Anda di halaman 1dari 24

Lab / SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Plasenta previa

Disusun oleh:
Annisa Ichsani Tamaya
1010015005

Pembimbing:
dr. Prima Deri Pella T., Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Laboratorium Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD A.W. Sjahranie Samarinda

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik terganggu (KET) merupakan salah satu

B. Tujuan
Tujuann dibuatnya laporan kasus ini adalah:
1. Sebagai

BAB II
LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari , 20 Januari 2016 pukul 8.00 WITA di
ruang Mawar VK RSUD Abdul Wahab SJahranie Samarinda.
Anamnesis:
Identitas pasien:
Nama

: Ny. SN

Umur

: 34 Tahun

Agama`

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Suku

: Bugis

Alamat

: Jl. Martadinata, Handil

Masuk Rumah Sakit

: Hari Selasa,19 januari 2016 pukul 22.30 wita

Identitas suami:

Nama

: Tn. S

Umur

: 36 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Swasta

Suku

: Bugis

Alamat

: Jl. Martadinata, Handil

Keluhan utama:
Keluar darah dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 minggu hari sebelum masuk rumah
sakit. Awalnya perut terasa mulas lalu diikuti dengan keluar darah dari jalan lahir berupa flekflek namun sekitar 2 hari terakhir darah yang keluar semakin banyak,yaitu sekitar 6-8
pembalut wanita dalam 1 hari. Darah yang keluar berupa darah yang berwarna merah segar
sampai kehitaman dan kadang disertai gumpalan-gumpalan darah berwarna hitam.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di rumah sakit dua kali karena keluhan keluar darah dari
jalan lahir yaitu saat kehamilan usia 3 bulan dan 6 bulan, namun darah yang keluar saat itu
tidak sebanyak darah yang keluar saat ini. pada saat usia kehamilan 3 bulan, perdarahan yang
terjadi hanya sebanyak 1-2 pembalut wanita per hari. Saat itu pasien di USG dan hasilnya
normal. pasien diminta dokter untuk istirahat dan dirawat di RS selama 1 minggu, kemudian
perdarahan berhenti sehingga kehamilan dapat dilanjutkan. Saat usia kehamilan 6 bulan
pasien mengalami perdarahan dari jalan lahir lagi.darah yang keluar Saat itu darah yang keuar
dari jalan lahir lebih banyak yaitu, sekitar 5 pembalut wanita per hari. Pasien kembali di
USG dan hasilnya dinyatakan ari-ari berada dibagian bawah Rahim menutupi seluruh jalan
lahir. Pasien kembali diistirahatkan di RS selama 2 minggu dan diberikan obat-obatan untuk
mepertahankan kehamilannya. Namun 2 minggu setelah keluar dari RS pasien mengalami
perdarahan dari jalan lahir lagi yang lebih banyak dari sebelumnya sehingga pasien langsung
dibawa ke ke IGD RSUD AWS. Tidak ada air-air yang keluar. Riwayat berhubungan dengan
suami 4 minggu yang lalu. Trauma (-).

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien tidak sedang / memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
hepatitis, jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang kronis, serta penyakit serupa
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang sedang / memiliki riwayat penyakit hipertensi,
diabetes mellitus, hepatitis, jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang kronis, dan
riwayat kista atau tumor lainnya.

Riwayat Haid:
-

Menarche usia 12 tahun

Siklus teratur setiap 28 hari

Lama haid 7 hari

Hari Pertama Haid Terakhir : 20/7/2015

Taksiran persalinan :27/4/2016

Siklus haid teratur setiap bulan


Riwayat Perkawinan:

Kawin sebanyak 1 kali


Kawin usia 22 tahun
lama menikah dengan suami sekarang : 13 tahun.
Riwayat Obstetrik:

