Anda di halaman 1dari 43

Melalui Kebijakan

Whistleblowing System (WBS)


Mari kita Cegah dan Deteksi Korupsi sejak Dini

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Gadjah Mada
21 Maret 2016

Ilham Nurhidayat, Ak, C.A, M.Ec.Dev


W or k
Student of Doctoral Program- Public Adm/Policy, Universitas Gadjah Mada
Head of Administrative Division of Deputy of Politic, Social & Security BPKP
(2011-2013)
Senior Auditor at BPKP:
Representative of DIY : 2005-2010,
Head office of BPKP : 2002-2005
Representative of Irian Jaya: 1998-2000

Ed ucati on
Doctor (candidate) at MAP UGM (2013 - now)
Master of Economics of Development- UGM (Graduated 2009)
D IV STAN (Graduated 2002)
D III STAN Program (Graduated 1997)

Mobile/Whatsapp: +62821 2563 6699 Email: ilham_nurhidayat@yahoo.com


Jl. Rejowinangun gg Crystal 4 M Kotagede Yogyakarta

MATERI DISKUSI
1) Apa itu whistleblowing dan whistleblower?
2) Mengapa kita memerlukan whistleblower?
3) Bagaimana pengalaman whistleblower di negara lain?
4) Bagaimana kondisi whistleblower di Indonesia?

5) Bagaimana kebijakan WBS yang efektif dan melindungi


whistleblower?

1
Apa itu Whistleblowing
dan Whistleblower?

Definisi Whistleblowing
Elliston et al (1985:3-15): 1) Individu melakukan aksi atau serangkaian
aksi WB utk membuat informasi publik, 2) informasi tersebut menjadi
public records, 3) penyimpangan potensial atau aktual, 4) bukan wartawan
atau masyarakat namun orang internal atau mantan anggota organisasi

Peterson and Farell (1986):


Bentuk khusus dari perbedaan pendapat di dalam organisasi dimana
anggota/mantan anggota menggunakan jalur di luar organisasi untuk
mengungkapkan adanya kesalahan, illegal atau membahayakan masyarakat

Jubb (1999):
Pengungkapan informasi tentang kesalahan yang dirasakan atau risiko yang
mungkin terjadi dalam organisasi kepada individu atau badan yang diyakini
mampu mempengaruhi dan memberikan tindakan atas kondisi yang terjadi

Hersh (2002): Pengungkapan informasi secara sengaja atas kejadian


serius yang diyakini dapat membahayakan, illegal, tidak etis, diskriminatif
atau pelanggaran oleh anggota atau mantan anggota organisasi

Definisi
Seseorang yang memberikan informasi kepada orang yang berwenang
atau publik bahwa perusahaan tempat bekerjanya melakukan kesalahan
atau pelanggaran hukum (Oxford Advanced Learners Dictionary)

Davis (2003):
You are morally required to reveal what you know to public (or to a
suitable agent or representative of it), when:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

information was derived from your work for an organization


you are a voluntary member
you believed that the organization is engaged in a serious moral wrong
you believed your work will contribute to the wrong if you dont publicity it
you are justified in beliefs 3) and 4)
beliefs 3) and 4) are true

2
Mengapa kita memerlukan
Whistleblower?

Konspirasi - Korupsi
Korupsi yang terjadi di dalam suatu organisasi
sulit dibongkar ketika para pihak yang terlibat
bersepakat untuk saling menutupi atau
melakukan konspirasi

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan De Maria


(2006) yang meneliti pertumbuhan tindakan korupsi
dalam organisasi publik dengan pendekatan konsep:
brother secret, sister silence, sibling conspiracy.
Konspirasi (conspiracy) terjadi karena adanya sinergi
antara kerahasiaan (secret) dan aksi tutup mulut
(silence) dari para pihak yang terlibat.

