Anda di halaman 1dari 58

Referat Psikotropika

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya, yang
memungkinkan referat ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Referat mengenai Farmakologi dalam psikiatri ini disusun pada saat melaksanakan
kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit khsusus jiwa Dharma Graha pada periode 7 Juli - 8
Agustus 2014, dengan berbekalkan pengetahuan, bimbingan, serta pengarahan yang diperoleh baik
selama kepaniteraan berlangsung maupun pada saat kuliah pra-klinis.
Banyak pihak yang turut membantu dan berperan dalam penyusunan referat ini, dan untuk itu
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

dr.Yenny Dewi P, Sp.KJ (K) sebagai ketua SMF ilmu penyakit Jiwa

dr Rosmalia Suparso, Sp.KJ selaku dosen pembimbing

dr Irmansyah, Sp.KJ (K) selaku dosen pembimbing

dr Ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K) selaku dosen pembimbing

Bapak Sugeng selaku pimpinan rumah sakit khusus jiwa Dharma Graha

Para petugas karyawan di Rumah sakit khusus jiwa Dharma Graha

a.

Rekan-rekan ko-asisten selama kepaniteraan ilmu penyakit Jiwa


Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna baik materi
maupun teknik penulisan, dan penulis dengan senang hati akan menerima segala kritikan yang ada
sebagai suatu pandangan yang membangun agar di kemudian hari penulis dapat membuat referat
yang lebih baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga referat ini dapat meningkatkan pengetahuan pembaca
dan bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang, 16 Juli 2014


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

1.1. LATAR BELAKANG


Semakin meningkatnya kasus-kasus gangguan kesehatan jiwa, semakin tinggi pula kebutuhan
penggunaan obat-obatan psikotropika. Belum lagi cara penggunaan obat psikotropik yang tidak
tepat, misalnya

dalam penentuan dosis, indikasi, lama pemberian, campuran berbagai obat

psikotropik (polifarmasi), interaksi dengan obat lain dan keadaan yang merupkan kontraindikasi
sehingga menimbulkan berbagai masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat psikotropik
tersebut (ketergantungan obat, efek samping, intoksikasi, dll).
Psikotropika merupakan obat-obatan yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan pikiran
yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran psikotropik yang dapat mengubah
keadaan jiwa pasien sehingga lebih kooperatif dan dapat menerima psikoterapi dengan lebih baik.
Disebutkan juga bahwa obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada
susunan saraf pusat dan memiliki efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku yang digunakan
untuk terapi gangguan psikiatrik.
Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dibagi menjadi 4 golongan :
(1) antipsikosis (major tranquilizer, neuroleptic)
(2) antiansietas (minor tranquilizer)
(3) antidepresi
(4) antimania (mood stabilizer).
1.2. TUJUAN
Tujuan penulisan referat ini dimaksudkan untuk membantu pembaca mengerti serta
memahami tentang pemilihan penggunaan obat psikotropik dengan tepat.

2 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. ANTIPSIKOSIS
2.1.1. DEFINISI ANTIPSIKOSIS
Antipsikosis adalah golongan obat yang dapat mengobati gangguan mental pada penderita
skizofrenia dengan cara mengatasi agresivitas, hiperaktivitas, dan labilitas emosinal pasien psikosis.
Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik. Ciri antipsikosis :
Berefek antipsikosis, yaitu mengatasi agresivitas, hiperaktivitas dan labilitas emosional pada
pasien psikosis
Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam atau anastesia
Dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversibel atau ireversibel
Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis
Kebanyakan antipsikosis golongan tipikal mempunyai afinitas tinggi dalam menghambat
reseptor dopamin 2, hal ini yang diperkirakan menyebabkan reaksi ekstrapiramidal yang kuat.
Sedangkan antipsikosis golongan atipikal umumnya mempunyai afinitas lemah terhadap reseptor
dopamin 2. Selain itu golongan atipikal juga memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin 4,
serotonin, histamin, reseptor muskarinik, dan reseptor alfa adrenergik.
Antipsikosis golongan atipikal diduga efektif mengatasi gejala positif (bicara kacau,
halusinasi, delusi) dan gejala negatif (miskin kata-kata, afek datar, menarik diri dari lingkungan,
inisiatif menurun) pada pasien skizofrenia. Antipsikosis tipikal umumnya hanya berespons untuk
gejala positif.
Antipsikosis mempunyai efek farmakologik terhadap sistem saraf pusat, sistem otonom, dan
sistem endokrin. Efek ini terjadi karena antipsikosis menghambat berbagai reseptor, diantaranya
dopamin, reseptor alfa adrenergik, muskarinik, histamin H1, dan serotonin 5HT2 dengan afinitas
yang berbeda-beda. Klorpromazin misalnya mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor dopamin
dan alfa adrenergik, sementara Risperidon mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor
serotonin 5HT2.
2.1.2. KLASIFIKASI OBAT ANTIPSIKOTIS
1.

Antipsikosis tipikal
a. Golongan fenotiazin : Klorpromazin, flufenazin, perfenazin, tioridazin, trifluperazin
b. Golongan lain : Klorprotiksen, droperidol, haloperidol, loksapin, molindon, tioktiksen
3 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

2.

Antipsikosis atipikal : Klozapin, olanzapin, risperidon, quetiapin, sulpirid, ziprasidon,


aripriprazol, zotepin, amilsulpirid
2.1.3. INDIKASI ANTIPSIKOSIS
1.

Indikasi psikiatri
Antipsikosis sangat bermanfaat mengatasi keadaan gaduh gelisah. Efektivitas obat ini
sangat membantu pasien psikosis. Obat antipsikosis tidak bersifat menyembuhkan, namun
hanya bersifat simptomatis.
Skizofrenia
Gangguan skizoafektif
Pasien depresi dengan gejala psikosis
Episode manik gangguan bipolar

Tourettes syndrome

Gangguan perilaku pada pasien demensia tipe Alzheimer


2. Indikasi non-psikiatri
Kebanyakan antipsikosis lamam kecuali tioridazin memilki efek antiemetik. Efek ini
terjadi atas dasar hambatan reseptor dopamin baik di sentral (di kemoreseptor medula
oblongata) maupun perifer (reseptor di lambung).
Golongan butirofenon droperidol diindikasikan sebagai anestesi kombinasi dengan opioid
fentanil.
CPZ merupakan obat terpilih untuk menghilangkan cegukan (hiccup) yang berlangsung
berhari-hari.
PRINSIP-PRINSIP TERAPEUTIK
Menentukan gejala sasaran yang akan diobati.
Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien harus
digunakan lagi. Jika tidak ada informasi tersebut, pemilihan antipsikotik biasanya
didasarkan pada sifat efek samping.
Lama minimal percobaan antipsikotik adalah 4 sampai 6 minggu pada dosis yang adekuat.
Jika tidak berhasil, dapat dicoba obat dari kelas lain.
Penggunaan lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu jarang diindikasikan.
4 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang diperlukan
untuk mencapai pengendalian gejala selama episode psikotik.
SINDROM PARKINSON
Sindrom Parkinson (Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/ sindrom karena gangguan
pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra
ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). Merupakan salah satu dari gejala
ekstrapiramidal yang merupakan efek samping dari kebanyakan antipsikosis tipikal.
Gambaran klinisnya berupa Resting tremor (terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada
sendi metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang. Tremor ini menghilang
waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang), Rigiditas (kaku), Bradikinesia (gerakan
volunter menjadi lambat, berkurangnya ekspresi muka serta mimic dan gerakan spontan yang
berkurang), Disfungsi otonom (keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama
inkontinensia dan hipotensi ortostatik).
SINDROM NEUROLEPTIK MALIGNA (SNM)
Merupakan kondisi yang mengancam kehidupan akibat reaksi idiosinkrasi terhadap obat
antipsikosis (khususnya pada long acting). Semua pasien yang diberikan obat antipsikosis
mempunyai risiko untuk terjadinya SNM tetapi dengan kondisi dehidrasi, kelelahan, atau malnutrisi,
risiko ini akan menjadi lebih tinggi.
Butir-butir diagnostik SNM berupa hiperpireksia, rigiditas, disfungsi otonomik (incontinensia
urin), perubahan status mental, perubahan tingkat kesadaran, dan gejala tersebut timbul dan
berkembang dengan cepat.
Pengobatan : hentikan segera obat antipsikosis. Berikan perawatan suportif dan dapat
diberikan dopamine agonis (Bromokriptin 7.5-60 mg/hari, L-dopa 2x100 mg/hari, atau Amantadin
200 mg/hari).
2.1.4. ANTIPSIKOSIS TIPIKAL
2.1.4.A. ANTIPSIKOSIS TIPIKAL GOLONGAN FENOTIAZIN
KLORPROMAZIN (CPZ)
a. Nama dagang : Cepezet Meprosetil Promactil Largactil
b. Senyawa : klorpromazin hidroklorida
c. Dosis anjuran :
5 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Skizofrenia/psikosis :
Anak
Dewasa

Oral : 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 4-6

Oral : 30-2000 mg/hari dibagi dalam 1-4


jam; Anak

yang

lebih

tua

mungkin

dosis,

membutuhkan 200 mg/hari atau lebih


besar;

im, iv: 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 6-8 jam,

< 5 tahun (22,7 kg) : maksimum 75

mulai dengan

dosis

rendah,

kemudian sesuaikan dengan kebutuhan.

Dosis lazim : 400-600 mg/hari,

beberapa pasien membutuhkan 1-2 g/hari.

im.,iv.: awal: 25 mg, dapt diulang 25-50 mg

mg/hari

dalam

1-4

jam,

naikkan

bertahap

sampai maksimum 400 mg/dosis setiap 4-6


jam sampai pasien terkendali;

Dosis lazim : 300-800 mg/hari.

Cegukan tidak terkendali : Oral, im.: 2550 mg sehari 3-4 kali.

Mual muntah :
Anak
Oral : 0,5 -1 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam
bila diperlukan;
-

im, iv : 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 6-8 jam,

< 5 tahun (22,75 mg) : maksimum 40

Dewasa
Oral : 10-25 mg setiap 4-6 jam,
-

im., iv., : 25-50 mg setiap 4-6 jam.

mg/hari,
-

5-12 tahun (22,7-45,5 mg) : maksimum


75 mg/hari.

Gejala-gejala perilaku yang berkaitan dengan demensia :


-

awal : 10-25 mg sehari 1-2 kali, naikkan pada interval 4-7 hari dengan
10-25 mg/hari, naikkan interval

dosis, sehari 2x, sehari 3 kali dst

Bila perlu untuk mengontrol respons dan efek samping; dosis


maksimum : 800 mg.

d. Bentuk sediaan : Tablet 25 mg, 100 mg, Injeksi 25mg/ml, 2ml


Tioridazin tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
6 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

e. Indikasi :

Mengendalikan

mania,

terapi

shcizofrenia,

mengendalikan mual

dan

muntah,

menghilangkan kegelisahan dan ketakutan sebelum operasi, porforia intermiten akut,

Terapi tambahan pada tetanus. Cegukan tidak terkontrol,

Perilaku anak 1-12 tahun yang ekplosif dan mudah tersinggung dan terapi jangka pendek
untuk anak hiperaktif.

f. Kontraindikasi : Hipersensitifitas terhadap klorpromazin atau komponen lain formulasi, reaksi


hipersensitif silang antar fenotiazin mungkin terjadi, Depresi SSP berat dan koma.
g. Efek samping :

Kardiovaskuler : hipotensi postural, takikardia, pusing, perubahan interval QT tidak


spesifik.

SSP : mengantuk, distonia, akathisia, pseudoparkinsonism, diskinesia tardif, sindroma


neurolepsi malignan, kejang.

Kulit : fotosensitivitas, dermatitis, pigmentasi (abu-abubiru).

Metabolik & endokrin : laktasi, amenore, ginekomastia, pembesaran payudara,


hiperglisemia, hipoglisemia, test kehamilan positif palsu.

Saluran cerna : mual, konstipasi xerostomia.

Agenitourinari : retensi urin, gangguan ejakulasi, impotensi.

Hematologi : agranulositosis, eosinofilia, leukopenia, anemia hemolisis, anemia aplastik,


purpura trombositopenia

Hati : jaundice.

Mata : penglihatan kabur, perubahan kornea dan lentikuler, keratopati epitel, retinopati
pigmen.

efek sedasi dan sikap acuh tak acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian
lama dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya efek sedasi tergantung dari
status emosional pasien sebelum minum obat.

efek antipsikosis terlepas dari efek sedasinya. Pada manusia, kemampuan terlatih yang
memerlukan kecekatan dan daya pemikiran berkurang.

sistem reproduksi : pada wanita dapat terjadi amenorea, galaktorea, dan peningkatan
libido. Sementara pada pria dapat terjadi penurunan libido dan ginekomastia. Efek ini
terjadi karena efek sekunder dari hambatan reseptor dopamin yang menyebabkan

7 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

hiperprolaktinemia, serta adanya peningkatan perubahan androgen menjadi estrogen di


perifer.

Hipotensi ortostatik dan peningkatan denyut nadi saat istirahat biasa terjadi dengan
derivat fenotiazin. Tekanan arteri rata-rata, resistensi perifer, curah jantung menurun dan
frekuensi denyut jantung meningkat. Efek ini dikarenakan efek otonom dari obat
antipsikosis. Abnormalitas EKG juga dilaporkan pada pemakaian tioridazin berupa
perpanjangan interval QT, abnormalitas segmen ST dan gelombang T. Perubahan ini
biasanya reversibel.

h. Farmakodinamik :
Memblok reseptor dopaminergik di postsinaptik mesolimbik otak. Memblok kuat efek
alfa adrenergik. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular
Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh,
kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.
CPZ tidak dapat mencegah timbulnya konvulsi akibat rangsang listrik maupun rangsang
oleh obat. Semua derivat Fenotiazin mempengaruhi ganglia basal sehingga menimbulkan gejala
Parkinsonisme (efek ekstrapiramidal).
CPZ dapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada
chemoreseptor trigger zone. Muntah yang disebabkan oleh kelainan saluran cerna atau vestibuler
kurang dipengaruhi, namun fenotiazin potensi tinggi dapat berguna untuk keadaan tersebut.
Fenotiazin terutama yang potensinya rendah menurunkan ambang bangkitan sehingga
penggunaannya harus sangat berhati-hati pada pasien epilepsi. Derivat piperazin dapat digunakan
secara aman pada pasien epilepsi bila dosis diberikan bertahap dan bersama anti konvulsan.
Pada

dosis

berlebihan,

semua

derivat

fenotiazin

dapat

menyebabkan

gejala

ekstrapiramidal, serupa dengan yang terlihat pada parkinsonisme. Dikenal 6 gejala sindrom
neurologik yang karakteristik dari obat ini. Empat diantaranya biasa terjadi sewaktu obat
diminum, yaitu distonia akut, akatisia, parkinsonisme, dan sindrom neuroleptic malignant. Dua
sindrom lain terjadi setelah pengobatan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, berupa tremor
perioral dan diskinesia tardif.
CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot rangka yang berada dalam keadaan spastik. Cara
kerja relaksasi ini bersifat sentral, sebab sambungan saraf-otot dan medula spinalis tidak
dipengaruhi.
Kebanyakan antipsikosis diabsorbsi sempurna, sebagian diantaranya mengalami
metabolisme lintas pertama. Bioavailabilitas CPZ dan tioridazin berkisar 25-35%, sedangkan
8 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan antipsikosis bersifat larut dalam lemak dan terikat kuat
dengan protein plasma serta memiliki volume distribusi besar. Metabolit CPZ ditemukan di urin
sampai beberapa minggu setelah pemberian obat terakhir.
i. Dosis maksimum : Dewasa 1000mg, anak 50mg (6bulan-5 tahun); 200mg (5-12tahun)
j. Waktu paruh : 24-30 jam
k. Interaksi Dengan Obat Lain :

memperkuat

efek

penekan

terhadap SSP

dari

analgesik

narkotik,

etanol,

barbiturat, antidepresan siklik, antihistamin, hipnotik-sedatif.