No

Tahun
Partus

Tempat
Partus

Umur
Kehamilan

2003

Puskesmas

Aterm

2005

Bidan
praktek
swasta

aterm

2009

RS

aterm

2014

RS

2016

penolong

bidan

Jenis
Persalinan
Spontan

bidan

Penyulit

Spontan
Dokter

SC

Letak
sungsang

Hamil anggur
Hamil ini

JK / BB

Keadaan
Anak
Sekarang

Laki-laki/
2800 gram

hidup

Laki-laki/
2800 gram

hidup

perempuan/
3300 gram

hidup

Kontrasepsi:
Pasien mengaku menggunakan alat kontrasepsi suntik 1 bulan selama 1 bulan
Pemeriksaan fisik:
1. Berat badan

: 55 kg, tinggi badan 140 cm

2. Keadaan Umum

: sakit sedang

3. Kesadaran

: Komposmentis, GCS : E4V5M6

4. Tanda vital:
Tekanan darah

: 120/90 mmHg

Frekuensi nadi

: 88 x/menit

Frekuensi napas

: 20 x/menit

Suhu

: 36,5C

5. Status generalis:

Kepala
Mata
Telinga/hidung/tenggorokan
Leher
Thorax

: normochepali
: konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
: tidak ditemukan kelainan
: Pembesaran KGB (-)

Jantung

: S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

Abdomen
Inspeksi : cembung,

: vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)


tampak linea nigra hiperpigmentasi, tampak striae albicans dan

tampak sikatriks (+). abdomen tidak tampak distended,


Palpasi
: Teraba soefl, uterus membesar 3 jari diatas umbilikus
Hepar : pembesaran (-), limpa: pembesaran (-)
Perkusi
: Timpani,
Auskultasi
: Bising usus (+), kesan normal

6. Ekstremitas

: Atas: akral hangat

Bawah: edema tungkai (-/-), varices (-/-), refleks patella (+/+)


7. Status Obstetri
1. Inspeksi
Perut membesar arah memanjang, linea nigra hiperpigmentasi, striae albicans (+), sikatriks
(+). Labia Mayor dan Minor tampak normal. Vulva dan vagina kesan normal, tampak
perdarahan keluar dari introitus vagina
2. Pemeriksaan Palpasi

Leopold I

: TFU : 25 cm, bokong

Leopold II

: punggung kanan

Leopold III

: kepala

Leopold IV

:belum masuk PAP

3. Vaginal toucher : tidak dilakukan


4. Denyut jantung janin : 126 kali/menit
5. HIS : 1 x dalam 10 menit durasi 15 detik
Pemeriksaan Tambahan:
1. Laboratorium Darah
Jenis
Pemeriksaan
Hb
Hct
Leu
Trombosit
BT
CT
GDS
Ureum
Kreatinin
HbsAg
112

19 Januari
2016
11,6 mg/dl
34,6%
14.400 L
231.000 L
3
8
96 mg/dl
20,3 mg/dl
0,6 mg/dl
NR
NR

20 januari 2016
11,3 mg/gl
31%
18.600 L
144.000 L

Diagnosis kerja:
G5P3A1 gravid 27-28 minggu + perdarahan antepartum et causa susp.plasenta previa + Bekas
SC 1x 6 tahun yang lalu a/i letak sungsang.
Penatalaksanaan :
Lapor dr. Sp. OG, advis :

Drip duvadillan 4 ampul dalam RL dengan kecepatan 20 tpm


Injeksi Intravena Cefotaxim 1 gram/ 8 jam
Injeksi intravena plasminex 500 mg/ 8 jam
Injeksi intravena Dexamethason 2 ampul/ 12 jam selama 2 hari
Rencana USG besok
Bed rest total, jangan dilakukan vagina toucher
Rawat diruang VK

Lembar Observasi di Ruangan


Tanggal
19/1/2016

Observasi
Planning
Menerima pasien baru dari IGD dan Lapor dr. Sp.OG, advis :