Karakterisik Korupsi
Korupsi memiliki karakteristik sebagai kejahatan yang tidak
mengandung unsur kekerasan (non-violence) dengan melibatkan
unsur tipu muslihat, ketidakjujuran dan penyembunyian suatu
kenyataan (Kumorotomo, 2001:179)
Korupsi pada umumnya hanya disadari dan
diketahui oleh para pihak yang terlibat atau
ikut terlibat dalam tindakan korupsi tersebut.
Korupsi dilakukan secara tersembunyi, tertutup
dan penuh kerahasiaan. Hal ini dilakukan
dengan harapan tidak bocor atau tidak
diketahui oleh publik. (Transparency International, 2010)

PETA KORUPSI DUNIA -2015

INDONESIA : NO . 117
dari 175 Negara

ALIRAN DANA MAKRO - BANYAK KEBOCORAN


KARENA KORUPSI DAN KECURANGAN
PAJAK

BOCOR

4
BOCOR

PROYEK, BELANJA BARANG & JASA


PENGHASILAN RESMI
PENGHASILAN RESMI

PEMERINTAH

MASYARAKAT

DUNIA USAHA
MASUK KANTONG

PENGHASILAN
PERMAINAN
OKNUM

BOCOR

FORMAL

PRIBADI, KELOMPOK,

PENGHASILAN

INFORMA

DARI

ATAU GOLONGAN

BOCOR

TRANSAKSI
B2B

TIDAK
KENA
PAJAK

KONSUMSI BERLEBIHAN

PAJAK PENGHASILAN

KONSUMSI

INVESTASI
DAN
TABUNGAN

PEMBIAYAAN
MARK UP

BIAYA

BOCOR

INVESTASI

ALIRAN DANA MAKRO, PEREKONOMIAN TANPA VIRUS KORUPSI


PAJAK

PROYEK, BELANJA BARANG & JASA


PENGHASILAN
PENGHASILAN

PEMERINTAH

MASYARAKAT

DUNIA USAHA

PAJAK PENGHASILAN
KONSUMSI

INVESTASI
DAN
TABUNGAN

PEMBIAYAAN

GAMBARAN KONDISI SAAT INI


10 50 %
WORLD-BANK

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

KOMITMEN
FEE

Jenis

KKN

Tabel Tabulasi Data Pelaku Korupsi Berdasarkan Jabatan


Tahun 2004-2013 (per 30 September 2013)
Jabatan

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah

Anggota DPR dan DPRD

27

16

72

Menteri/Kepala Lembaga

Gubernur

Walikota/Bupati dan Wakil

34

Eselon I, II dan III

15

10

22

14

12

15

114

Duta Besar

Komisioner

Hakim

Swasta

12

11

10

16

17

87

Lainnya

41

Jumlah Keseluruhan

23

29

27

55

45

65

39

50

48

385

Sumber: Komisi Pemberantasan Korupsi (2013)


Website KPK: http://acch.kpk.go.id/statistik-penanganan-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-tingkat-jabatan

(Power tends to corrupt and


absolute power corrupt absolutely)
Lord Acton-Sejarawan Inggris (18341902) dalam
suratnya kepada Uskup Mandel Crighton yang
dibuat pada tanggal 3 April 1887

Bagaimana
Strategi Anti Korupsi
di Indonesia ?
(dari dulu hingga sekarang)

Strategi Anti Korupsi di Indonesia


Terdapat tiga kelompok strategi anti
korupsi di negara ASEAN, yaitu
effective strategy, ineffective strategy
dan hopeless strategy Quah (1999)
Indonesia termasuk negara yang
memiliki hopeless strategy dalam
pemberantasan korupsi, ditandai
dengan kepemimpinan politik sangat
lemah dalam tekad pemberantasan
korupsi, instrumen penegakan antikorupsi masih partial;

Strategi Anti Korupsi di Indonesia


Setelah Indonesia meratifikasi Konvensi PBB untuk Menetang Korupsi
(Convention Against Corruption, 2003) pada Desember 2003 di New York,
seharusnya strategi pemberantasan korupsi tidak hanya menitikberatkan
pada pendekatan represif saja, namun sudah saatnya bergeser
paradigmanya juga pada pendekatan preventif dan preemtif (edukatif)

PREVENTIF
INTEGRATED STRATEGY

CORRUPTION COMBATING
INTEGRATED STRATEGY
- Investigative Audit

Actual
Case

Moral
Hazard

- Liquidation Damages
Calculation

Repressive

- Expert Witness
- To assist public management
internal control system

Preventive

- Evaluation & Implementation


FCP, Whistleblowing System

- To review corrupted regulation

Pre-emptive
Latent

- Public Education against


corruption

Gambaran Intensitas Kegiatan Memerangi


Korupsi Pada Masa Mendatang

Intensitas

Repressive

Preventif dan Pre-emptive

Periode

INTEGRATED STRATEGY TO ERADICATE CORRUPTION


TOWARD INDONESIA THATS FREE FROM CORRUPTION IN 2020
Public official,
public and
business
people
commitment

