Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya
Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya
Oleh :
Unang Yunasaf
Sugeng Winaryanto
Syahirul Alim
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
NOVEMBER, 2007
: Keberdayaan Kelompoktani dan Hubungannya dengan Keberhasilan Usahatani Anggota (Kasus pada
Kelompoktani Ternak Sapi Perah di Kabupaten
Sumedang)
: Menunjang Pembangunan
: II
b. Bidang Ilmu
c. Kategori Penelitian
2. Pelaksana Penelitian
a. Nama lengkap dengan
gelar
b. Jenis kelamin
c. Pangkat/Golongan/NIP
d. Jabatan fungsional
e. Fakultas/Jurusan
f. Bidang Ilmu yang diteliti
:
: Unang Yunasaf,Ir., MSi.
: Laki-laki
: Pembina/IVa/131872368
: Lektor Kepala
: Peternakan/Sosial Ekonomi
: Penyuluhan Pembangunan Peternakan
: Kabupaten Sumedang
: 8 (delapan) bulan
6. Biaya Penelitian
Mengetahui:
A.n Dekan
Pembantu Dekan I
Fakultas Peternakan
DAFTAR ISI.
BAB
Halaman
ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA PENGANTAR
ii
iii
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
vi
I.
PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2. Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
1
3
II.
TINJAUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.1. Keberdayaan Kelompoktani . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.2. Keberhasilan Usaha . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
4
5
III.
8
8
8
IV.
METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.1. Rancangan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2. Unit Analisis dan Sampel Responden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.3 Operasionalisasi Variabel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.4 Cara Pengukuran dan Teknik Analisis Keeratan Hubungan . . .
9
9
9
9
10
11
11
12
iv
BAB
Halaman
14
18
22
22
22
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
24
LAMPIRAN
25
VI.
.................................................
19
vi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
2.
10
3.
20
4.
21
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
Halaman
viii
26
I
PENDAHULUAN
menjadi
media
transformasi
(group
transformation)
untuk
terjadinya
kelas pemula dan lanjut (Deptan, 2000). Hal ini mencerminkan bahwa kelompoktani
yang ada belum berdaya atau berfungsi efektif sebagai media interaksi petani dalam
meningkatkan kesejahteraannya. Aida (2000) mensinyalir kelompoktani dari kelas
madya dan utama yang adapun, yang berjumlah sekitar 104. 964 buah (29,60%)
belum berfungsi optimal sebagai media penguatan anggotanya, malahan ada indikasi
kelas kemampuannya terus menurun.
Karena
ketidakberdayaan
itulah,
maka
dalam
realitasnya
serin
g
suatu
Sebaliknya,
kelompoktani yang tetap hidup adalah kelompok yang dapat menjaga tingkat
kemajuan atau kedinamisan dari kelompoknya, sehingga kelompoktani dapat menjadi
media terbaik untuk terjadinya peningkatan kualitas petani anggota-anggotanya.
Sampai saat ini perhatian pengkajian terhadap kelompoktani yang ada lebih
banyak memfokuskan pada kelompoktani komoditas tanaman pangan, sedangkan
komoditas lainnya, khususnya kelompoktani ternak masih kurang.
peternakan,
keberadaan
kelompoktani
yang
menarik
untuk
Di sub sektor
diama
ti
adalah
kelompoktani ternak sapi perah. Selama ini yang terlihat cukup ajeg dan dipandang
lebih memiliki peluang untuk berdaya adalah kelompoktani ternak sapi perah.
Dengan diketahuinya faktor-faktor atau unsur yang menjadikan kelompoktani
tersebut berdaya atau dinamis akan memberikan alternatif untuk peningkatan
keberdayaan pada kelompoktani ternak komoditas lainnya.
jauh
pencapaian
keberh
asilan
usahatani
dari
para
ang
gota
kelompoktani?
(3) Seberapa jauh derajat hubungan antara keberdayaan kelompoktani dengan
keberhasilan usahatani para anggota?
