SKIZOFRENIA
SKIZOFRENIA
KONSEP DASAR
A.
Pengertian
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu Skizo yang artinya retak atau pecah (split), dan
frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah
seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian ( Hawari, 2003).
Schizofrenia merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan gangguan
yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku.
Keyakinan irasional tentang dirinya atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab
yang jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau bermaksud mencelakainya (Raboch,
2007).
B.
Etiologi
1. Teori somatogenik
a. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %,
bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita
Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis,
1998; 215 ).
b. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu
pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak
dapat dibuktikan.
c. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung
extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada
penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam
pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.
d. Susunan saraf pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek
otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan
postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.
2. Teori Psikogenik
a. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat
ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer
mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat
mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi
yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama
kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
b. Teori Sigmund Freud
Skizofrenia terdapat
1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik
2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta
terjadi suatu regresi ke fase narsisisme
3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik
tidak mungkin.
c. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang
terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan
perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer
(gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala
sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).
d. Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab
antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah
seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.
C.
Patofisiologi
Prevalensi penderita schizophrenia di Indonesia adalah 0,3 1 % dan biasanya timbul pada
usia sekitar 18 - 45 tahun. Schizophrenia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: faktor
genetik, faktor lingkungan dan faktor keluarga. Schizophrenia tidak hanya menimbulkan
penderitaan bagi individu penderitanya tetapi juga bagi orang-orang terdekat ( Arif, 2006).
Penderita schizophrenia sering kali mengalami gejala positif dan negatif yang memerlukan
penanganan serius. Penderita schizophrenia juga mengalami penurunan motivasi dalam
berhubungan sosial, perilaku ini sering tampak dalam bentuk perilaku autistic dan mutisme.
Akibat adanya penurunan motivasi ini sering tampak timbulnya masalah keperawatan isolasi
sosial menarik diri dan jika tidak diatasi dapat menimbulkan perubahan persepsi sensoris
halusinasi. Halusinasi yang terjadi pada penderita schizophrenia tidak saja disebabkan oleh
perilaku isolasi sosial tetapi juga dapat disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri
rendah. Dampak dari halusinasi yang timbul akibat schizophrenia ini sangat tergantung dari isi
halusinasi. Jika isi halusinasi mengganggu, maka penderita schizophrenia akan cenderung
melakukan perilaku kekeeraan sedangkan halusinasi yang isinya menyenagkan dapat
mengganggu dalam berhubungan sosial dan dalam pelaksanaan aktivitas sehari-hari termasuk
aktivitas perwatan diri ( Stuart, 2007).
Schizophrenia sering dimanifestasikan dalam bentuk waham, perilaku katatonik, adanya
penurunan motivasi dalam melakukan hubungan sosial serta penurunan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Waham yang dialami pasien schizophrenia dapat berakibat pada
kecemasan yang berlebihan jika isi wahamnya tidak mendapatkan perlakuan dari lingkungan
sehingga berisiko menimbulkan perilaku kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan. Adanya perilaku katatonik, menyebabkan perasaan tidak nyaman pada
diri penderita, hal ini karena kondisi katatonik ini berdampak pada hambatan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
Hambatan dalam aktivitas sehari-hari menyebabkan koping individu menjadi tidak efektif
yang dapat berlanjut pada gangguan konsep diri harga diri rendah dan bila tidak diatasi berisiko
menimbulkan perilaku kekerasan ( Ingram, 1996). Penderita dapat mengalami ambivalensi,
kondisi ini dapat menimbulkan terjadinya penurunan motivasi dalam melakukan aktivitas
perawatan diri dan kemampuan dalam berhubungan sosial dengan orang lain. Adanya
ambivalensi membuat penderita menjadi kesulitan dalam pengambilan keputusan sehingga
dapat berdampak pada penurunan motivasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penderita
schizophrenia yang menunjukkkan adanya gejala negatif ambivalensi ini, sering kali dijumpai
cara berpakaian dan berpenampilan yang tidak sesuai dengan realita seperti rambut tidak rapi,
kuku panjang, badan kotor dan bau ( Rasmun, 2007). Prognosis untuk schizophrenia pada
umumnya kurang begitu menggembirakan sekitar 25 % pasien dapat pulih dari episode awal
dan fungsinya dapat kembali pada tingkat sebelum munculnya gangguan tersebut. Sekitar 25%
tidak pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk, dan sekitar 50 % berada
diantaranya ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan
efektif kecuali akan waktu singkat (Arif,2006
D.