Pre-emptive

Preventive

To minimize
activities thats
vulnerable to
corrupt
practices

Repressive

Strategies to
control
corruption

Island of
Integrity

Indonesia
Free
From
Corruption

Prosperity of
Indonesians

PERLUNYA

Petunjuk Orang Dalam

Di lingkungan organisasi yang bobrok dan didominasi oleh


orang-orang busuk sekalipun, selalu ada individu, baik di
dalam maupun di luar organisasi (mantan anggota) yang
memiliki integritas tinggi dan hati nurani sehat yang tidak
sepakat dan menentang adanya praktik penyimpangan
Edmund Burke (1729-1797) pernah mengungkapkan bahwa The
only thing necessary for the triumph of evil is the goodman to do
nothing (satu-satunya yang perlu untuk kemenangan kejahatan
adalah orang-orang baik yang berdiam diri)

PERLUNYA

Petunjuk Orang Dalam (Insider)

Pengungkapan awal adanya indikasi korupsi memerlukan petunjuk (clue/tip)


dari orang dalam (insider) krn pd umumnya korupsi sangat terorganisir.

Pada tahun 2014 & 2012, Association of Certified Fraud Examiner (ACFE): survey
terhadap 1.483 & 1.388 kasus fraud di seluruh dunia.
49,0%

Employee
42,2

Customer

21,6%

Anonymous

14,6%

Vendor
Other
Shareholder/Owner
Competitor

9,6%
6,5%
4,3%

2014

1,5%
0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0%

Source: ACFE, 2014

Lanjutan.......
Orang dalam (insider) : salah satu dari sedikit orang yang
memiliki potensi dan kemampuan untuk mengungkapkan dan
melaporkan indikasi pelanggaran atau korupsi baik yang telah
terjadi maupun yang sedang berlangsung di dalam organisasi.
Pengungkapan atau pelaporan tersebut pada umumnya
dilakukan secara rahasia oleh seseorang yang dikenal dengan
sebutan whistleblower.
Mereka adalah asset yang berharga dan
salah satu kunci sukses dalam
mengungkapkan dan melaporkan
terjadinya pelanggaran yang telah terjadi
di dalam organisasi jika diberkan
kesempatan dan media yang aman untuk
bersuara (Daniri, 2009: 642)

3
Bagaimana pengalaman
whistleblower
di negara lain?

Sejarah dan Perkembangan WB


Istilah whistleblower pertama kali muncul tahun 1963 dalam
publikasi Otto Otopeka.

Dipopulerkan oleh Ralph Nader untuk menghindari konotasi


negatif untuk istilah informan atau pengadu
Praktik WB bukan merupakan fenomena baru, sudah ada
sejak lama di berbagai negara. Di USA, salah satu tokoh
whistleblower yang terkenal di sektor swasta adalah Jeffrey
Wigand, seorang direktur Brown and Williamson Tobacco
Corporation (1988-1993) yang mengungkapkan adanya
praktik penambahan zat berbahaya carcinogenic di ramuan
rokok yg dapat menimbulkan penyakit kanker
Selain Wigan, ada beberapa tokoh whistleblower yang
terkenal di beberapa negara (#lihat slide selanjutnya)

Tokoh Whistleblower di berbagai Negara


Enron
Abu Ghraib
Irak

Cynthia Cooper

Sherron Watkins
Vietnam-Pentagon

Allan Cutler

Water
gate

Invasi irak

Karen Kwiatkowski

Riset Poehlman

PBJ Canadian Scam

worldcom

Daniel Ellsberg

W Mark Felt

Joseph Darby

NYPD police
Frank Serpico

Walter De Nino

Bank Swiss
Christoph Meili
Clinton-Lewinsky

Korupsi Komisi anti


korupsi Eropa

Parlemen Eropa

Invasi irak

Katharine Gun

Ghraib Irak
Samuel Provance Paul Van Buitenen Hans Petver Martin Linda Tripp

Tokoh Whistleblower di berbagai Negara


Dari beberapa contoh whistleblower yang
ada di beberapa negara, setidaknya terdapat
dua macam reaksi atau respon dari publik
dan organisasi terhadap para whistleblower.
Sebagian kecil whistleblower menerima
perlakuan negatif berupa penolakan,
sanggahan, tuntutan balik bahkan terror
namun sebagian besar whistleblower
mendapatkan apresiasi positif berupa
penghargaan - meskipun pada awalnya
sempat mendapatkan perlakuan buruk dan
perlawanan dari pihak terlapor.