Klorpromazin dapat meningkatkan efek amfetamin, betabloker tertentu, dekstrometorfan,


fluoksetin, lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir, antidepresan trisiklik dan substrat
CYP2D6 lainnya.

Klorpromazin dapat meningkatkan efek /toksiksitas antikolinergik, antihipertensi, litium,


trazodon, asam valproat. Penggunaan bersama antidepresan trisklik dapat mengubah respons
dan Efek klorpromazin dapat ditingkatkan oleh delavirdin, fluoksetin, mikonazol, paroksetin,
pergolid, kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirol dan inhibitor CYP2D6 lainnya.

Klorpromazin meningkatkan toksisitas.

Kombinasi

dengan

epinefrin

akan

dapat menimbulkan

hipotensi.

Kombinasi

dengan antiaritmia, cisaprid, pimosid, sparfloksacin dan obatobat yang memperpanjang


interval QT akan dapat meningkatkan resiko aritmia.

Kombinasi dengan metoklopramid akan dapat meningkatkan resiko gejala ekstrapiramidal.

Klorpromasin mungkin menurunkan efek substrat prodrug CYP2D6 seperti kodein,


hirokodon, oksikodon dan tramadol.

Klorpromasin

mungkin

dapat

menghambat

antiparkinson

levodopa

dan

mungkin

dapat menghambat efek pressor epinefrin.


l. Parameter monitoring :

Gambaran vital : profil lipid, glukosa darah puasa/Hgb A1c, indeks berat badan, status
mental, skala normal gerakan yang tidak disadari, gejala ekstrapiramidal.

FLUFENAZIN
a. Nama dagang : Permitil, Prolixin, Apo-Fluphenazine, Moditen HCl, PMS-Fluphenazine
b. Senyawa : Flufenazin (modecote, moditen/) adalah turunan CH2OH dan trifluoperazin
(1959) dengan sifat hampir sama. Daya antimual dan sedatifnya ringan.
9 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

c. Dosis anjuran :

Anak : Oral : 0,04 mg/kg/hari.

Dewasa : Psikosis : Oral : 0,5-10 mg/hari dibagi dalam beberapa dosis dengan interval 68 jam, beberapa pasien mungkin membutuhkan peningkatan dosis sampai 40 mg/hari.;
i.m.: 2,5-10 mg/hari dibagi dalam beberapa dosis dengan interval 6-8 jam. (dosis
parenteral 1/3-1/2 dosis oral); im. Dekanoat : 12,5 mg setiap 2 minggu. 12,5 mg dekanoat
setiap 3 minggu = 10 mg HCl/hari.

d. Bentuk sediaan : Injeksi Sebagai Dekanoat, 25 mg/ml, Tablet Sebagai HCl, 0,5 mg, 1 mg, 2,5
mg, 5 mg, 10 mg
e. Dosis maksimum : dewasa 40mg, anak (belum dilakukan penelitian)
f. Waktu paruh : 24 jam.
g. Indikasi : Mengendalikan gangguan psikotik dan shcizofrenia.
h. Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap flufenazin atau komponen formulasi lainnya.
Mungkin terjadi reaktivitas silang antara fenotiazin. Depresi SSP berat, koma, kerusakan otak
subkortikal, diskrasia darah, penyakit hati.
i. Efek samping :

KV : takikardia, tekanan darah berfluktuasi, hiper/hipotensi, aritmia, udem.

SSP : parkinsonisme, akathisia, distonia, diskinesia tardif, pusing, hiper refleksia, sakit
kepala, udem serebral, mengantuk, lelah, gelisah, mimpi aneh, perubahan EEG, depresi,
kejang, perubahan pengaturan pusat temperatur tubuh.

Kulit : dermatitis, eksim, eritema, fotosensitifitas, rash, seborea, pigmentasi, urtikaria.

Metabolik & endokrin : perubahan siklus menstruasi, nyeri payudara, amenorea,


galaktoria, ginekomastia, perubahan libido, peningkatan prolaktin,

Saluran cerna : berat badan bertambah, kehilangan selera makan, salivasi, xerostomia,
konstipasi, ileus paralitik, udem laring.

Genitourinari : gangguan ejakulasi, impotensi, poliuria, paralisis kandung urin, enurisis,

Darah : agranulositosis, leukopenia, trombositopenia, nontrombositopenik purpura,


eosinofilia, pansitopenia.

Hati : cholestatic jaundice, hepatotoksik.

Otot-saraf : tangan gemetar, sindroma lupus eritamatosus, spasme muka sebelah.

Mata : retinopati pigmen, perubahan kornea dan lensa, penglihatan kabur, glaukoma,

10 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Pernafasan : kongesti hidung, asma.

j. Farmakodinamik : Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik


otak. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating
System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus
vasomotor dan emesis.
k. Interaksi dengan Obat Lain :

Inhibisi CYP2D6 : chlorpromazin, delavirdin, fluoksetin, mikonazol, paroksetin, pergolid,


kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirol meningkatkan efek flufenasin. Flufenasin
memperkuat efek penekanan terhadap SSP dari analgesik narkotik, etanol, barbiturat,
antidepresan siklik, antihistamin, hipnotik-sedatif. Flufenasin dapat meningkatkan
efek/toksisitas antikolinergik, antihipertensif, litium, trazodon, asam valproat.

Penggunaan bersama antidepresan trisklik dapat mengubah respons dan meningkatkan


toksisitas. Kombinasi flufenasin dengan epinefrin akan dapat menimbulkan hipotensi.
Kombinasi dengan antiaritmia, cisaprid, pimosid, sparfloksacin dan obat-obat yang
memperpanjang interval QT, akan dapat meningkatkan resiko aritmia. Kombinasi dengan
metoklopramid akan dapat meningkatkan resiko gejala ekstrapiramidal.

Fenotiasin akan menghambat aktivitas guanetidin, levodopa dan brokriptin. Barbiturat,


merokok akan dapat meningkatkan metabolisme flufenasin di hati. flufenasin dan
antipsikotik potensi rendah lainnya dapat menghambat efek presor epinefrin.

l. Interaksi dengan makanan :

Kombinasi dengan dong quai dan St John's wort (Hypericum perforatum) akan
meningkatkan efek penekanan terhadap SSP dan dapat menimbulkan fotosensitivitas,
Kombinasi dengan kava-kava (Piper methysticum), gotu kola (Centella asiatica) valerian
akan meningkatkan efek penekanan terhadap SSP.

m. Parameter monitoring :

Gambaran vital : profil lipid, glukosa darah puasa/Hgb A1c, indeks berat badan, status
mental, skala normal gerakan yang tidak disadari, gejala ekstrapiramidal.

PERFENAZIN
a. Nama dagang : trilafon, avomit, perlafon
b. Senyawa : perfenazin
c. Dosis anjuran : Skizoprenia dan psikosis lain, mania, penggunaan jangka pendek sebagai
11 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

terapi tambahan untuk ansietas berat, agitasi psikomotor, eksitasi dan perilaku kekerasan atau
impulsif berbahaya. Dosis awal 4 mg, 3 kali sehari, dosis sesuaikan dengan respons. Maksimal
24 mg /hari. LANSIA seperempat sampai setengah dosis dewasa. ANAK dibawah 14 tahun tidak
dianjurkan.
d. Bentuk sediaan :

Trilafon (Schering Plough Indonesia) Tablet 2 mg, 4 mg, 8 mg.

Avomit (Kimia Farma) Tablet 4 mg

Perlafon (Combiphar) Tablet 2 mg, tablet salut gula 4 mg, 8 mg.

e. Indikasi : Skizoprenia dan psikosis lain, mania, penggunaan jangka pendek sebagai terapi
tambahan untuk ansietas berat, agitasi psikomotor, eksitasi dan perilaku kekerasan atau impulsif
berbahaya, antiemetik.
f. Kontraindikasi : koma karena depresi SSP, depresi sumsum tulang, hindari pada
feokromositoma, gangguna hati dan ginjal berat
g. Efek samping : koma, diskrasia darah, depresi sumsum tulang, kerusakan hati berat,
dibanding klorpromazin, efek sedasi kurang, gejala ekstrapiramidal terutama distonia lebih
sering, terutama pada dosis tinggi.
h. Dosis maksimum : dewasa 64mg, anak 12mg (> 12tahun)
i. Waktu paruh : 9,5 jam
j. Interaksi : Meningkatkan resiko aritmia ventrikular jika antiaritmia yang memperpanjang
interval QT diberikan bersamaan.
THIORIDAZIN
a. Nama dagang : Melleril
b. Senyawa : thioridazin hcl
c. Dosis anjuran :
Ansiolltik & antidepresan Dws 10-75 mg/hr. Anak yg ditambah dg: kesulitan
konsentrasi, gangguan perilaku, hiperaktivitas, agresif, ggn tidur 0,5-2 mg/kgBB/hari
dalam dosis terbagi.
Neuroleptik Penderita psikotik yg dirawat dl rumah sakit 100-600 mg/hr. Berobat
jalan 50-300 mg/hr. Penderita usia lanjut yg mengalami agitasi/depresi25-200 mg/hr.
Penderita putus alkohol 100-200 mg/hr.
Neurosis berat 25-150 mg/hr. Maks: 800 mg/hr.
12 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Anak Skizofrenia pd masa kanak-kanak, ggn perilaku berat pd anak dg retardasi


mental & psikopat 1-4 mg/kg BB/hr dlm dosis terbagi.
d. Bentuk sediaan : Tab 50 mg, 100 mg
e. Indikasi : Gangguan psikotik. Terapi jangka pendek depresi sedang-berat dg berbagai tingkat
kegelisahan pada penderita dewasa. Terapi berbagai gejala seperti: agitasi, gelisah, murung,
tegang, gangguan tidur & rasa takut pada usia lanjut. Terapi kelainan tingkah laku yang berat
pada anak dengan hipereksitasi yang eksplosif & atau mengamuk (sedang/luar biasa). Terapi
jangka pendek anak hiperaktif.
f. Kontraindikasi : Koma atau depresi SSP yg berat, riwayat hipersensitivitas terhadap
fenotiazin lainnya. Diskrasia darah, peny KV berat, anak < 2 thn
g. Perhatian : Glaukoma sudul sempix. Hipertropi* ptosxax atau peny KV. Gangguan dim
mengemudi / menjalankan mesin. Hitung darah harus dilakukan secara teratur selama terapi.
Penderita penyakit hati. Hamil & laktasi.
h. Efek samping : Sedasi, pusing, mengantuk, mulut kering, ggn penglihatan, ggn akomodasi,
hidung tersumbat, hipotensi ortostatik, galaktorea. Jarang gejala ekstrapiramidal & tardive
diskinesia. Sangat Jarang sindroma neuroleptik maligna, torsades de pointes, kematian mendadak
i. Farmakodinamik : bekerja pada bagian batang otak, yaitu sistem retikulernya, yang selalu
mengendalikan masukan berita dari alat indera pada cortex cerebral. Obat-obatan ini tampaknya
mengurangi masukan sensorik pada sistem retikuler, sehingga informasi tidak mencapai cortex
cerebral.
j. Dosis maksimum : dewasa 800 mg, anak 3mg/kg BB (>2 tahun)
k. Waktu paruh : 24 jam.
TRIFLUOPERAZIN
a. Nama dagang : stelazine, stelosi, trizine
b.Senyawa : Trifluoperazine HCI
c. Dosis anjuran : Untuk pasien rawat jalan Dws 1-2 mg 2 x/hr. Maks 6 mg/hari kecuali untuk
kondisi berat & gangguan mental. Untuk pasien rawat inap Dws 2-5 mg 2 /x hari. Jika perlu,
tambahkan dosis sebesar 5 mg dengan interval tidak boleh kurang dari 3 hari.
d. Bentuk sediaan : Tablet 1 mg dan 5 mg (salut selaput)
e. Indikasi :

Dosis rendah : Mengendalikan keadaan gelisah, pikiran tegang, & agitasi berlebihan.

13 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Pengobatan mual & muntah karena berbagai sebab.

Dosis tinggi : Katatonik akut & kronik, skizofrenia hebefrenik & paranoid, psikosis
karena kerusakan otak organik & keracunan. Mengendalikan manifestasi penyakit manik
depresi.

f. Kontraindikasi : Keadaan koma atau obat yang menginduksi depresi SSP; diskrasia darah,
depresi sumsum tulang, penyakit hati.
g. Efek samping : Mengantuk, pusing; reaksi kulit; mulut kering, penglihatan kabur; amenore,
laktasi; otot lemas, gejala ekstrapiramidal pd pemakaian dosis tinggi (pd penggunaan dosis
tinggi atau penderita berusia >40 thn), diskinesia tardive (penggunaan lama, dosis tinggi). Jarang,
kolestatik jaundis, diskrasia darah.
h. Farmakodinamik : Termasuk golongan obat penenang turunana penthothiazine dengan daya
kerja anti psikosis, ansiolitik, dan anti emetic yang keras.
i. Dosis maksimum : dewasa 40mg, anak 15mg (6-12 tahun)
j. Waktu paruh : 12,5 jam.
2.1.4.B. ANTIPSIKOSIS TIPIKAL GOLONGAN LAIN
HALOPERIDOL
a. Nama Dagang, Bentuk Sediaan, Dosis, Waktu Paruh :

Haloperidol : tablet 0.5 dan 1.5 mg, dosis anjuran 5-15 mg/h, dosis maksimal Dewasa :
100 mg; Anak : 15 mg (>12 tahun), waktu paruh : 12-38 jam. Selain itu juga tersedia
dalam bentuk sirup 5 mg/100 mL dan ampul 5 mg/mL.

Dores : Cap. 5 mg; Tab 1,5 mg

Serenace : Tab 0,5-1,5 mg; 5 mg ; Liq. 2 mg/ml; Amp. 5 mg/cc. dosis anjuran : 5-10 mg
(im) setiap 4-6 jam

Haldol : Tab. 2-5 mg

Govotil : Tab. 2-5 mg

Lodomer : Tab. 2-5 mg; Amp. 5 mg/cc; dosis anjuran: 5-10 mg (im) setiap 4-6 jam

Haldol decanoas : Amp. 50 mg/cc; dosis anjuran : 50 mg (im) setiap 2-4 minggu

b. Indikasi : untuk psikosis. Selain itu dapat dipakai untuk megobati sindrom Gilles de la
Tourette (kelainan neurologik yang ditandai dengan kejang otot hebat, menyeringai atau
grimacing, dan koprolalia).
14 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

c. Kontraindikasi : pasien dengan koma akut strok, keracunan parah dengan alkohol atau
narkoba lain, alergi terhadap haloperidol, penyakit jantung
d. Efek samping : Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens tinggi
terutama pada pasien usia muda. Dapat terjadi depresi akibat reversi keadaan mania. Perubahan
hematologik ringan dan selintas sering terjadi, berupa leukopenia dan agranulositosis.
Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai terdapat bukti bahwa obat ini
tidak menimbulkan efek teratogenik.
e. Farmakodinamik :

Haloperidol memiliki efek antipsikosis yang kuat dan efektif untuk fase mania penyakit
manik depresif dan skizofrenia.

Susunan Saraf Pusat. Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang
mengalami eksitasi. Efek sedatif haloperidol kurang kuat dibandingkan CPZ, sedangkan
efek haloperidol terhadap EEG menyerupai CPZ, yaitu memperlambat dan menghambat
jumlah gelombang teta. Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan ambang rangsang
konvulsi. Haloperidol menghambat sistem dopamin dan hipotalamus, juga menghambat
muntah yang ditimbulkan apomorfin.

Sistem saraf Otonom. Pengaruh haloperidol terhadap sistem saraf otonom termasuk
menyebabkan pandangan kabur (blurring of vision). Obat ini menghambat aktivasi
reseptor -adrenergik yang disebabkan oleh amin simpatomimetik, tetapi hambatannya
tidak sekuat hambatan CPZ. System Kardiovaskular dan respirasi. Haloperidol
menyebabkan hipotensi tetapi tidak sesering dan sehebat akibat CPZ. Haloperidol juga
menyebabkan takikardi. CPZ atau haloperidol menimbulkan potensiasi dengan obat
penghambat respirasi.