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keberdayaan Kelompoktani
Inti dari konsep keberdayaan menurut Page dan Czuba (1999) adalah kekuatan
(power), yakni kekuatan untuk berubah. Dilihat dari konteks tersebut maka
keberdayaan memiliki kesamaan makna dengan kedinamisan atau kedinamikaan,
yang makna generiknya berarti gerak atau kekuatan untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian keberdayaan kelompoktani adalah tingkat kekuatan kelompoktani sebagai
akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, atau dapat diartikan sebagai gerak
dari suatu kelompoktani yang disebabkan oleh segala kekuatan yang terdapat dalam
kelompok yang menentukan atau memperngaruhi perilaku kelompok dan anggotanya
dalamupaya mencapai tujuan-tujunnya secara efektif. Oleh karenanya, tercapainya
keberdayaan kelompoktani akan sangat kondusif untuk terjadinya peningkatan
kualitas kehidupan para anggota, khususnya tercapainya keberhasilan usahatani dari
para anggota sebagaimana yang diharapkannya.
Menurut Aida (2000) tidak berdaya atau berkualitasnya petani karena tidak
berdayanya kelembagaan petani, yaitu kelompoktani.
Tidak berdayanya
kelompoktani dapat disebabkan antara lain oleh: (1) strategi dan orientasi
pembangunan
pertanian
belum
ditujukan
pada
upaya
mensejahterakan
dan
berfungsi tidak lebih sebagai wadah penyalur sarana produksi atau sebatas sebagai
objek kebijakan; (3) pola dan arah pembinaan kelompoktani lebih banyak menjadikan
petani sebagai kelompok binaan pencapaian target produksi. Kelompok dipandang
hanya sebagai wadah untuk memudahkan pekerjaan penyuluh mendifusikan inovasi.
Tidak ada prioritas strategi pembinaan agar kelompoktani menjadi dinamis dan
mandiri; dan (4) pembinaan kelompoktani lebih banyak diarahkan pada pencapaian
target kuantitas bukan kualitas. Pencapaian kuantitas telah melupakan pembinaan
dinamika kelembagaan petani yang dinamis, produktif dan mandiri. Kelompoktani
yang muncul atas dasar dan kebutuhan petani sangat kecil. Falsafah pemberdayaan
melalui dinamika
kelompok
belum menjadi
pertanian (Hernanto, 1988). Usahatani menurut CGIAR yang dikutip Reijntjes et.al.
(1999) bukanlah sekadar kumpulan tanaman dan hewan, di mana orang bisa
memberikan input apa saja dan kemudian mengharapkan hasil langsung, namun
merupakan suatu jalinan yang kompleks yang terdiri dari tanah, tumbuhan, hewan,
peralatan, tenaga kerja, input lain dan pengaruh-pengaruh lingkungan yang dikelola
oleh seseorang yang disebut petani sesuai dengan kemampuan dan aspirasinya. Petani
tersebut mengupayakan output dari input dan teknologi yang ada.
Menurut Reijntjes et.al. (1999) suatu usahatani merupakan agroekosistem yang
unik: suatu kombinasi sumberdaya fisik dan biologis seperti bentuk-bentuk lahan,
tanah, air, tumbuhan dan hewan.
kehidupan yang layak, yaitu dapat memberi: sumbangan terhadap pendapatan, dan
mewujudkan komunitas mandiri agar dapat mengorganisasikan diri dalam kelompok.
Untuk keberlanjutan suatu usahatani, termasuk mencapai keberhasilan usahatani
maka usahatani tersebut, harus dapat (1) menghasilkan tingkat produksi yang
memenuhi, yaitu dapat kebutuhan material (produktivitas), dan kebutuhan sosial
(identitas, keamanan, kesinambungan); (2) perlu dicari produktivitas yang optimal
(Reijntjes et.al., 1999)
Dalam penelitian ini keberhasilan usahatani sapi perah akan ditelaah dari dua
aspek, yaitu pencapaian tingkat produksi, terutama dilihat dari tingkat harga susu
yang diterima peternak, dan pencapaian efisiensi usaha.
mengetahui efisiensi usaha adalah dengan menggunakan tetapan revenue cost ratio
(RC ratio), yaitu menghitung perbandingan antara penerimaan dengan pengeluran
(Kadarsan, 1995).
RC ratio di
peroleh dari semua kegiatan yang mencakup
III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
IV
METODE PENELITIAN
mencapai tujuan..