Dilemma & Ethical Challenge of Whistleblowing


Pamerlee et al (1982): Organisasi cenderung melakukan
pembalasan dalam berbagai bentuk terhadap whistleblower
Jos et al (1989): menemukan berbagai bukti pembalasan yang
diterima oleh whistleblower (kehilangan pekerjaan, pelecehan, mutasi,
pengurangan gaji dan tanggung jawab dsb)

Smith (2006): di USA setiap hari karyawan menerima pembalasan


ketika mereka melakukan pelaporan atas kesalahan pelanggaran
yang dilakukan oleh perusahan atau atasan mereka

Dilemma & Ethical Challenge of Whistleblowing


Vaughn (1999): negara memilikki tanggung jawab untuk
memasukan unsur perlindungan hukum terhadap whistleblower
pada peraturan perundang-undangan negara.
Elliston (1982):
- Konsep anonym (anonymous whistleblowing).
- Internal or external channel?
Dworkin and Bacus (1998):
Peran external whistleblowing dinilai
lebih efektif dibandingkan internal
whistleblowing dalam mengubah
praktek tidak sehat di dalam organisasi.

4
Bagaimana dengan kondisi
dan pengalaman
whistleblower
di Indonesia?

Whistleblower: Kondisi dan Pengalaman Indonesia

Muchasonah
(guru)

Dari berbagi kasus di Indonesia menggambarkan bahwa whistleblower


Heri sukrisno,
bekerja "sendiri" dalam mengungkap kasus-kasus yang diketahui mereka
Auditor & Tentara
dan mereka tidak setuju dengan praktek yang buruk serta mengalami
kondisi ironis bahkan berakhir tragis
Mereka lebih dianggap penghianat daripada seorang pahlawan di
lingkungan organisasi tempatnya bekerja
Ada pergolakan batin dan dilemma yang terjadi sekaligus menjadi
Susno Duadji (polisi)
tantangan etika bagi seorang whistleblower

Problematika WB di Indonesia
Dalam konteks Indonesia terjadi di
dilema etika apakah whistleblower
diposisikan sebagai pahlawan
(heroes) atau justru sebaliknya
dianggap sebagai pengkhianat

(traitors)?.
Whistleblower di Indonesia selama ini
selalu berada dalam posisi yang kurang
menguntungkan dan belum terlindungi
baik oleh organisasi maupun oleh
mekanisme hukum yang berlaku

5
Bagaimana kebijakan WBS
yang efektif dan
melindungi whistleblower?

Whistleblowing System (WBS) dalam konteks


Good Governance dan budaya anti korupsi di Indonesia
Salah satu program good governance
adalah pemberantasan KKN
OECD, ACFE, GECS merekomendasikan
WBS sebagai salah satu cara yang paling
efektif untuk mencegah dan
memberantas praktik yang bertentangan
dengan prinsip good governance.
KNKG (2008): WBS adalah bagian dari
sistem pengendalian internal untuk
mencegah fraud dan praktek tidak sehat
dan memperkuat implementasi good
governance
WBS juga berperan dalam merubah
lingkaran setan (vicious cycles) menjadi
lingkaran yang baik (virtuous cycle)

Perkembangan Whistleblowing System (WBS)


di Indonesia
Dilema etika yang dialami oleh whistleblower saat mengungkapkan
skandal kejahatan yang terorganisir seharusnya dapat diminimalisir
dengan adanya sistem pelaporan serta perlindungan yang
memadai bagi whistleblower (Semendawai et al, 2011: 9).
Hingga kini, pemerintah terus mengembangkan WBS di lingkungan
birokrasi seperti contohnya "KPK-Whistleblower System, WBS
Pengadaan Barang dan Jasa - LKPP dll.
Berbagai instansi pemerintah dan organisasi swasta secara internal
juga mengembangkan dan mengimpementasikan WBS dengan
nama Complaint Management System.
Di beberapa BUMN seperti misalnya Telkom, Pertamina dan
Garuda Indonesia juga mengembangkan WBS sebagai bagian utuh
dari sistem pengendalian internal untuk meminimalisir risiko dan
penyalahgunaan wewenang