Efek Endokrin. Seperti CPZ, haloperidol menyebabkan galaktore dan respons endokrin
lain.

f. Dosis maksimum : dewasa 100mg, anak 15 mg (>12 tahun)


g. Waktu paruh : 12-38 jam.
DIBENZOKSAZEPIN (LOKSAPIN)
a. Nama Dagang, Bentuk Sediaan : Loksapin (Loxitane) tersedia dalam bentuk tablet (5 mg,
10 mg, 25 mg, 50 mg) dan suntikan.

15 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

b. Dosis : awal 20-50 mg/ hari dibagi dalam 2 dosis. Dosis pemeliharaan 20-100 mg dalam 2
dosis
c. Dosis maksimal : dewasa (250 mg)
d. Waktu paruh : 4 jam.
e. Indikasi : antipsikosis, generasi pertama
f. Kontraindikasi : penyakit hati dan ginjal berat
g. Efek Samping : Mempunyai efek reaksi ekstrapiramidal dan menurunkan ambang bangkitan
pasien sehingga harus hati-hati penggunaannya pada pasien dengan riwayat kejang.
h. Farmakodinamik : Loksapin memiliki efek antiemetik, sedatif, antikolinergik dan
antiadrenergik. Obat ini berguna untuk mengobati skizofrenia dan psikosis. Diabsorbsi baik
per oral, kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1 jam (IM) dan 2 jam (oral). Waktu
paruhnya ialah 3-4 jam.
2.1.4.C. ANTIPSIKOSIS ATIPIKAL
KLOZAPIN
a. Nama dagang : Clopine, Clorilex
b. Dosis anjuran : Dosis awal 12.5 mg sehari sekali atau sehari dua kali, ditingkatkan sesuai
toleransi pasien, dengan kenaikan dosis 25-50 mg/hari sampai target dosis 300-450 mg/hari
setelah 2-4 minggu, denghan kebutuhan dosis mencapai 600-900 mg/hari.
c. Interaksi obat :

Meningkatkan efek/toksisitas : potensiasi efek antikolinergik dan hipotensi obat lain.

Kombinasi dgn benzodiazepin menyebabkan depresi pernafasan dan hipotensi, terutama


minggu awal terapi. Meningkatkan efek risperidon.

Konsentrasi serum clozapin dapat ditingkatkan oleh inhibitor CYP1A2 antara lain :
ciprofloxasin, fluvoxamin, ketoconazole, norfloxacin, ofloxacin dan roficoxib.

Clozapin meningkatkan efek amphetamine, beta bloker selektif, dextromethorphan,


fluoxetin, lidocain, mirtazapin, nevazodon, paroxetin, risperidon, ritonavir, TCA,.Efek
sedatif dapat ditingkatkan oleh depresan SSP (ethanol, barbiturat, benzodiazepi, analgetik
opioid dan sedatif lain).

Methoclopramid dpt meningkatkan efek risiko EPS ( Extrapyramidal Symptoms).


Inhibitor asetilkolinesterasi meningkatkan risiko antisikotik berhubungan dengan EPS.

Sitalopram meningkatkan efek clozapine.

16 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Omeprazole mempengaruhi konsentrasi klozapin. Menurunkan efek : klozapin


menurukan efeksubstrat CYP2D6/prodrug :kodein, hydrocodon, oxycodon, tramadaol.
Efek clozapin berkurang oleh carbamazepin, fenobarbital, pirimidon, rifampicin dan
inducer CYP1A2.

klozapin dapat mengembalikan efek epinefrin (hindari dalam terapi obat yang
menyebabkan hipertensi). Omeprazole mempengaruhi konsentrasi klozapin.

d. Bentuk sediaan : tablet (25mg, 50mg, 100mg)


e. Indikasi : Schizophrenia
f. Kontraindikasi :

Hipersensitif terhadap clozapine dan komponen obat ini.

Penderita dengan riwayat granulositopenia /agranulositosis.

Kegagalan fungsi sumsum tulang.

Epilepsi yang tidak terkontrol.

Intoksikasi obat.

Kolaps sirkulasi dan atau depresi CNS karena berbagai sebab.

Gagal fungsi ginjal, hati dan jantung yang berat.

Ibu menyusui

g. Efek samping :

Hematologi: granulositopenia, agranulositosis sering terjadi pada 18 minggu pertama


pengobatan, penghentian obat harus segera dilakukan pada agranulositosis yang dapat
mengancam jiwa, karena itu perhitungan WBC (white blood cell) merupakan hal yang
harus dilakukan. Pengobatan tidak boleh lebih dari 6 minggu kecuali terlihat adanya
perbaikan. Penggunaan klozapin dibatasi hanya pada pasien yang resisten atau tidak dapat
mentoleransi antipsikosis lain.

Terhadap CNS: lelah, mengantuk, sedasi, pusing dan sakit kepala, mulut kering,
pandangan menjadi buram, gangguan pengaturan temperatur, berkeringat merupakan efek
samping yang dapat terjadi.

Sistem cardiovaskuler: Tachycardia, hypotensi postural dengan atau tanpa sinkope dapat
terjadi pada awal minggu pengobatan.

Sistem saluran pencernaan: mual, muntah, konstipasi,ileus.

h. Over dosis :
17 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Tanda-tanda dan gejala : Drowsiness, lethargy, arefleksia, coma, confusi, halusinasi,


agitasi, delirium, kejang, hypersalivasi, mydriasis, termolability, hipotensi, kolapse,
pneumonia aspirasi, dyspnea, depresi pernafasan.

Pengobatan : Bilas lambung, dengan atau pemberian karbon aktif pada 6 (enam) jam
pertama setelah pemberian obat.

i. Dosis Maksimal : 900 mg (dewasa), non-FDA approved (anak-anak)


j. Farmakodinamik :
suatu senyawa antipsikosis atypical yang aktifitasnya terhadap reseptor dopamine yaitu
reseptor D1, D2, D3 dan D5 tidak terlalu kuat, akan tetapi menunjukkan aktivitas yang tinggi
pada reseptor D4. Clozapine bekerja lebih aktif pada reseptor dopamine di daerah limbic
daripada reseptor dopamine di daerah striatal, itulah sebabnya clozapine bebas dari efek
samping ekstrapyramidal. Clozapine mempunyai aktivitas antagonis pada reseptor
adrenergik, kolinergik, histaminergik dan serotonergik.
k. Waktu Paruh : 5-16 jam
OLANZAPIN
a. Nama dagang : Olandoz
b. Dosis anjuran : 10 mg/hari
c. Bentuk sediaan : tablet salut selaput (5 mg, 10mg)
d. Indikasi : mengatasi gejala negatif maupun positif dari skizofrenia dan sebagai antimania.
Obat ini juga menunjukan efektivitas pada pasien depresi dengan gejala psikotik.
e. Kontraindikasi : hipersensitif terhadap olanzapine
f. Efek samping : peningkatan berat badan, gangguan metabolik yaitu intoleransi glukosa,
hiperglikemia,

dan

hiperlipidemia,

efek

samping

ekstrapiramidal

minimal,

tidak

menyebabkan agranulositosis.
g. Dosis Maksimal : adults (20mg),children (20mg)
h. Farmakodinamik : merupakan derivat tienobenzodiazepin, struktur kimianya mirip dengan
klozapin. Olanzapin memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin, serotonin, muskarinik,
histamin dan reseptor alfa 1. Olanzapin diabsorbsi baik setelah pemberian oral, dengan kadar
plasma tercapai setelah 4-6 jam pemberian. Dimetabolisme di hepar dan diekskresi lewat
urin.
i. Waktu Paruh : 21-54 jam
18 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

RISPERIDON
a. Nama dagang : Neripros, Nodiril
b. Dosis anjuran : adult (2-4 mg/ hari), elderly (0,5 mg 2x/hari)
c. Bentuk sediaan : tablet (25mg, 50mg) , larutan oral, tablet salut selaput
d. Indikasi : Terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta pada kondisi psikosis yang lain,
dengan gejala-gejala tambahan (seperti; halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan
dan rasa permusuhan) dan atau dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti;
blunted affect, menarik diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga
mengurangi gejala afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan
dengan skizofrenia.
e. Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap risperidone.
f. Efek samping :
Yang umum terjadi : insomnia, agitasi, rasa cemas, sakit kepala.
Efek samping lain: somnolen, kelelahan, pusing, konsentrasi terganggu, konstipasi,
dispepsia, mual/muntah, nyeri abdominal, gangguan penglihatan, priapismus, disfungsi
ereksi, disfungsi ejakulasi, disfungsi orgasme, inkontinensia urin, rinitis, ruam dan reaksi
alergi lain.
Beberapa kasus gejala ekstrapiramidal mungkin terjadi (namun insiden dan keparahannya
jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan haloperidol), seperti: tremor, rigiditas,
hipersalivasi, bradikinesia, akathisia, distonia akut. Jika bersifat akut, gejala ini biasanya
ringan dan akan hilang dengan pengurangan dosis dan/atau dengan pemberian obat
antiparkinson bila diperlukan.
Seperti neuroleptik lainnya, dapat terjadi neuroleptic malignant syndrome (namun
jarang), ditandai dengan hipertermia, rigiditas otot, ketidakstabilan otonom, kesadaran
berubah dan kenaikan kadar CPK, dilaporkan pernah terjadi. Bila hal ini terjadi,
penggunaan obat antipsikotik termasuk risperidone harus dihentikan.
Kadang-kadang terjadi orthostatic dizziness, hipotensi termasuk ortostatik, takikardia
termasuk takikardia reflek dan hipertensi.

19 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Risperidone dapat menyebabkan kenaikan konsentrasi prolaktin plasma yang bersifat


dose-dependent, dapat berupa galactorrhoea, gynaecomastia, gangguan siklus menstruasi
dan amenorrhoea.
Kenaikan berat badan, edema dan peningkatan kadar enzim hati kadang-kadang terjadi.
Sedikit penurunan jumlah neutrofil dan trombosit pernah terjadi.
Pernah dilaporkan namun jarang terjadi, pada pasien skizofrenik: intoksikasi air dengan
hiponatraemia, disebabkan oleh polidipsia atau sindrom gangguan sekresi hormon
antidiuretik (ADH); tardive dyskinesia, tidak teraturnya suhu tubuh dan terjadinya
serangan.
g. Interaksi Obat :

Hati-hati pada penggunaan kombinasi dengan obat-obat yang bekerja pada SSP dan
alkohol.

Risperidone mempunyai efek antagonis dengan levodopa atau agonis dopamin lainnya.

Karbamazepin dapat menurunkan kadar plasma risperidone.

Clozapine dapat menurunkan bersihan risperidone.

Fluoksetin dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari fraksi antipsikotik (risperidone


dan 9-hydroxy-risperidone) dengan meningkatkan konsentrasi risperidone.

h. Dosis maksimal : adult (16mg), children (6mg)


i. Farmakodinamik :
a. Risperidone termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole. Risperidone merupakan
antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5HT2 dan dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan reseptor 1-adrenergik.
Risperione tidak memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik. Meskipun risperidone
merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal
tersebut menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi
dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamin sentral yang seimbang
dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping ekstrapiramidal, dia
memperluas

aktivitas

terapeutik

terhadap

gejala

negatif

dan

afektif

dari

skizofrenia.Bioavailabilitas oral sekitar 70%. Ikatan dengan protein plasma sekitar 90%.
Risperidon secara ekstensif dimetabolisme di hati dan dieliminasi lewat urin dan sebagian
kecil melalui feses
20 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

j. Waktu Paruh : 20-24 jam


QUETIAPIN
a. Nama dagang : seroquel
b. Dosis anjuran : 300-450 mg/hari
c. Bentuk sediaan : tablet ( 25mg, 100mg, 200mg, 300mg)
d. Indikasi : Terapi skizofrenia, terapi depresi yang menyertai gangguan bipolar, terapi manik
yang menyertai gangguan bipolar, pasien dengan gangguan ginjal atau hati
e. Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap quetiapine.
f. Efek samping : Pusing,konstipasi, mulut kering, astenia ringan, rinitis, dispepsia,
peningkatan berat badan, hipotensi postular atau hipotensi ortostatik, takikardi, sinkop, edema
perifer, peningkatan serum transaminase, penurunan jumlah hitung neutrofil, hiperglikemia
g. Farmakodinamika : Obat ini memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin, serotonin, dan
bersifat agonis parsial terhadap reseptor serotonin 5HT1A yang diperkirakan mendasari
efektivitas obat ini untuk gejala positif maupun negatif skizofrenia.Absorbsinya cepat setelah
pemberian oral, kadar plasma maksimal tercapai setelah 1-2 jam pemberian. Metabolisme
melalui hati dan diekskresikan sebagian besar lewat urin dan sebagian kecil lewat feses.
h. Dosis Maksimal : adults (800mg), Children (600mg)
i. Waktu Paruh : 6-7 jam
ZIPRASIDON
a. Nama dagang : geodon
b. Dosis anjuran : 20 mg/ hari
c. Bentuk sediaan : tablet (20mg), ampul (10mg)
d. Indikasi : mengatasi keadaan akut (agitasi) dari skizofrenia dan gangguan skizoafektif, terapi
pemeliharaan pada skizofrenia, skizoafektif kronik, serta gangguan bipolar.
e. Kontraindikasi : hipersensitifitas ziprasidone
f. Efek samping : mengantuk, mual, muntah, konstipasi, kaku otot, gemetar, rash, kelemahan
otot, masalah seks, kejang, pingsan, peningkatan kadar kolesterol dan gula darah, iregular
menstruasi, peningkatan berat badan, agitasi, ritme jantung abnormal

21 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

g. Farmakodinamika : Obat ini memiliki spektrum yang luas terhadap skizofrenia, baik gejala
positif, negatif, maupun gejala afektif dengan efek samping yang minimal terhadap prolaktin,
metabolik, gangguan seksual, dan efek antikolinergik. Obat ini mempunyai afinitas terhadap
reseptor serotonin dan dopamin.Absorbsinya cepat setelah pemberian oral. Metabolismenya
berlangsung di hati dan diekskresi sebagian kecil melalui urin dan sebagian besar lewat feses.
h. Dosis Maksimal : adults (200mg), children (non FDA approved)
i. Waktu Paruh : 6,5 jam
ARIPIPRAZOL
a. Nama dagang : abilivy
b. Bentuk sediaan : tablet 10 mg, 15 mg,20 mg
c. Dosis anjuran : 10-15 mg/ hari, peningkatan dosis tidak boleh dilakukan sebelum 2 minggu.
anak remaja di bawah 12 tahun tidak direkomendasikan
d.

Dosis maksimal : 30 mg/hari

e.

Indikasi : skizofrenia

f.

Kontraindikasi : menyusui

g.

Efek samping : mual, muntah, dispepsia, konstipasi, insomnia, akatisia, somnolen, tremor,
sakit kepala, astenia, pandangan kabur ; jarang : takikardia, kejang ; sangat jarang : salivasi
meningkat, pankreatitis, nyeri data, agitasi, gangguan bicara, kekakuan, rhabdomyolisis

h.

Interaksi : hati-hati jika diberikan dalam kombinasi dengan obat yang bekerja sentral dan
alkohol. Dapat meningkatkan efek hipertensi tertentu karena sifatnya sebagai antagonis reseptor
adrenegik alfa 1

i.