(22.40 wita)

melakukan anamnesis dan pemeriksaan


.Drip duvadillan 4 ampul dalam
fisik

RL dengan kecepatan 20 tpm


Injeksi Intravena Cefotaxim

Perawatan

KU : sakit sedang

Hari ke-1

Keluhan : keluar perdarahan dari jalan gram/ 8 jam


Injeksi intravena plasminex 500
lahir sejak 2 hari yang lalu. Hasil USG
mg/ 8 jam
saat kehamilan 6 bulan, plasenta berda di
Injeksi intravena Dexamethason 2
bagian bawah rahim
ampul/ 12 jam selama 2 hari
HPHT : 20/7/2015
Rencana USG besok
Bed rest total, jangan dilakukan
TP : 27/3/2016

Pemeriksaan Fisik & Obstetri :

vagina toucher
Rawat diruang VK

Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital:
TD: 120/90 mmHg, N: 88 x/menit kuat
angjat
RR : 20 x/menit, T: 36,5C
Kepala : konjuntiva anemis (+|+)

Inspeksi
Abdomen membesar arah memanjang,
linea

nigra

hiperpigmentasi,

striae

albicans (+), sikatriks (+). Labia Mayor


dan Minor tampak normal. Vulva dan
vagina kesan normal, tampak perdarahan
20/01/2016
2.30

keluar dari introitus vagina


KU : Sakit sedang

S: Perdarahan mengalir dari jalan lahir

setiap kontraksi

Pemeriksaan Fisik & Obstetri :

Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital:
TD: 80/30 mmHg, N: 120 x/menit lemah

IVFD NaCl
Transfusi WB 2 kolf
Pro USG
Lapor lagi pagi hari
Terapi lain lanjut

RR : 20 x/menit, T: 36,5C
Kepala : konjuntiva anemis (+|+)

Inspeksi
Abdomen membesar arah memanjang,
linea

nigra

hiperpigmentasi,

striae

albicans (+), sikatriks (+). Labia Mayor


dan Minor tampak normal. Vulva dan
vagina kesan normal, tampak perdarahan
20/01/2015

keluar dari introitus vagina


KU : Sakit sedang

(06.15 wita)

S: Perdarahan mengalir dari jalan lahir MOW cito pagi ini

Pro

SC

Siapkan

setiap kontraksi
Perawatan

Pemeriksaan Fisik & Obstetri :

Hari ke-2

Kesadaran : komposmentis

WB 1 kolf

Tanda Vital:
TD: 110/70 mmHg, N: 96 x/menit lemah
RR : 20 x/menit, T: 36,5C
Kepala : konjuntiva anemis (+|+)

Inspeksi
Abdomen membesar arah memanjang,
linea

nigra

hiperpigmentasi,

striae

albicans (+), sikatriks (+). Labia Mayor


dan Minor tampak normal. Vulva dan
vagina kesan normal, tampak perdarahan
keluar dari introitus vagina
Pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 9.15, dilakukan Operasi SC dan MOW terhadap
pasien oleh Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di OK IGD RSUD A. W. Sjahranie
Samarinda.
Persiapan Sebelum Operasi :
1.
2.

Informed concent
Menerangkan kepada pasien tentang tindakan operasi yang dilakukan : garis besar
prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan (Melahirkan bayi dan memotong saluran

indung telur untuk menghentikan fungsi reproduksi)


3. Pasien dipuasakan
LAPORAN OPERASI
Bangsal : VK

Nomor : 25.23.67

Nama : Ny. SN
Nama Ahli Bedah: dr. Prima Deri Pella T, Sp. OG
Nama Ahli Anestesi : dr. Fernanta B, Sp. An

Umur : 34 tahun
Pembedahan : Besar

Jenis Anestesi : Anestesi Spinal


Diagnosis Pre Operatif : G5P3A1 gravid 27-28 minggu + perdarahan antepartum et causa
susp.plasenta previa + Bekas SC 1x 6 tahun yang lalu a/i letak sungsang.
Diagnosis Post Operatif : Partus premature + plasenta previa totalis
Nama / Macam Operasi : Sectio caesarea + MOW
Jam Mulai : 9.15 wita
Lama Operasi : 1 jam
Tanggal : 20/1/2016
Jam Selesai : 10.15 wita
Laporan Operasi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Memberi Informed Consent