Manifestasi Klinis
Menurut Keltner et al (1995), gejala-gejala ini dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori :
1. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Adalah pengalaman sensori yang terjadi tanpa stimulus dari luas. Menurut Moller
dan Murphy dalam Stuart dan Sundeen (1997) tingkatan halusinasi dibagi menjadi 4
tingkatan yaitu :
1) Tahap 1 Comforting
Tingkat cemas sedang, halusinasi secara umum adalah sesuatu yang
menyenangkan.Pengalaman halusinasi karena emosi yang meningkat seperti
cemas, kesepian, rasa bersalah, takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran
yang nyaman untuk melepaskan cemas. Individu mengenal bahwa pikiran dan
pengalaman sensori dalam kontrol kesadaran jika cemas dapat dikelola. Tingkah
laku yang dapat diobservasi :
a) Meringis atau tertawa pada tempat yang tidak tepat.
b) Menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara.
c) Pergerakan mata yang cepat.
d) Respon verbal pelan seperti jika sedang asyik.
e) Diam dan tampak asyik.
2) Tahap II
Pengalaman sensori dari beberapa identifikasi indera terhadap hal yang menjijikkan
dan menakutkan. Halusinator mulai kehilangan control dan ada usaha untuk
menjauhkan diri dari sumber stimulus yang diterima . Individu mungkin merasa
malu dengan adanya pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Tingkah
laku yang dapat diobservasi :
a) Meningkatnya system syaraf otonom, tanda dan gejala dari cemas seperti
meningkatnya nadi, pernafasan dan tekanan darah.
b) Lapang perhatian menjadi sempit
c) Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk
3)
c.
4)
mengikuti perintah.
Tahap IV
Conquering, tingkat cemas, panik, umumnya halusinasi menjadi terperinci dan
khayalan tampak seperti kenyataan. Pengalaman sensori mungkin mengancam jika
individu tidak mengikuti perintah. Halusinasi mungkin memburuk dalam 4 jam atau
sehari atau sehari jika tidak ada intervensi terapeutik. Tingkah laku yang dapat
a)
b)
c)
diobservasi :
Teror keras pada tingkah laku seperti panic.
Potensial kuat untuk bunuh diri.
Aktivitas fisik yang menggambarkan isi dai halusinasi seperti kekerasan, agitasi, menarik diri
atau katatonia.
d) Tidak dapat berespon pada perintah yang kompleks.
e)
Tidak dapat berespon pada lebih satu orang.
b. Delusi
Adalah gejala yang merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus luar yang cukup
dan mempunyai cirri-ciri realistic, tidak logis, menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh
pasien sebagai hal yang nyata, pasien hidup dalam wahamnya, keadaan atau hal yang diyakini itu
bukan merupakan bagian dari sosiokultural setempat. Maam-macam waham :
1)
Waham rendah pikir, pasien percaya bahwa pikirannya, perasaannya, ingkah lakunya
2)
3)
sedot pikir, waham sisip pikir, waham siar pikir, waham kendali pikir.
Paranoid dimanifestasikan dengan interpretasi yang menetap bahwa tindakan orang lain sebagai
a.
Flight of idea, serangkaian pikiran yang diucapkan secara cepat disertai perpindahan materi
pembicaraan.
Autisme, pikiran yang timbul dari fantasi.
Ambivalensi adalah keinginan yang sangat pada dua hal yang berbeda pada waktu yang sama
f.
b.
c.
d.
e.
f.
pasien.
Afek tumpul, ketidakmampuan membangkitkan emosi dan berespon terhadap berita duka.
Afek datar, ketidakmampuan membangkitkan respon terhadap berbagai respon.
Afek labil, kondisi emosi yang cepat berubah.
Apatis, warna emosi yang tumpul disertai keacuhan atau ketidakpedulian.
Euforia, gembira berlebihan, aa peningkatan perasaan dari biasanya selalu merasa optimis,
senang dan percaya diri, bersikap meyakinkan
E.
KOMPLIKASI
Menurut Keliat (1996), dampak gangguan jiwa skizofrenia antara lain :
1. Aktifitas hidup sehari-hari
Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya kebersihan diri,
2.
4.
5.
melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal) dan tidak berani mencapai sukses.
Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang dimiliki dan pernah
6.
7.
F.
1.
Penatalaksanaan
Medis
Obat antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala psikotik (misalnya perubahan
perilaku, agitasi, agresif, sulit tidur, halusinasi, waham, proses piker kacau). Obat-obatan untuk
pasien skizophrenia yang umum diunakan adalah sebaga berikut :
a.
1)
a)
b)
c)
2)
a)
b)
c)
b.