Peringatan : riwayat kejang, geriatri ( dikurangi dosis awal), gangguan fungsi hati,
kehamilan
ZOTEPIN
a. Nama dagang : lodopin
b. Bentuk sediaan : tablet 25 mg, 50 mg
c. Dosis anjuran : awal nya 25 mg 3x/hari dapat ditingkatkan berdasarkan respon dengan interval
waktu 4 hari hingga maksimal 100mg 3x/hari; lansia, dosis awal 25 mg 2x/hari ditingkatkan
berdasarkan respon, hingga maksimal 75 mg 2x/hari; anak dan remaja di bawah 18 tahun tidak
direkomendasikan
22 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

d. Indikasi : skizofrenia
e. Kontraindikasi : intoksikasi akut dengan depressan SSP, penggunaan bersamaan dengan anti
psikosis dosis tinggi; gout akut (hindari selama 3 minggu setelah serangan membaik) ; riwayat
nefrolithiasis; menyusui
f. Efek samping : konstipasi, dispepsia, mulut kering, takikardia, QT interval prolongation,
rhinitis, agitasi, anxietas, depresi, astenia, sakit kepala, abnormalitas EEG, insomnia, mengantuk,
hiperthermia/hipothermia, saliasi meningkat, diskrasia darah ( termasuk leukositosis/leukopenia),
peningkatan LED, penglihatan kabur, berkeringat; kurang sering : anorexia, diare, mual dan
muntah, nyeri abdomen, hipertensi, sindrom mirip influenza, batuk, dispnea, rasa bingung,
kejang,

penurunan

libido,

trombositopenia,edema,

rasa

gangguan
haus,

berbicara,

impotensi,

vertigo,

hiperprolaktinemia,

inkontinensia

urin,arthralgia,

anemia,
myalgia,

konjungtivitis, acne, kulit kering, ruam kulit ; jarang : bradiakrdia, epiktasis, pembesaran
abdomen, amnesia, ataxia, delirium, hipaestesia, myoclonic, trombositopenia, ejakulasi
abnormal, retensi urin, menstruasi yg tdk teratur, myastenia, alopecia, fotosentivitas; sangat
jarang : glaukoma sudut sempit
g. Peringatan : riwayat epilepsi pada pasien: penghentian obat depresan SSP yang dihentikan
secara bersamaan QT interval prolongation - diperlukan pemeriksaan ekg (pada awal terapi dan
setiap peningkatan dosis) pada pasien memiliki resiko aritmia; monitor kadar elektrolit terutama
pada awal terapi dan setiap peningkatan dosis; gangguan fungsi hati; hipertrofi prostast, retensi
urin, cenderung untuk mengalami glaukoma sudut sempit, ileus paralisis & kehamilan
2.2. ANTIANSIETAS
2.2.1. DEFINISI
Antiansietas adalah obatobat yang digunakan untuk mengatasi kecemasan dan juga
mempunyai efek sedative, relaksasi otot, amnestic, dan antiepileptic
Obat antiansietas dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Golongan Benzodiazepine
2. Golongan Non-Benzodiazepin
Antiansietas yang terutama adalah benzodiazepine. Banyak golongan obat yang mendepresi
system saraf pusat (SSP) lain telah digunakan untuk sedasi siang hari pada pengobatan ansietas,
namun penggunaannya saat ini telah ditinggalkan. Alasannya ialah antara lain golongan barbiturate
dan meprobamat, lebih toksik pada takar lajak (overdoses).
23 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Dari golongan benzodiazepine, yang dianjurkan untuk antiansietas adalah klordiazepoksid,


diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam, dan halozepam. Sedangkan
klorazepam lebih dianjurkan untuk pengobatan panic disorder.
2.2.2. INDIKASI PENGGUNAAN
Butir butir diagnostik sindrom ansietas :
Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik terhadap 2 atau lebih hal yang
dipersepsi sebagai ancaman, perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu istirahat
dengan tenang (inability to relax).
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala : penurunan
kemampuan kerja, hububngan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala gejala berikut :
Ketegangan motorik :

1. Kedutan otot atau rasa gemetar


2. Otot tegang/kaku/pegal linu
3. tidak bisa diam
4. mudah menjadi lelah

Hiperaktivitas otonomik :
5. Nafas pendek/terasa berat
6. jantung berdebar-debar
7. telapak tangan basah-dingin
8. mulut kering
9. kepala pusing/rasa melayang
10. mual, mencret, perut tidak enak
11. muka panas/badan menggigil
12. buang air kecil lebih sering
13. sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan :

14. Perasaan jadi peka/mudah ngilu

Penangkapan berkurang :

15. Mudah terkejut/kaget


16. sulit konsentrasi pikiran
17. sukar tidur
18. mudah tersinggung.

2.2.3. GOLONGAN BENZODIAZEPIN


24 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

A. Mekanisme Kerja Golongan Benzodiazepin


Sindrom ansietas disebabkan hiperaktivitas dari system limbic SSP yang terdiri dari
dopaminergic, noradrenergic, serotoninergic neurons yang dikendalikan oleh GABA-ergic neurons.
Mayoritas neurotransmitter yang melakukan inhibisi di otak adalah asam amino GABA (gammaaminobutyric acid A). Secara selektif reseptor GABA akan membiarkan ion Chlorida masuk ke
dalam sel, sehingga terjadi hiperpolarisasi neuron dam menghambat penglepasan transmisi neuronal.
Secara umum obat obat antiansietas ini bekerja di reseptor GABA. Benzodiazepine menghasilkan
efek pengikatan terhadap reseptor GABA tersebut
B. Farmakodinamik
Hampir semua efek benzodiazepin merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek
utama : sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot, dan anti
konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer : vasodilatasi
koroner setelah pemberian dosis terapi secara IV, dan blokade neuromuskular yang hanya terjadi
pada pemberian dosis tinggi.
Pada susunan saraf pusat, benzodiazepin tidak mampu menghasilkan tingkat depresi saraf
sekuat golongan bariturat atau anestesi umum. Peningkatan dosis benzodiazepin menyebabkan
depresi SSP yang meningkat dari sedasi ke hipnosis dan dari hipnosis ke stupor, dan sering
dinyatakan sebagai efek anestesia, tapi obat golongan ini tidak benar-benar memperlihatkan efek
anestesi umum yang spesifik, karena kesadaran pasien tetap bertahan dan relaksasi otot yang
diperlukan untuk pembedahan tidak tercapai. Namun pada dosis preanestetik, benzodiazepin
menimbulkan amnesia anterograd, dan untuk anestesi umum pembedahan benzodiazepin harus
dikombinasikan dengan obat pendepresi SSP yang lain
Pada sistem pernafasan, benzodiazepin dosis hipnotik tidak berefek pada pernapasan orang
normal. Pada dosis yang lebih tinggi misalnya anestesi premedikasi atau pada endoskopi,
benzodiazepin menyebabkan asidosis respiratori akibat depresi sedikit ventilasi alveoli. Efek ini
terutama terjadi pada pasien dengan PPOK
C. Efek Samping
Efek samping obat antiansietas dapat berupa :
Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan
kognitif melemah)
Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll)
25 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika, oleh karena at


therapeutic dose they have low re-inforcing properties. Potensi menimbulkan ketergantungan obat
disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir, berlangsung sangat
singkat.
Penghentian obat secara mendadak akan menimbulkan gejala putus obat (rebound
phenomena) : pasien menjadi irritable, bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin,
konvulsi, dll.
Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar Benzodiazepine dalam plasma. Untuk obat
benzodiazepine dengan paruh waktu pendek lebih cepat dan hebat gejala putus obatnya dibandingkan
dengan obat Benzodiazepine dengan waktu paruh panjang (misalnya, Clobazam sangat minimal
dalam menimbulkan gejala putus obat).
Ketergantungan relatif lebih sering terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol
(alkoholics), penyalahgunaan obat (drug-abus-ers), atau unstable personalities. Oleh karena itu
obat Benzodiazepine tidak dianjurkan diberikan pada pasien-pasien tersebut.
Untuk mengurangi risiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian 3 bulan (100 hari)
dalam rentang dosis terapeutik.
Efek antiansietas diazepam dapat diharapkan terjadi bila kadar dalam darah mencapai 300400 ng/mL; pada kadar yang sama terjadi pula efek sedasi dan gangguan psikomotor.
Peningkatan hostilitas dan iritabilitas dan mimpi-mimpi hidup dan menggangu kadang
dikaitkan dengan pemberian benzodiazepin, mungkin dengan kekecualian oksazepam. Umumnya
toksisitas klinik benzodiazepin rendah.
D. Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepine, glaucoma, myasthenia gravis, chronic
pulmonary insufficiency, chronic renal or hepatic disease.
Derivat benzodiazepine sebaiknya jangan diberikan bersama alkohol, barbiturat atau fenotiazin
karena berpotensi menghasilkan efek sedasi dan penekanan pusat pernapasan, sehingga berisiko
timbulnya respiratory failure.
E. Interaksi obat
Derivat benzodiazepin sebaiknya tidak diberikan bersama alkohol, barbiturat atau fenotiazin.
Kombinasi ini mungkin menimbulkan efek depresi yang berlebihan
26 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Sebaiknya tidak diberikan pula amfetamin atau kafein bersama dengan benzodiazepin karena dapat
menurunkan efek depresi.
KLORDIAZEPROKSID
a. Nama dagang : Librium, diobrium, renagas, arsitran, cetabrium, Librium
b. Indikasi : Pengobatan jangka pendek ansietaas dan sindrom putus alcohol akut
c. Efek samping : ataksia, mengantuk, kebingungan mental, terutama ataksia, mengantuk,
kebingungan mental, terutama pada lansia
d. Dosis maksimum : dewasa 100 mg, anak (belum dilakukan penelitian)
e. Waktu paruh : 24-48 jam
OKSAZEPAM
a. Nama dagang : Librium, diobrium, renagas, arsitran, cetabrium, Librium
b. Dosis anjuran : 15-60 mg/hari
c. Farmakodinamik : Berinteraksi dengan

reseptor penghambat neurotransmitter yang

diaktifkan oleh GABA. Mengandung senyawa yang disebut dengan

furanokumarin yang

dapat mengganggu hati dan menyerap enzim sitokrom P450 isoform

CYP3A4 di dinding

usus kecil.
d. Dosis maksimum : dewasa 120 mg, anak (belum dilakukan penelitian)
e. Waktu paruh : 3-21 jam
DIAZEPAM
a. Nama dagang : Diazepam, Valium, diazepin, Cetalgin, Danalgin, Metaneuron, proneuron,
Valisanbe, Valdimex, Neuropyron, Neurindo, Meparyp, dan Stesolid
b. Dosis anjuran :

Ansietas 2-10 mg, 2-4 kali sehari

Terapi tambahan pada spasme otot rangka : 2-10 mg. 3-4 kali sehari dalam dosis bagi

Penghentian alkohol akut 10 mg. 3-4 kali sehari selama 24 jam pertama, kemudian
dikurangi menjadi 5 mg. 3 4 kali sehari

Premidikasi: dewasa: 10 mg: anak-anak diatas 2 tahun: 0,25 mg/kg

Usia lanjut dan pasien yang lemah : 22,5 mg, 12 kali sehari dapat ditingkatkan secara
bertahap sesuai kebutuhan.

27 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Pada penderita dengan gangguan pulmoner kronik, penderita hati dan ginjal kronik dosis
dikuTarigT.

Anak-anak 0.12 0.8 mg/kg sehari dibagi dalam 3 atau 4 dosis.

c. Indikasi : Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala ansietas. Sebagai terapi tambahan
untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamasi atau trauma; nipertdnisitairotot
(kelaTrian motorik serebral, paraplegia). Digunakan juga untuk meringankan gejala-gejala
pada penghentian alkohol akut dan premidikasi anestesi.
d. Kontraindikasi : Penderia hipersensitif, Bayi dibawah 6 bulan, Wanita hamil dan menyusui,
Depress pernapasan, Glaucoma sudut sempit, Gangguan pulmoner akut, Keadaan Phobia
e. Efek samping : Mengantuk,ataksia. kelelahan Erupsi pada kulit. edema, mual dan konstipasi,
gejala-gejala ekstra pirimidal. jaundice dan neutropenia. perubahan libido, sakit kepala,
amnesia, hipotensi. gangguan visual dan retensi urin, incontinence.
f. Farmakodinamik : Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu
potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada
sistim syaraf pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan
oxazepam. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 2 jam pemberian oral. Waktu paruh
bervariasi antara 20 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam bervariasi hingga 100
jam, tergantung usia dan fungsi hati.
g. Dosis maksimum : dewasa 40 mg, anak 0,12-0,8 mg/kg BB (>6 bulan- 12 tahun)
h. Waktu paruh : 20-50 jam
i. Interaksi : Penggunaan bersama obat-obat depresan Susunan Syaraf Pusat atau alkohol dapat
meningkatkan efek depresan. Cimetidin dan Omeprazol mengurangi bersihan benzo-diazepin.
Rifampisin dapat meningkatkan bersihan benzodiazepin.
LORAZEPAM
a. Nama Dagang, Bentuk Sediaan, Dosis, Waktu Paruh :

Ativan : Tab 0.5-1-2 mg; dosis anjuran : 2-3x 1 mg/ hari; dosis maksimal : 10 mg; waktu
paruh : 10-20 jam

Renaquil : Tab 1 mg

Merlopam : Tab 0.5-2 mg

b. Indikasi : terapi jangka pendek untuk anxietas atau anxietas dengan depresi
c. Kontraindikasi : glaukoma sudut tertutup, gangguan pernafasan, sleep apnue syndrome
28 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

d. Dosis maksimum : dewasa 10mg, anak (belum dilakukan penelitian)


e. Waktu paruh : 10-20 jam
f. Efek Samping : pandangan menjadi kabur, kejang, gangguan berjalan, demam, kesulitan
bernafas/ menelan, detak jantung tidak teratur
ALPRAZOLAM
a. Nama Dagang, Bentuk Sediaan, Dosis, Waktu Paruh :
Xanax : tab 0.25 mg, 0.5 mg, 1 mg, 2 mg; dosis maksimal : 4 mg; waktu paruh : 12-15 jam
b. Indikasi : terapi jangka pendek-sedang anxietas
c. Kontraindikasi : hipersensitifitas benzodiazepine, glaukoma sudut tertutup, gangguan
pernafasan, sleepapnue syndrome
d. Dosis maksimum : dewasa 4 mg, anak (belum dilakukan penelitian)
e. Waktu paruh : 12-15 jam
f. Efek Samping : mengantuk, kelemahan otot, ataksia, amnesia, depresi, bingung, halusinasi,
pandangn kabur, insomnia, reaksi paradoksikal, tremor, hipotensi, ganggian GIT, ruam,
perubahan libido, mens tidak teratur, retensi urin, dikrasia darah, ikterus.
2.2.4. GOLONGAN NON-BENZODIAZEPINE
BUSPIRONE
a. Nama dagang : Xiety
b. Dosis anjuran : 5 mg 3x/hari
c. Bentuk sediaan : tablet (10mg)
d. Indikasi : gangguan anxietas dengan/tidak dengan depresi
e. Kontraindikasi : hipersensitif terhadap buspirone
f. Efek samping : pusing, mual, sakit kepala, diare, gugup, bingung, kesemutan
g. Farmakodinamika : Buspirone diabsorbsi dengan baik dari saluran gastrointestinal dan tidak
dipengaruhi asupan makanan. Obat ini mencapai kadar puncak plasma dalam 60 hingga 90
menit setelah pemberian oral. Waktu paruh yang pendek (2 hingga 11 jam) memerlukan dosis
3 kali sehari. Berlawanan dengan benzodiazepine dan barbiturat yang bekerja pada saluran
ion klorida terkaitaminobutyric acid (GABA), buspirone tidak memiliki efek pada
mekanisme reseptor ini. Buspirone lebih bekerja sebagai agonis atau agonis parsial pada
reseptor serotonin 5-HTIA. Buspirone juga memiliki aktivitas pada reseptor 5-HT2 dan
29 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

reseptor dopamine tipe 2 (D2), meskipun makna efek pada reseptor ini tidak diketahui. Pada
reseptor D2, obat ini memilikisifat agonis dan antagonis. Fakta bahwa buspirone memerlukan
2 hingga 3 minggu untuk menghasilkan efek terapeutik mengesankan bahwa apapun efek
awalnya, efek terapeutik buspirone dapat meliputi modulasi beberapa neurotransmitter dan
mekanisme intraneuronal.
h. Interaksi obat : Pemberian buspirone dan haloperidol (haldol) bersamaan mengakibatkan
meningkatnya konsentrasi haloperidol di dalam darah. Buspirone sebaiknya tidak digunakan
dengan monoamine oxidase inhibitor (MAOI) utnuk menghindari episode hipertensif, dan
diantara penghentian penggunaan MAOI dengan dimulainya terapi buspirone harus terdapat
periode pembersihan selama 2 minggu. Erythromycin, itraconazole, nefazodone dan dapat
meningkatkan konsentrasi buspirone di dalam plasma.
i. Dosis Maksimum : adults (60mg),children (non-FDA approved)
j. Waktu Paruh : 2-3 jam
HYDROXYZINE
a. Nama dagang : Bestalin
b. Dosis anjuran : 25 mg 3x/hari
c. Bentuk sediaan : syrup10 mg/5mL, tablet (25mg)
d. Indikasi : pruritus alergi, menghilangkan anxietas, insomnia
e. Kontraindikasi : hamil dan menyusui
f. Efek samping : mengantuk, mulut kering, hidung mampet, konstipasi, penglihatan
terganggu, peningkatan detak jantung, pusing, kesulitan berkemih, rash kulit, bingung,
disorientasi, peningkatan tekanan bola mata, memperparah glaucoma
g. Dosis Maksimum : adults (600mg), children (2mg/kg)
h. Waktu Paruh : 20 jam

