Nim : D01112054
Tugas sistem komunikasi bergerak seluler
1.Spesifikasi teknis
2.Tipe lingkungan
3.Frekuensi pembawa
5.Anggaran daya
4.Model propagasi
6.Jari-jari sel
a. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis lebih banyak berkaitan dengan parameter antena, baik
antena pada Base Sation (BS/BTS) maupun Mobile Station (MS), seperti penguatan
antena, daya antena, rugi-rugi antena dan lain sebagainya. Spesifikasi ini akan
mempengaruhi anggaran daya (link budget). Pola radiasi antena menentukan bentuk
kemiringan antena (tilt) akan ikut menentukan luas cakupan sinyal. Direction antena
menentukan arah propagasi.
b. Tipe Daerah
Bentuk muka bumi mempengaruhi propagasi gelombang radio. Daerah yang
memiliki perbukitan (daerah pegunungan) berbeda dengan derah dengan gedunggedung tinggi (daerah perkotaan). Pembagian tipe daerah dibedakan berdasarkan
struktur yang dibuat manusia (human-made structure) dan keadaan alami daerah,
tipe-tipe tersebut sebagai berikut.
a)
Daerah
Rural,
jumlah
bangunan
sedikit
dan
jarang,
alam
terbuka.
Contoh:Pedesaan.
b) Daerah Suburban, jumlah bangunan yang mulai padat, tinggi rata-rata antara 12
20 m dan lebar 18 30 m. Contoh: pinggiran kota , kota- kota kecil.
c)
Daerah
Contoh
Urban,
: daerah
memiliki
pusat
kota
gedung-gedung
baik
metropolis
yang
rapat
maupun
kota
dan
tinggi.
menengah.
c. Model Propagasi
Pemilihan model propagasi di dasarkan pada tipe daerah, ketinggian antena,
frekuensi yang digunakan dan beberapa parameter lainnya. Beberapa model yang
sering digunakan untuk memprediksi propagasi gelombang radio beserta
karakteristiknya adalah seperti dibawah ini :
a).Model
Okumura,
cocok
untuk
daerah
urban
dan
sub-urban.
b).Model Hatta cocok untuk daerah urban,sub-urban dan rurual, frekuensi pembawa
antara 150-1500 Mhz.
ini
ditentukan
oleh
kekuatan
sinyal
yang
diterima
MS.
Dalam perencanaannya sel diusahakan untuk selalu seimbang antara daya yang
dipancarkan untuk uplink ( MS ke BS ) dan downlink ( BS ke MS ) agar interferensi
yang terjadi minimal. Dalam sistem seluler berlaku bahwa level sinyal yang diterima
MS sama dengan level sinyal yang diterima BS. Dengan demikian rugi-rugi lintasan
yang terjadi antara uplink dan downlik juga sama, sehingga perencanaan jari-jari
dari hasil rugi-rugi lintasan tersebut juga sama. Apabila terjadi ketidakseimbangan
antara level daya sinyal uplink dan downlink , level yang digunakan untuk
penentuan jari-jari sel adalah uplink. Tetapi dalam memprediksi coverage pada
simulasi ini perhitungan downlink yang dipakai.
e.Jari Jari Sel
Dalam perencanaan sel, penentuan jenis/tipe sel yang akan dirancang terlebih dulu
harus ditentukan dengan memperhatikan tipe daerah lokasi layanan. Berdasarkan
jari-jari sel terdapat tiga jenis sel yaitu sel besar, sel kecil, dan mikrosel.
Sel Besar
Pada sel besar, antena BS dapat dikonfigurasi untuk mencapai ketinggian yang
optimal. Jarak sel minimal dalam perencanaan menggunakan perhitungan sel besar
ini adalah 1 km dan biasanya digunakan untuk jari-jari sel di atas 3 km. Model
perambatan gelombang dan rugi-rugi lintasan yang dipakai dalam sel ini adalah
model Hatta untuk GSM 900 dan model COST 231-Hatta untuk DCS 1800.
Sel ini biasanya diaplikasikan untuk daerah rural dan sub urban karena akan
menghasilkan jari-jari sel yang besar.
Namun demikian, implementasi sel ini juga dilakukan untuk daerah Urban dengan
tujuan meningkatkan kapasitas trafik dengan menopang sel- sel kecil (cell splitting).
Sel Kecil
Daerah cakupan untuk perhitungan jari-jari dengan metode sel kecil ini akurat untuk
rentang 0,2 km sampai 5 km, biasanya sekitar 3 km. Karakteristik lain pada sel ini
yaitu ketinggian antena yang berkisar 4 m 50 m. Model perambatan dan rugi-rugi
lintasan yang dipakai dalam sel kecil adalah model COST 231-Walfish-Ikegami baik
untuk GSM 900 maupun DCS 1800. Perencanaan sel kecil biasanya digunakan
untuk perencanaan sel dengan trafik seperti dalam kota, oleh sebab itu ada beberapa
parameter tentang keadaan daerah seperti lebar jalan, tinggi gedung, sudut orientasi,
dan jarak antar gedung yang merupakan ciri-ciri perkotaan atau daerah urban.
Mikrosel
Perencanaan menggunakan metode sel kecil juga dapat digunakan untuk
perencanaan mikrosel, namun mikrosel yang dimaksud di sini adalah ketika antara
MS dan BTS tidak terdapat suatu penghalang apapun. Model perambatan dan rugirugi lintasan yang dipakai untuk perencanaan mikrosel ini adalah suatu model yang
diambil dari keadaan di jalan Canyon dan biasa digunakan untuk perencanaan
mikrosel jangkauan 200 300 m.
2.2. Kapasitas dan Caverage Sistem Seluler.
Kapasitas Sistem GSM. Menentukan jumlah sel minimum.Dalam perencanaan
di lapangan, jumlah sel yang dibangun direncanakan untuk dapat melayanai user
sampai batas tertentu. Dalam hal ini, perencanaan sel untuk semakin kecil sel akan
memberikan kapasitas user yang semakin besar.Pertama kali dalam perencanaan
diperlukan data trafik total yang harus dapat ditampung oleh sistem. Data trafik total
itu biasa berasal dari data statistik yang memrediksikan trafik total yang harus
dilayani sistem sampai beberapa tahun kemudian. Jumlah trafik total adalah jumlah
pelanggan potensial sampai tahun tertentu dikali rata-rata trafik tiap pelanggan pada
jam sibuk. Secara tipikal biasa digunakan dalam rata-rata trafik per pelanggan pada
jam sibuk adalah 30 mErlang sampai 40 mErlang.
Kapasitas user yang bisa dilayani untuk sistem komunikasi seluler tertentu
dinyataan oleh rumus :
Pada perencanaan biasanya diasumsikan pertama kali ukuran sel adalah serbasama
(uniform). Terlebih dahulu di lakukan perhitungan jari-jari sel.
Contoh :
1. Jika digunakan rumus prediksi Okumura Hata. Maka Jari-jari sel untuk daerah
kota(urban) adalah :
Dimana :
R = jari-jari sel (km)
ht
(m)
Lm = redaman maksimum yg
diizinkan, dari spesifikasi sistem
(dB)
a(hr) = koreksi tinggi antena
f. = frekuensi pembawa (MHz)
(km
Dimana :
persegi)
Sehingga jumlah sel pada area palayanan pada kondisi ukuran sel serbasama dapat di
tentukan :
AMPS ;
GSM :
kanal suara(user)/sel
kanal suara(user)/sel
kanal suara(user)/sel
Jumlah user yg bisa di layani secara simultan dlm cdma adalah bersifat unlocking
tergantung pada performansi yg ingin di capai dan lingkungan interferensi.
Kapasitas Sistem CDMA.
Jika diasumsikan bahwa sebuah sel mempunyai N user yang konstan, maka sinyal
yang diterima oleh base station pada sel tersebut terdiri dari sinyal user yang
diinginkan ditambah (N-1) sinyal dari user penginterferensi. Dengan asumsi kontrol
daya bekerja sempurna, maka sinyal terima untuk semua kanal adalah sama, yaitu
sebesar S. Sehingga persamaan energy per bit (Eb) dan rapat spektrum daya
penginterfernsi (Io) dapat dinyatakan sebagai berikut :
Eb = S/R
Sedangkan persamaan energy bit to interference (Eb/Io) adalah :
Dari persamaan di atas diperoleh bahwa kapasitas sel atau jmlah kanal yang dapat
diakomodasi oleh satu frekuensi pembawa dengan bandwidth (W) adalah :
menjadi :
Jika interferensi dari sel lain, gain aktifitas suara, dan gain sektorisasi antena juga
diperhitungkan, maka persamaannya menjadi :
Dimana :
untuk
rapat
penginterfernsi (dB)
daya
antena
trisektoral)
Voice Activity
Sejak sistem CDMA menggunakan speech coding, maka MAI dapat dikurangi
dengan deteksi voice activity sepanjang variable speech transmission. Teknik ini
akan mengurangi rate dari speech coder saat periode silent/diam yang dideteksi
dalam speech waveform. Voice activity juga menjadi keuntungan bagi sistem
multiple access lainnya. Normalnya, jika kita sedang melakukan percakapan di
telepon, maka dalam suatu saat hanya ada satu orang saja yang berbicara. Fenomena
ini dapat dimonitor pada sistem seluler. Oleh karena itu pada saat periode diam,
power dapat dikurangi. Sehingga daya dapat dihemat dan pengaruh terhadap