Perlindungan Hukum terhadap Whistleblower di


Indonesia
Dalam hal peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi
serta perlindungan hukum untuk para whistleblower di Indonesia
setidaknya ada beberapa perundangan yang terkait seperti :
PP No. 71 Tahun 2000 tentang Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan dalam Pemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana
Korupsi;
Pasal 15 UU No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
yang menyatakan bahwa KPK berkewajiban memberikan perlindungan terhadap
saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan atau memberikan keterangan
tindak pidana korupsi; dan
UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

Sayangnya, keberadaan UU 13/2006 serta eksistensi LPSK sampai


saat ini belum memiliki kekuatan yang powerful dalam
memberikan kepastian perlindungan hukum kepada pelapor
(whistleblower) tmsk perdebatan ttg definis dari WB utk WB yg
terlibat dlm TPK

Catatan tentang Implementasi WBS di


Beberapa poin penting yang terkait dengan
implementasi WBS di Indonesia:
1. Konten laporan atau informasi yang
disampaikan melalui WBS sebagian besar
masih berupa pengaduan (komplain) bukan
spesifik laporan adanya indikasi korupsi atau
kecurangan yang disertai dengan bukti
pendukung yang kuat,
2. Media WBS yang digunakan sebagai besar
menggunakan website (internet), beberapa
diantaranya ada yang menggunakan media
sosial atau mobile media (hotline dsb),
3. Menggunakan konsep anonymous maupun
identitas pelapor,
4. Laporan/informasi yang masuk WBS dikelola,
seleksi dan diverifikasi oleh tim atau bagian
yang ditunjuk khusus untuk meneruskan
laporan tersebut kepada pihak yang
berwenang untuk menindaklanjuti pelaporan
tersebut

Indonesia

Catatan tentang Implementasi WBS di


Dari beberapa aspek dan kelemahan
dalam implementasi WBS yang sudah
ada dan berjalan di Indonesia, ada
beberapa catatan kritis dari hasil kajian
dan review literatur serta mengadopsi
dari beberapa best practices WBS ,
maka dinilai perlu mempertimbangkan
beberapa aspek dan elemen kunci yang
diperlukan untuk membangun dan
mengembangkan WBS yang lebih
efektif, efisien dan memberikan jaminan
perlindungan hukum untuk mengurangi
dilema etika yang menimpa
whistleblower

Indonesia

Upaya peningkatan Implementasi WBS


di Indonesia
Beberapa aspek dan elemen kunci yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan WBS

Whistleblowing
System/
Mechanism

Aspect

Key Element

Human

Ethical Standards (Magnus and Viswesvaran, 2005)


Socialization and an invitation to create a culture of
ethical and responsible (Magnus and Viswesvaran, 2005)
Build confidence of whistle-blowers (Berry, 2004),
(MacNab and Worthley, 2008)

Structure

Regulation Legislation (Vaughn, 1999)


The formalization of the system (Dworkin and Baucus,
1998)
Whistleblowing Policy: Model of WBS, acceptable
information, accountability, follow-up, confidential of
information, legal protection (Dworkin and Baucus, 1998),
(Elliston, 1982)
Procedure: reporting mechanism (Dworkin and Baucus,
1998), (Peterson and Farrel, 1986)

Process

Documentation of complaints (public records) (Elliston et


all, 1985:3-15 in Johnson and Kraft, 1990)
Expertise of reports receiver and examiner
Assessing the effectiveness periodically
The tools for information analysis

Source: adopted from (Dworkin and Baucus, 1998; Elliston, 1982; Elliston et all, 1985:3-15 in Johnson and Kraft, 1990; MacNab and
Worthley, 2008; Magnus and Viswesvaran, 2005; Vaughn, 1999; Peterson and Farrel, 1986)

Terima kasih
Maturnuwun

Anda mungkin juga menyukai