Class

Drug

Dose Range mg/d

30 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

T1/2

Referat Psikotropika

Benzodiazepine
Long acting

Short acting

Azapirone

Clonazepam

0.25

18-50

Diazepam (Valium)

2-40

30-100

Chlordiazepoxide

5-300

30-100

Flurazepam

15-30

50-160

Alprazolam

0.25-4.0

6-20

Lorazepam (Ativan)

0.5-6.0

10-20

Oxazepam

10-120

8-12

Temazepam

7.5-30

8-20

Triazolam

0.125-0.5

1.5-5

Buspirone (Buspar)

20-60

2-11

Zopiclone

5-7.5

3.8-6.5

2.3. ANTIDEPRESAN
2.3.1. PENDAHULUAN
Depresi merupakan gangguan psikiatri yang banyak ditemukan, terjadi pada sekitar 14 juta
orang dewasa di Amerika Serikat setiap tahunnya. Prevalensi depresi di Amerika Serikat
diperkirakan sebesar 16 % pada orang dewasa (21% wanita, 13% pria), atau lebih dari 32 juta orang.
Gejala utama depresi yaitu afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya
energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Sedangkan
Gejala lainnya berupa konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, dan pandangan masa depan yang suram
dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan
nafsu makan terganggu. Gejala-gejala depresi adalah perasaan kesedihan yang berlebihan, putus asa,
dan keputusasaan, serta ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas seperti biasa, perubahan pola
tidur dan nafsu makan, kehilangan energi, dan pikiran untuk bunuh diri.
Semua antidepresi yang berguna di klinik secara langsung atau tidak langsung memperkuat
kerja neropinefrin, dopamin, dan atau serotonin otak. Bersama dengan bukti lain, terjadi teori amina
biogenik, yang menyatakan bahwa depresi disebabkan defisiensi monoamin seperti norepinefrin dan
serotonin pada tempat-tempat penting dalam otak.
Antidepresan terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu tricylic antidepressants (TCA),
selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), serotonin/norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI),
31 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

atypical antidepressants, dan monoamine oksidase inhibitors (MAOI). Perbedaan jenis antidepresan
membedakan efektivitas, keamanan dan efek samping oleh karena itu pemilihan antidepresan
berdasarkan beberapa kriteria, antara lain, tolerabilitas, reaksi obat sebelumnya, kondisi medis yang
menyertai, interaksi obat dan faktor harga yang sesuai dengan kemampuan pasien.
2.3.2. SELECTIVE SEROTONIN REUPTAKE INHIBITOR (SSRI)
SSRI (Selective Serotonin-Reuptake Inhibitor) secara umum diterima sebagai obat lini
pertama. SSRI atau inhibitor ambilan kembali serotonin selektif merupakan grup kimia antidepresan
baru yang khas, hanya mengambil ambilan serotonin secara spesifik. Dibanding dengan antidepresan
trisiklik, SSRI menyebabkan efek antikolinergik lebih kecil dan kardiotoksisitas lebih rendah.
Namun demikian, SSRI harus digunakan secara seksama sampai nanti setelah efek jangka panjang
diketahui (Mycek, et al., 2001).
FLUOKSETIN
Struktur fluoksetine HCl :

(Anonim, 2008).
a. Indikasi : indikasi utama fluoksetin, yang lebih unggul daripada antidepresan trisiklik, adalah
depresi. Digunakan pula untuk mengobati bulimia nervosa dan gangguan obsesi kompulsif.
Untuk

pelbagai

indikasi

lain,

termasuk

anoreksia

nervosa,

gangguan

panik,

nyeri

neuropatidiabetik dan sindrom premenstrual (Mycek, et al., 2001).


b. Dosis maksimum : dewasa 80 mg, anak 20 mg (> 7 tahun)
c. Mekanisme Kerja : SSRI menyebabkan peningkatan serotonin ekstraseluler yang paa
awalnya mengaktivasi autoreseptor, suatu aktivitas yang menghambat pelepaan serotonin dan
menurunkan serotonin ekstraseluler ke kadar sebelumnya. Akan tetapi, dengan terapi kronis,
autoreseptor inhibisi mendesensitisasi dan selanjutnya terdapat penigkatan yang menetap pada
pelepasan serotonin otak depan yang menyebabkan efek terapeutik (Neal, 2006).
32 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

d. Farmakokinetik : Resorpsinya dari usus baik, makanan menurunkan kecepatannya tetapi


jumlah totalnya tidak dipengaruhi. Fluoksetin dalam terapi terdapat sebagai campuran R dan
enantiomer S yang lebih aktif. Kedua senyawa mengalami demetilasi menjadi metabolit aktif,
norfluoksetin. Fluoksetin dan Norfluoksetin dikeluarkan secara lambat dari tubuh dengan waktu
paruh 1 sampai 10 hari untuk senyawa asli dan 3-30 hari untuk metabolit aktif. Dosis terapi
fluoksetin diberikan secara oral dan konsentrasi plasma yang mantap tercapai setelah beberapa
minggu pengobatan. Fluoksetin merupakan inhibitor kuat untuk isoenzim sitokrom P-450 hati
yang berfungsi untuk eliminasi obat antidepresan trisiklik, obat neuroleptika dan beberapa obat
antiaritmia dan antagonis -adrenergik.Pada hewan,S-norfluoksetin sangat kuat dan merupakan
inhibitor selektif ambilan serotonin dan pada dasarnya sama dengan R- atau S-fluoksetin. RNorfluoksetin kurang poten untuk obat yang menghambat ambilan serotonin. Catatan : Kira-kira
7% kulit putih tidak mempunyai enzim P-450 dan karenanya metabolisme fluoksetin sangat
lambat (Mycek, et al., 2001).
e. Akumulasi dan Eliminasi :
Eliminasi yang relatif lambat dari fluoxetin (t1/2 eliminasi 1-3 hari setelah pemberian akut
dan 4-6 hari untuk pemberian kronis (jangka panjang)), untuk metabolit aktif (Norfluoxetin)
t1/2 eliminasinya yaitu 4-16 hari, jika diberikan secara akut dan kronis. Akumulasi yang signifikan
terjadi pada waktu pemberian jangka panjang dan untuk mencapai ke steady state sangat
lambat, juga pada pemakaian dosis tertentu. Setelah 30 hari dengan dosis sebesar 40 mg/hari,
konsentrasi plasma yang fluoxetin teramati berada dalam range 91-302 ng/ml dan norfluoxetine
dalam range 72-258 ng/ml(Anonim, 2008).
Konsentrasi plasma fluoxetine lebih tinggi dari yang diperkirakan oleh studi dosis
tunggal, karena metabolisme fluoxetine tidak sebanding untuk mengobati. Tetapi, norfluoxetine,
mempunyai linear farmakokinetik. Berarti, t1/2 eliminasinya setelah dosis tunggal adalah 8,6 hari
dan setelah pemberian dengan dosis ganda ialah 9,3 hari. Tingkat steady state setelah dosisnya
diperpanjang adalah 4-5 minggu (Anonim, 2008).
f. Farmakokinetik pada geriatri (orang tua)
Pengaturan dosis tunggal fluoxetin pada subjek uji sehat yang tergolong tua (berumur >
65 tahun) tidak berbeda signifikan dari subjek uji normal yang lebih muda. Efek metabolisme
fluoxetin berdasarkan umur telah diselidiki pada 260 orang tua, tetapi pasien sehat (berumur 60
tahun) penggunaanya dibatasi, yaitu 20 mg fluoxetine untuk 6 minggu. Konsentrasi plasma untuk
kombinasi fluoxetine plus norfluoxetine adalah 209.3 85.7 ng/mL pada 6 minggu
terakhir (Anonim, 2008).
33 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

g. Farmakokinetik pada pediatri (anak-anak dan remaja)


Farmakokinetik fluoxetine dievaluasi pada 21 pasien pediatri (10 anak-anak berumur
6<13 tahun, 11 orang kaum remaja dengan umur 13 < 18 tahun) didiagnosa menderita gangguan
depresi mayor atau OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Fuoxetine dengan dosis 20 mg/ hari
diberikan sampai 62 hari. Konsentrasi rata-rata steady state fluoxetine pada anak-anak 2 kali lipat
lebih tinggi dari kaum remaja (171 ng/ml untuk anak-anak dan 86 ng/ml untuk remaja).
Konsentrasi rata-rata steady state norfluoxetine pada anak-anak 1,5 kali lipat lebih tinggi dari
kaum remaja (195 ng/ml untuk anak-anak dan 113 ng/ml untuk remaja) (Anonim, 2008)
Parameter
Cx (ng/ml)
tmax (h)
AUC (ng.h/ml)
T1/2 (h)
Parameter
Cmax (ng/ml)
tmax (h)
AUC
(ng.h/ml)
t1/2 (h)
Parameter Farmakokinetik Fluoxetine

Fluoxetin
Norfluoxetin
87.2 4.8
113.0 7.3
6.7 0.4
23.8 6.4
340.9 806.1
26043.2 1627.2
85.4 7.8
288.4 24.0
Fluoksetin
Norfluoksetin
87.2 4.8
113.0 7.3
6.7 0.4
23.8 6.4
6340.9 806.1
26043.2 1627.2
85.4 7.8
288.4 24.0
dan metabolitnya (Norfluoxetine) untuk sukarelawan sehat,

pria berumur 20 tahun (Carrasco, et al., 2001).


i. Efek samping : hilang libido, ejakulasi terlambat dan anorgasme, dapat menimbulkan kejang.
j. Dosis : Pada depresi dan OCD oral 20 mg sehari, bila perlu dinaikkan setiap 2 minggu sampai
maksimal 60 mg sehari dalam dua dosis (Mycek, et al., 2001).
k. Interaksi :

SSRI dengan alkohol : efek mungkin ditingkatkan

SSRI dengan antiaritmia : kadar plasma flekainida dinaikkan oleh fluoksetin

SSRI dengan antikoagulan : efek nikoumalona dan warfarin ditingkatkan

SSRI dengan antidepresan lain : efek pada SSP dari MAOI meningkat (resiko toksisitas);
SSRI tidak boleh dimulai sampai 2 minggu setelah penghentian MAOI; sebaliknya MAOI
tidak boleh dimulai sampai setidaknya satu mingu setelah SSRI dihentikan (setidaknya 5
minggu untuk fuoksetin); dengan moklobemid, kadar plasma dapat beberapa trisiklik
meningkat, terjadi agitasi dan nausea dengan triptofan (Anonim, 2000).

34 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

ESITALOPRAM OKSALAT (merupakan isomer dari sitalopram)


a. Nama dagang : cipralex
b. Bentuk sediaan : tablet salut selaput 5 mg, 10 mg, 15 mg
c. Dosis anjuran : penyakit depresi dan gangguan anxietas secara umum (generalized anxiety
disorder), 10 mg 1x/hari, dapat ditingkatkan jika diperlukan hingga maksimal 20 mg/hari; lansia,
1/2 dosis awal dewasa, dosis pemeliharaan yang lebih rendah diperlukan, anak dan remaja
dibawah 18 tahun tidak dianjurkan. Gangguan panik; dosis awal 5 mg /hari, ditingkatkan hingga
10 mg/hari, setelah 7 hari ; maksimal 20 mg/hari; lansia, setengah dosis awal dewasa; anak dan
remaja dibawah 18 tahun, tidak dianjurkan. Gangguan anxietas (social anxiety disorder), dosis
awal, 10 mg per hari, disesuaikan setelah 2-4 minggu; dosis lazim : 5-20 mg per hari; anak dan
remaja dibawa 18 tahun tidak dianjurkan.
d. Efek samping : hipotensi postural, sinusitis, fatigue, depersonalisasi, yawning, pyrexia, gangg
pengecapan, memberikan efek berlawanan, memberikan efek berlawanan yaitu memberikan efek
depresi pada tahap awal, mengatasi gangg panik (kurangi dosis)
SERTRALIN
a.

Nama dagang dan bentuk sediaan :


antiresan (Tablet salut selaput 50 mg)
deptral (captab 50mg)
fridep (tablet salut selaput 50mg)
nudep (tab 50 mg)
serloft (captab salut selaput 50 mg)
sernade (tab selaput 50 mg)
zerlin (tab salut selaput 50 mg)
zoloft (tab salut selaput 50-100 mg)

b.

Dosis anjuran : 10-15 mg/hari, peningkatan dosis tidak boleh dilakukan sebelum 2 minggu.
anak remaja di bawah 12 tahun tidak direkomendasikan

c.

Dosis maksimal : depresi, dosis awal 50 mg per hari, naikan dosis jika perlu sebesar 50 mg
dalam beberapa minggu higga maksimum 200 mg per hari; dosis perawatan : 50 mg per hari;
anak anak dan remaja dan dibawah 18 tahun tidak direkomendasikan; kelainan obsesif kompulsif
(OCD); dewasa dan remaja lebih dari 13 tahun dosis awal lebih dari 50 mg per hari, naikan dosis
jika perlu secara bertahap sebanyak 50 mg selama beberapa minggu; interval dosis lazim 50200mg per hari; anak anak umur 6-12 tahun dosis awal 25 mg per hari, naikan dosis hingga 50
35 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

mg per hari setelah 1 minggu, selanjutnya naikan dosis kembali jika perlu sebanyak 50 mg
dengan interval paling tidak 1 minggu (maksimum 200 mg per hari); anak anak dibawah 6 tahun
tidak direkomendasikan; kelainan stress post trauma dosis awal 25 mg per hari naikan setelah 1
minggu menjadi 50 mg per hari; jika respon yang terjadi hanya sebagiandan jika obat menjadi
ditoleransi, dosis dinaikan secara bertahap sebanyak 50 mg selama beberapa minggu hingga 200
mg per hari.anak dan remaja dibawah 18 tahun tidak direkomendasikan
d.

Indikasi : depresi termasuk depresi yang timbul karena anxietas pada pasien dengan atau
tanpa mania, kelainan OCD, stress pasca trauma

e.

Kontraindikasi

hipersensitivitas

komponen,obat,

penggunaan

bersama

inhibitor

monoaminoxidase (MAOIS) dan penggunaan bersama pimoxide


f.

Efek samping : takikardi, hipotensi postural, bingung, amnesia, perilaku agresif, psikosis,
pankreatitis, hepatitis, jaundice, kegagalan hatim ireguler menstruasi, parasthesia juga dilaporkan
terjadi trombositopenia (belum ada bukti hubungan sebab akibat)

g.