Indikatornya terdiri: (1) kekuatan keahlian, (2) kekuatan rujukan, dan (3)
pembawa aspirasi, dan (4) patner agen pembaharu.
2.
2.
V
HASIL DAN PEMBAHASAN
maka sesuai dengan Rapat Anggota tanggal 2 Maret 2002 berubah namanya menjadi
KSU Tandangsari. Wilayah kerja KSU Tandangsari selain mencakup Kecamatan
Tanjungsari,
meliputi
pula
Kecamatan
Sukasari, Pamulihan,
Cimanggung,
12
oleh seorang ketua kelompok, dan dibantu oleh beberapa orang peternak anggota di
dalam kepengurusan kelompok. Namun demikian kelengkapan kepengurusan dari
tiap kelompok cukup bervariasi, dari yang hanya ketuanya saja sampai yang relatif
struktur kelompoknya lebih lengkap, selain ada ketua dilengkapi pula dengan
sekretaris, bendahara dan seksi-seksi.
Kecenderungan yang terjadi menurut versi KSU Tandangsari keberadaan
kelompok ini dapat dipilah menjadi tiga kategori, yaitu kelompok yang maju
(berkembang), cukup maju atau berkembang dan kelompok yang kurang berkembang
atau belum maju. Kelompok peternak yang relatif berkembang dicirikan oleh ratarata kualitas susunya yang relatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Di samping aspek dinamika atau kekuatan dari kelompok tersebut yang relatif lebih
baik, seperti kepemimpinan ketua kelompok yang relatif baik, dan tingkat pemilikan
asset kelompok yang lebih banyak serta kegiatan kelompok yang relatif lebih
berjalan.
13
1.
2.
3.
4.
Uraian
Jumlah
Orang
..%.......
Umur (Tahun)
a. 15-45
b. >45-65
c. >65
16
13
1
53,33
43,33
3,33
Tingkat Pendidikan
a. SD
b. SLTP
c. SLTA
26
1
3
86,67
3,33
10,00
15
13
2
50,00
43,33
6,67
3
11
16
10,00
36,67
53,33
Untuk
tingkat
pendidikan
formal
dari
responden
keadaannya
ma
sih
memprihatinkan, yaitu hanya sebanyak 13,33 persen saja yang telah lepas dari
jenjang pendidikan dasar.
14
peternak sapi perah yang diteliti berkisar dari rendah sampai tinggi. Namun demikian
15
sebagian besar hanya berada dalam tingkatan yang cukup, dan hanya sebagian kecil
saja yang tingkat keberdayaannya tergolong tinggi.
Gambaran lengkap mengenai keberdayaan peternak sapi perah di Kabupaten
Sumedang ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Keragaan Keberdayaan Kelompok Tani Ternak Sapi Perah
No. Uraian
Kategori Keberdayaan
Tinggi
Cukup
Rendah
.....%...........................
1.
2.
Kepemimpinan
Efektivitas
Keberdayaan kelompok
13,33
10,00
46,67
50,00
40,00
40,00
6,67
53,33
40,00
Tingkat keberdayaan kelompok peternak sapi perah yang diteliti sebagian besar
yaitu sebanyak 53,33 persen tergolong cukup. Sisanya sebanyak 40,00 persen
tergolong rendah dan hanya 6,67 persen tergolong tinggi.
Tingkat keberdayaan
kelompok yang tergolong cukup terlihat dari tingkat kepemimpinan ketua kelompok
dan tingkat keefektifan kelompok yang cenderung masih tergolong cukup. Tingkat
kepemimpinan ketua kelompok sebagian besar (46,67%), masih tergolong cukup.
Sisanya sebanyak 40,00 persen tergolong rendah, dan sebanyak 13,33 persen
tergolong tinggi.
16
oleh para anggotanya. Ketua kelompok ini cukup sering dijadikan tempat bertanya,
khususnya menyangkut permasalahan yang berhubungan dengan koperasinya.
