pancang)


Digunakan karena keadaan tanah bangunan khususnya untuk pekerjaan

pondasi sangat tidak menguntungkan, yang disebabkan antara lain keadaan muka
air tanah yang sangat tinggi, dan keadaan lapisan tanah memiliki daya dukung yang
berbeda-beda, dan yang memiliki daya dukung tanah yang baik letaknya cukup
dalam, sehingga tidak mungkin lagi dilakukan lagi penggalian maupun pengeboran.

10

5.3.2

Body Structure
1). Struktur dinding
Struktur dinding dapat berupa dinding masif atau dinding partisi. Dinding

masif (batu bata) memiliki sifat permanen dan cocok untuk ruang yang tidak
memerlukan fleksibilitas. Adapun dinding partisi cocok untuk ruang yang
membutuhkan fleksibilitas dan bahan yang digunakan lebih bervariasi. Dinding
partisi dapat menggunakan alumunium, kayu, multiplek atau bahan lain yang
fleksibel.
2). Struktur kolom dan balok
Kolom berfungsi sebagai penopang beban atap yang menerima gaya dari
balok. Pada penggunaannya kolom dapat menggunakan bahan dari baja yang
bersilangan antara satu dan lainnya atau menggunakan bahan lain dengan
bentuk yang lebih variatif dan futuristik.

5.3.3

Upper Structure (Struktur Atap)


Struktur yang digunakan pada bagian atas bangunan adalah dak beton
dan baja ringan, tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan struktur
bentang lebar untuk memenuhi kebutuhan perancangan.

11

Anda mungkin juga menyukai