Pasien diposisikan supine dan dilakukan general anestesi
Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah abdomen dan sekitarnya
Lapangan operasi dipersempit dengan duk steril
Dilakukan insisi mediana mulai dari atas simpisis pubis sampai bawah umbilikus
Insisi diperdalam secara tajam dan tumpul lapis demi lapis sampai menembus peritoneum.
Lapisannya kutis, subkutis, lemak, fascia transversalis, m. obliqus eksternus, m. rectus

abdominis, m. piramidalis, m obliqus internus, m tranversus abdominis, peritoneum.


7. Pisahkan plika vesica uterina secara tumpul dengan tangan operator
8. Fiksasi blast dengan menggunakan hak blast
9.
10. Dilakukan kontrol perdarahan dan irigasi dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc, lalu di
suction
11. Dilakukan penjahitan dinding abdomen lapis demi lapis :
Peritoneum dengan benang cat gut plain 2.0
Otot-otot dengan benang cat gut plain 2.0
Fascia transversalis dengan benang vicryl 1.0
Lemak dan subkutiss dengan benang cat gut plain 2.0
Kutis dengan benang silk 3.0
12. Permukaan abdomen dibersihkan dengan NaCl 0,9 %
13. Luka operasi ditutup dengan dressing luka dan kassa steril kemudian di tutup dengan hipavik.
14. Tampon (-)
15. Jaringan dilakukan pemeriksaan histopatologi

Instruksi Post Operasi :


- Injeksi Cefotaxime 1 gr/ 8 jam iv
- Injeksi Antrain/ ampul / 8 jam iv
- Injeksi Ranitidin/ ampul/ 8 jam iv
- Profenid Supp II/ 12 jam rektal
- Infus Fudrolit 28 tetes / menit

Dokumentasi :

Follow Up Perawatan Pasien Post Operasi di Ruang Mawar


Tanggal

Follow Up Post Operasi

20 januari
2016

Pasien selesai operasi dan di observasi di Ruang

Terapi Post Operasi


- Injeksi Cefotaxime 1 gr/ 8 jam

Mawar Nifas

(12.30 wita) KU : Pasien tampak lemah


Kesadaran : komposmentis

iv
- Injeksi Antrain/ ampul / 8 jam
iv

Keluhan : Pasien mengeluh pusing, nyeri pada luka


post op

- Injeksi Ranitidin/ ampul/ 8 jam


iv

Pemeriksaan Fisik

TD=110/70 mmHgN : 82x /i kuat angkat, regular, RR:


- Profenid Supp II/ 12 jam rektal
20 x/i , T : 36,8 oC,
Anemis (-/-) ; Nafas vesikuler (+++/+++); Suara

- Infus Fudrolit 28 tetes / menit

jantung S1S2 Reguler; Bising usus (-)


Luka Operasi : Tertutup verban
BAB : Belum ada hari ini
BAK : Urin output : 200 cc/2jam
Observasi 2 jam Post Operasi :
10.30

KU : Pasien tampak lemah ; Keluhan : Nyeri luka


post op; TD 110/70 mmHg, N : 84x /i kuat angkat,
regular, RR 20 x/i , T: 36,3oC , UT 300 cc, Anemis
(-/-)

10.45

KU : Pasien tampak lemah ; Keluhan : Nyeri luka


post op; TD 110/70 mmHg, N : 88x /i kuat angkat,
regular, RR 20 x/i , T: 36,3oC , anemis (-/-)

11.00

KU: Pasien tampak lemah ; Keluhan : Nyeri luka post


op; TD 120/70 mmHg, N : 78x /i kuat angkat, regular,
RR 20x/i , T: 36,4oC, anemis (-/-)

11.15

KU: Pasien tampak lemah ; Keluhan : Nyeri luka post


op; TD 120/80 mmHg, N:74x /i kuat angkat, regular,
RR 20 x/i , T: 36,4oC , anemis (-/-),

11.45

Cek Hb post operasi

KU : Pasien tampak lema ; Keluhan : Nyeri luka post


op; TD 110/80 mmHg, N: 70x /i kuat angkat, regular,

12.15

RR 18 x/i , T: 36,4oC ,anemis (-/-)

KU : Pasien tampak lemah ; Keluhan : Nyeri luka


post op; TD 120/80 mmHg, N : 68x /i kuat angkat,
regular, RR 18 x/i , T: 36,4oC ,
anemis (-/-)
pemeriksaan Darah Lengkap
Hb

11,3 gr/dl

Hct

34 %

WBC 18.600 /mm3


Plt

144.000 / mm

Mulai mobilisasi miring kiri


3

dan miring kanan.

18.00

Sudah boleh minum sedikitKU : Baik ; Keluhan : Nyeri luka post op;

sedikit, diet cair susu.

TD 120/80 mmHg, N : 80x /i kuat angkat, regular, RR


20 x/i ,T: 36,6oC , UT : 450 cc/7 jam, anemis (-/-),
21/1/2016

Bising Usus : (+) normal


Post Operasi Hari ke-1

Injek

(06.30 wita) Keadaan umum : Baik


Keluhan : Nyeri luka post op (+), kembung (-)

si Cefotaxime 1 gr/ 8 jam iv


Injek
si antrain 3 x 1 gr

menurun, BAB (-), flatus (+)

Rani

Pemerikaan Fisik

tidin 2 x 50 mg tab

Kesadaran

: Komposmentis

SF 2

Tanda Vital

: Tekanan darah : 100/70 mmHg

x 300 mg tab
Laxa

Frekuensi nadi : 88 x/menit


Frekuensi napas : 16 x/menit
Suhu

: 37,5C

dyn syrup 3 x CI
Mob
ilisasi bertahap

anemis (-/-), napas vesikuler (+++/+++); suara jantung


S1S2 tunggal regular; BU (+);
Luka : tertutup verban
22/1/2016

BAK : per kateter (UT : 900 cc/14 jam)


Post operasi hari ke-2

(07.00 wita) Keadaan umum : Baik

Aff
kateter urin jika urin jernih
Diet
TKTP
Cefa
droxyl 2 x 500 mg tab

Keluhan : Nyeri luka post op (+) menurun, sudah bisa


berjalan ke kamar mandi, BAK (+), BAB (+),
Kesadaran

: Komposmentis

Tanda Vital

: Tekanan darah : 110/70 mmHg


Frekuensi nadi : 80 x/menit

Asa
m Mefenamat 3 x 500 mg tab
SF 2
x 300 mg tab
Laxa
dyn syrup 3 x CI

Frekuensi napas : 20 x/menit


Suhu

: 36,8C

Mob
ilisasi
Mak

anemis (-/-), napas vesikuler (+++/+++); suara jantung


S1S2 tunggal regular; BU (+);
Luka : rembesan luka (-); GV luka operasi kering,

an

minum

seperti

biasa,

perbanyak makanan berserat


Pasi
en boleh pulang, control 3
hari lagi ke poli kandungan
RSUD AWS Samarinda.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Plasenta previa ialah suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal). Pada keadaan normal plasenta terletak diatas
uterus.1

B. Epidemiologi
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi, dan sering terjadi
pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan angka kejadian
plasenta previa. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian
plasenta previa berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka
kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya
wanita yang hamil dengan paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi
dalam obstetri yang memungkinkan dekteksi lebih dini maka insiden plasenta previa dapat
lebih tinggi 1.

C. Faktor Resiko
Penyebab blastokista berimplantasi didaerah segmen bawah Rahim masih belum diketahui
secara pasti,. MUngkin hal ini dapat terjadi secara kebetulan atau dengan latar belakang lain.
Teori lain adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari
proses radang atau atropi. Faktor resiko terjadinya plasenta previa yang dapat dipandang
berperan dalam proses peradangan dan kejadian atropi di endometrium yaitu paritas tinggi,
usia lanjut, cacat Rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, dan miomektomi.1,2
Pada perempuan perokok insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat.
Hipoksemia akibat karbon monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta
menjadi hipertropi sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada
kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bias menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar
ke segmen bawah Rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh Ostium Uteri Internum.1,

D. Patofisiologi
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan
ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan
semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan semakin melebar, dan serviks mulai
membuka. Hal ini terjadi karena plasenta yang berimplantasi dibawah segmen Rahim akan
mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua. Pada tempat laserasi itu akan terjadi
perdarahan yang bersal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus plasenta1,.

Darah yang keluar berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah
sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan
sinus

marginalis

dari

plasenta.

Perdarahannnya

tak

dapat

dihindarkan

karena

ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan


perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada
kala III pada plasenta yang letaknya normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin
dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan
terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan mulai1.
Perdarahn dpat terjadi mulai dari kehamilan dibawah 30 minggu tetapi lebih dari 50 % kasus
perdarahan mulai terjadi pada usia kehamilan 34 minggu ke atas. Karena tempat perdarahan
terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahanmudah mengalir ke luar Rahim
dan tidak membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan
melepaskan thromboplastin ke dalam sirkulasi maternal, sehingga koagulopati sangat jarang
terjadi pada plasenta previa1.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah Rahim yang tipis mudah
diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada
dinding uterus, sehingga lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta bahkan
plasenta prekreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus ke buli-buli dan rectum
yang bersamaan dengan terjadinya plasenta previa. Segmen bawah Rahim dan serviks yang
rapuh mudah robek karena kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini
berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa yaitu
ketika kala III karena plasenta sukar dilepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau
setelah plasenta lepas karena segmen bawah Rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik1.
E. Gambaran Klinis
Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang keluar melalui vagina
tanpa disertai dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya terjadi diatas akhir trimester kedua.
Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan dapat berhenti sendiri. Namun perdarahan
dapat kembali terjadi tanpa sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Dan saat
perdarahan berulang biasanya perdarahan yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai
mengalir.

Karena letak plasenta pada plasenta previa berada pada bagian bawah, maka pada palpasi
abdomen sering teraba bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin
tidak dalam letak memanjang. Pada plasenta previa ini tidak ditemui nyeri maupun tegang
pada perut ibu saat dilakukan palpasi. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa
nyeri dan perut tidak tegang 1,2.

F. Klasifikasi
Berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1,2,3

Plasenta previa totalis bila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.

Plasenta previa parsialis bila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.

Plasenta previa marginalis bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.

Plasenta letak rendah bila plasenta yang letaknya abnormal di segmen bawah uterus, akan
tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir. Pinggir plasenta kira-kira 3 atau 4 cm
diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

G. Diagnosis
Sifat perdarahan
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari
plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Perdarahan
pertama biasanya tidak banyak, akan tetapi, perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak daripada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya sudah dilakukan pemeriksaan dalam.
Pada kehamilan 20 minggu dapat terjadi perdarahan karena sejak itu segmen bawah uterus
telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan,
segmen-segmen uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila
plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan
serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian

plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna
merah segar. 1,2,3,4
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala gejala klinis dan beberapa pemeriksaan :
Anamnesis
Perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan setelah 20 minggu, tanpa rasa nyeri, tanpa
alasan, berulang dengan volume lebih banyak daripada sebelumnya, terutama pada
multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari
pemeriksaan hematokrit. 1,2,3
Pemeriksaan luar
a. Inspeksi1,2,3
-

Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit, dan darah beku

Bila berdarah banyak ibu tampak pucat/ anemis.

b. Palpasi1,2,3
-

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, apabila presentasi
kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu atas panggul atau mengolak ke
samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.

Tidak jarang terdapat kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.

Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.

Tidak terdapat nyeri tekan uterus, uterus tidak tegang, dan tidak iritabel

c. Auskultasi1,2,3
-

Denyut jantung janin biasanya normal

Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. 1,2,3

Pemeriksaan letak plasenta tidak langsung


Pemeriksaan ultrasonografi merupakan cara yang paling tepat untuk menegakkan
diagnosis definitif, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janin. Pemeriksaan
USG rutin pada kehamilan 18-20 minggu dengan plasenta letak-rendah tidak dianjurkan,
kecuali terjadi perdarahan berulang. Pemeriksaan USG rutin untuk kehamilan dengan
plasenta previa partial atau total dianjurkan setelah 32 minggu, walaupun saat itu tidak
terjadi perdarahan.

USG yang menunjukkan adanya plasenta previa totalis


P = plasenta ; F = janin ; AF = cairan amnion ; B = Kandung kemih ; Cx = Cervix

Pemeriksaan letak plasenta secara langsung


Diagnosis plasenta previa dahulunya jarang ditegakkan melalui pemeriksaan klinis,
kecuali jari tangan pemeriksa dimasukkan lewat serviks dan jaringan plasenta teraba.
(Dewasa ini dengan adanya pemeriksaan USG, pemeriksaan tersebut tidak lagi dilakukan).
Pemeriksaan serviks semacam ini tidak pernah diperbolehkan kecuali bila wanita
tersebut sudah berada di kamar operasi dengan segala persiapan untuk pembedahan

seksio sesarea segera, karena pemeriksaan serviks yang paling hati-hati pun dapat
menimbulkan perdarahan hebat 1,2,3.
H. Terapi
Terapi Ekspektatif
Tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non invasi.
Syarat terapi ekspektatif : 1,3,5

Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti

Belum ada tanda inpartu

Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dan tanda-tanda vital dalam
batas normal

Janin masih hidup

- Rawat inap, tirah baring, observasi tanda vital, dan berikan antibiotik profilaksis.
- Apabila berhubungan dengan trauma, monitoring sekurang-kurangnya 12-24 jam untuk
menyingkirkan kemungkinan solutio plasenta.
- Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan,letak, dan
presentasi janin.
- Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat peroral 60 mg
selama 1 bulan.
- Pastikan sarana untuk melakukan tranfusi
- Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien
dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu > 2 jam
untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi
perdarahan.
-Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Terapi Aktif (tindakan segera)
Rencanakan terminasi kehamilan jika: 1,3,5

Janin matur

Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan
hidupnya (misalnya anensefali)

Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturitas janin.

Untuk pasien dengan perdarahan aktif dan gangguan hemodinamik, tindakan segera
yang harus dilakukan adalah terminasi kehamilan dan penggantian cairan tubuh.
Selama persiapan proses terminasi kehamilan, dilakukan: 1,3,5

Resusitasi cairan dengan saline atau ringer laktat, 2 jalur, jarum


besar (16G, 18G)

Persiapkan 4 labu darah yang sesuai golongan darah pasien

Observasi keadaan janin

Berikan O2 murni untuk semua pasien dengan hipotensi (konsumsi


O2 pada kehamilan meningkat hingga 20% dan janin sangat rentan terhadap hipoksia)

Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa


Faktor-faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah
: 1,3,5

Jenis plasenta previa

Perdarahan: banyak, atau sedikit tapi berulang-ulang

Keadaan umum ibu hamil

Keadaan janin: hidup, gawat janin, atau meninggal

Pembukaan jalan lahir

Paritas atau jumlah anak hidup

Fasilitas penolong dan rumah sakit.

Setelah memperhatikan factor-faktor diatas, ada 2 pilihan persalinan, yaitu: 1,3,5,6


Persalinan pervaginam; bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta dan
bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga perdarahan
berhenti.
Cara yang terpilih adalah pemecahan selaput ketuban (Amniotomi). Indikasi amniotomi
pada plasenta previa: 1,3,5,

Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada
pembukaan

Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan


pembukaan 4 cm atau lebih

Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang telah meninggal.

Seksio sesaria; bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan, dengan


demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahnnya, dan untuk menghindarkan perlukaan serviks dan segmen bawah uterus yang
rapuh apabila dilangsungkan persalinan pervaginam. 1,3,5
Indikasi seksio caesaria pada plasenta previa: 1,3

Semua plasenta previa totalis, janin hidup atau meninggal; semua plasenta previa
partialis, plasenta previa marginalis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol
dengan cara-cara yang ada.

Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan
tindakan-tindakan yang ada

Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.

I. Prognosis
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan
morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10% dan mortalitas janin 50-80%.3
Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan
kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,1-5% terutama
disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan. Kematian
perinatal juga turun menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps
funikuli, dan persalinan buatan (tindakan).3

J. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang dapat terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta
previa, diantaranya adalah 1,2,6:
1. Pergerakan segmen bawah uterus terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari
tempat melekatnya diuterus dapat berulang dan semakin banyak sehingga perdarahan
yang terjadi tidak dapat dicegah mengakibatkan pasien menjadi anemia sampai syok.
2. karena segmen bawah Rahim ini tipis maka jaringan trofoblas palasenta mudah
menginvasi menerobos kedalam myometrium bahkan sampai perimetrium dan
menyebabkan terjadinya plasenta akreta bahkan sampai plasentra inkreta atau plasenta
prekreta. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang pernah seksio sesarea.
Dilaporkan plasenta kareta terjadi 10-35 % pada pasien seksio sesarea 1 kali. Dan naik
menjadi 60-65% bila telah seksio sesarea 3 kali.
3. Serviks dan segmen bawah Rahim yang rapuh dan mengandung banyak pembuluh darah
sangat berpotensial untuk robek. Oleh karena itu harus hati-hati pada semua tindakan
manual pada tempat ini misalnya waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen
bawah Rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio

plasenta. Jika terjadi perdarahan yang tidak terkendali maka dapat dilakukan penjahitan
segmen bawah Rahim, ligase ateri uterine, ligase ateri ovarika, pemasangan tampon atau
ligase arteri hipogastrika. Namun jika tindakan-tindakan tersebut tidak berhasil maka
harus dilakukan histerektomi total.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi.
5. Kelahiran premature dan gawat janin sering terjadi pada tindakan terminasi kehamilan
yang belum aterm pada plasenta previa.

BAB IV
PEMBAHASAN

Laporan kasus ini mengulas tentang seorang wanita Ny.SN usia 34 tahun, datang ke IGD
tanggal 20 Januari 2016 pukul 22.40 wita. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis akhir rupture tuba dextra.
Anamnesis:

4.1 Anamnesis

4.2 Pemeriksaan Fisik dan Ginekologi

4.3 Diagnosis

4.4 Penatalaksanaan

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, H, Saifuddin A.B, Rachimhadhi T. Perdarahan Dalam Kehamilan Lanjur.
Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006
2. Hanafiah, T. Plasenta Previa. Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. www.library.usu.ac.id. 2004
3. Mochtar, R,. Sinopsis Obstetri obstetri fisiologis obstetri patologis, edisi ketiga. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013
4. Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, Obstetri
Patologi, Ed., Elstar Offset: Bandung.1984
5. Saifuddin A.B, Adriansz G, Wiknjosastro, H, Waspodo D. Perdarahan kehamilan lanjut dan
persalinan. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan
Bina Pustaka Sarwomo Prawirohardjo, Jakarta, 2006
6. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. Plasenta Previa, Antepartum hemorrhage. In :
Williams Obstetrics, 23rd ed, Prentice Hall International Inc. Appleton and Lange,
Connecticut, 2001;

Anda mungkin juga menyukai