Interaksi : hati-hati jika diberikan dalam kombinasi dengan obat yang bekerja sentral dan
2.3.3. SEROTONIN NOREPINEPHRINE REUPTAKE INHIBITOR ( SNRI )
SNRI merupakan antidepresan efektif dengan onset kerja yang lebih cepat dibanding
antidepresan lain jika dosis ditingkatkan dengan cepat. Bekerja dengan menghambat ambilan
kembali serotonin dan norepinefrine yang poten serta menghambat ambilan kembali dopamin yang
lemah. Tidak memiliki aktivitas pada reseptor muskarinik , nikotinik , histaminergik , opioid ,
adrenergik dan tidak aktif sebagai MAOI
Efek samping yang umum berupa mual pusing , mulut kering , penglihatan kabur dan
disfungsi seksual ( gangguan ereksi , impotensi dan orgasme abnormal )
Interaksi obat : bila diberi bersamaan, akan meningkatkan konsentrasi plasma haloperidol . SNRI
tidak boleh digunakan selama 14 hari setelah MAOi.
2.3.4. ANTIDEPRESI TRISIKLIK/POLISIKLIK
a. Nama Dagang, Bentuk Sediaan, Dosis, Waktu Paruh :

Imipramin (tofranil) : tab. 25 mg ; dosis anjuran : 75-150 mg/h; dosis maksimal : 300
mg; waktu paruh : 11-25 jam.

Amitriptilin (amitriptyline) : drag 25 mg; dosis anjuran : 75-150 mg/h; dosis maksimal :
300 mg ; waktu paruh 10-28 jam

36 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Desipramin (Norpramin) : tab. 10 mg, 25 mg, 50 mg, 75 mg, 100 mg, 150 mg; dosis
maksimal : 300 mg; waktu paruh : 24 jam

Nortriplin (Pamelor) : tab. 10 mg, 25 mg, 50 mg, 75 mg; dosis maksimal : 150 mg; waktu
paruh : 36 jam

Protriptilin (Vivactil) : tab 5 mg, 10 mg; dosis maksimal : 60 mg; waktu paruh : 74 jam.

Doksepin (Sinequan) : tab 10 mg, 25 mg, 50 mg, 75 mg, 100 mg, 150 mg; dosis maksimal
: 300 mg; waktu paruh : 8-24 jam

Amoksapin (Asendin) : tab 25 mg, 50 mg, 100 mg, 150 mg; dosis maksimal : 600 mg;
waktu paruh : 8 jam

Maprotilin (Ludiomil) : tab. 25 mg, 50 mg, 75 mg; dosis maksimal : 225 mg; waktu paruh
: 51 jam

Pemberian TCA dimulai dengan dosis rendah yang ditingkatkan secara bertahap setelah
7-10 hari tidak ada reaksi. Bila setelah 2 minggu masih tidak ada reaksi, dosis boleh
ditingkatkan lagi. Reaksi klinik mungkin terlambat dan dicapai setelah 4 minggu
pemberian. Pada usia lanjut dan pasien dengan gagal ginjal dan hepar, berikan dalam
dosis kecil dan titrasi yang lebih bertahap untuk meminimalkan toksisitas. Penghentian
obat secara mendadak dapat menyebabkan fenomena rebound pada efek samping
kolinergik, oleh karena itu turunkan dosis secara bertahap sebanyak 25-50 mg setiap 3-7

hari.
b. Indikasi :
Antidepresan trisiklik efektif mengobati depresi mayor yang erat. Beberapa gangguan
panik juga responsif dengan TCA, lmipramin telah digunakan untuk mengontrol
ngompol (kencing ditempat tidur) anak-anak (lebih tua dari 6 tahun) karena obat
menyebabkan kontraksi sfingter interna kandung kencing. Pada waktu ini digunakan
secara hati-hati karena terjadi aritmia jantung dan masalah kardiovaskular lainnya yang
berbahaya.

Depresi berat termasuk depresi psikotik kombinasi dengan pemberian antipsikotik,


depresi melankolik dan beberapa jenis ansietas. Klomipramin banyak digunakan untuk
gangguan obsesif kompulsif penggunaan lainnya adalah untuk migren, sakit kepala,
enuresis dan nyeri kronik.

c. Kontraindikasi : reaksi silang dengan benzodiasepin, fase akut : AMI, hamil


d. Efek Samping :
37 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Efek antimuskarinik : Penghambatan reseptor asetilkolin menyebabkan penglihatan


kabur, mulut kering, retensi urine, konstipasi dan memperberat glaukoma.

Kardiovaskular : Peningkatan aktivitas katekolamin menyebabkan stimulasi jantung


berlebihan yang dapat membahayakan

Hipotensi ortostatik : TCA menghambat reseptor a-adrenergik sehingga terjadi hipotensi


ortostatik dan takikardia yang refleks. Pada praktik klinik, masalah ini sangat penting
terutama untuk orang tua.

Sedasi

Perhatian : Antidepresan trisiklik harus digunakan berhati-hati pada pasien mania


depresi, karena dapat menutupi tingkah maniak. Pemberian pada pasien usia lanjut dan
penderita kondisi medis lain khususnya penderita jantung juga harus berhati-hati. Usia
lanjut sangat sensitif terhadap efek samping berkaitan dengan interaksi TCA dengan alpha
adrenergik sehingga menyebabkan pasien jatuh dan patah tulang. Antidepresan trisiklik
mempunyai indeks terapi yang sempit sehingga berbahaya bila mengalami overdosis.
misalnya 5-6 kali dosis maksimal harian imipramin dapat letal. Pasien depresi yang ingin
bunuh diri harus diberikan obat secara terbatas dan perlu dimonitor.

e. Farmakodinamika :

Menghambat uptake neurotransmiter: TCA menghambat ambilan norepinefrin dan


serotonin neuron masuk ke terminal saraf prasinaptik. Dengan menghambat jalan utama
pengeluaran neurotransmiter, TCA akan meningkatkan konsentrasi monoamin dalam
celah sinaptik, menimbulkan efek antidepresan. Selanjutnya, penghambatan ambilan
neurotransmiter terjadi segera setelah pemberian obat sedangkan efek antidepresan TCA
memerlukan beberapa waktu setelah pengobatan terus menerus.

Penghambatan reseptor: TCA juga menghambat reseptor serotonik, a-adrenergik,


histamin dan muskarinik.

TCA meningkatkan pikiran, memperbaiki kewaspadaan mental, meningkatkan aktivitas


fisik dan mengurangi angka kesakitan depresi utama sampai 5O-70% pasien. Peningkatan
perbaikan alam pikiran lambat, memerlukan 2 minggu atau lebih.

f. Farmakokinetik :

Absorbsi dan distribusi: TCA mudah diabsorbsi per oral dan karena bersifat lipofilik,
tersebar luas dan mudah masuk SSP.

38 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Metabolisme : Obat-obat ini dimetabolisme oleh sistem mikrosomal hati dan dikonjugasi
dengan asam glukuronat. Akhirnya, TCA dikeluarkan sebagai metabolit non-aktif melalui
ginjal.

2.3.5. ANTIDEPRESAN ATIPIKAL


Merupakan antidepresan yang tidak dapat dimasukkan dalam klasifikasi antidepresan
sebelumnya antara lain Bupropion , Trazodone , Nefazodone.
Bupropion merupakan agen lini pertama terapi depresi dan penghentian rokok dan cukup efektif
dalam kombinasi dengan SSRI. Bupropion tidak menyebabkan inhibisi fungsi seksual dan
menyebabkan penurunan berat badan.
Mekanisme antidepresan masih belum dimengerti diperkirakan melalui inhibisi ambilan
dopamin.
Keunggulan utama bupropion adalah tidak adanya hipotensi ortostatik terkait obat bermakna ,
penambahan berat badan , mengantuk di siang hari dan efek antikolinergik yang bermakna dan tidak
menyebabkan efek samping pada fungsi seksual. Kombinasi bupropion + fluoxetin efektif untuk
semua tipe depresi. Efek samping berupa sakit kepala, insomnia , mual , gelisah
Trazodone dan nefazodone secara kimia memiliki kesamaan. Merupakan inhibitor lemah
ambilan kembali serotonin, antagonismenya pada reseptor serotonin 5HT2a dianggap mengurangi
ansietas dan depresi . Efek samping berupa hipotensi ortostatik , priapismus ,mual , pusing.
Nefazodone tidak pernah dilaporkan mengakibatkan priapismus. Trazodone mempunyai efek sedatif,
nefazodone tidak memiliki.
2.3.6. MONOAMIN OKSIDASE INHIBITORS (MAOI)
Monoamin oksidase (MAO) adalah suatu enzim mitokondria yang ditemukan dalam jaringan
saraf dan jaringan lain, seperti usus dan hati. Inhibitor MAO mengnonaktifkan enzim secara
ireversibel atau reversibel. Penggunaan inhibitor MAO sekarang terbatas karena pembatasan diet
yang dibutuhkan pasien pengguna inhibitor MAO.
A. Cara kerja
Sebagian besar inhibitor MAO menyebabkan inaktivasi yang ireversibel. Ini mengakibatkan
peningkatan depot norepinefrin, serotonin dan dopamin dalam neuron dan difusi selanjutnya sebagai
neurotransmiter yang berlebih ke dalam ruang sinaptik.

39 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Gambar : mekanisme kerja MAO inhibitor


B. Pengguna dalam terapi
MAOI digunakan untuk pasien depresi yang tidak responsif atau alergi dengan antidepresan
trisiklik atau yang menderita ansietas hebat. Pasien dengan aktivitas psikomotor lemah dapat
memperoleh keuntungan dari sifat stimulasi MAOI ini.
C. Farmakokinetik
Obat-obat ini mudah diabsorbsi pada pemberian oral tetapi efek antidepresan memerlukan 24 minggu pengobatan. Regenerasi enzim jika dinonaktifkan secara ireversibel terjadi dalam beberapa
minggu setelah penghentian pengobatan. Dengan demikian jika merubah obat antidepresan, mesti
disediakan waktu minimum 2 minggu setelah penghentian terapi MAOI. Obat ini dimetabolisme dan
diekskresikan dengan cepat dalam urin.
D. Efek samping
Efek samping yang hebat dan sering tidak diramalkan membatasi penggunaan MAOI.
Misalnya, tiramin, terdapat dalam makanan tertentu, seperti keju tua, hati ayam, bir dan anggur
merah biasanya diinaktifkan oleh MAO dalam usus. Orang-orang yang menerima MAOI tidak dapat
menguraikan tiramin yang diperoleh dalam makanan ini. Tiramin menyebabkan lepasnya
katekolamin dalam jumlah besar sehingga terjadi sakit kepala, takikardia, mual, hipertensi, aritmia
jantung dan stroke. Efek samping lain dalam pengobatan MAOI termasuk mengantuk, hipotensi
ortostatik, penglihatan kabur, mulut kering, disuria dan konstipasi. MAOI dan SSRI jangan diberikan
bersamaan karena bahaya sindrom serotinin yang dapat mematikan
AMITRIPILYN HYDROCHLORIDA
a. Nama dagang, bentuk, dan sediaan :
40 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Amitriptyline tablet salut selaput 25 mg


Amitriptilina hcl tablet salut selaput 25 mg
Triline tablet salut selaput 25 mg
Zefazym tablet salut selaput 25 mg
b. Dosis : oral : depresi : dosis awal 75 mg 1 kali (lansia dan remaja 30-75 mg/hari), dosis terbagi
atau dosis tunggal menjelang tidur, naikkan bertahap bila perlu, dosis maksimal : 150 mg, dosis
pemeliharaan lazim : 50-100mg/hari, anak <16 tahun tidak dianjurkan;
c. Indikasi : depresi, terutama bila diperlukan sedasi; nocturnal enuresis pada anak.
d. Kontraindikasi : infark miokardial yang baru, aritmia, mania, penyakit hati berat
e. Efek samping : mulut kering, sedasi, pandangan kabur, konstipasi, mual, sulit buang air kecil,
efek kadiovaskular (aritmia, hipotensi postural, takikardi, sinkop, terutama pada dosis tinggi),
berkeringat, tremor, ruam, gangguan perilaku, (terutama anak), gangguan fungsi seksual, perubahan
gula darah, napsu makan bertambah; lebih jarang terjadi : lidah hitam, ileus paralitik, kejang,
agranulositosis, leucopenia, eosinofilia, purpura, trombositopenia, hiponatremia, sakit kuning.
f. Peringatan : penyakit jantung (dengan aritmia), epilepsy, hamil, menyusui, lansia, gangguan faal
hati, penyakit tiroid, psikosis, glaucoma sudut sempit, retensi urin, bersamaan dengan terapi elektro
konvulsif, hindari pemutusan obat mendadak, hati-hati pada anastesi, porfiria.
2.4. ANTIMANIA
2.4.1. DEFINISI
Antimania dikenal sebagai mood stabilizer karena kerjanya terutama mencegah naik turunnya
mood pada pasien dengan gangguan bipolar (manik depresif). Obat acuan utama adalah litium
karbonat. Obat antimania tentunya memiliki efek samping yang perlu diketahui agar pengobatan
klinis bisa efisien dan sesuai dengan proporsi dan tentunya agar mencapai target terapi. Untuk itu
kita harus mengenali obat antimania ini terlebih dahulu, karena selain manfaatnya, antipsikotik juga
mempunyai kerugian yang menyertainya.
2.4.2. INDIKASI PENGGUNAAN
Butir-butir diagnostik Sindrom Mania

Dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan afek
(mood, suasana perasaan) yang meningkat, ekspresif atau iritabel.

Keadaan tersebut disertai paling sedikit 4 gejala berikut:


41 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

1.

Peningkatan aktivitas (di tempat kerja, dalam hubungan social atau seksual) atau ketidaktenangan fisik.

2.

Lebih banyak berbicara dari lazimnya atau adanya dorongan untuk berbicara terus-menerus.

3.

Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayalan subjektif bahwa pikirannya sedang
berlomba.

4.

Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat bertaraf sampai waham/delusi).

5.

Berkurangnya kebutuhan tidur.

6.

Mudah teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik kepada stimulus luar yang
penting atau yang tidak berarti.

7.

Keterlibatan berlebih dalam aktivitas-aktivitas yang mengandung kemungkinan risiko tinggi


dengan akibat yang merugikan apabila tidak diperhitungkan secara bijaksana, misalnya
berbelanja berlebihan, tingkah laku seksual secara terbuka, penanaman modal secara bodoh,
mengemudi kendaraan (mengebut) secara tidak bertanggung jawab dan tanpa perhitungan.

Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanisfestasi dalam gejala: tidak
mampu bekerja, menjalin hubugan sosial, dan melakukan kegiatan rutin.
LITHIUM KARBONAT
Lithium karbonat adalah jenis garam lithium yang paling sering digunakan untuk mengatasi
gangguan bipolar, menyusul kemudian lithium sitrat. Sejak disahkan oleh Food and Drug
Administration (FDA) pada tahun 1970 untuk mengatasi mania akut, lithium masih efektif dalam
menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar. Efek samping yang ditimbulkan dari
penggunaan lithium hampir serupa dengan efek mengonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah
tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunan obat ini harus dilakukan tes
darah secara teratur untuk menentukan kadar lithium mengingat dosis terapeutik lithium berdekatan
dengan dosis toksik. Bagaimana kerja lithium sebenarnya dalam mengatasi mania belum diketahui
secara pasti, diduga ion lithium menimbulkan efek menstabilkan mood dengan menghambat inositol
monophosphatase (IMPase) dengan subsitusi satu dari dua ion magnesium pada sisi aktif IMPase.
IMPase merupakan enzim yang diyakini sebagai penyebab beberapa gangguan bipolar. Pendapat lain
mengatakan bahwa efek antimania lithium disebabkan oleh kemampuannya mengurangi dopamine
receptor supersensitivity dengan meningkatkan cholinergic-muscarinic activity dan menghambat
Cyclic AMP.
a. Indikasi
42 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Mengatasi episode mania. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat.
Lithium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar
dengan riwayat mania.
b. Dosis
Dosis lithium tergantung pada kebutuhan medis pasien, umur, berat badan dan fungsi ginjal.
Dosis dari lithium berkisar antara 600-2400 mg per hari, meskipun sebagian besar pasien akan stabil
pada 600-1200 mg per hari. Untuk tablet atau kapsul immediate release biasa diberikan 3 dan 4 kali
sehari. Sedangkan tablet controlled release diberikan dua kali sehari, interval 12 jam. Pemberian
dosis lithium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan
respon klinis. Pada mania akut, pasien biasanya memberikan respon optimal terhadap lithium
karbonat jika diberikan dosis 1800 mg per hari, dengan dosis terbagi.
Dosis ini secara normal akan menghasilkan kadar lithium serum yang diinginkan berkisar
antara 1 dan 1,5 mEq/l. Kontrol jangka panjang, kadar serum lithium yang diinginkan adalah 0,6 -1,2
mEq/l. Dosis bervariasi per individu, tapi biasanya berkisar 900 - 1200 mg per hari dalam dosis
terbagi. Monitor serum dilakukan setiap dua bulan. Pada pasien yang sangat sensitif biasanya
memperlihatkan tanda toksik pada kadar lithium serum dibawah 1,0 mEq/l.5
c. Interaksi obat
Penggunaan diuretik bersama lithium harus dilakukan hati-hati. Hal ini dikarenakan diuretik
yang menginduksi pengeluaran natrium, bisa mengurangi klirens renal lithium yang akan
menyebabkan kadar lithium serum meningkat dan risiko toksisitas juga meningkat. Begitu juga pada
pemberian bersamaan dengan beberapa obat lain seperti NSAID dan ACE inhibitor. Lithium
sebaiknya tidak diberikan pada pasien jantung dan ginjal. Tapi jika kondisi psikiatri pasien
mengancam jiwa dan pasien tidak berespon dengan obat lain, maka lithium bisa diberikan dengan
pengawasan yang sangat ketat.

