Anda di halaman 1dari 3

MASALAH GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu,
manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya
menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang
mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka
janin tersebut akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah
yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan
berikutnya.
Anak Sekolah Dasar merupakan golongan yang rentan terhadap masalah
kesehatan dan gizi. Setelah kurangnya asupan gizi seimbang ketika bayi di
dalam rahim ibu atau sebaliknya ibu yang mengalami kekurangan zat besi,
secara bersamaan akan sangat rentan untuk meninggal. Bagi Balita yang dapat
survive, akan terus mengalami ancaman hidup atau beresiko besar untuk
tumbuh dan berkembang pada proses kehidupan berikutnya. Jelaslah kualitas
SDM generasi berikut tidak lebih baik dari pada tahun sebelumnya di samping
kemampuan IQ nya pun berada di bawah rata-rata anak-anak normal.
Besarnya Masalah Gizi Kurang Pada Anak Sekolah
Sebagai akibat lebih lanjut dari tingginya angka BBLR dan kurang gizi pada masa
balita dan tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan yang sempurna
pada masa berikutnya, maka tidak heran apabila pada usia sekolah banyak
ditemukan anak yang kurang gizi. Sepanjang tahun 2007 prevalensi gizi kurang
pada anak sekolah dasar mencapai 30,1% anak usia sekolah di Indonesia,
gambaran ini ditemukan baik pada laki-laki maupun perempuan dengan rincian
10% anak SD yang baru masuk sekolah menderita Kurang Energi Protein (KEP),
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang ditandai dengan adanya
pembesaran kelenjar gondok masih diderita oleh 9,1% anak SD, Kurang Vitamin
A (KVA) diderita oleh 3% anak SD dan Anemia gizi besi diderita oleh 8% anak SD
Besarnya Masalah Gizi Lebih Pada Anak Sekolah
Gizi Lebih sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak
yang serius dalam jaringan adiposa sedemikian sehingga mengganggu
kesehatan (Garrow, 1988). Saat ini terdapat bukti bahwa prevalensi kelebihan
berat badan (overweight) dan Gizi Lebih meningkat sangat tajam di seluruh
dunia yang mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian Gizi Lebih di
negara-negara maju seperti di negara-negara Eropa, USA, dan Australia telah
mencapai tingkatan epidemi. Akan tetapi hal ini tidak hanya terjadi di negaranegara maju, di beberapa negara berkembang Gizi Lebih justru telah menjadi
masalah kesehatan yang lebih serius.
Sampai dengan saat ini belum ada data nasional tentang Gizi Lebih pada
anaksekolah dan remaja. Akan tetapi beberapa survei yang dilakukan secara
terpisah di beberapa kota besar di pulau jawa menujukkan bahwa prevalensi Gizi
Lebih pada anak SD mencapai 4 % di Jawa Tengah, 6% di Jawa Barat dan 3 % di
Jawa Timur

Masalah Gizi Pada Anak Sekolah Dasar_


Masalah kurang gizi yang sering ditemukan dan berdampak pada prestasi belajar
dan pertumbuhan fisik anak SD antara lain Kurang Energi Protein (KEP), Anemia
Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A
a) Kurang Energi Protein (KEP)
Suatu kondisi dimana jumlah asupan zat gizi yaitu energi dan protein kurang dari
yang dibutuhkan. Akibat buruk dari KEP bagi anak SD adalah anak menjadi
lemah daya tahan tubuhnya dan terjadi penurunan konsentrasi belajar.
b) Anemia Gizi Besi
Suatu kondisi pada anak SD dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal (kurang dari 12 gr %). Akibat buruk dari anemia gizi besi
adalah anak menjadi lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai (5 L) dan mengurangi
daya serap otak terhadap pelajaran.
c) Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)
Suatu gejala yang diakibatkan oleh kekurangan asupan yodium dalam makanan
sehari-hari yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Masalah GAKY pada
umumnya ditemukan di dataran tinggi. Akibat buruk GAKY adalah anak menjadi
lamban dan sulit menerima pelajaran.
d) Kurang Vitamin A (KVA)
Suatu kondisi yang diakibatkan oleh jumlah asupan vitamin A tidak memenuhi
kebutuhan tubuh. Akibat buruk dari kurang vitamin A adalah menurunya daya
tahan tubuh terhadap infeksi sehingga anak mudah sakit. Disamping itu vitamin
A terkait dengan fungsi penglihatan.
PMT-AS
Konon, tingginya angka putus sekolah murid SD di Indonesia diduga karena
kekurangan gizi, sebab mereka hampir tidak pernah sarapan pagi. Kondisi ini
akan menurunkan kadar gula darah sehingga droping energi berkurang untuk
kerja otak. Untuk mempertahankan kadar gula darah normal, tubuh memecah
simpanan glikogen. Bila stok ini habis, tubuh akan kesulitan memasok jatah
energi dari gula darah ke otak, yang akhirnya mengakibatkan badan gemetar,
cepat lelah dan gairah belajar pun menurun.
Tingginya prevalensi kurang gizi pada anak usia SD berkorelasi dengan jenis
makanan pendukung PMT-AS. Hasil penelitian menunjukkan jenis makanan
kudapan pendukung PMT-AS didominasi produk olahan nabati. Meski ada bahan
yang digunakan berasal dari hewani dan ikani-seperti daging, susu, telur,
mentega, dan udang, pada jenis makanan kudapan lepat jagung, tahu isi,
bakwan sayur, perkedel kentang, lepat ubi, pastel sayur, dan bolu ubi, namun
jumlahnya relatif kecil. Ini menyebabkan rata-rata kandungan protein dalam
menu PMT-AS hanya 3,76 gram. Demikian juga kandungan energinya, diperoleh

rata-rata 228,14 kalori. Padahal, agar dapat diterima sebagai makanan kudapan
pendukung program PMT-AS, produk itu harus mengandung lima gram protein,
300 kalori energi, dan sejumlah vitamin (terutama vitamin A), dan zat besi
Kenyataan ini menunjukkan, makanan pendukung PMT-AS belum efektif untuk
mengatrol kecerdasan anak sekolah. Kualitas PMT-AS, dari aspek ketersediaan
protein, baru mencapai 75,20 persen, sedangkan dari aspek ketersediaan energi
baru mencapai 76,04 persen. Fenomena ini menjadi suatu ironi makanan
tambahan yang selama ini diharapkan sebagai "paspor" anak sekolah menuju
masa depan, ternyata belum memenuhi syarat gizi minimal.
Kepustakaan
1. WHO.2006.Nutrition for Health and Development.WHO, Geneva;
2. Unicef.2005.The State of the Worlds Children 2005. Unicef, New York.
3. ACC/SCN. 2007. Fourth Report on The World Nutrition Situation. WHO, Geneva
4. Departemen Kesehatan. 2005. Pedoman PMT-AS
5. Web http://www.gizi.net dan linknya.
http://sagizi.blogspot.co.id/2008/06/masalah-gizi-pada-anak-sekolah-dasar.html

Konsumsi Rendah
Konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya 12 liter per kapita per tahun.
Bandingkan dengan Amerika Serikat yang mencapai 117 liter per kapita per
tahun atau yang paling tinggi di dunia yakni Irlandia yang rakyatnya minum susu
sebanyak 174 liter per tahun.
Bahkan di ASEAN kita masih rendah, dengan negara tetanga saja yakni Malaysia
konsumsinya saja sudah mencapai 36 liter per kapita per tahun, dengan Thailand
22 liter per kapita pertahun.

Anda mungkin juga menyukai