1)
2)
3)
a)
2)
Haloperidol
Efek : mengurangi halusinasi
Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, sedasi, hipotensi ortostatik.
2. Tindakan keperawatan efek samping obat
a.
Klorpromazine
1)
Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan membersihkan mulut secara
2)
3)
4)
5)
b.
1)
teratur.
Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang membutuhkan ketajaman penglihatan.
Konstipasi : makan makanan tinggi serat
Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang berbahaya.
Hipoensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi baring atau duduk.
Haloperidol
Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan membersihkan mulut secara
2)
3)
4)
5)
teratur.
Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang membutuhkan ketajaman penglihatan.
Konstipasi : makan makanan tinggi serat
Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang berbahaya.
Hipotensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi baring atau duduk
G. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan
a. Definisi
Suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang merupakan respon dari kecemasan dan
b.
1)
2)
Panik
3)
Rangsangan katatonik
4)
Reaksi kemarahan/amok
5)
6)
Pikiran delusional
7)
8)
2.
a.
b.
1)
2)
bersikap seperti mendengarkaan sesuatu ( memiringkan kepala kesatu sisi seperti jika
seseorang sedang mendengarkan sesuatu ).
3)
4)
Disorientasi
5)
Konsentrasi rendah
6)
3.
a.
b.
1)
2)
3)
4)
Adanya perhatian daan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya.
5)
autism).
Berfikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri, tindakan yang berulang-ulang dan
bermakna.
6)
Mendekati perawat untuk berinteraksi namun kemudian menmolak untuk berespons terhadap
penerimaan perawat terhadap dirinya.
7)
4.
a.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
5.
a.
b.
1)
2)
3)
kelainan kemampuan atau kurangnya minat dalam memilih pakaiaan yang sesuai untuk
dikenakan, berpakaian, merawat atau mempertahankan penampilan pada tahap yang emuaskan.
4)
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi dan berkemih tanpa
bantuan.
H.
Fokus Intervensi
1.
2)
Rasional :
Dengan demikian intervensi yang tepat dapat diberikan segera dan untuik selalu memastikan
3)
9)
2.
Tujuan
1)
Jangka Panjang :
Pasien dapat mendefinisikan dan memeriksa realitas, mengurangi terjadinya halusinasi.
2) Jangka Pendek :
Pasien dapat mendiskusikan isi halusinasinya dengan perawat dalaam waaktu 1 minggu.
b. Kriteria hasil
1) Pasien dapat mengakui bahwa halusinasi terjadi pada saat ansietas meningkat secara ekstrem.
2) Pasien dapat mengatakan tanda-tanda peningkatan ansietas dan menggunakan tehnik-tehnik
tertentu untuk memutus ansietas tersebut
c.
Intervensi dan rasional :
1) Observasi pasien dari tanda-tanda halusinasi (sikap seperti mendengarkan sesuatu, bicara atau
tertawa sendiri, terdiam ditengah pembicaraan ).
Rasional :
Intervensi awal akan mencegah respons agresif yang diperintah dari halusinasinyaa.
2) Hindari menyentuh pasien sebelum mengisyaratkan kepadanya bahwa kita juga tidak apa-apa
diperlakukan seperti itu
Rasional :
Pasien dapat saja mengartikan sentuhan sebagaai suatu ancaman dan berespons dengan cara yang
3)
agresif.
Sikap menerima akan mendorong pasien untuk menceritakan isi halusinaasinya dengan
perawat.
Rasional:
Penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera terhadap pasien atau orang lain karena
3.
a.
1)
Jangka panjang
Jangka pendek
Pasien dapat mengakui dan mengatakan bahwa idi-ide yang salah itu terjadi khususnya pada saat
ansietas meningkat dalam 2 minggu
b.
1)
Kriteria hasil
Mengungkapkan secara verbal refleksi dan proses pikir yang berorientasi pada realita
2)
3)
Pasien mampu menahan diri dari berespons terhadaap pikiran-pikiraan delusi, bila pikiranpikiran tersebut muncul.
c.
1)
2)
Jangan menambah atau menyangkal keyaakinan pasien. Gunakan tehnik keraguan yang
beralasan sebagai tehnik terapiutik : saya merasa sukar untuk mempercayai hal tersebut
Rasional :
Membantah pasien atau menyangkal akan menghlangi perkembangan hubungan saling percaya.
3)
4) Fokus dan kuatkan pada realita. Kurangi lamanya ingatan tentang pikiran irasional. Bicara
tentang kejadian-kejadian dan orang yang nyata
Rasional :
Diskusi yang berfokus pada ide-ide yang salah tidak akan berguna dan mencapai tujuan, dan
mungkin membuat psikosisnya menjadi lebih buruk.
5)
Bantu dan dukung pasien dalam usahanya untuk mengungkapkan secara verbal perasaan
ansietas, takut atau tidak aman
Rasional :
Ungkapan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam akan menolong
pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang mungkin sudah dipendam cukup lama.
3.
a.
1)
2)
Jangka pendek :
Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayanya
dalamn satu minggu.
b.
1)
2)
3)
Kriteria hasil
Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain
Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh
Pasien melakukan pendekatan interaaaaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang
sesuai / dapat diterima.
b.
1)
Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.
Rasional :
Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri pasien dan memfasilitasi rasa
percaya kepaada oraang lain.
2)
3)
Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin
merupakan hal yang menakutkan atau sukar untuk pasien
Rasional :
Kehadiran seseorang yang dipercayai akan memberikan rasa aman kepada pasien
4)
5)
6)
Berhati-hatilah dengan sentuhan. Biarkan pasien mendapat ruangan extra dan kesempatan
untuk keluar ruangan jika pasien menjadi begitu ansietas.
Rasional :
Pasien yang curiga dapat saja menerima sentuhan sebagai suatu bahasa tubuh yang
mengisyaratkan ancaman.
7)
Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien. Pantau keefektifan dan efek
samping obat.
Rasional :
Obat-obatan anti psikosis menolong untuk menurunkan gejala-gejala psikosis
8)
Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan ansietas dan tehnik untuk memutus respon
( misalnya latihan relaksasi)
Rasional :
Perilaku maladaptif seperti menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama terjadi peningkatan
ansietas.
9)
Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi dengan orang
lain.
Rasional :
Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan mendoirong terjadinya pengulangan
perilaku tersebut.
4.
a.
1)
2)
minggu.
b. Kriteria hasil :
1) Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat kemampuan pasien.
Rasional :
Keberhasilan
menampilkan
kemandirian
dalam
melakukan
suatu
aktivitas
akan
meningkatkanharga diri.
2) Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak mampu melakukan beberapa
kegiatan.
Rasional :
Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam keperawatan
3) Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya yang mandiri
Rasional :
Penguatan
positif
akan
meningkatkan
harga
diri
daan
mendukung
terjadinya
Rasional :
Pasien akan melihat setiap orang makan dari hidangan yang sama sehingga kecurigaan
berkurang/hilang
8) Jika pasien mengotori dirinya, tetapkan jadwal rutin untuk kebutuhan BAB dab BAK. Bantu
pasien kekamar mandi sesuai jadwal yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan, sampai pasien
mampu memenuhi kebutuhan tanpa bantuan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI PENDENGARAN PERTEMUAN I
1.
Kondisi klien
a.
b.
sekelilingnya
c.
2.
Diagnosa keperawatan
Halusinasi Dengar
3.
Tujuan Khusus:
a.
b.
4.
Tindakan Keperawatan
a.
b.
5.
Strategi Komunikasi
a.
Orientasi
1)
Salam terapeutik : Selamat pagi Mas. Perkenalkan nama saya Ni Made Raysita Dewi. Saya
senang dipanggil Made. Saya akan merawat Mas selama Mas di rumah sakit ini. Nama lengkap
Mas siapa ? Mas senang dipanggil apa ?
2)
3)
Kontrak : Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara-suara yang sering Mas
dengar? Berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 30 menit ? Dimana
tempat yang menurut Mas cocok untuk kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di teras
depan ?
b.
Kerja
1)
2)
3)
4)
5)
Situasi yang bagaimana yang menurut Mas menjadi pencetus munculnya suara?
6)
7)
8)
9)
Terminasi
Evaluasi subyektif : Saya senang sekali Mas sudah menceritakan tentang suara-suara yang
muncul selama ini. Bagaimana persaan Mas setelah kita berbincang-bincang hari ini ?
b.
Evaluasi obyektif : Jadi seperti Mas katakan tadi bahwa suara yang Mas dengar adalah..
Suara itu muncul pada saat. Dalam sehari Mas bisa mendengar suara sebanyak.kali. yang
Mas lakukan setelah mendengar suara tersebut adalah.. Perasaan Mas pada saat mendengar
suara tersebut adalah
c.
Tindak lanjut : kalau Mas masih mendengar suara-suara, tolong panggil perawat biar
dibantu !
d.
Kontrak yang akan datang : Besok kita akan berbincang-bincang lagi. Kita akan
membicarakan tentang bagaimana mengendalikan suara-suara tersebut. Nanti kita bercakapcakap di sini dan sekitar 20 menit ya mas. Setuju kan, Mas?
e.