Lithium + diuretika Thiazide = dapat meningkatkan konsentrasi serum Lithium sebanyak


50% risiko intoksikasi menjadi besar, sehingga dosis Lithium harus dikurangi 50% agar tidak
terjadi intoksikasi. Sedangkan loop diuretics, seperti Furosemid, kurang mempengaruhi
konsentrasi Lithium).

ACE inhibitors + Lithium = dapat meningkatkan konsentrasi serum Lithium sehingga


menimbulkan gejala intoksikasi.

Haloperidol + Lithium = efek neurotoksis bertambah (dyskinesia, ataksia), tetapi efek


neurotoksis tidak tampak pada penggunaan kombinasi Lithium dengan haloperidol dosis rendah
(kurang dari 20 mg/h). Keadaan yang sama untuk Lithium + Carbamazepine.
43 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

NSAID (e.g. Indometasin, ibuprofen) + Lithium = dapat meningkatkan konsentrasi serum


lithium, sehingga risiko intoksikasi menjadi besar.

Aspirin dan paracetamol (analgesics) tidak ada interaksi dengan lithium.


Pemeriksaan kadar lithium serum dilakukan tiap hari dan kemudian dilakukan pengaturan
dosis. Lithium sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena diduga bisa mendatangkan efek
merugikan bagi janin. Lithium juga disekresikan melalui air susu ibu, sehingga tidak dianjurkan
diberikan pada wanita yang menyusui. Penggunaan lithium pada anak usia dibawah 12 tahun
sebaiknya tidak dilakukan mengingat data keamanan dan keefektifan dari obat ini pada populasi ini
belum ada. Pemberian lithium pada orang tua harus dilakukan pengaturan dosis.
d. Dosis maksimal : dewasa 2400 mg, anak 2400 mg (> 2 tahun)
e. Waktu paruh : 24 jam
KARBAMAZEPIN
Karbamazepin adalah suatu obat iminodibenzyl yang secara structural mirip dengan
imipramine (tofranil) dan disetujui digunakan di Amerika Serikat sebagai anti epilepsi. Struktur
molekul adalah serupa dengan struk trisiklik dari imipramin. Karbamazepin sering digunakan
sebagai terapi alternatif pengganti lithium walaupun efeknya tidak sekuat lithium. Cara kerja
karbamazepin belum diketahui dengan pasti, dapat digunakan sebagai antimania akut dan terapi
profilaksis. Efek sampingnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan lithium.
a. Indikasi
Karbamazepin pertama-tama digunakan untuk pengobatan trigeminal neuralgia, kemudian
ternyata bahwa obat ini efektif terhadap bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik
(antikonvulsan) dan sebagai mood modulator. Saat ini karbamazepin merupakan antiepilepsi utama
di Amerika Serikat untuk mengatasi berbagai bangkitan kecuali bangkitan lena. Karbamazepin juga
dapat digunakan sebagai antimania dan terapi profilaksis. Indikasi penggunaan terapeutik
penggunaan karbamazepin adalah :

Epilepsi

Gangguan bipolar (mania, depresi)

Skizofrenia dan gangguan skizoafektif

Gangguan depresif

Gangguan pengendalian impuls


b. Dosis
44 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Karbamazepin biasanya dimulai dengan dosis 200-400 mg per hari dalam 3 atau 4 dosis dan
ditingkatkan menjadi 800-1000 mg per hari pada akhir minggu pertama pengobatan. Bila kemajuan
terapi tidak tercapai pada akhir minggu ke-2 pengobatan dan pasien tidak mempunyai efek
intoleransi obat maka dosis karbamazepin dapat ditingkatkan sampai 1600 mg per hari. Dosis
Anjuran untuk karbamazepin adalah 400-600 mg per hari 2-3 kali pemberian.
Dalam buku Farmakologi dan Terapi FK Universitas Indonesia diterangkan bahwa dosis
untuk anak di bawah 6 tahun adalah 100 mg per hari, anak usia 6-12 tahun adalah 2 kali 100 mg per
hari. Dosis awal untuk dewasa 2 kali 200 mg hari pertama, selanjutnya dosis ditingkatkan secara
bertahap. Dosis penunjang berkisar antara 800-1200 mg per hari untuk dewasa dan 20-30 mg per
KgBB untuk anak. Dengan dosis ini umumnya tercapai kadar terapi dalam serum 6-8 g/ml.
c. Interaksi Obat
Pemberian bersama lithium, obat anti psikotik, verapamil atau nifedipin dapat mencetuskan
efek merugikan sistem saraf pusat akibat karbamazepin. Karbamazepin dapat menurunkan kadar
kontrasepsi oral dalam darah, dan menyebabkan perdarahan banyak. Karbamazepin tidak boleh
digunakan bersama monoamin oksidase inhibitor (MOAI) dan MOAI harus dihentikan sekurangkurangnya dua minggu sebelum terapi karbamzepin dimulai. Fenobarbital dan Fenitoin dapat
meningkatkan kadar karbamazepin, dan biotransformasi karbamazepin dapat dihambat oleh
eritromisin. Konversi primidon menjadi fenobarbital ditingkatkan oleh karbamazepin, sedangkan
pemberian karbamazepin bersama asam valproat akan menurunkan kadar asam valproat.
d. Dosis maksimal : dewasa 1600 mg, anak (belum ada penelitian)
e. Waktu paruh : 26-65 jam
NATRIUM DIVALPROEX
Natrium divalproex adalah obat antikonvulsan, namun juga digunakan dalam terapi mania
dan untuk membantu mencegah sakit kepala migrain. Di Amerika Serikat dijual dengan berbagai
nama dagang seperti Depacon, Depakene, Depakote dan Depakote sprinkle. Obat ini secara kimia
dibentuk oleh gabungan antara natrium valproat dan asam valproat dengan perbandingan 1 : 1.
Pertama kali ditemukan pada tahun 1963 mempunyai efek sebagai antikonvulsan dan pada tahun
1978 diperbolehkan digunakan di Amerika Serikat. Melalui penelitian yang dlakukan pada tahun
1995 ditemukan bahwa natrium divalproex juga efektif sebagai antimania.
a. Nama Dagang, Bentuk Sediaan, Dosis, Waktu Paruh :
Sediaan natrium divalproex (Depakote) tersedia dalam tablet 125 mg, 250 mg, 500 mg; dosis anjuran
: 3x250 mg/h; dosis maksimal : 60 mg/kg; waktu paruh 9-16 jam; bentuk kapsul 125 mg dan bentuk
45 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

sirup 250 mg per 5 ml. Untuk penanganan mania, terapi diawali dengan dosis harian 750 mg. Pada
beberapa pasien dosis harus ditingkatkan sampai 1000 mg per hari.
b. Indikasi : Obat ini efektif untuk penanganan epilepsi, baik bangkitan sederhana, kompleks, absen,
campuran dan tonik klonik (grand mall). Natrium divalproex ini juga digunakan untuk penanganan
gangguan bipolar episode manik pada dewasa, dan mencegah sakit kepala migrain. Natrium
divalproex juga merupakan alternatif terapi yang penting sebagai pengganti lithium dalam
penggunaan dengan tujuan pemeliharaan untuk kasus kasus gangguan bipolar (terutama pada pasien
dengan siklus berulang), penderita dengan riwayat disforia atau mania campuran, gangguan anxietas,
atau penyakit otak organik.
c. Kontraindikasi : penyakit hati atau gangguan hati yang signifikan, gangguan siklus urea
d. Efek Samping : mual, muntah, gangguan pencernaan, diare, kram perut, konstipasi, anoreksia,
sedasi, sakit kepala, pusing, nistagmus, ruam kulit, eritema multiformis
e. Interaksi Obat :
Natrium divalproex dimetabolisme di hati. Konsentrasi obat lain dalam tubuh yang dimetabolisme di
hati dapat sangat menurun atau sangat meningkat bila dikombinasikan dengan natrium divalproex.
Tingkat konsentrasi natrium divalproex dapat meningkat apabila dikombinasikan dengan felbamat,
isoniazid, asam salisilat (aspirin), klaritomisin, eritromisin dan troleandomisin. Obat ini juga
meningkatkan kadar karbamazepin, fenitoin, lamotrigin, nimodipin, fenobarbital dan zidovudin.
Penggunaan dengan klonazepam mungkin dapat menimbulkan bangkitan lena. Kolestiramin dan
kolestipol dapat mengurangi absorsi dan konsentrasi natrium divalproex dalam darah.
HALOPERIDOL
Haloperidol adalah turunan butiropenon yang mempunyai aktivitas sebagai antipsikotik dan
efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan mania. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80%
penderita yang diobati dengan haloperidol. Pada orang normal efek haloperidol mirip fenotiazin
piperazin. Haloperidol memperlihatkan efek antipsikotik yang kuat dan efektif untuk mania dan
skizofrenia. Efek penotiazin piperazin dan butiropenon berbeda secara kuantitatif karena butiropenon
selain menghambat efek dopamin, juga meningkatkan turn over ratenya.
Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu
2-6 jam sejak obat diminum, menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam plasma
sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan
dieksresikan melalui empedu. Eksresi haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat
dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis tunggal.
46 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

a. Indikasi
Haloperidol diindikasikan pada keadaan

Psikosis akut dan kronis

alusinasi pada skizofrenia

Kelainan sikap dan tingkah laku pada anak


Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami eksitasi. Efek sedatif
haloperidol kurang kuat dibanding klorpromazin (CPZ), sedangkan efek haloperidol terhadap EEG
menyerupai CPZ yakni memperlambat gelombang teta. Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan
ambang rangsang konvulsif. Haloperidol menghambat sistem dopamin da hipotalamus, juga
menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin. Efek haloperidol terhadap sistem saraf
otonom lebih kecil daripada antipsikotik lain, walaupun haloperidol dapat menyebabkan pandangan
mata menjadi kabur (Blurring of Vision). Obat ini menghambat aktivitas reseptor alpa yang
disebabkan oleh amin simpatomimetik, tetapi hambatannya tidak sekuat hambatan CPZ. Haloperidol
menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan sehebat hipotensi akibat CPZ. Haloperidol
menyebabkan takikardi meskipun kelainan EKG belum pernah dilaporkan. Seperti halnya CPZ,
haloperidol menyebabkan galaktore.
b. Dosis
Sedian haloperidol terdapat dalam bentuk tablet 0,5mg, 1,5mg dan 5mg, serta dalam bentuk
likuor (injeksi) 2mg/ml dan 5mg/ml. Besarnya dosis tergantung kepada umur, keadaan fisik dan
derajat kehebatan gejalanya. Untuk dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun :

Dosis awal bila gejala sedang : 0,5-2 mg pemberian 2-3 kali per hari.

Dosis awal bila gejala berat : 3-5 mg pemberian 2-3 kali per hari. Untuk anak 3-12 tahun :
0,05-0,15 mg per KgBB per hari terbagi dalam 2-3 dosis pemberian. Selanjutnya dosis secara
bertahap disesuaikan dengan kebutuhan dan toleransi tubuh.
c. Interaksi Obat
Pemberian haloperidol dengan lithium akan mengurangi metabolisme masing-masing obat,
sehingga konsentrasi plasma kedua obat tidak akan meningkat. Pemberian haloperidol bersama
dengan methyldopa akan menimbulkan efek aditif hipotensif. Pemberian haloperidol bersamaan
dengan antikonvulsan, alkohol, depresan sistem saraf pusat dan golongan opioid dapat menimbulkan
efek potensiasi. Amfetamin dapat menurunkan efek haloperidol. Pembeian dengan epinefrin akan
menimbulkan hipotensi berat.
ASAM VALPROAT
47 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Valproat (depakene) juga disebut asam valproat karena obat ini dengan cepat diubah menjadi
bentuk asam di dalam lambung. Pertama kali diperkenalkan sebagai obat anti epileptik yang efektif
di tahun 1963. Di samping itu valproat dan karbamazepin telah terbukti efektif dalam terapi
gangguan bipolar.
Pemberian valproat per oral cepat diabsorsi dan kadar maksimal serum tercapai setelah 1
sampai 3 jam. Dengan masa paruh 8-10 jam kadar dalam darah stabil setelah 48 jam terapi.. Dari
suatu uji klinik terkendali, dosis valproat 1200 mg sehari, hanya menyebabkan kantuk, ataksia, dan
mual selintas. Terlalu dini untuk mengatakan bahwa obat ini aman untuk digunakan karena
penggunaannya masih terbatas.8 Sebelum penggunaan asam valproat dianjurkan untuk melakukan
uji darah komplit dan pemeriksaan faal hepar.
a. Indikasi
Indikasi pemberian asam valproat adalah :

Epilepsi

Gangguan bipolar

Gangguan skizoafektif

Gangguan mental lain : gangguan depresif berat, gangguan panik, gangguan stres pasca
trauma, gangguan bulimia nervosa, putus alkohol, dan hipnotik atau ansiolitik dan gangguan
eksplosif intermiten.
b. Dosis
Asam valproat tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg dan bentuk sirup 250 per 5 ml. Dosis
hari pertama adalah 250 mg diberikan bersama makanan. Dosis dapat dinaikkan sampai 250 mg per
oral 3 kali per hari selama 3 sampai 6 hari. Kadar plasma teraputik untuk mengendalikan kejang
adalah 50 dan 100 mg per ml bila obat ditoleransi dengan baik. Dosis anak yang disarankan berkisar
antara 20- 30 mg per KgBB per hari. Dosis maksimal : dewasa 60 mg/ kgBB, anak (belum ada
penelitian). Waktu paruh : 9-16 jam
c. Interaksi Obat
Asam valproat akan meningkatkan kadar fenobarbital 40% karena terjadi penghambatan
hidroksi fenobarbital. Sedangkan interaksinya dengan fenitoin terjadi melalui mekanisme yang lebih
kompleks. Fenitoin total dalam plasma akan turun, karena biotransformasinya yang meningkat dan
pergeseran fenitoin dari ikatan protein plasma, sedangkan fenitoin bebas dalam darah mungkin tidak
dipengaruhi.
BAB III
PEMBAHASAN
48 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

3.1. CARA PENGUNAAN ANTIPSIKOSIS


3.1.1. PEMILIHAN OBAT
Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada
dosisekivalen, perbedaan terutama padaefeksekunder (efek samping : sedasi, otonomik,
ekstrapiramidal).
Pemilihan jenis obat antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek
samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekuivalen. Misalnya pada contoh sbb :
Chlorpromazine dan Thioridazine yang efek samping sedative kuat terutama digunakan
terhadap Sindrom Psikosis dengan gejala dominan : gaduh, gelisah,hiperaktif, sulit tidur, kekacauan
pikiran, perasaan, dan perilaku dll. Sedangkan Trifluoperazine, Fluphenazine dan Haloperidolyang
efek samping sedative lemah digunakan terhadap Sindrom Psikosis dengan gejala dominan : apatis,
menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif, waham, halusinasi. Tetapi
obat yang trakhir ini paling mudah menimbulkan gejala ekstrapiramidal pada pasien yang rentan
terhadap efek samping tersebut perlu digantikan dengan Thioridazine (dosis ekuivalen) dimana efek
samping ekstra piramidalnya sangat ringan. Untuk pasien yang sampai timbul tardive dyskinesia
obat antipsikosis yang tanpa efek samping ekstrapiramidal adalah Clozapine.
Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang sudah
optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya
dengan golongan yang tidak sama), dengan dosis ekuivalennya, dimana profil efek samping belum
tentu sama.
Apabila dalam riwayat penggunaan antipsikosis sebelumnya, jenis obat antipsikosis tertentu
sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk
pemakaian sekarang.
Apabila gejala negatif ( afek tumpul, penarikan diri,hipobula, isi pikiran miskin) lebih
menonjol dari gejala positif (waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku tak terkendali) pada pasien
skizofrenia, pilihan obat antipsikosis atipikal perlu dipertimbangkan. Khususnya pada penderita
Skizofrenia yang tidak dapat mentolerir efek samping ekstrapiramidal atau mempunyai resiko medic
dengan adanya gejala ekstrapiramidal (neuroleptic induced medical complication).
3.1.2. PENGATURAN DOSIS
Dalam pengaturan dosis perlu dipertimbangkan :
Onset efek primer (efek klinis)

: sekitar 2-4 minggu

49 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam


Waktu paruh : 12-14 jam (pemberian oral 1-2x/ hari)
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping (dosis
pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu menggangu kualitas hidup pasien.
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran, dinaikkan setiap 2-3 hari
sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaran Sindrom Psikosis) dievaluasi
setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12
minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu dosis maintenance dipertahankan
6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu tapering off (dosis
diturunkan tiap 2-4 minggu) STOP
3.2. CARA PENGGUNAAN OBAT ANTI DEPRESI
3.2.1. PEMILIHAN OBAT
Pada dasarnya semua obat anti-depresi mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada
dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping).