Untuk kepemimpinan ketua kelompok yang rendah, yaitu sebanyak 40,00 persen
merujuk pada ketua kelompok yang kepemimpinannya belum begitu optimal di
dalam mempengaruhi kelompok dan anggotanya dalam rangka mencapai tujuan
kelompok dan anggota secara efektif.
berhubungan atau belum bertindak proaktif dengan agen pembaharu di luar koperasi
seperti dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten atau lembaga lainnya. Ketua
kelompok baru berperan sebatas sebagai penyampai pesan atau informasi yang
datangnya dari koperasi.
Pada kepemimpinan ketua kelompok yang tergolong tinggi, yaitu sebanyak 13,33
persen. Hal ini merujuk pada ketua kelompok yang relatif sudang tergolong baik dari
segi daya kemampuan mempengaruhi anggota dan kelompok di dalam mencapai
tujuannya. Ketua kelompok yang tergolong tinggi kepemimpinannya ini dicirikan
oleh daya keahliaan, daya rujukan, dan perannya sebagai patner agen pembaharu
yang tergolong tinggi. Ketua kelompok inipun memiliki etos kerja yang tinggi untuk
memajukan usaha sapi perahnya, di samping didukung oleh beragam pengalamannya
mengikuti pelatihan atau kursus, baik yang diselenggarakan di tingkat koperasi
maupun dengan di luar koperasi seperti yang dilaksanakan oleh Dekopinda
Kabupaten Sumedang dan Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang.
Dari segi efektivitas kelompok, yaitu tingkat keberhasilan kelompok di dalam
mencapai tujuan, yang dilihat dari segi keberhasilan dan moral kelompok
menunjukkan sebagian besar kelo mpok, yaitu sebanyak 50,00 persen tergolong
cukup. Sisanya sebanyak 40,00 persen tergolong rendah, dan sebanyak 10,00 persen
17
tergolong tinggi. Pada kelompok yang efektivitasnya tergolong cukup, dicirikan oleh
oleh telah dilakukannya pertemuan rutinan bulanan di kelompok. Kelompok cukup
berupaya di dalam melakukan usaha pemupukan modal sendiri, seperti penyisihan
dari susu yang disetorkan ke koperasi untuk menutupi biaya operasional kelompok.
Untuk kelompok yang efektivitasnya tergolong tinggi selain ciri-ciri di atas ada
beberapa hal lainnya yang menonjol seperti kelompok sudah memiliki pola
pembinaan sendiri di dalam mendorong munculnya partisipasi dari para anggota.
Kelompok telah secara rutin melakukan kegiatan pertemuan 2 mingguan, bulanan dan
tahunan. Kelompokpun telah memiliki target-target tertentu yang harus dicapai baik
oleh anggota maupun kelompok. Kelompokpun telah berupaya untuk memiliki
fasilitas secara swadaya, di samping kelompok telah melengkapi dengan aturan atau
norma-norma kelompok.
Pada kelompok peternak sapi perah yang efektivitasnya tergolong rendah relatif
tingkat keberhasilan dan moral kelompok lebih rendah. Pada kelompok ini umumnya
indikasi untuk efektifnya suatu kelompok belum berjalan, karenanya kelompok belum
bisa menampilkan keberhasilan sebagaimana yang seharusnya.
Kemampuan
kelompok untuk memunculkan partisipasi dari para anggotanya belum bisa optimal.
Hal ini berkaitan dengan tingkat fasilitas dan dukungan norma dari kelompok yang
masih kurang.
18
Kategori Keberdayaan
Tinggi
Cukup
Rendah
.....%...........................
1. Tingkat Efisiensi
2. Tingkat Harga Susu
Keberhasilan Usaha
16,67
53,33
50,00
16,67
30,00
33,33
33,33
40,00
26,67
Tingkat keberhasilan usaha ternak sapi perah dari para anggota kelompok yang
sebagian besar
(40,00%) tergolong
cukup,
terlihat
terutama
dari tingkatan
efisiensinya, yaitu sebagian besar sebanyak 50,00 persen tergolong cukup. Untuk
tingkat keberhasilan yang tergolong tinggi (33,33%), banyak ditentukan oleh
tercapainya harga susu yang di atas rata-rata, yaitu sebesar 53,33 persen, sedang
untuk yang tingkat keberdayaannya yang rendah, kedua indikatornya yang dilihat dari
tingkat efisiensi dan tingkat harga susu relatif memberikan kontribusi yang sama,
yaitu sebesar 30,00 dan 33,33 persen.
Tingkat efisiensi merupakan nisbah antara penerimaan total dengan biaya total
yang dikeluarkan yaitu dengan memperhitungkan biaya tersamar, yang berada dalam
kisaran 0,58 sampai dengan 1,56 dengan nilai rata-rata sebesar 1,09 atau dari setiap
biaya produksi yang dikeluarkan akan menghasilkan 9 persen keuntungan. Apabila
19
dibandingkan dengan tingkat suku bunga sebesar 18 persen per tahun, usaha sapi
perah tersebut belum dikategorikan memadai. Secara kualitatatif tingkat efisiensi
tersebut mencerminkan keadaan dari usaha sapi perah peternak dari kondisi kurang
efisien, mencapai titik impas atau telah diperolehnya keuntungan. Dari data yang ada
menunjukkan bahwa hampir sebagian besar usaha sapi perah anggota berada dalam
kondisi kurang efisien dan cukup. Hanya sebagian kecil saja dari peternak anggota
kelompok tersebut yang usaha sapi perahnya masuk dalam kategori tinggi tingkat
efisiensinya. Umumnya adalah mereka yang memiliki ternak sapi perah produktif
lebih dari empat ekor.
Dari segi tingkat harga para peternak dari kelompok yang diteliti, umumnya
sudah relatif di atas harga rata-rata koperasi, yaitu sebanyak 53,33 persen, sedang
yang di bawah harga rata-rata mencapai 30,00 persen, dan yang mendekati harga ratarata sebesar 16,67 persen. Tingkat harga susu rata-rata yang dicapai saat penelitian
adalah sebesar Rp. 1638,58 per liter.
kandungan fat dan total solid, semakin meningkat kandungan dari kedua hal tersebut,
maka harga susu akan semakin tinggi. Hal ini memberikan indikasi bahwa dilihat dari
kualitas susu yang dihasilkan peternak, umumnya sudah melampaui harga dasar yang
ditetapkan oleh koperasi.
5.5. Hubungan Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah dengan Keberhasilan
Usaha Sapi Perah Anggota
Berdasarkan nilai koefisien korelasi rank Spearman (rs) hubungan antara
keberdayaan kelompok peternak dan keberhasilan usaha sapi perah anggota sebesar
0,578 menunjukkan bahwa terdapat cukup hubungan antara kedua variabel tersebut.
Hal ini memberikan indikasi bahwa semakin kelompok peternak berdaya, maka
cenderung semakin lebih berhasil usaha sapi perah dari para anggota kelompok
20
1. Kepemimpinan Kelompok
2. Keefektifan Kelompok
Keberdayaan Kelompok
0,519
0,583
0,578
kelompok, maka ketua kelompok dapat mempengaruhi para anggota lainnya di dalam
menunjang keberhasilan usaha sapi perah anggota. Daya atau sumber kekuatan yang
dimiliki ketua kelompok dapat mencakup kekuatan keahlian, kekuatan rujukan
kekuatan legitimasi ataupun dapat berperan sebagai agen pembaharu.
Dengan
kekuatan keahlian, maka ketua kelompok dapat memiliki pengaruh kepada para
anggota lainnya, karena ketua kelompok dipandang mampu untuk memimpin
21
kelompok. Melalui kekuatan rujukan, ketua kelompok dipandang orang yang relatif
dijadikan contoh, baik dalam ketokohan keseharian maupun di dalam pelaksanaan
usaha sapi perahnya. Ketua kelo mpokpun dipandang sangat kuat keabsahannya,
karena dipilih langsung oleh para anggota kelompok, sedang ketua kelompokpun
dapat berperan penting di dalam menerima dan menyebarkan informasi maupun
inovasi dari agen pembaharu untuk disampaikan kepada para anggota kelompok.
Dengan
hal-hal
tersebut
menjadikan
kepemimpinan
ketua
kelompok
amat
Dengan semakin
22
VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
(1) Tingkatan fungsi-fungsi koperasi dari koperasi yang diteliti secara kumulatif
berkisar dari yang tergolong rendah sampai dengan yang tergolong cukup,
dengan skornya berkisar dari 39,71 sampai 61,43 persen dari skor harapan
maksimum.
tergolong
maksimum.
(2) Pada umumnya dari koperasi yang diteliti belum melakukan fungsi-fungsinya
sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh suatu koperasi secara optimal. Hal
ini terutama terlihat dari masih rendahnya koperasi di dalam melakukan: (1)
fungsi pengembangan keanggotaan, (2) fungsi pengembangan kelompok, dan (3)
fungsi pengembangan partisipasi.
(3) Rendahnya
fungsi
pengembangan
ke
anggotaan
tercermin
dari:
belum
23
anggota, khususnya di dalam hak dialog (voice), hak memilih dan dipilih (vote)
maupun hak keluar (exit).
6.2. Saran
Saran yang dapat dikemukakan sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan
adalah:
(1) Koperasi agar dapat meningkatkan fungsi-fungsinya, , terutama di dalamPada
umumnya dari koperasi yang diteliti belum melakukan fungsi-fungsinya
sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh suatu koperasi secara optimal. Hal
ini terutama terlihat dari masih rendahnya koperasi di dalam melakukan: (1)
fungsi pengembangan keanggotaan, (2) fungsi pengembangan kelompok, dan (3)
fungsi pengembangan partisipasi.
(2) K
(3)
dukungan
di
dalam
me
nunjang
keberadaan
kelompok.
23
24
(5) Untuk
mendorong
munculnya
kebe
rdayaan
kelompok,
maka
faktor
24
DAFTAR PUSTAKA
24
25
No.Res.
Nama
Umur
(Th)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Yayat B.
Wikarma
Edi S.
Entang
Adin
Eme
Rahmat
Enju B.
Maryati
Dudung
Dede
Bubun
Rasidi
Undang
Dana
Danah
Adang
Bahri
Uyo
Eno
Entin
Rohman
Mamat
Elim S.
Totong
Junaedi
Aan
Rohmat
Anan
Yana
35
75
28
55
50
63
59
60
25
35
24
47
50
65
40
29
45
73
35
60
34
40
40
57
34
41
36
37
48
25
Pend.
Nama
Kelompok
Lama
Anggota
Pemilikan
Sapi Prod.
(Ekor)
SLTA
SR/SD
SLTA
SD
SD
SR/SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SLTP
SLTA
SLTA
SD
SD
SD
SD
Sri Mukti
Sri Mukti
Sri Mukti
Sri Mukti
Sri Mukti
Sri Mukti
Sri Mukti
Sri Mukti
Silih Asih
Silih Asih
Silih Asih
Silih Asih
Silih Asih
Silih Asih
Silih Asih
Harapan Jaya
Harapan Jaya
Harapan Jaya
Harapan Jaya
Harapan Jaya
Harapan Jaya
Harapan Jaya
Harapan Jaya
Wibawa Mekar
Wibawa Mekar
Wibawa Mekar
Wibawa Mekar
Wibawa Mekar
Wibawa Mekar
Wibawa Mekar
5
24
3
16
10
20
9
9
12
15
0.5
7
10
12
8
9
3
14
6
16
14
5
8
16
8
14
14
16
11
15
4
2
2
5
4
20
6
4
3
5
2
5
5
6
4
1
2
1
3
2
1
3
13
5
3
3
2
3
4
4
26
Kepemim
Keefektif
31
24
24
29
24
24
25
24
24
29
26
24
27
25
32
34
33
41
40
33
33
34
32
32
31
25
40
32
33
40
35
27
28
26
29
27
27
26
32
28
29
27
33
36
30
37
38
38
45
38
38
37
37
45
35
32
29
38
35
45
Total
66
51
52
55
53
51
52
50
56
57
55
51
60
61
62
71
71
79
85
71
71
71
69
77
66
57
69
70
68
85
27
Lampiran 2 (Lanjutan)
2.1. Nilai Keberhasilan Usaha Sapi Perah Anggota
No
Resp.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Harga
Susu
Efisiensi
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
1
1
2
2
3
3
2
1
2
1
2
2
3
2
1
1
1
2
1
1
2
3
3
2
2
1
2
3
2
Total
3
2
2
3
3
4
4
3
2
4
3
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
5
6
6
5
5
4
5
6
5
28