Baiklah mas..sekarang Mas saya antar untuk melakukan aktivitas yang lainnya ya mas ..
Selamat Siang ya Mas...
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI PENDENGARAN PERTEMUAN II
1.
Kondisi klien
a.
b.
c.
2.
Diagnosa keperawatan
Halusinasi Dengar
3. Tujuan Khusus:
a.
4.
Tindakan Keperawatan
a.
Diskusikan dengan klien cara yang dilakukan selama ini untuk mengontrol halusinasinya.
b.
c.
5.
Strategi Komunikasi
a.
Orientasi
1)
Salam Terapeutik: Selamat pagi Mas...Masih ingat kan dengan saya,iya bagus sekali mas...
2)
Evaluasi/validaasiBagaimana perasaan Mas saat ini. Apakah Mas masih mendengar suarasuara seperti yang kita bicarakan kemarin mas?.
3)
Kontrak (topik waktu, tempat) Mas ingat apa yang akan kita lakukan sekarang. Mas, sesuai
janji kita kemarin, sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara untuk mengendalikan
suara-suara tersebut ya mas . Mas mau berapa lama kita bercakap-cakap, bagaimana kalau 10
menit. Mas mau bercakap-cakap dimana, bagaimana kalau diruangan ini saja mas ?.
b.
1)
Kerja
Mas kalau mas mendengar suara-suara yang sangat mengganggu tersebut,apa yang Mas
lakukan ?.
2)
3)
4)
Apakah dengan cara seperti itu suara yang Mas dengar bisa berkurang ataupun hilang?.
5)
Apa yang Mas sebutkan tadi sudah bagus, saya punya berbagai cara untuk mengendalikan
suara-suara seperti yang Mas dengar.
6)
Cara tersebut adalah, pertama kalau Mas mendengar suara-suara itu langsung dalam hati
Mas katakan...... Saya tidak mau dengar....Pergi.Pergi. Coba Mas ulangi seperti yang saya
ucapkan tadi! Bagus, ya seperti itu mas cara yang pertama.
7)
Cara yang kedua adalah Mas langsung pergi ke perawat katakan kepada perawat bahwa
Mas mendengar suara-suara tersebut.
8)
Cara yang ketiga adalah dengan cara Mas menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan
yang bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang Mas digunakan untuk bengong dan melamun.
9)
Ini saya bawakan daftar aktivitas yang kemudian mas isi dengan daftar aktivitas Mas ya !.
Ayo Mas coba di isi, mulai bangun tidur sampai Mas tidur malam. Bagus seperti itu.
10)
Nah sekarang jadwal aktivitas Mas sudah jadi dan Mas harus menepati jadwal ini ya mas....
11)
Cara yang keempat adalah dengan minum obat secara teratur ya mas. Obat itu sangat
penting untuk diminum secara teratur. Tolong Mas minta obat kepada perawat jika waktu
pemberian obat sudah tiba ya mas.
12)
Nah dari cara-cara tersebut mana yang akan Mas coba terlebih dahulu? Bagus ! Oke
mas... ?
6.
Terminasi
a.
Evaluasi subyektif : Bagaimana persaan Mas setelah kita berbincang-bincang hari ini ?
b.
Evaluasi obyektif : Jadi Mas, ada 4 cara untuk mengendalikan halusinasi, yang pertama yaitu
dengan cara menghardik halusinasi,kedua dengan cara berbincang-bincang dengan orang
lain,ketiga mengatur aktivitas sehingga tidak ada waktu luang,dan yang ke empat dengan cara
minum obat secara teratur.
c.
Tindak lanjut : Kalau Mas masih mendengar suara-suara,tersebut, Mas langsung coba
dengan cara yang Mas pilih tadi!
d.
Kontrak yang akan datang : Besok kita akan berbincang-bincang lagi ya. Kita akan
membicarakan tentang obat-obatan yang Mas akan minum untuk mengatasi suara-suara yang
menganggu tersebut. Nanti kita bercakap-cakap di sini saja dan sekitar 20 menit ya mas?. Setuju
Kan mas ?
e.
Baiklah mas..Sekarang Mas saya antar untuk melakukan aktivitas yang lainnya ya mas ..
Selamat Siang ya Mas...
DAFTAR PUSTAKA
Arif ,L. 2006. Skizofrenia, Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Jakarta:
Penerbit Refika Aditama
Johnson , Marion, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby
Kaplan & Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi 7.
Jakarta : Binarupa Aksara.
Keliat, Herawati. 1999. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.edisi 3. Jakarta: EGC