Hipotensi

Nama obat

Antikolinergik

Sedasi

Amitriptyline

+++

+++

+++

+++ = berat

Imipramine

+++

++

++

++ = sedang

Clomipramine

++

++

+ = ringan

Trazodone

+++

+/- = tidak ada/

Maprotiline

++

minimal sekali

Mianserin

++

Amoxapine

++

serotonin

Tianeptine

+/-

+/-

+/-

Meclobemide

+/-

+/-

Sertraline

+/-

+/-

+/-

Paroxetine

+/-

+/-

+/-

Fluvoxamine

+/-

+/-

+/-

Fluoxetine

+/-

+/-

+/-

orthostatik

50 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Keterangan

non

spesifik

= spesifik serotonin

Referat Psikotropika

Pemilihan jenis obat anti-depresi tergantung pada banyak faktor, toleransi pasien terhadap
efek samping dan penyesuain efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu,
jenis depresi), interaksi obat dan faktor harga.
Mengingat profil efek samping, untuk penggunaan pada sindrom depresi ringan dan sedang
yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan umum kesehatan umum, pemilihan obat anti
depresi sebaiknya mengikuti urutan (step care).
Step 1 : golongan SSRI (sertaline, ect)
Step 2 : golongan trisiklik (Amitriptyline, etc)
Step 3 : golongan tetrasiklik (maprotiline, etc)
golongan atypical (trazodone)
golongan MAOI (moclobemide)
Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya sangat minimal
(meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa digunakan pada berbagai kondisi medik), spectrum efek
anti-depresi luas, dan gejala putus obat minimal, serta lethal dose yang tinggi (>6000 mg) sehingga
relatif aman.
Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang cukup (sekitar 3
bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua, golongan trisiklik, yang spektrum anti depresinya
juga luas tetapi efek sampingnya relatif lebih berat.
Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spectrum anti depresi yang
lebih sempit, dan juga efek samping lebih ringan dibandingkan trisiklik, yang teringan adalah
golongan MAOI.
Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke MAOI membutuhkan waktu
2-4 minggu istirahat untuk washout period guna mencegah timbulnya serotonin malignant
syndrome.
Kegagalan terapi
Kegagalan terapi pada umumnya disebabkan :
Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat hilang oleh karena adanya
efek samping, perlu diberikan edukasi dan informasi
Pengaturan dosis obat belum adekuat
Tidak cukup lama mempertahankan pada dosis minimal
51 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Dalam menilai efek obat terpengaruh oleh presepsi pasien yang tendensi negative, sehingga
penilaian menjadi bias.
3.2.2. PENGATURAN DOSIS

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :


o Onset efek primer

: sekitar 2-4 minggu

o Onset efek sekunder : sekitar 12-24 jam


o Waktu paruh

: 12-48 jam (pemberian 1-2x/hari)

Ada 5 proses dalam pengaturan dosis :


o Initiating dosage (test dose) untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I
Misalnya, Amitriptyline

25 mg/h

= hari 1 dan 2

50 mg/h

= hari 3 dan 4

100 mg/h

= hari 5 dan 6

o Titrating dosage (optimal dose) mulai dosis anjuran sampai mencapai dosis
efektif dosis optimal
Misalnya, Amitriptyline 150 mg/h = hari 7 s/d 14 (minggu II)
Minggu II : 200 mg/h minggu IV 300 mg/h.
o Stabilizing dosage ( stabilization dose) dosis optimal yang dipertahankan selama 23 bulan
Misalnya, amitriptyline 300 mg/h dosis optimal selama 2-3 bulan. diturunkan
sampai dosis pemelihaaraan.
o Maintaining dosage (maintenance dose) selama 3-6 bulan.
Biasanya dosis pemeliharaan = dosis optimal
Misalnya amitriptyline 150 mg/h selama 3-6 bulan
o Tapering dosage (tapering dose) selama 1 bulan
Kebalikan dari proses initiating dosage
Misalnya amitriptyline 150 mg/h 100 mg/h (1 minggu), 100 mg/h 75 mg/h (1
minggu), 75 mg/h 50 mg/h (1 minggu), 50 mg/h 25 mg/h (1 minggu).
Dengan demikian obat anti depresi dapat diberhentikan total. Kalau kemudian Sindrom
depresikambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.

52 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one hour
before sleep) untuk golongan trisiklik dan tertrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosis
tunggal pada pagi hari setelah sarapan pagi.

3.2.3. LAMA PEMBERIAN

Pemberian obat anti depresi dapat dilakuakan dalam jangka panjang oleh karena addiction
potential nya sangat mimal

3.3. CARA PENGGUNAAN OBAT ANTI MANIA


3.3.1. PEMILIHAN OBAT

Pada mania akut diberikan : haloperidol (im) + tab.Lithium Carbonate, Haloperidol (im)
untuk mengatasi hiperaktivitas , impulsivitas, iritabilitas, dengan onset of action yang cepat
(kalao perlu dengan rapid neuroleptization)
Lithium Carbonate efek anti mania baru muncul setelah penggunaan 7-10 hari

Pada gangguan afektif bipolar (manic depressive disorder) dengan serangan serangan
episodic mania / depresi : Lithium Carbonate sebagai obat profilaksis terhadap serangan
sindrom mania/depresi dapat mengurangi frekuensi, berat, dan lamanya suatu kekambuhan.

Bila oleh karena sesuatu hal (efek samping yang tidak mampu ditolerir dengan baik atau
kondisi fisik yang kontra indikatif) tidak memungkinkan penggunaan lithium carbonate ,
dapat

menggunakan

obat

alternatif

CARBAMAZEPINE,

VALPORIC

ACID,

DIVALPROEX Na, yang terbukti juga ampuh untuk meredakan sindrom mania akut dan
profilaksis serangan sindrom mania depresi pada gangguan afektif bipolar

Pada gangguan afektif unipolar (recurrent unipolar depression), pencegahan kekambuhan


dapat juga dengan obat anti depresi SSRI (e.g Fluoxetine, Sertraline) yang lebih ampuh dari
Lithium Carbonate

3.3.2. PENGATURAN DOSIS


Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

Onset efek primer (efek klinis) : 7-10 hari (1-2 minggu)

Rentang kadar serum terapeutik = 0,8-1,2 mEq/L (dicapai dengan dosis sekitar 2 atau 3 x 500
mg/hari)

Kadar serum toksik = diatas 1,5 mEq/L


53 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Biasanya preparat lithium yang digunakan adalah lithium carbonate, mulai dengan dosis 250500 mg/h, diberikan 1-2x sehari dinaikan 250 bmg/h setiap minggu, diukur serum lithium setiap
minggu sampai diketahui kadar serum lithium berfek klinis terapeutik (0,8-1,2 mEq/L). Biasanya
dosis efektif dan optimal berkisar 1000-1500 mg/h. Dipertahankan sekitar 2-3 bulan, kemudian
diturunkan menjadi dosis maintenance, konsenterasi serum lithium yang dianjurkan untuk
mencegah kekambuhan (profilaksis) berkisar antara 0,5-0,8 mEq/L, ini sama efektifnya bahkan lebih
efektif dari kadar 0,8-1,2 mEq/L dan juga untuk mengurangi insidensi dari efek samping dan risiko
intoksikasi.
Dosis awal harus lebih rendah pada pasien usia lanjut atau pasien pada pagi hari, yaitu : sebelum
makan obat dosis pagi dan sekitar 12 jam setelah dosis petang (hari sebelumnya)
Pengukuran serum dilakukan dengan mengambil sampel darah pada pagi hari, yaitu : sebelum
makan obat dosis pagi dan sekitar 12 jam setelah dosis petang (hari sebelumnya)
Untuk mengurangi efek samping pada saluran makanan (mual, muntah, diare) obat lithium
carbonate dapat diberikan setelah makan.
3.3.3. LAMA PEMBERIAN

Pada pengunaan untuk sindrom mania akut, setelah gejala gejala mereda,lithium carbonate
harus diteruskan sampai lebih dari 6 bulan, dihentikan secara gradual (tapering off) bila
memang tidak ada indikasi lagi.

Pada gangguan afektif bipolar dan unipolar, penggunaan harus diteruskan sampai beberapa
tahun, sesuai dengan indikasi profilaksis serangan sindrom mania/ depresi. Penggunaan
jangka panjang ini sebaiknya dalam dosis minimum dengan kadar serum lithium ter-rendah
yang masih efektif untuk terapi profilaksis (kadar serum lithium diukur setiap hari).

3.3.4. PERHATIAN KHUSUS


Sebelum dan selama penggunaan obat anti-mania Lithium Carbonate perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium secara periodik

Kadar serum Na dan K (Li dan Na saling mempengaruhi di tubulus proximali renalis). Kadar
ini merendah pada pasien diet garam dan menggunakan diuretika.

Tes fungsi ginjal (serum kreatinin). Hampir semua kadar Lithium dalam darah diekskresi
melalui ginjal.

Tes fungsi kelenjar tiorid (serum T3 dan T4). Lithium merendahkan kadar serum yodium.
54 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Pemeriksaan EKG (lithium mempengaruhi cardiac repolarization).


Wanita hamil adalah kontraindikasi penggunaan Lithium karena bersifat teratogenik. Lithium
dapat melalui plasenta dan masuk ke peredaran darah janin, khususnya mempengaruhi kelenjar
tiroid.

55 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

3.4. CARA PENGGUNAAN OBAT ANTI ANXIETAS


3.4.1. PEMILIHAN OBAT

Golongan benzodiazepine sebagai obat anti anxietas mempunyai ratio terapeutik lebih tinggi
dan lebih kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah, dibandingkan dengan
meprobamate atau

Phenobarbital. Disamping itu Phenobarbital meng induksi enzim

mikrosomal di hepar sedangkan golongan benzodiazepine tidak.

Golongan benzodiazepine = drug of choice dari semua obat yang mempunyai efek antianxietas, disebabkan spesifitas , potensi dan keamanan nya

Spectrum klinis benzodiazepine meliputi efek anti anxietas, anti kovulsan, anti insomnia,
premedikasi tindakan operatif.
o Diazepam/chlordiazepoxide : broadspectrum
o Nitrazepam/flurazepam : dosis anti-anxietas dan anti-insomnia berdekatan (non dose
related), lebih efektif sebagai anti insomnia
o Midazolam : onset cepat dan kerja singkat, sesuai untuk premedikasi tindakan operatif
o Bromazepam, Lorazepam , Clobazepam : dosis anti anxietas dan anti insomnia
berjauhan (dose related), lebih efektif sebagai anti anxietas

Beberapa spesifikasi :
o Clobazepam = 1,5 benzodiazepine = psychomotor performance paling kurang
berpengaruh, untuk npasien dewasa dan lanjut usia yang ingin tetap aktif
o Lorazepam = short half life benzodiazepine dan no significant drug accumulation at
clinical dose, untuk pasien pasien dengan kelainan fungus hati dan ginjal
o Alprazolam = efektif untuk anxietas anti psipatorik onset of action lebih cepat dan
mempunyai komponen efek henti depresi
o Sulpiride : -50 = efektif untuk meredakan gejala somatic dari sindrom anxietas dan
resiko paling kecil ketergantungan obat

3.4.2. PENGATURAN DOSIS

steady state (keadaan dengan jumlah obat yang masuk ke dalam badan = jumlah obat yang
keluar dari badan) dicapai setalah 5-7 hari dengan dosis 2-3x/hari (half life= -24 jam). onset
of action cepat dan langsung memberikan efek

Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai steady state
56 Ilmu Penyakit Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

Pengaturan dosis tidak perlu seperti neuroleptica dan anti depressant

Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran menaikan dosis setiap 3-5 hari sampai mencapai
dosis optimal 2-3 minggu diturunkan 1/8 kali setiap 2-4 minggu dosis minimal yang
masih efektif (maintenance dose) bila kambuh dinaikan lagi dan bila tetap efektif
pertahankan 4-8 minggu tapering off

3.4.3. LAMA PEMBERIAN

Pada sindrom anxietas yang disebabkan situasi eksternal pemberian obat tidak diberikan lebih
dari 1-3 bulan

Pemberian yang sewaktu waktu dapat dilakukan apabila sindrom anxietas dapat diramalkan
waktu datang dan hanya pada situasi tertentu (antipsipatori anxiety), serta terjadinya tidak
sering

Penghentian selalu secara bertahap (step wise) agar tidak menimbulkan gejala lepas obat
(withdrawl syndrome)

KESIMPULAN
Psikotropika merupakan obat-obatan yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan
pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran psikotropik yang
dapat mengubah keadaan jiwa pasien sehingga lebih kooperatif dan dapat menerima
psikoterapi dengan lebih baik.
Pada setiap pemberian obat psikotropik selalu harus jelas, pada saat itu apa gejala sasaran
(target sindrom)-nya, harus mulai dengan dosis berapa, berapa lama pemberian untuk menilai
efektifitas klinisnya ; bila belum tercapai harus dinaikan dosis berapa, dan berapa lama pemberian
untuk menilai kembali efektifitas klinisnya. Juga diperhatikan cara pemberiannya, apakah diberikan
oral melalui obat tablet/kapsul atau tetes, atau diberikan suntikan intramuscular/intravena, semuanya
tergantung kondisi klinis pasien. Bila sudah mencapai dosis efektif dan optimal, berapa lamaharus
dipertahankan untuk stabilisasi, sambil mendapat terapi yang lain, dan kapan mulai diturunkan
smapai dosis pemeliharaan (maintenance dose) serta berapa lama harus menggunakan obat dalam

57 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Referat Psikotropika

dosis ini.patokan klinis apa untuk memulai tapering-off dan sampai berapa lama pemberian obat
sehingga bisa berhenti total penggunaan obat psikotropik.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Setiabudi R, Nafrialdi. Buku Ajar Farmakologi dan Terapi. Gaya baru. Ed.5. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

2.

Dr. Rudi Maslim, SpKJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi ketiga, Desember 2001.

3.

Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadocks Synopsis of
Psychiatry, Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Lippincott Williams &
Wilkins. 2007.

4.

58 Ilmu Penyakit Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 7 Juli 8 Agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai